You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


PADA PASIEN CEDERA OTAK SEDANG

1. PENGERTIAN CEDERA OTAK


Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan fungsi normal
otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena
robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral di
sekitar jaringan otak. (Batticaca Fransisca, 2008, hal 96)
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm substansi otak tanpa di ikuti
terputusnya kontinuitas otak. (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271).

Cedera Otak dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

● Cedera Otak Ringan (COR) GCS 13-15

Adalah cidera otak yang ditandai dengan tidak adanya kehilangan kesadaran, pasien
dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, dan pasien dapat menderita laserasi dan
hematoma kulit kepala.

● Cedera Otak Sedang (COS)GCS 9-12

Adalah cedera otak yang ditandai dengan pasien sempat kehilangan kesadarannya,
muntah.

● Cedera Otak Berat (COB)GCS ≤ 8

Adalah cedera otak yang ditandai dengan pasien kehilangan kesadaran dalam
waktu yang lama,mengalami penurunan tingkat kesadaran secara progresif,

2. ETIOLOGI CEDERA OTAK


Cidera kepala dapat disebabkan karena :

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Terkena peluru

3. Terjatuh

4. kecelakaan industry

5. kecelakaan olah raga

6. luka persalinan pada bayi baru lahir

7. Penyalahgunaan alcohol

8. Penyalahgunaan obat

3. PATOFISIOLOGI CEDERA OTAK

Kranium merupakan struktur kuat yang berisi darah,jaringan otak dan jaringan
serebrospinal. Fungsi cerebral tergantung pada adekuatnya nutrisi seperti oksigen, glukosa. Berat
ringannya cedera kepala tergantung pada trauma kranium atau otak. Cedera yang dialami dapat
gegar otak, memar otak atau laserasi, fraktur dan atau hematoma (injury vaskuler, epudural ;
epidural atau subdural hematoma).

Cedera kepala yang terjadi dapat berupa percepatan (aselerasi) atau perlambatan
(deselerasi). Trauma dapat primer atau sekunder.
Trauma primer adalah trauma yang langsung mengenai kepala saat kejadian. Sedangkan trauma
sekunder merupakan kelanjutan dari trauma primer. Trauma sekunder dapat terjadi
meningkatnya tekanan intrakranial, kerusakan otak, infeksi dan edema cerebral.
Epidural hematoma merupakan injury pada kepala dengan adanya fraktur pada tulang
tengkorak dan terdapat lesi antara tulang tengkorak dan dura. Perdarahan ini dapat meluas hingga
menekan cerebral oleh karena adanya tekanan arteri yang tinggi. Gejalanya akan tampak seperti
kebingungan atau kesadaran delirium, letargi, sukar untuk dibangunkan dan akhirnya bisa koma.
Nadi dan nafas menjadi lambat, pupil dilatasi dan adanya hemiparese.
Subdural hematoma adalah cedera kepala dimana adanya ruptur pembuluh vena dan
perdarahan terjadi antara dura dan serebrum atau antara duramater dan lapisan arakhnoid.
Terdapat dua tipe yaitu subdural hematoma akut dan kronik. Bila akut dapat dikaitkan dengan
kontusio atau laserasi yang berkembang beberapa menit atau jam. Manifestasi tergantung pada
besarnya kerusakan pada otak dan usia anak, dapat berupa kejang, sakit kepala, muntah,
meningkatnya lingkar kepala, iritabel dan perasaan mengantuk.
Cerebral hematoma adalah merupakan perdarahan yang terjadi akibat adanya memar
dan robekan pada cerebral yang akan berdampak pada perubahan vaskularisasi, anoxia dan
dilatasi dan edema. Kemudian proses tersebut akan terjadilah herniasi otak yang mendesak ruang
disekitarnya dan menyebabkan meningkatnya tekanan intrakranial. Dalam jangka waktu 24 – 72
jam akan tampak perubahan status neurologi.
Fraktur yang terjadi pada cedera kepala dapat berupa fraktur linear, farktur depresi,
fraktur basiler, fraktur compound (laserasi kulit dan fraktur tulang).

4. WOC CEDERA OTAK


5. MANIFESTASI KLINIS CEDERA OTAK
Berdasarkan anatomis
a. Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
b. Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa detik/menit
c. kerusakan jaringan otak
d. Nyeri kepala, vertigo, muntah
e. Memar otak (kontusio selebri)
f. Peningkatan tekanan intracranial (PTIK)
g. Penekanan batang otak
h. Penurunan kesadaran
i. Edema jaringan otak
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK CEDERA OTAK
a. Spinal X ray : Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi
(perdarahan atau ruptur atau fraktur).
b. CT Scan : Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti
c. Myelogram : Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal
aracknoid jika dicurigai.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance) : Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
e. Thorax X ray;Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
f. Angiografi Serebal : Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan
otak akibat oedema, perdarahan atau trauma.
g. EEG : untuk memperlihatkan berkembangnya gelombang patologis,
h. BAER : menentukan fungsi korteks dan batang otak.
i. PET : menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme otak .
j. Pemeriksaan fungsi pernafasan : Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi
yang penting diketahui bagi penderita dengan cedera kepala dan pusat pernafasan
(medulla oblongata).
k. Fungsi Lumbal : menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid.
l. Analisa Gas Darah : Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan
(Muhammad Judha & Nazwar Hamdani Rahil. 2011).
7. PENATALAKSANAAN CEDERA OTAK
a. Airway : Membebaskan jalan nafas dengan memasang intubasi endotracheal
b. Breathing : Diberikan ventilasi oksigen 100% sampai diperoleh hasil pemeriksaan
analisis gas darah
c. Circulation :Hipotensi biasanya disebabkan oleh cedera otak itu sendiri kecuali pada
stadium terminal dimana medulla oblongata sudah mengalami gangguan. Respon buka
mata, respon motorik, respon verbal, reaksi cahaya pupil, reflek okulosefalik, reflek
okulovestibuler.
d. Drugs dan Fluids :Pemberian obat-obatan kalau perlu cairan infus sebagai pengganti
cairan tubuh yang hilang yaitu monitol, steroid, furosemid, balbiturat, anti konvulsan.
e. Elektro Cardio Graphy : CT-Scan semua penderita, Ventrikulografi udara, angiogram.

8. ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN CEDERA OTAK


A. Pengkajian
1) Pengkajian primer
a. Airway : kepatenan jalan nafas
b. Breathing : kaji keteraturan nafas, irama nafas, frekwensi nafas,
pernafasan cuping hidung,otot bantu nafas dan retraksi dada.
c. Circulation : TD,N, turgor kulit, CRT, cyanosis.
d. Disability : kaji tingkat kesadaran
2) Pengkajian sekunder
a. B1 (Breathing) : airway, penggunaan alat bantu nafas, SpO2,
suction,fisioterapi nafas,RR, otot bantu nafas, retraksi dada.
b. B2 (Blood) : Tekanan Darah, nadi, MAP, ECG, turgor kulit, CRT,
cyanosis, perfusi.
c. B3 (Brain) : GCS, ukuran dan pergerakan pupil kanan dan
kiri,kejang.
d. B4 (Bladder) :pemasangan dower kateter,ukuran,jumlah urin,warna
dan konsentrasi urin.
e. B5(Bowel) : bising usus, diet, mual , muntah, BAB, diet, NGT.
f. B6 (Bone) :musculoskeletal,kekuatan otot, mobilisasi.
B. Diagnose Keperawatan
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan muntah
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penyempitan pembuluh
darah, hipertensi
3) Gangguan presepsi sensori berhubungan dengan perdarahan subdural
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah
5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi post trauma
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kesadaran, kelemahan
otot.
7) Deficit perwatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran, kelemahan
otot

Daftar Pustaka
Asikin Z. (1991). Simposium Keperawatan Penderita Cidera kepala Penatalaksanaan Penderita
dengan Alat Bantu Napas. (Jakarta).

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta :
Pusdiknakes.

Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Kariasa I Made. (1997). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cedera Kepala. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.

Long; BC and Phipps WJ. (1985). Essensial of Medical Surgical Nursing : A Nursing process
Approach St. CV. Mosby Company.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (1993), Fundamental of Nursing; Concept, Proces, and Practice (3 rd
Ed.). St. Louis : Mosby Year Book.

Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Penerbit Alumni. Bandung.

You might also like