Professional Documents
Culture Documents
A. Anatomi Fisiologi
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP
yang` membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan
diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun
Fungsi Saraf
Pathway.
organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik
segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari medula
spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12 pasang, dari
bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu
ventralis.
B. Pengertian
diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-
otot rangka.
C. Etiologi
2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan
Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf
perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65ºC akan hancur
dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka
tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang
kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2
toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik
sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf
pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi
terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh
antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat
toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui
aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin
sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari .
E. Gejala klinis
ketgangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran
membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan
berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang.
sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan
biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh
rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul
spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).
Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir
2. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine,
Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal,
Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama
pada rahang
sulit
G. Komplikasi
1) Bronkopneumoni
H. Pengobatan
koma
I. Pencegahan
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.
Pemeriksaan diagnostik
K. Penatalaksanaan
a. Umum
PO tiap 3-6 jam, paraldehyde panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4
jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24
11. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi
b. Pembedahan
A. Pengkajian
1. Pengkajian umum
Riwayat penyakit sekarang : adanya luka parah dan luka bakar dan
2. Pengkajian khusus
pernafasan.
B. Diagnosa Keperawatan
bakterimia )
sering kejang
Ditandai dengan :
Ronchi, sianosis, dyspnea, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau
(asidosis respiratotik)
Tujuan:
Kriteria:
Pernafasan 16 – 18 kali/menit
gangguan pernafasan akibat atas cairan atau secret yang menutupi sebagian
jalan nafas.
Bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukan
memanjang/lama.
otot-otot pernafasan
Ditandai dengan :
Tujuan :
Kriteria :
Tidak sianosis
penyimpangan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis
Atur posisi luruskan jalan nafas. Rasional : jalan nafas yang longgar tidak ada
Observasi tanda dan gejala sianosis. Rasional : sianosis merupakan salah satu
perifer.
Berikan oksigenasi sesuai dengan intruksi dokter. Rasional : pemberian
tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun
Ditandai dengan :
Suhu tubuh meningkat menjadi 38 – 40 °C, hiperhidrasi, sel darah putih lebih
dari 10.000/mm3
Tujuan :
kriteria :
mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi
Rasional : kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu
gram positif, atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses
pengunyah
Ditandai dengan :
Intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi
dapat melalui hidung dan berat badan menurun disertai hasil pemeriksaan
Tujuan :
Kriteria :
Intake adekuat
makanan bagi tubuh. Rasional : dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan
kadang timbul reflex balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang
diet.
Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan bubur
kasar. Rasional : diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat
D. Implementasi
E.Evaluasi
1) Jalan nafas efektif dengan criteria pasien tidak sesak, tidak ada napas tambahan
2) Pola nafas teratur dan normal dengan criteria pasien tidak sesak dan sianosis
3) Suhu tubuh normal dengan criteria tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan darah
4) Nutrisi sudah mulai terpenuhi dengan kriteria klien sudah ada nafsu makan dan