You are on page 1of 32

1.

Bagaimana cara anda menjelaskan bahwa ada persamaan, perbedaan dan titik
singgung antara ilmu, filsafat dan agama ?
Jawaban:
Rene Descartes menyebut aku berpikir maka aku ada, “cogito, ergo sum” (Paul Newall,
2004). Hal ini secara dasar mengartikan bahwa manusia adalah hayawan al-nathiq, makhluk
yang berpikir. Seiring semakin bertambahnya manusia dan kebutuhan manusia yang terus
meningkat, maka manusia terus menerus meningkatkan upaya pemenuhan kebutuhannya
dengan cara berpikir. Apa yang mereka peroleh secara inderawi, baik phenomena alam
maupun pengalaman keseharian kemudian menjadi pengetahuan. Karena sifatnya yang selalu
ingin tahu maka kemudian manusia mulai berpikir tentang apa hakikat, bagaimana cara dan
mengapa suatu hal terjadi, disini mulailah manusia berfilsafat, kemudian karena
perkembangan zaman manusia mulai memformulasikan segala yang diketahuinya dan
mengujinya dengan segala perangkat eksperimen sehingga pengetahuan tersebut dapat
dibuktikan secara ilmiah, maka muncullah ilmu.
Sejalan dengan itu Allah ketika menciptakan manusia dan menurunkannya ke muka bumi,
maka Dia menyertainya dengan segala perangkat peraturan. Peraturan tersebut berkaitan
dengan aturan yang mengatur sikap manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia dengan
sesamanya dan juga dengan alam semesta. Itulah yang disebut agama. Hanya saja agama
tidak bertendensi menerangkan hakikat segala sesuatu ataupun bagaimana sesuatu terjadi.
Oleh karena itu kita tidak akan menemukan penerangan agama tentang ilmu fisika, kimia,
matematika, pertanian, ekonomi dan lainnya. Tapi agama mengatubagaimana orang
memperlakukan alam, memperlakukan ilmu, mengatur hubungan ekonomi dan hubungan
lainnya. Para ahli agama dalam praktiknya tetap membutuhkan ilmu-ilmu tadi karena mau
tidak mau kehidupan manusia itu dinamis sementara wahyu turun tidak setiap waktu, untuk
menelurkan bagaimana agama mengatur kehidupan baru tentu penting untuk mengetahui
hakikat-hakikat sesuatu yang dihasilkan oleh filsafat maupun penjabaran sesuatu oleh ilmu.
Dengan cara lain kita bisa juga menerangkan bahwa ketika seorang manusia berpikir tentang
dirinya maka dia akan menemukan bahwa dirinya bukan muncul dengan sendirinya. Jika dia
berpikir tentang asal mula dirinya maka dia akan menemukan bahwa pada awal adanya ada
ujung akhir yang akan terputus dan memunculkan pengetahuan tentang Sebab Pertama, yakni
Dzat yang bukan alam yang telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada. Ketika pikiran
sudah sampai pada tahap ini maka muncul kesadaran adanya Tuhan, ini adalah berfilsafat.
Namun hasil filsafat ini tidak akan sampai pada kesimpulan mengapa nama Tuhan adalah
Allah, kenapa sholat harus lima waktu, apakah ada yang disebut Malaikat, Jin dan hal-hal
yang sifatnya bukan ranah logika. Di sini manusia kemudian butuh bimbingan agama wahyu.
Walaupun ada agama ardli seperti hindu dan budha yang muncul hasil daya olah pikir
manusia, tapi pada ujungnya agama-agama inipun tetap tidak bisa menafikan ketika mereka
menemukan nama-nama dewa bukan dari olah pikir tapi dari hasil intuisi. Oleh karena itu
menurut pendapat saya ketika filsafat mencari kebenaran, ilmu mencari kebenaran (walaupun
berbeda sifatnya), maka agama muncul bukan mencari tapi hendak menerangkan kebenaran.

Ketika sudah ada agama, maka ketika orang berfilsafat tentang Tuhan, menurut saya adalah
langkah sia-sia, karena sudah jelas diterangkan agama (dengan asumsi bahwa yang disebut
agama adalah agama wahyu) dengan wahyunya. Beda kebenaran yang diterangkan filsafat
dan ilmu yang nisbi dengan kebenaran yang diterangkan agama yang mutlak. Titik singgung
filsafat dan agama diterangkan di kisah Hay bin Yaqdzan, sementara perpisahannya terletak
pada kisah Nabi Ibrahim dalam “pencarian Tuhan”. Di kisah tersebut bukan berarti Ibrahim
berfilsafat mencari Tuhan, tapi justru hendak menafikan kemampuan akal manusia
menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Ibrahim ingin mengingatkan bahwa tanpa khobar
dari Tuhan dengan hidayah-Nya, maka mustahil manusia bisa menemukan Tuhan yang
sebenarnya. Dengan menunjuk matahari, dan bulan sebagai kekuatan yang berpengaruh besar
di bumi, Ibrahim ingin menerangkan bahwa hasil filsafat bisa menemukan adanya Tuhan tapi
filsafat tidak akan sampai pada kesimpulan siapa Tuhan. Di lain pihak, ketika manusia
berfilsafat, maka ini merupakan langkah awal membuat fondasi dasar pencarian ilmu. Karena
sifat filsafat yang berpikir radikal, mendalam, dan menyeluruh, maka dia hanya sampai pada
pengetahuan dasar. Contohnya ilmu fisika dimulai dengan filsafat Alam, setelah muncul
pengetahuan tentang Alam, maka kemudian dibuktikan dengan metode ilmiah, maka
muncullah ilmu Fisika. Digambarkan bahwa filsafat laksana pasukan marinir yang merebut
pantai, setelah pantai dikuasai kemudian mendaratlah pasukan infanteri yang akan membelah
gunung dan membabat hutan. Pasukan infanteri sama dengan tugas ilmu. Filsafat
menyerahkan pantai kepada ilmu untuk melanjutkan penyelidikannya, sementara filsafat
kembali mengelana mencari daerah-daerah baru. Secara singkat dapat dikatakan Filsafat
adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang
mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan
data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat
ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang
bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk
mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan
sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek
kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan
objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat
objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis
atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu pengetahuan
tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat
tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu
pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya
tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu
dianalisis secara mendalam.

Persamaan dan perbedaan antara Filsafat dan Agama adalah sebagai berikut. Persamaan
antara Filsafat dan Agama adalah semuanya mencari kebenaran. Sedang perbedaannya
Filsafat bersifat rasional yaitu sejauh kemampuan akal budi, sehingga kebenaran yang dicapai
bersifat relatif. Agama berdasarkan iman atau kepercayaan terhadap kebenaran agama, karena
merupakan wahyu dari Tuhan YME, dengan demikian kebenaran agama bersifat mutlak
Agama tidak berada di jalur yang mencoba menghambat atau menyaingi ilmu maupun
filsafat, tapi agama datang untuk mengarahkan ilmu agar kebenaran yang diperolehnya tidak
membinasakan atau membuat kehancuran, baik fisik maupun psikis. Ilmu tentang DNA yang
kontroversial misalnya tidak akan dihambat untuk tidak dikembangkan, tapi diarahkan
supaya tidak merusak tatanan, baik alam maupun sosial

2. Sejauhmana kebenaran suatu hasil penalaran yang dicapai melalui pendekatan


logical,statistical dan matematikal?
Jawaban :
Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan logis akan menghasilkan kebenaran logis,
terbebas dari unsur emotif, bersifat objektif dan eksplisit.
Pendekatan logical merupakan ilmu berpikir dan menalar dengan benar,berkaitan dengan
argument-argumen yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip untuk menunjukkan
keabsahan (sah/tidaknya) suatu argument. Khususnya yang dikembangkan melalui
penggunaan metode-metode matematika dan symbol-simbol dengan tujuan untuk
menghindari makna ganda dari bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Menurut
Wittgenstein dalam Suriasumantri (1996), bahwa matematika pada dasarnya merupakan hasil
dari metode berpikir logis.
Berdasarkan perkembangannya maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit
dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. Dalam perspektif inilah maka
logika berkembang menjadi matematika. Jadi, matematika adalah ‘masa kedewasaan logika,
sedangkan logika adalah masa kecil matematika’. Oleh karena itu hubungan logika dan
matematika adalah sangat erat, keduanya sulit dipisahkan, bagaikan dua sisi dalam satu
keping mata uang.

Kebenaran suatu hasil penalaran yang dicapai melalui pendekatan matematikal


bersifat jelas, spesifik dan informative, tidak menimbulkan konotasi emosional
dan bersifat kuantitatif. Pendekatan ini merupakan sarana berpikir deduktif.
Pendekatan statistical merupakan ilmu secara sederhana yang dapat didefinisikan
sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah
adalah bersifat factual,dimana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan
menggunakan pancaindera,maupun dengan menggunakan alat-alat yang
membantu pancaindera tersebut.Pengujian secara empiris merupakan salah satu
mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-
pengetahuan yang lain.Kalau kita telaah lebih dalam maka pengujian merupakan
suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yag
diajukan.Sekiranya hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka
pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkankebenarannya. Sebaliknya
jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis itu ditolak.
Sedangkan mengenai statistik, Suriasumantri (1996) berpendapat, ‘bahwa secara
hakiki statistik mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan
seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif. Jadi matematika
itu berpikir secara dedukti, sedangkan statistik berpikir secara induktif. Baik
matematika maupun statistik merupakan sarana analisis secara kuantitatif.
Statistik juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk mengetahui apakah
suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau
memang benar-benar terkait dalam suatuhubunganyangbersifatempiris.
Karakteristik berpikir induktif (statistik) antara lain: (a) dasar teori statistik adalah
teori peluang, oleh karena itu statistik merupakan pengetahuan yang
memungkinkan manusia untuk menarik kesimpulan secara induktif. Jadi, statistik
adalah salah satu cara menarik kesimpulan induktif secara valid (sahih); (b)
statistik merupakan pengetahuan yang memungkinkan manusia untuk menghitung
tingkat peluang secara eksak (objektif). Sedangkan menurut bidang
pengkajiannya, statistik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu, statistik teoritis dan
statistik terapan; dan (c) penarikan kesimpulan secara induktif (statistik)
menghadapkan manusia kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus
yang harus diamati sampai kepada suatu kesimpulan (dalil atau teori). Jadi,
hubungan antara logika, matematika dan statistik adalah sangat erat. Ada dua
macam logika, yaitu logika formal (deduktf) dan logika meterial (induktif),
matematika merupakan cara berpikir dengan kaidah logika deduktif (logika
formal), sedangkan statistik adalah dengan kaidah logika induktif (logika
material).
Kebenaran suatu hasil penalaran yang dicapai melalui pendekatan statistical
menggunakan pola pikir induktif, dapat digunakan untuk menguji tingkat
ketelitian dan untuk menentukan hubungan kausalitas antar factor terkait.
Pendekatan matematikal merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori
dimana eksistensi matematika tergantung panca indera serta pendapat dari aliran
tersebut logistic yang berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir
logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
Hubungan antara logika dan matematika adalah ilmu kualitatif adalah masa kecil
dari ilmu kuantitatif, ilmu kuantitatif merupakan masa dewasa ilmu kualitatif di
mana ilmu yang sehat seperti juga kita manusia adalah terus tumbuh dan
mendewasa. Metematika sebagai bahasa, mengandung arti matematika adalah: (a)
bahasa yang melambangkan makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan,
Lambang-lambang matematika bersifat ‘artifisial’, yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna atau pengertian diberikan kepadanya; dan (b) bahasa yang
berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa
verbal.
Sifat kuantitatif dari matematika mempunyai makna bahwa: (a) matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif; (b) sifat kuantitatif dari matematika akan
meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pada
hakikatnya semua ilmu pengetahuan baik ilmu-ilmu pengetahuan alam

(natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social sciences), dan ilmu-ilmu humaniora


adalah membutuhkan matematika, hanya saja tingkatan peran matematika dalam
ilmu-ilmu alam berbeda dengan ilmu-ilmu sosial atau ilmu humaniora; dan (c)
matematika merupakan sarana berpikir deduktif (formal), dan semua ilmu
pengetahuan memerlukan kerangka berpikir deduktif.
Pada hakikatnya matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif, tetapi
tidak semua ahli filsafat sepakat dengan pandangan tersebut, misalnya Immanuel
Kant berpendapat, ‘bahwa matematika merupakan pengetahuan ‘sintetik a priori’
dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalaman manusia’
(Suriasumantri J.S., 1996). Terlepas dari pendapat pro kan kontra tersebut, yang
jelas matematika mempunyai manfaat yang sangat besar bagi proses kehidupan
manusia karena: (a) hampir semua persoalan kehidupan memerlukan pemecahan
masalah dengan angka karena hampir semua aspek kehidupan tidak lepas dari
jaringan angka-angka; (b) hampir semua persoalan kehidupan membutuhkan
penyelesaian secara objektif atau kuantitatif; dan (c) dengan kehidupan yang
ditandai oleh kemajuan Iptek dewasa ini, tidak ada proses pengembangan ilmu
pengetahuan yang tidak bersentuhan sama sekali dengan matematika.

3. Filsafat mempelajari komponen pengetahuan adalah the knower (aspek ontology),


knowing (aspek epistemology) dan aksiologi (aspek knowledge).Jelaskan apa
yang dimaksud dari ketiga komponen tersebut dan apa kaitannya dengan
pembangunan ilmu dan pengetahuan?
Jawaban:
EPISTEMOLOGI
 Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme (pengetahuan)
dan logos (theory). Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi
bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi
dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau
dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul,
asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi
penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan

“kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Bila Kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis
dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi
adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana
fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan
“kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Bila Kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis
dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi
adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana
fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
 Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa
tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan.
Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:
 Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara
umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu ushûlî. Ilmu itu sendiri
memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu
itu.
 Sudut pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan
makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga
dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Dalam epistemologi akan dikaji
kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan
batasan-batasan pengetahuan. Dan dari sisi ini, ilmu ushûlî dan ilmu hudhûrî juga
akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang
diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan
sebagai subyek dalam epistemologi.
 Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang
mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur,
keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia

ONTOLOGI
 Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan, atau menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya
 Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme. Natural ontologik akan diuraikan di belakang
hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De
Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di pahami sebagai upaya
mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari
mental.
 Ada tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi
bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat
khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum
yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik
mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi
yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Sedangkan metode
pembuktian dalam ontologi dibedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a
priori dan pembuktian a posteriori.
 Dengan demikian Ontologi Ilmu (dimensi ontologi Ilmu) adalah Ilmu yang
mengkaji wujud (being) dalam perspektif ilmu — ontologi ilmu dapat dimaknai
sebagai teori tentang wujud dalam perspektif objek materil ke-Ilmuan, konsep-
konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah secara kritis dalam
ontologi ilmu.
 Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar
bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.

AKSIOLOGI
 Axios = Nilai (Value) Logi = Ilmu Axiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang
nilai-nilai.Axiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa
kegunaan ilmu pengetahu manusia. Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
 Dengan demikian Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur
kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu (Wibisono, 2001)

4. Kebenaran merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian.


Kebenaran dapat diklasifikasikan sebagai : a) kebenaran empiris; b) kebenaran
logis; c) kebenaran etis; dan d) kebenaran transedental. Dengan menggunakan
contoh spesifik dengan bidang yang anda minati, jelaskan kebenaran-kebenaran
tersebut!
Jawaban :
Kebenaran Empiris atau dalam istilah lain disebut kebenaran Korespondensi,
artinya sesuatu dianggap benar jika ia memiliki kesesuaian dengan kenyataan
empiris. Contoh ketika anda sebut sebuah pernyataan “saat ini hujan turun” maka
pernyataan tersebut dianggap benar jika anda menemukan hujan saat itu. Aliran
empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau
pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John
Locke (1632-1704), Berkley. Metode yang digunakan aliran emperisme adalah
induksi.
Kebenaran Logis disebut juga kebenaran koherensi artinya sesuatu dianggap
benar apabila ia memiliki koherensi atau jika kebenaran tersebut konsisten dengan
kebenaran sebelumnya. Dalam bahasa lain dikatakan kebenaran logis apabila
kebenaran tersebut mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat).
Kebenaran etis artinya sesuatu dianggap benar jika ia sesuai dengan siapa yang
diimani oleh si pembicara.
Trancendental truth (kebenaran transcendental) diartikan sebagai letak kebenaran
suatu hal itu bermukim pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri. Atau
dikatakan letak kebenaran sesuatu hal adalah pada “things as things”.

5. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan
suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang
muncul. Bagaimana Anda menjelaskan hal tersebut, ungkapkan melalui proses
berfikir Anda. Lengkapi uraian anda dengan pendapat Immanuel Kant dan Francis
Bacon!
Jawaban :
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan
cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu
sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka
filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu
sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang
ditelaah, yakni ilmu alam dan ilmu sosial dan tidak mencirikan cabang filsafat
yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan secara filsafat,
namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu alam dan ilmu sosial di
mana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuann yang sama.
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa
sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang
mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga
definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu
sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan
bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara
subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya,
berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-
sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-
sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus
lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya
“Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan
terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat
menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984),
adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang
lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis
dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi
perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang
filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan
pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia
secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
L e b i h l a n j u t K o e n t o W i b i s o n o d k k . ( 19 9 7 ) m e n y a t a k a n ,
k a r e n a pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of
knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan
filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan
objek sasarannya: Ilmu(Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu
terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang
Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum
tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu

1. Dalam rangka pengembangan ilmu, sebaiknya ilmu itu ‘terikat nilai’ atau ‘bebas
nilai’ ? Berikan alasan Saudara.
Filsafat ilmu adalah sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, hakekat dan
sumber pengetahuan serta kreteria kebenaran. Disamping itu, filsafat ilmu juga
membahas persoalan objek, metode dan tujuan ilmu yang tidak kala pentingnya
adalah sarana ilmiah. Filsafat ilmu memberi spirit bagi perkembangan dan
kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap
ilmu, baik pada tatanan ontologis, epistimologis, maupun aksiologis yang dalam
hal ini penulis menempatkan filsafat ilmu dalam Islamisasi ilmu pengetahuan
terletak pada dataran aksiologinya. Yaitu agama sebagai pemberi nilai terhadap
ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu dan Islamisasi ilmu pengetahuan memberikan wawasan yang lebih
luas bagi penuntut ilmu untuk melihat sesuatu itu tidak hanya dari jendela ilmu
masing-masing. Ada banyak jendela yang tersedia, ketika melihat sudut
pandang sesuatu, karena itu, tidak boleh arogansi dalam sebuah disiplin ilmu
karena arogansi adalah pertanda bahwa tidak kreatif lagi dan cepat merasa puas.
Diharapkan perkembangan ilmu yang begitu sepektakuler di satu sisi dan nilai-
nilai agama yang statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah dalam
menentukan perkembangan ilmu selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan
agama terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak
semakin mensejahterahkan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan
menghancurkan kehidupan mereka.
Demikianlah pembahasan kedudukan filsafat ilmu dalam Islamisasi ilmu
pengetahuan yang dapat penulis sajikan, mudah-mudahan mampu mengguga
kita untuk terus mencari, bertualang di dunia ilmu.

2. Meskipun perkembangannya ketinggalan dibandingkan ilmu alam, namun ilmu


sosial mampu memberikan sumbangan bagi kehidupan manusia. Berikan contoh
riil sumbangan tersebut.
Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan
menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai
acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.

Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai


Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan
(SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah
(KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD)
sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong
gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.

Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana
irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air
bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah
tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki
pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .
b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana
stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan
investasi dan revitalisasi industri.
c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan
pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9
tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii) jaminan
pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah
sakit kelas tiga.

3. Pada saat ini dikembangkan pendekatan multidisiplin, ilmu yang satu


digunakan secara bersamaan dengan ilmu yang lain. Jika Anda adalah
pengembang ilmu, bagaimanakah sikap yang Anda lakukan ?
Berbicara tentang strategi pengembangan ilmu ini Koento Wibisono (1982:13)
mengelompokkan menjadi 3 macam pendapat: pertama, pendapat yang
menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tetutup, dalam rti
pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan. “Science for sake of
science only” merupakan semboyan yang didengungkan. Kedua, pendapat yang
menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan refleksi,
bahkan juga memberi justifikasi. Dengan ini ilmu cendrung memasuki kawasan
untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi. Ketiga, pendapat ynag menyatakan
bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling memberi pengaruh untuk
menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam
kemiskinan relevansidan aktualitasnya. “Science for sake of human progress”
adalah pendiriannya

4. “Semua masalah hidup manusia bisa diselesaikan dengan kemampuan


menalarnya” Bagaimanakah pendapat Anda terhadap pernyataan di atas?
Berikan contoh riilnya.
Proses berpikir secara rasional disebut penalaran, maka berpikir secara rasional
dapat disebut berpikir secara nalar atau secara logis. Pengetahuan yang
diperoleh tanpa proses berpikir aktis atau pasif adalah pengetahuan intuitif.
Penalaran hanya terkait dengan kegiatan berpikir sadar dan aktif, dan
mempunyai karakteristik tertentu untuk menemukan kebenaran. Penalaran
adalah proses berpikir logis yang menganut logika tertentu. Untuk dapat
menarik konklusi yang tepat, diperlukan
kemampuan menalar. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik
konklusi yang tepat dari bukti-bukti yang ada, dan menurut aturan-aturan
tertentu.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena dua hal :
Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dipakai untuk berkomunikasi
Kedua, manusia mempunyai daya nalar, yang dipakai untuk mengembangkan
pengetahuan dengan cepat dan mantap menurut suatu alur pikir tertentu
Contoh
Proses Induksi
1. Kita menekan saklar lampu tidak menyala
2. Kita bertanya “mengapa lampu tidak menyala?”
3. Ajukan hipotesi: Lampu putus

Proses deduksi
1. Memasang lampu baru akan menyala apabila saklar ditekan
2. Kita memasang lampu baru dan saklar ditekan: Lampu menyala

=========================================================
==

Jawaban Soal Ilmu Filsafat Pascasarjana


1. Jelaskan konsep filsafat dan perannya bagi pengembangan ilmu.

Filsafat ilmu adalah cabang filsafat pengetahuan yang mengkaji hakikat ilmu. Pengkajian
tersebut dilakukan dari 3 pendekatan: ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ontologi
berkenaan dengan objek yang menjadi kajian ilmu dan batas-batas kajian yang membedakan
ilmu dengan jenis pengetahuan lainnya, seperti agama misalnya. Epistemologi berkenaan
dengan cara pengembangan ilmu, prosedur pengembangan ilmu, dan kriteria agar
pengembangan ilmu tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Aksiologi membicarakan
pemanfaatan ilmu. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah bagaimana ilmu itu dapat
dimanfaatkan tanpa menimbulkan kemudlorotan bagi umat manusia dan lingkungannya Ilmu
pengetahuan, studi sistematis tentang apa pun yang dapat diperiksa, diuji, dan diverifikasi.
Ilmu Kata ini berasal dari kata Latin scire, yang berarti "tahu."Dari awal awal, ilmu
pengetahuan telah berkembang menjadi salah satu bidang terbesar dan paling berpengaruh
dari usaha manusia.Hari ini berbagai cabang ilmu pengetahuan menyelidiki hamper segala
sesuatu yang dapat diamati atau dideteksi, dan ilmu pengetahuan sebagai bentuk keseluruhan
cara kita memahami alam semesta, planet kita, diri kita sendiri, dan makhluk hidup lainnya.
Peranan filsafat
a.Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan
b.Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang mempersempit ruang
gerakan
kalbu manusia
c.Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak
mempersempit ruang geraka kalbu di manusia itu.
2. Jelaskan konsep filsafat ilmu dan manfaatnya bagi mahasiswa Program
Pascasarjana.
Beranjak dari pengertian filsafat dan filsafat ilmu di atas maka filsafat ilmu memiliki
implikasi dan manfaat terhadap mahasiswa pascasarjana sebagai seorang ilmuwan dengan
spesifiaksi bidang keilmuan yang dimiliki (khususnya kami di Teknologi Pendidikan):
1. Bagi mahasiswa yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang
memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu social untuk menjadi landasan berpijak
yang kuat. Ini berarti bagi ilmuwan social perlu mempelajari dasar-dasar ilmu alams ecara
global, sebaliknya ilmuwan ilmu alam perlu memahami dasar-dasar ilmu sosial.Sehingga
memiliki pemahaman yang komprehensif dan berguna untuk memcahkan masalah-masalah
kemanusiaan.
2. Menjadi mahasiswa tidak berpola piker menara gading, yaitu berfikir parsialisme. Tetapi
menjadikan mahasiswa mampu mengaitkan berbagai disiplin ilmu dengan realitas kehidupan
social kemasyarakatan
3. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menjadikan mahasiswa
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Artinya, mahasiswa pascasarjana sebagai seorang
ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat
menghindarkan diri dari sikap paling tahudan “sok” tahu.Karena dengan berfikir filsafati
memunculkan kedasaran diri semakin mengerti ketidaktahuannya akan segala sesuatu.
4. Menjadikan mahasiwa berfikir logis-rasional. Hal ini dikarenakan filsafat ilmu
memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metodei lmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secaralogis-rasional, agar dapat dipahami
dan dipergunakan secara umum.

3 Salah satu karakteristik berpikir filsafati adalah komprehensif. Jelaskan hal itu dan
beri
ilustrasi di bidang keilmuan.
Karakteristik berpikir filsafat yakni:
1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu
hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain,
kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian
dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas
langit masih ada langit.contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa
ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan criteria tersebut dilakukan? Apakah
criteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang
melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran
yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses,
analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Ontology ilmu berkaitan dengan apa yang menjadi bidang telaah ilmu. Saya sependapat
bahwa bidang kajian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur. Artinya
bidang kajian ilmu adalah segala sesuatu yang berada didalam jangkauan pengalaman
manusia.Pengalaman disini menunjukkan tentang adanya sesuatu yang telah kita alami dan
kita mempunyai kesempatan untuk mengkomunikasikan pengalaman tersebut kepada orang
lain atau yang kita sebut dengan empiris. Sedangkan hal-hal yang diluar jangkauan
pengalaman manusia, misalnya apa yang terjadi sesudah seseorang meninggal dunia, bukan
merupakan bidang kajian ilmu. Kiranya sampai saat ini belum pernah ada orang yang pulang
kembali dari alam kubur dan menceritakan pengalamannya di alam kubur.

4. “Objek kajian ilmu adalah hal-hal yang dapat dia mati dan terukur”. Apakah Anda
setuju dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alas an Anda.

Ontology ilmu berkaitan dengan apa yang menjadi bidang telaah ilmu. Saya sependapat
bahwa bidang kajian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur. Artinya
bidang kajian ilmu adalah segala sesuatu yang berada di dalam jangkauan pengalaman
manusia.Pengalaman disini menunjukkan tentang adanya sesuatu yang telah kita alami dan
kita mempunyai kesempatan untuk mengkomunikasikan pengalaman tersebut kepada orang
lain atau yang kita sebut dengan empiris. Sedangkan hal-hal yang diluar jangkauan
pengalaman manusia, misalnya apa yang terjadi sesudah seseorang meninggal dunia, bukan
merupakan bidang kajian ilmu. Kiranya sampai saat ini belum pernah ada orang yang pulang
kembali dari alam kubur dan menceritakan pengalamannya di alam kubur.
Fakta empiris adalah fakta yang dapat langsung dialami langsung oleh manusia dengan
mempergunakan panca inderanya. Ruang lingkup kemampuan panca indera manusia dan
peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu panca indera tersebut membentuk apa yang
disebut dunia empiris. Dunia empiris inilah yang menjadi obyek kajian ilmu. Karena dapat
diukur dan diamati melalui panca indera dan peralatan bantu lainnya. Dalam batas-batas ini
ilmu pengetahuan mempelajari obyek-obyek empiris seperti batu-batuan, binatang, tumbuh-
tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. Ilmu mempelajari berbagai gejala dan peristiwa
yang menurut anggapannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan
obyek yang di telaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris,
dimana obyek –obyek yang berbeda diluar jangkauan manusia tidak dapat dimasukkan
kedalam cirri ilmu yaitu orientasi pada dunia empiris.

5. Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah. Apa yang Anda
ketahui tentang konsep metode ilmiah?
Bagaimana metode ilmiah tersebut terefleksi/tercermin dalam struktur penelitian
untuk penulisan tesis Anda?

Metode ilmiah adalah salah satu cara dalam memperoleh suatu pengetuhuan yang di
dalamnya terdapat suatu rangkaian prosedur tertentu yang harus diikuti untuk mendapatkan
jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Prosedur ilmiah tersebut adalah:
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir
3. Pengajuan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
Penarikan simpulan Implementasi metode ilmiah tampak pada langkah-langkah
penelitian Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
1. Penelaahan kepustakaan.
2. Penyusunan hipotesis.
3. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variable- variabel.
4. Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data.
5. Penyusunan rancangan penelitian.
6. Penentuan sample.
7. Pengumpulan data.
8. Pengolahan dan analisis data. Metode ilmiah dapat digambarkan dalam gambar berikut:
rancangan penelitian kuantitatif.

Kisi­kisi FILSAFAT ILMU
1. Terangkan, apa yang dimaksud dengan FILSAFAT?
2. Sebut dan terangkan OBYEK MATERIAL dan OBYEK FORMAL dari filsafat!
3. Terangkan perbedaan antara manusia dengan hewan dalam hal kemampuan 
BERPIKIR dan BERILMU!
4. Apakah filsafat diperlukan bagi kehidupan manusia? Jelaskan!
5. Terangkan perbedaan antara FAKTA, KONSEP, GENERALISASI dan TEORI!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ASUMSI dan apa perlunya dalam suatu 
aktivitas ilmiah? Lengkapi jawaban Anda dengan contoh!
7. Terangkan, apa saja yang  menjadi ciri dari SIKAP ILMIAH, serta jelaskan SIKAP 
apa yang paling penting untuk dimiliki oleh seseorang yang sedang menuntut ilmu!
8. Terangkan, apa yang dimaksud dengan PARADIGMA keilmuan sebagaimana 
diterangkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific 
Revolution?
9. Jelaskan dampak dari perkembangan ilmu yang tidak memperhatikan dimensi 
ETIKA?
10. Terangkan, apa yang dimaksud dari aspek­aspek ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, 
dan AKSIOLOGI dari suatu ilmu? Perkuat jawaban Anda dengan contoh.
11. Terangkan dengan bahasa Anda sendiri manfaat mempelajari filsafat ilmu, dan 
bagaimana aplikasinya bagi kehidupan Anda?
12. Terangkan ISI RINGKAS dari salah satu buku Filsafat Ilmu yang Anda miliki/baca!
Jawaban Saya     :
1.      Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita­citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap 
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan 
ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2.      Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) 
pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu 
ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah 
pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang 
telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di 
pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian 
khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara
pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.

3.      Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
∙         Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan­kebutuhannya.
∙         Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan social yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan 
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
∙         Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah 
selesai (tuntas) selama hidupnya.
∙         Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan 
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
∙         Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan 
potensi yang tak terbatas
∙         Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan 
jahat.
∙         Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia 
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam 
lingkungan sosial.
4.      Dalam kehidupan, manusia harus mengenal filsafat agar hidup bisa lebih terarah dan tujuan 
hidup bisa tercapai dengan baik serta sempurna.
5.      Fakta               : hal (keadaan, peristiwa) yg merupakan kenyataan; sesuatu yg benar­benar 
ada atau terjadi
Konsep            :  rancangan atau buram surat dsb; 2 ide atau pengertian yg diabstrakkan dr 
peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua ­­ yg berbeda; Ling gambaran mental 
dari objek, proses, atau apa pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh akal budi untuk 
memahami hal­hal lain
Generalisasi     :  Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena 
individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis 
dengan fenomena individual yang diselidiki.
Teori                :  pendapat yg didasarkan pd penelitian dan penemuan, didukung oleh data 
dan argumentasi
6.      Asumsi            :  dugaan yg diterima sbg dasar
Asumsi­asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas 
ilmiah. Asumsi­asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan 
para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.
7.      • Keinginan mengetahui dan memahami.
• Kecondongan bertanya mengenai semua hal
• Kecondongan mencari data dan makna
• Kecondongan menuntut suatu pengujian
• Kecondongan memeriksa pangkal pikir,
• menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis.
• Penghargaan terliadap logika
1.  Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
     Seorang peneliti harus selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek yang 
terdapat di lingkungannya (peduli terhadap lingkungannya).
2.  Jujur
     Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak boleh 
mengubah data hasil penelitiannya.
3.  Objektif
     Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh dipengaruhi oleh 
perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta) yang ada.
4.  Berpikir secara Terbuka
     Seorang peneliti mau menerima kritik dari orang lain, dan mendengarkan pendapat orang 
lain.
5.  Memiliki Kepedulian
     Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti yang baru.
6. Teliti
    Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh melakukan 
kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
7.  Tekun
     Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah dalam 
penelitiannya.
8.  Berani dan Santun
Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.
8.      Beberapa pengertian paradigma :

Cara memandang sesuatu
    Dalam ilmu pengetahuan : model, pola, ideal. Dari model­model ini fenomena yang 
dipandang, dijelaskan
    Dasar untuk menyeleksi problem­problem dan pola untuk memecahkan problem­problem 
riset [5]

Paradigma merupakan konstruk berpikir yang mampu menjadi wacana untuk temuan ilmiah : 
yang dalam konseptualisasi Kuhn : menjadi wacana untuk temuan ilmiah baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa paradigma dapat kita gunakan di dalam ilmu sebagai model, 
contoh, pola yang dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi berbagai problem­problem serta 
pola­pola untuk mencari dan menemukan problem­problem yang ada di dalam ilmu 
pengetahuan untuk memecahkan problem­problem riset. Jadi secara singkat pengertian 
paradigma adalah keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu 
komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan
tentang apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang 
harus di ikuti dalam menginterprestasikan jawaban yang diperoleh.
9.      Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etika sebagai pertimbangan dan yang 
mempunyai pengaruh pada proses perkembangannya lebih lanjut. Tanggung jawab etika 
menyangkut pada kegiatan dan penggunaan ilmu. Dalam hal ini pengembangan ilmu 
pengetahuan harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, keseimbangan 
ekosistem, bersifat universal dan sebagainya, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah 
untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia dan bukan untuk 
menghancurkannya. Penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dapat mengubah suatu aturan 
alam maupun manusia. Hal ini menuntut tanggung jawab etika untuk selalu menjaga agar 
yang diwujudkan tersebut merupakan hasil yang terbaik bagi perkembangan ilmu dan juga 
eksistensi manusia secara utuh.
Suatu penemuan ilmiah selalu dimulai dengan berbagai penemuan ilmiah yang sebelumnya. 
Yang berarti bahwa, suatu penemuan ilmiah mendorong untuk dilakukan penelitian lebih 
lanjut, atau membuka peluang bagi penemuan ilmiah yang lainnya. Demi tujuan popularitas 
dan ketenaran dalam waktu secepat mungkin, tidak sedikit dalam waktu sejarah penelitian 
ilmiah terjadi plagiasi, atau bahkan lebih parah dari pada plagiasi, pengetikan ulang hasil 
penelitian orang lain. Plagiasi ilmu jelas merupakan suatu perbuatan ilmiah yang sama sekali 
tidak etis, yakni ketidak jujuran ilmiah.
Ilmuwan dituntut lebih pada perilaku etisnya dalam berilmu daripada rumusan penemuan 
ilmiah. Rumusan penemuan ilmiah tidak akan dilahirkan secara murni dan original, apabila 
orang mengklim hasil penemuan ilmiah orang lain sebagai hasil penemuan ilmiahnya. Oleh 
karena itu, syarat­syarat etis sebagai ilmuan adalah berlaku jujur dan fair dalam penelitian 
ilmiah, memposisikan keunikan penelitian dengan menelusuri penelitian­penelitian yang 
sudah ada sebelumnya, tidak melakukan klaim bahwa penemuan ilmiahnya adalah satu­
satunya teori yang harus diikuti karena setiap penemuan ilmiah dimungkinkan mengandung 
kesalahan, dan tidak menafsirkan data­data penelitian seenaknya sendiri menurut kepentingan
pribadi semata dengan mengorbankan kepentingan objek ilmiahnya.
Yang terpenting dari sebuah nilai adalah bukan nilai, melainkan kebenaran. Sehingga dalam 
kaitan ini, etika sebenarnya tidak termasuk dalam kajian ilmu dan juga anak kandungnya 
teknologi secara langsung yang bersifat otonom. Namun demikian, dalam aspek penggunaan 
atau penerapan ilmu dan teknologi untuk kepentingan kehidupan manusia dan ekologi, etika 
memiliki peran yang sangat menentukan tidak hanya bagi perkembangan ilmu dan teknologi 
selanjutnya, tetapi juga bagi keberlangsungan eksistensi manusia dan ekologi. Dengan 
demikian, etika lebih merupakan suatu dimensi pertanggungjawaban moral dari ilmu.
10.  Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. 
Sedangkan,  menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara 
jasmani maupun secara rohani.Setiap ilmuan memiliki asumsi sendiri­sendiri untuk 
menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan­batasan sendiri untuk 
menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, 
maka kita akan memperoleh kesimpulan yang berantakan.
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat Misalnya, 
ditinjau dari segi ilmu teknologi. Teknologi zaman dahulu dan zaman sekarang sangat 
berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi fenomena ini juga akan ikut berkembang dan 
semakin bertambah.

Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan.
salah satu tanggungjawab seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang 
menemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut. Dan 
moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang yang meminta
permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.
11.  1.      Filsafat menolong mendidik,
2.      Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan 
persoalan­persoalan dalam hidup sehari­hari.
3.      Filsafat memberikan pandangan yang luas
4.      Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri
5.      Filsafat memberikan dasar,­dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) 
maupun untuk ilmu­ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu 
mendidik, dan sebagainya.

1. Ontologi dalam lapisan ilmu:

a. Bagimana letak ontologi dalam perkembangan ilmu dan pembentukan warga negara yang
baik dan beretika?

Jawaban:

Letak ontologi dalam perkembangan ilmu

Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena
yang ingin kita ketahui. Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha menjawab
“apa” menurut Aristoteles The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda
(Bakhtiar, 2005).

Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial.
Menurut Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari
sebuah gagasan kita tentang realitas. Ontologi dalam filsafat ilmu adalah studi pengkajian
mengenai sifat dasar ilmu yang arti sifat dasar itu membentuk arti, struktur, dan prinsip ilmu.

Van Peursen menggambarkan bahwa ilmu itu memiliki struktur seperti bangunan yang
tersusun atas batu bata dan ontologi menempati posisi yang paling dasar. Dengan kata lain
ontologi menempati posisi landasan terdasar dari pondasi ilmu dimana di situlah terletak ”
Undang-Undang Dasarnya” dunia ilmu. Fenomena ilmu dapat dianalogikan sebagai sebuah
fenomena gunung es di tengah lautan, dimana yang nampak oleh mata kita adalah kerucutnya
saja yang tidak begitu besar, namun jika kita selami lebih mendasar akan tampak fenomena
lain yang luar biasa dimana ternyata kerucut yang tampak tersebut merupakan puncak dari
sebuah gunung yang dasarnya jauh berasal dari dalam lautan.Ternyata sains atau ilmu tidak
sesederhana yang kita bayangkan. Sebagai pengguna kita hanya memandang bahwa ilmu
hanya berkutat pada pembahasan berbagai teori, riset, eksperimen, atau rekayasa berbagai
macam teknologi. Ilmu ternyata merupakan sebuah dunia yang memiliki karakter dasar,
prinsip, dan struktur yang kesemuanya itu menentukan arah dan tujuan dari pemanfaatan
ilmu.

Letak ontologi dalam pembentukan warga negara yang baik dan beretika

Seperti yang telah dikemukakan bahwa ontologi adalah sebuah ”undang-undang dasarnya”
ilmu. Hal ini dapat kita maknai bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan
undang-undang dasar tersebut karena undang-undang itulah yang memberikan arah dan acuan
dalam setiap tindakan selanjutnya.Ontologi merupakan cikal bakal pembentukan sebuah
peradaban.Artinya baik buruknya suatu peradaban ditentukan oleh ontologi tersebut. Manusia
yang menjadi bagian peradaban tersebut terus memikirkan ke arah mana suatu negara akan
dibawa.

Dalam penafsiran yang lebih luas dari ontologi, dapat ditekankan lebih lanjut bahwa mesin
realitas yang obyektif itu selalu mengontrol segala kejadian melampaui ilmu-ilmu
pengetahuan fisika. Kemudian dalam masalah etika, beberapa penganut filsafat realisme yang
berketuhanan berpegang pada hukum-hukum moral di dalam alam, kita akan melihat
bagaimana seringnya kata alam dan alamiah masuk ke dalam pembicaraan dan diskusi ahli-
ahli filsafat dan penganut realisme. Jadi, dengan adanya ontologi akan adanya sebuah dunia
yang penuh dengan benda-benda yang senantiasa bergerak, seperti mekanisme yang
dikaruniai pola, keterangan dan gerakan harmonis. Bergerak, seperti mekanisme yang
dikaruniai pola, keterangan dan gerakan harmonis itulah tercermin dalam sebuah ”undang-
undang” yang mengatur segala aktivitas agar tidak terjadi benturan antar komponen-
komponen. Sebagai contoh, untuk membentuk warga negara yang baik dan bermoral, di
negara kita pernah tercatat dalam sejarah mengenai sejarah pembentukan Pancasila yang
dilakukan oleh negarawan-negarawan kita.Semua pendapat yang diajukan berangkat dari
pemikiran dasar (ontologi). Pemikiran dasar inilah yang hakikatnya akan membawa manusia
bermoral dan baik. Meskipun dalam praktiknya tidak sesuai dengan yang diharapkan (baik
dan bermoral). Hal ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang ontologi. Dapat
dikatakan bahwa ontologi mengajak kita untuk berpikir mendalam mengenai hakikat sesuatu
itu.

b. Kedudukan epistimologi dalam filsafat ilmu? Dan bagaimana hubungan moral, seni, serta
berikan contoh?

Jawab:

Ilmu dan moral serta seni merupakan sesuatu yang sulit untuk di pisahkan dimana ke tiga
komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Setiap manusia memiliki penalaran yang
luar biasa, maka sering orang berkata bahwa makin cerdas atau pandai kita menemukan
kebenaran makin benar maka makin baik pula perbuatan kita. Atau sebaliknya semakin tinggi
tingkat penalaran, makin berbudi sesorang tersebut sebab moral mereka dilandasi analisis
yang hakiki atau sebaliknya semakin cerdas seseorang maka makin pandai pula kita berdusta
dan begitu juga dengan kemajuan teknologi membuat semakin giat orang untuk bersaing.
Demikian kemajuan teknologi membuat atau menuntut seseorang menghasilkan sesuatu,

contoh:

seseorang ahli kimia merakit sebuah bom, kemampuan merakit tersebut merupakan suatu
ilmu yang dimiliki oleh orang tersebut, kemudian apa manfaat dan kegunaan dari apa yang
dibuatnya (bom) di sinilah peranan moral orang tersebut. Seperti yang dialami oleh Leo
Szilard, seorang ilmuwan yang menemukan Bom Atom. Walaupun dia yang menemukan bom
atom tapi dia tidak setuju kalau penemuannya digunakan untuk memusnahkan kehidupan
manusia. Ia pun sempat berkirim surat kepada Presiden Amerika Serikat saat itu F.D.
Roosevelt untuk tidak menggunakan rumus bom atomnya dalam Perang Dunia 2.

2. Ilmu berkembang dengan teori dan cara berpikir sebagai sarananya

a. Bagaimana konsep kebenaran menurut Rasionalisme, Empirisme, teori koherensi, dan teori
korespondensi? berikan contoh dalam kehidupan sehari hari sehingga jawaban saudara jelas.

Jawaban:

Konsep kebenaran menurut rasionalisme, empirisme, teori koherensi, dan teori korespondensi
:

Kebenaran menurut rasionalisme, Descartes berpendapat bahwa apa yang jelas dan terpilah-
pilah harus dipandang sebagai suatu kebenaran , contoh ”seorang siswa terlambat datang
kesekolah dengan alasan ke hujanan di jalan dan saat itu memang keadaan alam tidak
bersahabat”, maka secara rasional dan akal sehat alasan siswa tadi dapat di terima.

Di sisi lain Descartes menemui hakikat sesuatu akan tetapi agar hakikat segala sesuatu dapat
ditentukan, dipergunakan, pengertian-pengertian tertentu seperti substansi, atribut, sifat dan
modus.

Kebenaran menurut emperisme, pada dasarnya para tokoh empirisme ini menitik beratkan
pada pengalaman. Menurut Bacon tugas yang sebenarnya dari pengetahuan adalah
mengusahakan penemuan-penemuan yang dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
Dimana penemuan-penemuan itu di dasarkan atau diperlukan wawasan seseorang di mulai
dari bekerja menurut suatu metode yang benar, orang bersikap pasif terhadap bahan-bahan
yang di sajikan alam dimana kita menghindari prasangka-prasangka terlebih dahulu. Contoh
”seorang murid telaten dalam menyulam karena memang didasari oleh faktor keluarganya
yang sehari-hari bekerja sebagai penyulam”, sedangkan korespondensi merupakan suatu teori
yang menitik beratkan tentang cara merespon atau memberikan jawaban yang diminta pada
orang lain. Contoh ”seorang guru mengemukakan suatu pendapat tentang rencana bertamasya
namun guru tersebut meminta respon atau tanggapan dari siswanya”.

a) Bagaimana perkembangan ilmu mulai adanya zaman batu sampai saat ini. Jelaskan dengan
contoh!

Jawab:
Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodisasi sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada
zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. Periodeisasi ini mengandung
tiga kemungkinan. Pertama, menafikan adanya pengetahuan yang tersistem sebelum zaman
Yunani kuno. Kedua, tidak adanya data historis tentang adanya ilmu sebelum zaman Yunani
kuno yang sampai pada kita. Ketiga, Bakhtiar sengaja tidak mengungkapnya dalam bukunya.
Jika kemungkinan pertama yang terjadi, maka informasi dari teks-teks agama tentang nama-
nama yang Adam ketahui, misalnya, tidak termasuk ilmu tetapi hanya pengetahuan belaka.
Jika kemungkinan kedua yang benar, maka bukan berarti pengetahuan yang tersistem hanya
ditemukan dan dimulai pada zaman Yunani kuno, tetapi ia sudah ada sebelumnya hanya saja
informasinya tidak sampai pada kita. Jika kemungkinan ketiga yang berlaku, maka penulis
perlu mengungkapnya meski hanya sekilas karena keterbatasan referensi yang ada pada
penulis.

Menurut George J. Mouly, permulaan ilmu dapat disusur sampai pada permulaan manusia.
Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat
empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Masa manusia purba
dikenal juga dengan masa pra-sejarah. Menurut Soetriono dan Rita Hanafie, masa sejarah
dimulai kurang lebih 15.000 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan
manusia berkembang lebih maju. Mereka telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung.
Kebudayaan mereka pun mulai berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir di
Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika
Tengah. Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka. Meski agak berbeda dengan
pendapat tersebut, Muhammad Husain Haekal (1888-1956) berpendapat lebih spesifik bahwa
sumber peradaban sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu (berarti sekitar 4000 SM) adalah
Mesir. Zaman sebelum itu dimasukkan orang ke dalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu,
sukar sekali akan sampai kepada suatu penemuan yang ilmiah.

Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai permulaan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka bumi
hanya saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Penekanan terhadap
kegunaan dan aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya. Teori ini berlaku
secara umum terhadap beberapa – untuk tidak dikatakan semua– disiplin ilmu dari generasi
ke generasi. Berbekal otak, pengalaman, dan pengamatan terhadap gejala-gejala alam,
manusia purba sudah barang tentu memiliki seperangkat pengetahuan yang dapat membantu
mereka mengarungi kehidupan. Seperangkat pengetahuan tersebut semakin lama akan
semakin tersusun rapi karena inilah karakteristik dasar ilmu. Jika kita menafikan adanya ilmu
tertentu yang mereka miliki, maka kita akan sulit menjawab pertanyaan: mungkinkah mereka
bisa bertahan hidup bertahun-tahun tanpa bekal apapun?

Selanjutnya Mouly menyebutkan bukti-bukti secara berurutan terhadap pernyataannya


sebagai berikut: Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah
dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana banjir sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut
menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan kegiatan survei. Keberhasilan
ini kemudian diikuti oleh bangsa Babilonia dan Hindu yang memberikan sumbangan-
sumbangan yang berharga meskipun tidak seinsentif kegiatan bangsa Mesir. Setelah itu
muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka
bukan saja menyumbang perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan sistem
klasifikasi Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara
deduktif pengalaman-pengalaman manusia.
Peradaban Mesir kuno, misalnya, mewariskan peninggalan-peninggalan bermutu tinggi
seperti piramida, kuil, dan sistem penatanan kota. Peninggalan-peninggalan ini tidak mungkin
ada tanpa adanya ilmu yang mereka miliki. Proses pembangunan piramida yang menjulang
tinggi dan tersusun dari batu-batu besar pilihan tak bisa lepas dari matematika dan arsitektur.
Begitu pula dengan proses pembangunan kuil megah mereka. Sementara itu, sistem penataan
kota membutuhkan arsitektur dan administrasi pemerintahan. Dengan kata lain, peninggalan-
peninggalan bersejarah tersebut menunjukkan adanya ilmu-ilmu tertentu yang mereka miliki
sehingga mereka bisa mewujudkan impian mereka menjadi kenyataan. Menurut Haekal,
Mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani atau
Rumawi.

Sementara itu, menurut Betrand Russell, pada masa Babilonia lahir beberapa hal yang
tergolong ilmu pengetahuan: pembagian hari menjadi dua puluh empat jam, lingkaran
menjadi 360 derajat, penemuan siklus gerhana yang memungkinkan terjadinya gerhana bulan
bisa diramal dengan tepat dan gerhana matahari dengan beberapa perkiraan. Pengetahuan
bangsa Babilonia ini sampai ke tangan Thales , filosof Yunani.

Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno

Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang
terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal
filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani
menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat
berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat
pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang.
Sehingga wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya,
termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa
mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu
merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji pengembangan
filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun
kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan menjadi sangat
maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya seperti sekarang ini.

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia
karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi
logosentris. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat yang akhirnya
kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal
manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam
jagad raya.

Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624-546 SM),
setelah itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM), Parmenides (515-440
SM), dan Phytagoras (580-500). Thales, yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal
alam adalah air. Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas,
dan meliputi segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat
alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta
adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang
dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang
bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah
unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan
ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu,
terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini
sangat bergantung pada pendekatan matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan
berbeda mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti
negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan
mereka mengilhami generasi setelahnya.

Setelah mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi terhadap
ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan mengalihkan penelitian
mereka dari alam ke manusia. Bagi mereka, manusia adalah ukuran kebenaran sebagaimana
diungkapkan oleh Protagoras (481-411 SM), tokoh utama mereka. Pandangan ini merupakan
cikal bakal humanisme. Menurutnya, kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya,
tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak
menganggap teori matematika mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias
(483-375 SM). Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal
juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya
oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka
membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika,
agama, dan metafisika.

Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof setelahnya seperti Socrates
(470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Menurut mereka, ada
kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya
kebenaran obyektif itu dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan
melalui percakapan-percakapan. Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi
Plato, esensi mempunyai realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-
buat bahkan sudah ada di alam idea. Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan
Aristoteles. Dia adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis
(logika, metafisika, dan fisika) dan praktis (etika, ekonomi, dan politik). Pembagian ilmu
inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di kemudian hari. Dia dianggap sebagai
bapak ilmu karena mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis.
Karena demikian meresapnya serta lamanya pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles,
A.N. Whitehead memberikan catatan bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya
sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka. Pendapat
Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain mengembangkan
filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa persoalan filsafat Yunani
sehingga memiliki karakteristik islami.

Ilmu Pengetahuan Zaman Islam Klasik

Ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, hadis, fiqih, usul fiqih, dan teologi sudah berkembang
sejak masa-masa awal Islam hingga sekarang. Khusus dalam bidang teologi, Muktazilah
dianggap sebagai pembawa pemikiran-pemikiran rasional. Menurut Harun Nasution,
pemikiran rasional berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250 M). Pemikiran ini
dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat
dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani
melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia
Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan
Bactra (Persia).
W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir
diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani
dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria,
Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian –pada sekitar
tahun 900 M– ke Baghdad. Kolese Kristen Nestorian di Jundisyapur, pusat belajar yang
paling penting, melahirkan dokter-dokter istana Hārūn al-Rashīd dan penggantinya sepanjang
sekitar seratus tahun. Akibat kontak semacam ini, para khalifah dan para pemimpin kaum
Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka
mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa
terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru
dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-Ḥikmah,
sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir
penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan
dan sebagian besar abad kesepuluh.

Buku-buku matematika dan astronomi adalah buku-buku yang pertama kali diterjemahkan.
Al-Khawārizmī (Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting dalam bidang
matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari namanya. Dia memberi
landasan untuk aljabar. Istilah “algebra” diambil dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah
rintisan pertama dalam bidang aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal seperti
yang ada dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-Khawārizmī dan para penerusnya
menghasilkan metode-metode untuk menjalankan operasi-operasi matematika yang secara
aritmatis mengandung berbagai kerumitan, misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu
angka. Di antara ahli matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
adalah al-Nayrīzī atau Anaritius (w. 922 M) dan Ibn al-Haytham atau Alhazen (w. 1039 M).
Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar
visual memancar dari mata ke obyeknya, dan mempertahankan pandangan kebalikannya
bahwa cahayalah yang memancar dari obyek ke mata. Di bidang astronomi, al-Battānī
(Albategnius) menghasilkan table-tabel astronomi yang luar biasa akuratnya pada sekitar
tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya tentang gerhana telah digunakan untuk
tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain al-Battānī, ada Jābir ibn Aflaḥ
(Geber) dan al-Biṭrūjī (Alpetragius). Jābir ibn Aflaḥ dikenal karena karyanya di bidang
trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-Majrīṭī (w.
1007 M), Ibn al-Samḥ, dan Ibn al-Ṣaffār. Ibn Abī al-Rijāl (Abenragel) di bidang astrologi.

Dalam bidang kedokteran ada Abū Bakar Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī atau Rhazes
(250-313 H/864-925 M atau 320 H/932 M) , Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), Ibn Rushd
atau Averroes (1126-1198 M), Abū al-Qāsim al-Zahrāwī (Abulcasis), dan Ibn Ẓuhr atau
Avenzoar (w. 1161 M). Al-Ḥāwī karya al-Rāzī merupakan sebuah ensiklopedi mengenai
seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk setiap penyakit dia
menyertakan pandangan-pandangan dari para pengarang Yunani, Syiria, India, Persia, dan
Arab, dan kemudian menambah catatan hasil observasi klinisnya sendiri dan menyatakan
pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine karya Ibnu Sīnā sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada abad ke-12 M dan terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa
setidak-setidaknya sampai akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Abū al-Qāsim al-
Zahrāwī tentang pembedahan (operasi) dan alat-alatnya merupakan sumbangan yang
berharga dalam bidang kedokteran.

Dalam bidang kimia ada Jābir ibn Ḥayyān (Geber) dan al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050 M).
Sebagian karya Jābir ibn Ḥayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia
maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-
bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-
karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat
yang mencapai ketepatan tinggi.

Dalam bidang botani, zoologi, mineralogi, karya orang Arab mencakup gambaran dan daftar
berbagai macam tanaman, binatang, dan batuan. Beberapa di antaranya memiliki kegunaan
praktis, yakni ketika karya tersebut dihubungkan dengan bidang farmakologi dan perawatan
medis.

Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan filsafat.
Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), al-Ghazālī (w.
1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Ṭufayl atau Abubacer (w. 1185 M), dan
Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa
membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi filsafat dalam Islam
dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan
dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains
Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan
menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing. Menurut Betrand Russell,
Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam
dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar,
bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas
non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof
profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di
Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad
pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-
abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.

Ilmu Pengetahuan Zaman Renaisans dan Modern

Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah renaisans.
Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai periode
kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad
ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad pertengahan,
zaman renaisans, dan zaman modern. Bisa dikatakan abad pertengahan berakhir tatkala
datangnya zaman renaisans. Sebagian orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah
perluasan dari zaman renaisans. Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang
terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti
bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme,
sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil
empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanisme.

Tokoh penemu di bidang sains pada masa renaisans (abad 15-16 M): Nicolaus Copernicus
(1473-1543 M), Johanes Kepler (1571-1630 M), Galileo Galilei (1564-1643 M), dan Francis
Bacon (1561-1626 M). Copernicus menemukan teori heliosentrisme, yaitu matahari adalah
pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana teori geosentrisme yang dikemukakan oleh
Ptolomeus (127-151). Menurutnya, bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-
hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini melahirkan revolusi
pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Kepler adalah ahli astronomi Jerman
yang terpengaruh ajaran Copernicus. Dialah yang menemukan bahwa orbit planet berbentuk
elips; bahwa planet bergerak cepat bila berada di dekat matahari dan lambat bila jauh darinya.
Galileo adalah ahli astronomi Italia yang melakukan pengamatan teleskopik dan
mengukuhkan gagasan Copernicus bahwa tata surya berpusat pada matahari. Inkuisi takut
akan penemuannya dan memaksanya meninggalkan studi astronominya. Dia juga berjasa
dalam menetapkan hukum lintasan peluru, gerak, dan percepatan. Dialah penemu planet
Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.

Selanjutnya tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M): Sir Isaac
Newton (1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph Black (1728-1799 M), Joseph
Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M), dan J.J. Thompson.
Newton adalah penemu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika yang mendasari ilmu
alam. Pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi.
Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang amat menarik. Black adalah
pelopor dalam pemeriksaan kualitatif dan penemu gas CO2. Prestley menemukan sembilan
macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Lavoiser
adalah peletak dasar ilmu kimia sebagaimana kita kenal sekarang. J.J. Thompson menemukan
elektron. Dengan penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan bahwa atom adalah bahan
terkecil dan mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika yaitu fisika nuklir.
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi,
kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika,
geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu
zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman kontemporer.

Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer

Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern adalah era
perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer
adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan ilmu di
zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti
sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti
fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika,
informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi,
dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.

Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat
yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin
cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari
perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer
merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal
penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh
Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer.[35] Dari komputer berkembang
ke PC (private computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal
digital assistans).[36] Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai
buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya yang
kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam
keunggulan yang lebih besar.

Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa
genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari Universitas Cambridge adalah
orang pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi
telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall
berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian
Wilmut berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi
nama Dolly. Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene.
Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko
Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Pada
tahun 2000, Prof. Gerald Schatten berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra.
Setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih
berencana menerapkan teknik kloning pada manusia. Menurut Jujun Suriasumantri, ilmu
pengetahuan dewasa ini telah berkembang menjadi sekitar 650 cabang. Di samping sudah ada
pemberdayaan antara ilmu-ilmu alam atau natural science dengan ilmu-ilmu sosial, dikenal
pula dengan pembedaan ilmu dan ilmu terapan. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan,
menurut Chalmers, diperkirakan sejak 400 tahun yang lalu, yaitu sejak Copernicus, Galileo,
Kepler, dan yang lebih jelas lagi sejak Francis Bacon pada abad ke-15 dan 16 sebagai ahli
filsafat ilmu yang mengemukakan perlunya suatu metode dalam mempelajari pengalaman.
Bacon menekankan bahwa eksperimen dan observasi yang intensif merupakan landasan
perkembangan ilmu.

Fakta-fakta di atas menunukkan bahwa perkembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dari rasa
keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh melalui
penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga
menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan
pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan,
mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang
kemudian menjadi pemacu bagi pesatnya perkembangan ilmu yang melatarbelakangi
semakin cepatnya penemuan dalam bidang teknologi yang kadang membuat sebagian orang
terlena karenanya sehingga tidak sadar bahwa sebagian ilmu yang disalahgunakan bisa
menjadi ancaman serius bagi kehidupan mereka.

Poin penting yang perlu dicatat di sini adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
harus diimbangi dengan pengembangan moral-spiritual manusianya, karena sebagaimana kita
tahu, perkembangan ilmu pengetahuan selain berdampak positif, ia juga berdampak negatif
bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah semakin mempermudah kehidupan
manusia, sementara dampak negatifnya adalah semakin mengancam kehidupan mereka. Oleh
karena itu, agar tatanan kehidupan manusia di dunia ini tetap lestari, maka perkembangan
ilmu mesti diiringi dengan pengembangan moral-spiritual manusia itu sendiri. Perkembangan
ilmu tanpa pengembangan moral-spiritual bisa menjadi ancaman bagi kehidupan manusia
seperti yang bisa kita rasakan akhir-akhir ini yang berupa penyalahgunaan teknologi nuklir.
Demikian pula pengembangan moral-spiritual tanpa diiringi perkembangan ilmu bisa
menjadikan sebagian manusia kurang kreatif seperti yang terjadi pada orang Kristen pada
zaman kegelapan Eropa. Dengan kata lain, antara otak dan hati harus mendapatkan porsi
perhatian yang seimbang. Sejarah sudah membuktikannya. Sejarah merupakan disiplin ilmu
yang memiliki validitas kebenaran yang tinggi sehingga layak dijadikan bahan untuk
mengambil pelajaran

3. A. Apa yang terkandung di dalam epistemologi, aksiologi dan ontologi?

Jawaban:
ONTOLOGI

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno.Awal pikiran yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang
ontologi.Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita
menerangkan hakikatdari segala yang ada ini?Pertama kali orang dihadapi pada adanya
berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang perupa rohani (kejiwaan).

Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada.Hakikat adalah realitas; realitas adalah ke-real-an, artinya kenyataan yang sebenarnya.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab ” apa” yang
menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda-benda Untuk lebih jelasnya penulisan mengemukakan pengertian dan aliran pemikiran
dalam ontologi ini.

Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani Yaitu, On/ontos = ada, dan
logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.

2. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan Ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkrit maupun rohani/absterak.

EPISTEMOLOGI

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian
mengenai pengetahuan yang dimiliki mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandaiakan begitu
saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungki, meskipun beberapa di antara mereka
menyarabkan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari
sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersebdiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:

A. Metode Induktif

Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi


disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.

B. Metode Deduktif

Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut
dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.

C. Metode Positivisme

Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang
telah diketahui.
AKSIOLOGI

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.Dengan
kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transfortasi,
pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan
membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai.

Pekembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk


kemudahan bagi manusia, bahwa ilmu pengetahuan dan tekniloginya merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia, terbebas dari tutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan?
Memang dengan jalan mempelajari teknologi seperti pembuatan bom atom, manusi bisa
memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi

Di bidang etika, tanggugung jawab seorang ilmuan, bukan bukan lagi memberi informasi
namun harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima, keritik
menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan kalau berani
mengakuai kesalahan.

Berdasarkan sejarah tradisi Islam ilmu tidaklah berkembang pada arah yang tak terkendali,
tapai ia harus bergerak pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya. Ilmu
pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh, eksistensi ilmu pengetahuan bukan ” melulu”
untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan
untuk pepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada sang Pencipta. Menurut
mereka ilmu pengetahuan hanyalah sebagi objek kajian untuk mengembangkan ilmu
pengetahaun sendiri. Tujuan ilmu pengetahuan merupakan upaya peneliti atau ilmuwan
menjadiakan ilmu pengetahuan sebagi alat untuk menambahahkan kesenangan manusia
dalam kehidupan yang sangat terbatas di muka bumi ini, pengetahuan itulah yang nantinya
akan melahirkan teknologi. Teknologi jelas sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi
berbagi masalah, dan lain sebaginya.

B. Ada tiga fungsi ilmu, yaitu fungsi eksplanatif, prediktif, dan kontrol. Jelaskan tiga fungsi
itu dengan contoh dalam bidang pendidikan?

Jawaban:

Tiga fungsi ilmu, yaitu fungsi eksplanatif, prediktif, dan kontrol, yaitu:

1. Fungsi eksplanatif yang dilakukan oleh seseorang untuk mengekspos kemampuan guna
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat pada bidang pendidikan.

Contoh:

”seorang siswa dapat menciptakan atau memuat rangkaian listrik sederhana dengan
memanfaatkan media/barang yang ada”.

2. Fungsi prediktif merupakan cara seseorang menggunakan pola pikirnya untuk


memprediksikan sebab dan akibat sesuatu yang di ciptakannya.
Contoh:

”Dari rangkaian listrik sederhana tadi siswa dapat memperkirakan tentang rangkaian yang
dibuatnya”.

3. Fungsi kontrol pada pendidikan adalah mengawasi atau memantau tentang apa yang sudah
dilakukan oleh seseorang.

Contoh:

”aktifitas siswa yang membuat rangka”.

You might also like