You are on page 1of 21

i

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KENCUR (KAEMPFERIA


GALANGA L.) PADA RANSUM TERHADAP KADAR KOLESTROL
DAN ENERGI METABOLIS AYAM BROILER

USULAN PENELITIAN

MUHAMMAD GHAISAN FATHUL BAARI


NPM. 200110160275

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KENCUR (KAEMPFERIA
GALANGA L.) PADA RANSUM TERHADAP KADAR KOLESTROL
DAN ENERGI METABOLIS AYAM BROILER

OLEH :
MUHAMMAD GHAISAN FATHUL BAARI
200110160275

Mengesahkan :

Dr. Ir. Iman Hernaman, M. Si.


Wakil Dekan
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan

kepada Allah Subhanahu WaTa’ala yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan

judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Kencur (Kaempferia Galanga L.) Pada

Ransum Terhadap Kecernaan Protein Dan Lemak Kasar Pada Ayam Broiler”.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan besar

Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wassalam.

Sumedang, Oktober

2018

Penulis
DAFTAR ISI

Bab
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................ v

DAFTAR TABEL........................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... vii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian............................................................... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................... 4
1.7 Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................... 8

II BAHAN DAN METODE PENELITIAN


2.1 Objek dan Bahan Penelitian ................................................... 9
2.1.1 Ternak Percobaan .......................................................... 9
2.1.2 Bahan Pakan Penelitian dan Penyusunan Ransum ....... 9
2.1.3 Alat Penelitian ............................................................... 10
2.1.4 Bahan Penelitian............................................................ 10
2.2 Metode Penelitian................................................................... 11
2.2.1 Prosedur Penelitian........................................................ 11
2.2.2 Peubah yang Diamati .................................................... 11
2.2.3 Rancangan Percobaandan dan Analisis Data ................ 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 14

LAMPIRAN ................................................................................. 15
3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam broiler merupakan unggas yang dibudidayakan untuk

menghasilkan daging dalam kurun waktu yang relatif singkat (5-6 minggu).

Saat ini, peternakan ayam khususnya ayam broiler dikembangkan dengan

jumlah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.

Pertumbuhan yang relatif singkat pada ayam broiler dapat sangat

menguntungkan bagi peternak dari segi ekonomi, karena proses perputaran

uang juga dapat berjalan dengan cepat dan secara kontinu. Didukung juga

oleh jumlah permintaan daging ayam broiler khususnya di Indonesia dapat

dipastikan meningkat pada setiap tahunnya dengan bertambahnya jumlah

penduduk yang ada.

Meningkatnya harga pakan khususnya pada ternak ayam menjadi

suatu permasalahan yang banyak dihadapi oleh peternak. Pada umumnya

pakan utama yang diberikan pada ayam broiler berupa ransum komersil.

Kandungan nutrisi pada ransum komersil dapat memenuhi kebutuhan ayam

broiler dari fase starter hingga nanti masa panen. Pertambahan bahan herbal

diharapkan dapat membantu meningkatkan kecernaan nutrisi dari pakan

tersebut sehingga nilai manfaat dari ramsum dapat diperoleh hasil yang baik.

Kencur (Kaempferia galanga L) merupakan tanaman tropis yang

dapat tumbuh di beberapa daerah di Indonesia dalam jumlah yang banyak.

Tanaman ini sering kali digunakan untuk ramuan obat tradisional dan sebagai

bumbu dalam masakan. Bagian yang sering dijual belikan dari tanaman ini
2

sendiri adalah buah akar didalam tanah yang biasa disebut dengan rimpang

kencur atau rizoma. Kencur diketahui dapat menambah nafsu makan serta

dapat memperlancar aliran darah. Hal ini dikarenakan pada kencur terdapat

beberapa senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, polifenoid dan alkaloida

dalam jumlah yang sedikit namun mempunyai peranan pada berlangsungnya

proses metabolisme.

Jumlah energi dalam ransum yang berkurang, menyebabkan

ketersediaan zat nutrisi untuk berproduksi berkurang. Upaya untuk mengatasi

hal ini dapat dikurangi dengan menambahkan ekstrak kencur yang

mempunyai kandungan beberapa senyawa aktif yang diduga dapat

meningkatkan efisiensi ransum. Penambahan ekstrak kencur tersebut pada

ransum diharapkan dapat dicerna semaksimal mungkin dalam saluran

pencernaan ternak ayam broiler.

Senyawa aktif seperti saponin dapat menurunkan kadar kolestrol pada

ayam broiler karena senyawa ini berperan dalam metabolisme kolestrol.

Penggunaan antibiotik berbahaya karena dapat menyebabkan residu pada

produk hasil ternak yang dalam jangka panjang dapat mengancam kesehatan

konsumennya. Oleh karena itu, antibiotik perlu diganti dengan senyawa yang

lebih aman dan tidak meninggalkan residu namun tetap memiliki sifat seperti

antibiotik. Senyawa zat aktif dalam kencur seperti saponin dan flavonoid

diharapkan dapat berperan sebagai antibiotik untuk meningkatkan performa

kecernaan ayam broiler. Dengan penambahan kencur diharapkan

metabolisme nutrisi lebih optimal namun hati tidak mengalami kerusakan.

Pada kencur terdapat flavonoid sebagai zat antimikroba dan antivirus.

Flavonoid mempunyai banyak peran, fungsi flavonoid untuk tumbuhan


3

adalah untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba

dan antivirus. Beberapa flavonoid, seperti jenis fitoaleksin lain, merupakan

komponen abnormal yang hanya dibentuk sebagai tanggapan terhadap infeksi

atau luka dan kemudian menghambat fungus menyerangnya. Ekstrak kencur

merupakan inhibitor enzim lipooksigenase yang berfungsi untuk

meningkatkan aliran cairan empedu dalam proses penyerapan makanan

sehingga dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol tubuh. Penggunaan

campuran bahan herbal yang mengandung senyawa aktif pada ransum

merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kecernaan dan

penyerapan protein ayam broiler.

Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi

rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebut. Apabila kecernaannya

rendah maka nilai manfaatnya rendah pula sebaliknya apabila kecernaannya

tinggi maka nilai manfaatnya tinggi pula. Pengukuran nilai kecernaan suatu

bahan pakan atau ransum dapat dilakukan secara langsung pada ternak

unggas yaitu ayam broiler, karena ayam broiler memiliki pertumbuhan yang

sangat cepat dalam waktu yang singkat sehingga optimalisasi penyerapan zat-

zat makanan dapat terlihat. Pengukuran kecernaan pada dasarnya adalah

suatu usaha untuk menentukan jumlah zat yang dapat diserap oleh saluran

pencernaan, dengan mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi dan jumlah

makanan yang dikeluarkan melalui feses.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Adakah pengaruh pemberian ekstrak kencur pada ramsun terhadap

kadar kolestrol pada ayam broiler.


4

(2) Adakah pengaruh pemberian ekstrak kencur pada ransum terhadap

energi metabolis pada ayam broiler.

1.3 Tujuan Penelitian

(1) Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kencur pada ramsun

terhadap kadar kolestrol pada ayam broiler.

(2) Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kencur pada ransum

terhadap energi metabolis pada ayam broiler.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan informasi tentang

pengaruh pemberian ekstrak kencur terhadap kadar kolestrol dan energi

metabolis pada yam broiler.

1.5 Kerangka Pemikiran

Ayam broiler merupakan hewan ternak yang memiliki potensi tinggi

dalam memenuhi kebutuhan protein hewani terutama di Indonesia.

Pertumbuhan ayam broiler pastinya dipengaruhi oleh kualitas pakan yang

diberikan. Seperti yang diketahui, nutrisi pada pakan menjadi salah satu

faktor penunjang yang mempengaruhi pada produktifitas seekor ternak.

Ransum yang diberikan pada ternak unggas seperti ayam broiler pada

umumnya merupakan ransum komersil. Kandungan yang terdapat pada

ransum komersil tentunya dapat membantu pertumbuhan pada ayam broiler,

hanya saja setiap ransum komersil memiliki kadar kandungan yang berbeda.

Kualitas pakan yang diberikan juga dapat dilihat dari kecernaan pada ternak
5

tersebut. Tingginya kecernaan suatu bahan pakan tentunya akan memiliki

nilai manfaat yang baik dan begitu juga sebaliknya.

Dalam penyusunan ransum ayam broiler perlu dipertimbangkan

imbangan nutrien yang disusun seperti karbohidrat, protein dan lemak.

Komposisi lemak dalam ransum harus diperhatikan karena lemak adalah

sumber energi yang tinggi sehingga dengan peningkatan kecernaan lemak

mampu menurunkan cekaman panas efisiensi pakan dapat ditingkatkan.

Pemeliharaan atau usaha budidaya ayam khususnya ayam broiler sangat

diminati di kalangan masyarakat, hanya saja tingginya kandungan lemak

daging dan kolesterol dalam ayam broiler masih mendapatkan tanggapan

yang kurang baik dari konsumen sehingga lebih memilih untuk menghindari

mengkonsumi daging ayam.

Menurut Gurr et al., (2001) keseimbangan kolesterol dalam sel

dipengaruhi oleh (a) up take lipoprotein langsung melalui reseptor, (b) up take

kolesterol bebas dari lipoprotein melalui transfer lemak, (c) sintesis kolestrol,

(d) metabolism kolestrol (seperti dalam pembentukan asam empedu).

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas

dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron.

Kilomikron ini akan dibawa kedalam aliran darah. Kemudian trigliserida

dalam bentuk kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein

lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas (FFA) dan sisa kilomikron. Sisa

kilomikron merupakan kilomikron yang kehabisan trigliseridanya tetapi tetap

berada dalam sirkulasi sebagai lipoprotein kaya kolesterol. Asam lemak

bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi
6

trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Sisa kilomikron akan

dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas.

Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam

empedu, yang akan dibawa oleh darah ke usus, dan berfungsi seperti deterjen

serta membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari

kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi

asam empedu. Organ hati akan mendistribusikan kolesterol tersebut ke

jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron

yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang oleh aliran darah melalui

hati. Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang

disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan kedalam aliran

darah.

Menurut Anggorodi (1994), kolesterol di daging ayam sebesar 60-90

mg/100-gram dengan kandungan asam lemak jenuh 2,33 g/100 gram dan

asam lemak tak jenuh sebesar 4,51 g/100 gram. Jumlah kolestrol dalam tubuh

yang penting secara biologis dalam menjaga membran dan sistem syaraf

sekitar 170 mg/kg (McDonald et al., 2002). Hendrawati (1999) menyatakan

bahwa kolestrol dalam daging ayam broiler baik yang berkisar antara 80

sampai 91 mg/100 gram. Manusia membutuhkan rata-rata 1,1-gram kolestrol

setiap hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lain. Sekitar

25-40% dari jumlah tersebut berasal dari makanan dan selebihnya disintesis

dalam tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kolesterol darah adalah

kandungan serat kasar ransum karena serat kasar akan mengikat asam

empedu di saluran pencernaan kemudian dikeluarkan bersama dengan feses.


7

Kondisi ini akan mengurangi lemak yang terserap ke dalam tubuh

serta menurunkan sintesis asam empedu dari kolestrol. Akibatnya kolestrol

total dalam tubuh akan berkurang. Asam empedu disintesa dari kolestrol dan

berperan sebagai agen pengemulsi yang mempersiapkan triasilgliserol

ransum sebelum dihidrolisis enzim lipase pankreas dalam proses pencernaan

(McDonald et al., 2002).

Energi metabolis adalah perbedaan antara kandungan energi bruto

pakan atau ransum dengan energi bruto yang dikeluarkan melalui ekskreta

(Sibbald, 1980). Kebutuhan energi dijadikan standar dalam penyusunan

ransum, sehingga pengetahuan akan kandungan energi bahan baku secara

kuantitatif sangatlah penting (Mc Donald et al., 1995). Nilai energi metabolis

antara lain dipengaruhi oleh kandungan energi bruto dalam pakan atau

ransum, jumlah ransum yang dikonsumsi dan jumlah ternak (Storey dan

Allen, 1982). Penghitungan energi metabolis dalam pakan sangat penting

karena dapat memperkirakan keuntungan dalam pemeliharaan ternak unggas

komersil. Farrell (1978). Menurut Sibbald (1980) selain dipengaruhi oleh

jumlah ransum yang dikonsumsi, energi metabolis juga dipengaruhi oleh

kemampuan ternak untuk memetabolis ransum di dalam tubuh. Energi yang

dikonsumsi oleh ternak (dari ransum) akan menjadi energi dapat dicerna dan

sisanya dibuang dalam kotoran (feses). Selanjutnya, energi dapat dicerna dan

dirombak menjadi energi metabolis serta energi dalam urin. Energi metabolis

akan diubah menjadi panas dari proses metabolisme zat-zat makanan dan

energi netto. Energi netto oleh tubuh digunakan untuk hidup pokok dan

kebutuhan produksi (Wahju, 1997).


8

Sebagai upaya untuk mengurangi kandungan kolestrol serta efisiensi

energi metabolis maka dilakukan pemberian bahan herbal yang menjadi

sumber alternatif. Herbal merupakan suatu ramuan yang berasal dari bahan-

bahan alami. Pada peternakan rakyat bahan herbal biasanya diberikan pada

ternak sebagai bentuk pencegahan atau perlindungan agar ternak terhindar

dari penyakit. Umumnya bahan herbal yang sering digunakan adalah seperti

jahe, kunyit, bawang putih dan kencur.

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian


9

II

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Objek Penelitian

2.1.1 Ternak Percobaan

Penelitian ini menggunakan 18 ekor ayam broiler berumur 35 hari

yang dibagi dalam lima taraf perlakuan, tiga ulangan yang masing-

masing ulangan terdiri dari satu ekor serta tiga ekor ayam untuk
pengukuran energi dan kadar kolestrol.
10

2.1.2 Bahan Pakan Penelitian dan Penyusunan Ransum


Ransum
Ransum yang digunakan dalam penelitian yaitu ransum yang
mengandung energi metabolis 2.800 kkal/kg dan protein kasar 18%
yang digunakan sebagai kontrol. Ransum kontrol yang dicampur
dengan tepung kencur pada berbagai level sebesar 0,3; 0,6; 0,9; 1,2%
digunakan untuk perlakuan selanjutnya.
Komposisi bahan makanan dalam ransum kontrol yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 dan kandungan nutrisi dari
ransum perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Komposisi Ransum Kontrol


Bahan Makanan Jumlah (%)
Jagung kuning 55
Dedak padi 13
Bungkil kedele 15
Bungkil kelapa 3,96
Tepung ikan 8
Minyak 1,5
DCP 3
Metionin 0,04
Premiks 0,5
Jumlah 100

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol


Nutrisi Jumlah
Bahan Kering (%) 85,37
Energi Bruto (kkal) 3.835
Protein kasar (%) 17,73
Lemak kasar (%) 4,37
Serat kasar (%) 4,29
Kalsium (%) 1,22
Fosfor (%) 1,05
Lysin (%) 1,00*)
Methionin (%) 0,41*)
11

2.1.3 Alat Penelitian


Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kandang metabolis sebanyak 18 buah berukuran 1
X 1,5 meter untuk setiap ulangan perlakuan. Setiap petak
terdapat sebuah lampu dengan daya 60 watt sampai ayam
dipanen dan telah dilengkapi dengan plastik penampung
ekskreta dan tempat pakan serta air minum.

2.1.4 Bahan Penelitian


Pemberian Ekstrak Etanol kencur dosis tertentu selama masa

penelitian ( dosis 0.3, 0.6, 0.9, 1.2%)

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Prosedur penelitian


Pembuatan Ekstrak Kencur
1. Timbang simplisia kencur (Kaempferia galanga L.) sebanyak
300 gram.
2. Ekstraksi dengan 1,2 liter ethanol 96% secara maserasi
dengan pengadukan selama 2,5 jam. Filtrat ditampung.
3. Residu dimaserasi dengan 0,9 liter ethanol 96%selama 1,5
jam lalu disaring. Filtrat ditampung.
4. Residu dari maserasi kedua dimaserasi lagi selama 1,5 jam.
Didapatkan filtrat ketiga.
5. Ketiga filtrat dikumpulkan menjadi satu, disaring dan
dipekatkan dengan menggunakan rotavapor ad volume 300
ml.
10

Persiapan Kandang
Kandang metabolis yang digunakan dibersihkan dan
didesinfeksi terlebih dahulu dengan mengggunakan desinfektan. Hal
ini dimaksudkan agar ayam tidak terkena bibit penyakit dari
lingkungan sebelumnya. Tempat air minum juga didesinfeksi untuk
menghindari kontaminasi bakteri pada ayam percobaan.

Metode Pengumpulan Sampel


Metode ini dibagi dalam tiga periode. Periode pertama, yaitu
masa istirahat ayam. Pada masa ini sebelum ayam ditempatkan pada
kandang cage, terlebih dahulu bobot badan ayam percobaan
ditimbang untuk melihat performa sebelum perlakuan. Kemudian
ayam dipelihara seperti biasa pada kandang cage selama 24 jam
untuk proses adaptasi lingkungan.
Masa kedua yaitu masa pemuasaan ayam. Periode pemuasaan
ayam yaitu penghentian pemberian pakan tanpa memberhentikan
pemberian air minum yang bertujuan untuk mengosongkan saluran
pencernaan dari sisa-sisa pakan sebelumnya. Pemuasaan ini
dilakukan selama 24 jam untuk memastikan pakan sebelumnya tidak
terdapat di saluran pencernaan. Ketiga adalah Periode pemberian
perlakuan. Pada masa ini setelah ayam dipuasakan, kemudian
ditimbang untuk mengetahui bobot ayam setelah pemuasaan.
Kemudian dilakukan pemberian pakan ke ayam dengan cara
pencekokan atau pemaksaan sebanyak 2% (persen) dari bobot badan
ayam sebelum pemuasaan atau setara dengan 29 g ransum. Setelah
itu ayam dimasukkan dalam kandang metabolis yang sudah
dilengkapi dengan plastik penampung ekskreta.

Ekskreta yang dikumpulkan dikeluarkan dari freezer dan


dilakukan proses thawing untuk mencarikan ekskreta yang sudah
beku. Ekskreta yang sudah dithawing kemudian dikeringkan dalam
oven 60 0C untuk mendapatkan sampel kering yang akan digunakan
untuk analisis metabolis.
10

2.2.2 Peubah yang Diamati


1. Konsumsi ransum (g/ekor) selama pemeliharaan.
Konsumsi ransum diukur dengan menghitung selisih antara ransum
yang
diberikan dengan sisa ransum pada akhir minggu.
2. Pertambahan bobot badan (g/ekor) selama pemeliharaan.
Pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara menimbang ayam
pada awal dan akhir pemeliharaan selisih bobot awal dan akhir adalah
pertambahan bobot badan.
3. Konversi ransum selama pemeliharaan.
Konversi ransum diperoleh dengan cara membagi antara jumlah
konsumsiransum dengan pertambahan bobot badan selama
pemeliharaan.
4. Kadar kolesterol (mg %). ditentukan dengan rumus :
Konsentrasi kolestrol diperoleh dariberat kolestrol (mg) sampel
dikalikan dengan jumlah pengencer (dalam hal ini Kloroform)
dan dibagi dengan berat sampel (mg).
12

5. Energi Metabolis (kkal/kg)


Energi metabolis merupakan selisih dari jumlah energi yang
dikonsumsi dengan jumlah energi yang dikeluarkan melalui
ekskreta.

2.2.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas

ulangan. Data yang diperoleh diuji dengan sidik ragam (analysis of variance/

ANOVA). Model analisis sidik ragam yang digunakan menurut Gasperz

(1995) adalah sebagai berikut :

𝑌𝑖𝑗 = µ +𝜶𝒊 + 𝜀𝑖𝑗

Keterangan :

𝑌𝑖𝑗 = Respon percobaan

µ = Nilai tengah populasi

𝛼𝑖 = Pengaruh dari perlakuan ke-i

𝜀𝑖𝑗 = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan sidik

ragam (Analysis of Variance/ANOVA) dan jika berbeda nyata atau sangat

nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).


Ransum yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah :

P1 = Ransum kontrol

P2 = Ransum P1 + ekstrak kencur 0,3%

P3 = Ransum P1 + ekstrak kencur 0,6%

P4 = Ransum P1 + ekstrak kencur 0,9%

P5 = Ransum P1 + ekstrak kencur 1,2%


10

Hipotesis yang diuji :

H0 : R1 = R2 = R3 = R4

H1 : R1 ≠ R2 ≠ R3 ≠ R4 atau paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda


10

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.
Gurr, M. I., J. L. Harward dan K. N. Frayn. 2001. Lipid Biochemistry. 5th
Edition.Blackwell Science, Ltd., UK.
Mc Donald, P., R. A. Edwards., J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002.
Animal Nutrition. 6th Edition. John Wiley and Sons Inc. New
England.Armidal.
Piliang, W. G. dan S. Djojosoebagio. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol I. edisi Ke-4.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sibbald, I.R. 1980. A new technique for estimating the energy metabolizable
content of feeds for poultry In : Standarization of Analitical Methodology for
Feeds International Development Research Center., Canada.
Storey, M.L and N.K.Allen. 1982. Apparent and true metabolizable energy
of feeding stuffs for mature, non laying female ambden geese. Poultry Sci.
60: 739-747.

You might also like