Professional Documents
Culture Documents
3. Anamnesis Kasus
4. Atonia Uteri
a. Definisi
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Reference:
Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
e. Patofisiologi
5. Retensio Plasenta
c. Etiologi
g. Tatalaksana
Manual plasenta
Kuretase
Metrotreksat
Adapun penatalaksanaan lanjutan perdarahan post partum dengan
penyebab retensio plasenta sebagai berikut :
1. Berikan 20-40 oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl
0.9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
2. Lakukan tarikan pusat terkendali.
3. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta
manual secara hati-hati.
4. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV dan
Metronidazol 500 mg IV).
5. Segera atasi atau rujuk ke faskes yang lebih lengkap bila terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.
Reference:
IDI. Panduan Praktik Klinisi Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2017.
6. Ruptur Perineum
d. Manifestasi Klinis
Gejala klinis rupture perineum berupa adanya perdarahan pada vagina.
Reference:
IDI. Panduan Praktik Klinisi Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia; 2017.
g. Tatalaksana
Non medikamentosa
1. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai
dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
2. Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar
panggul karena diregangkan terlalu lama.
Medikamentosa
1. Penatalaksanaan farmakologis
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat diberikan
intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk rupture perineum
yang berat).
2. Manajemen rupture perineum
Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir
risiko perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen rupture
perineum untuk masing-masing derajatnya. Pada rupture perineum
derajat 1 yang mengenai mukosa vagina, dan jaringan ikat, tidak
perlu dilakukan penjahitan.
Reference:
IDI. Panduan Praktik Klinisi Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia; 2017.