You are on page 1of 11

INOVASI

AMOKAN: INOVASI ALAT IMOTILISASI IKAN GUNA MENJAGA


KUALITAS DAN KESEGARAN IKAN

Diajukan Untuk mengikuti Lomba Karya Inovasi Teknologi Terapan


Perikanan

Universitas Brawijaya
Tahun 2019

Tim:
Muhammad Syaifudin
Firdaus Kurnia Putra
Wahyu Joko Purnomo
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kelautan terbesar di dunia. Hal tersebut
memungkinkan bahwa sektor perikanan menjadi andalan dalam perekonomian
Indonesia. Permintaan komoditas perikanan hidup terutama untuk ikan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi meningkat dengan pesat, baik di dalam negeri
maupun di pasar internasional. Hal ini merupakan salah satu peluang yang perlu
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ekonomi nelayan, memperbaiki
mutu ikan, dan menambah devisa dari sub sektor perikanan. Komoditas perikanan
hidup di pasar internasional, terutama ikan nilai ekonomis tinggi diantaranya
(lobster, udang, dan ikan karang) harganya akan mencapai 4 kali harga yang mati,
(Suparno et al. 2007). Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan (2018), nilai
ekspor naik 3,66% per tahun dan neraca perdagangan naik 3,94% per tahun pada
periode 2012-2017. Berdasarkan data tersebut diperlukan penanganan yang tepat
dalam proses distribusi produk perikanan untuk menjaga kualitas dan kesegaran
produk guna meningkatkan nilai jual. Distribusi ikan dalam keadaan hidup
merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan ikan selama proses distribusi
ke tempat tujuan.
Kondisi ikan yang tenang dapat mengurangi stress, sehingga dapat menekan
kecepatan metabolisme, mengurangi konsumsi oksigen dan mengurangi tingkat
kematian saat proses distribusi. Pada pengkondisian ikan untuk mencapai kondisi
yang tenang diperlukan sebuah perlakuan. Perlakuan yang dapat dilakukan yaitu
metode pemingsanan ikan dengan metode penurunan suhu. Pemingsanan ikan
dengan menggunaan suhu rendah merupakan upaya terbaik untuk mengkondisikan
ikan dalam keadaan yang tenang, karena tidak memerlukan bahan anetesi. Metode
pemingsanan ikan menggunakan suhu rendah dibagi menjadi dua cara, yaitu
penurunan suhu secara langsung dimana ikan langsung dimasukkan kedalam air
bersuhu kurang dari 18°C (sesuai jenis ikan yang digunakan). Cara kedua yaitu ikan
dimasukan kedalam air yang suhunya diturukan secara bertahap sampai ikan
pingsan atau mencapai keadaan imotil (tenang).
Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat AMOKAN (Alat Imotilisasi Ikan)
yang merupakan rancangan alat untuk mendukung keberhasilan transportasi ikan
hidup. Alat dirancang untuk menyesuaikan kondisi air mencapai titik kritis suhu
rendah yang menyebabkan ikan dalam keadaan imotil sehingga tingkat
metabolisme menurun. Prinsip kerja mesin ini yaitu penurunan suhu secara
terkontrol tanpa penggunaan bahan kimia. Teknologi ini menggunakan modul
Thermoelectric Cooler (TEC) sebagai elemen pendingin yang bertujuan untuk
meminimalkan penggunaan energi. Serta adanya sensor suhu yang terintegrasi
dengan mikrokontroler yang akan mengontrol mesin secara otomatis. Sehingga
mampu mencapai kestabilan pada suhu kritis yang diinginkan. Selain dapat
digunakan untuk pemingsanan ikan, teknologi ini juga dapat digunakan untuk
penyadaran ikan kembali. Diharapkan dengan adanya teknologi ini dapat
mendukung keberhasilan transportasi ikan hidup sehingga dapat meningkatkan
nilai jual ikan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Memahami perancangan dan pembuatan model fisik AMOKAN alat
imotilisasi ikan yang efektif dan efisien.
2. Mengetahui aplikasi dan kinerja dari TEC (thermoelectric cooler) dalam
pembuatan alat imotilisasi ikan.

1.3. Manfaat Kegiatan


a. Bagi Akademis Atau Mahasiswa
Menjadikan media aktualisasi dan pengembangan teknologi terbarukan
dan sebagai pengembangan aplikasi dari teknologi TEC (Thermoelectric
cooler). Selain itu, sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam
pembelajaran pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma
Perguruan Tinggi
b. Bagi Masyarakat
Memberi terobosan baru tentang inovasi teknologi sebagai alat distribusi
ikan hidup guna menjaga kualitas dan kesegaran produk perikanan. Serta
sebagai inovasi yang mampu meningkatkan nilai jual dan perekonomian
masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Pemingsanan Ikan atau Udang dengan Thermoelectric Cooler
Thermoelectric cooler (TEC) adalah komponen elektronika yang
menggunakan efek peltier untuk membuat aliran panas (heat flux) pada sambungan
(junction) antara dua material yang berbeda. Komponen ini bekerja sebagai pompa
panas aktif dalam bentuk padat yang memindahkan panas dari satu sisi ke sisi
permukaan lainnya yang berseberangan, dengan konsumsi energi elektris
tergantung pada arah aliran arus listrik. TEC dapat digunakan untuk pendinginan.
Pendinginan merupakan suatu proses penyerapan kalor (panas) dari suatu benda
atau ruangan sehingga temperatur benda atau ruangan tersebut turun lebih rendah
dari temperatur sekeliling atau lingkungannya (Aziz, 2013). Umur simpan dapat
diperpanjang dengan pendinginan. Pendinginan merupakan salah satu cara yang
ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi sayuran maupun ikan.
Penyimpanan ikan pada suhu rendah dapat mempertahankan mutu untuk jangka
pendek maupun beberapa hari (Siburian et al., 2012).

2.2. Teknologi Pemingsanan Ikan atau Udang Kompetitor

Sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan pemingsanan ikan dengan


cara manual. Penggunaan es batu dan pembiusan menggunakan bahan anestesi
menjadi pilihan masyarakat untuk memingsankan ikan. Hal ini dikarenakan bagi
mereka cara tersebut lebih mudah dan murah. Namun sebagian dari metode diatas
menghasilkan residu dan limbah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Teknologi pemingsanan atau imotilisasi ikan belum banyak diaplikasikan di
Indonesia. Beberapa perguruan tinggi yang telah membuat inovasi teknologi
pemingsanan ikan yaitu Institut Pertanian Bogor dan Universitas Andalas. IPB
membuat teknologi pemingsanan ikan redfin dan patin dengan metode kejut listrik.
Voltase listrik yang digunakan pada ikan redfin adalah 3 – 4 Volt dan dilakukan
selama 30 detik. Sedangkan voltase listrik yang digunakan untuk memingsankan
benih patin dengan ukuran 1 inch adalah 20 – 25 Volt dan 2 inch 30 – 55 Volt
(Albani et al., 2008).
Universitas Andalas membuat teknologi pemingsanan untuk ikan patin, ikan
lele, ikan gurame, ikan kerapu dan udang windu menggunakan teknologi robotik
dengan sistem kontrol. Teknologi ini memanfaatkan penurunan suhu air sebagai
metode pemingsanan. Komponen rancang bangun terdiri katup pembagi aliran,
water chiller, wadah proses dan sistem kontrol. katup pembagi aliran berfungsi
sebagai pembagi aliran dari water chiller menuju wadah proses dan dari water
chiller menuju kembali ke pompa. Water chiller berfungsi sebagai pendingin air
dan wadah proses sebagai tempat ikan atau udang untuk dipingsankan. Suhu dab
waktu pemingsanan yang diinginkan adalah 15 °C sampai 13 °C dalam jangka
waktu 60 – 120 menit dan masa penyetabilan suhu selama 10 menit (Makky, 2006).

2.3. Keunggulan Produk Dibandingkan dengan Produk Lain


2.3.1. Dibandingkan dengan Teknologi Pemingsanan Metode Kejut Listrik
a. Teknologi pemingsanan ini lebih aman karena menggunakan metode
penurunan suhu dibandingkan teknologi pemingsanan yang memanfaat
kejut listrik.
b. Pada metode kejut listrik terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
konduktivitas dari daya hantar listrik yaitu, temperatur, banyaknya partikel
tersuspensi, dan jenis kotoran atau zat – zat terlarut dalam air. Sehingga
diperlukan kehati – hatian sebelum melakukan pemingsanan.
c. Resiko terjadinya korsleting rendah.

2.3.2. Dibandingkan dengan Teknologi Pemingsanan Water Chiller


a. Teknologi ini tidak memakan ruang karena menggunakan TEC sebagai
pendingin dibandingkan menggunakan water chiller yang memiliki ukuran
besar.
b. Biaya lebih murah.
c. Daya yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

2.4. Kelemahan Produk Dibandingankan dengan Produk Lain


2.4.1. Dibandingkan dengan Teknologi Pemingsanan Metode Kejut Listrik
a. Teknologi ini memerlukan waktu lebih lama untuk memingsankan ikan
karena menunggu suhu kritis ikan yang dikehendaki
b. Kurang efisien
c. Pemingsanan untuk benih ikan dengan metode penurunan suhu masih
jarang dilakukan.
2.4.2. Dibandingkan dengan Teknologi Pemingsanan Water Chiller
a. Kapasitas ikan yang dipingsankan lebih sedikit karena bentuk bak
pemingsanan meninggi sedangkan pada teknologi pemingsanan water
chiller bentuk bak pemingsanan melebar.
b. Kecepatan penurunan suhu lebih lambat.

Note sing kudu ono:


1. Hal yang melatar belakangi (beres)
2. Kegunaan Produk yang Dihasilkan (tersirat)
3. Keunggulan Teknis Produk Teknologi (tersirat)
4. Keunggulan dan Kelemahan Produk Teknologi Dibandingkan Produk-Produk
Kompetitor (belum)
BAB III SPESIFIKASI ALAT

3.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Alat pembuat box diantaranya adalah pemotong plat, Penggaris, Bor, rivet.
2. Alat pembuat penyangga seperti gerinda duduk, gerinda tangan, mesin las.
3. Obeng untuk merangkai elemen pendingin
4. Jam untuk mengukur waktu
5. Kamera sebagai alat dokumentasi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


1. Plat alumunium sebagai bahan pembuat box
2. Pompa DC 12 V sebagai alat untuk memompa air
3. Besi hollow sebagai kerangka box
4. Thermoelectric cooler, fan, water block dan heat sink sebagai elemen
pendingin
5. Sterofoam sebagai bahan isolator
6. Kran air sebagai saluran keluaran air dari box
7. Selang air sebagai saluran sirkulasi air dingin
8. Adaptor sebagai sumber tegangan dan pengubah listrik dari 220 V AC
menjadi 12 V DC
9. Thermostat digital 12 V sebagai sensor dan pengatur suhu
10. Air dan udang sebagai bahan perlakuan

3.2. Sistem Perancangan


Rancang bangun model fisik alat pendingin berbasis thermoelectric cooler ini
dilalukan dengan pendekatan rancangan struktural dan rancangan fungsional.
3.3.1. Rancangan Struktural
Rancangan struktural alat pendingin berbasis thermoelectric cooler didesain
dengan menggunakan software AutoCad 2015. Desain keseluruhan alat dapat
dilihat pada gambar 3.1.
a

Gambar 3.1 Alat Pendingin


Keterangan:
a. Tutup box
b. Box penampung
c. Panel control
d. Pendingin (TEC)
A. Tutup Box
Tutup box terbuat dari bahan akrilik bening dengan dilapisi styrofoam. Tutup
box ini memiliki bentuk persegi panjang. Dimensi dari tutup ini antara lain:
Panjang = 40 cm
Lebar = 35 cm
Tebal = 0,3 cm
B. Box Penampung
Box penampung terbuat dari lapisan alumunium yang dilapisi sterfoam dan
pada bagian terluar box diberi triplek. Box penampung berbentuk balok tidak
bertutup dengan dimensi dari box penampung ini antara lain:
Panjang = 60 cm
Lebar = 40 cm
Tinggi = 50 cm
Tebal = 2,5 cm
C. Panel Kontrol
Panel kontrol terbuat dari triplek dimana di dalamnya terdapat berbagai
komponen yang berfungsi untuk mengatur alat. Komponen penyusun panel control
antara lain power suplay, lcd, thermostat digital, dan lain-lain.
D. Pendingin (TEC)
Alat pendingin (TEC) merupakan susunan antar berbagai komponen.
Komponen penyusunya antara lain yaitu, thermoelectric, waterblock, heatsink,
dan kipas (fan).

3.3.2. Rancangan Fungsional


Rancangan fungsional dibuat untuk mengetahui prinsip kerja alat pendingin
berbasis termoelektrik. Prinsip kerja alat ini yaitu, air yang ada dalam Box
pendingin dialirkan oleh pompa 1 menuju waterblock yang menempel pada sisi
dingin TEC. Untuk mengoptimalkan kinerja TEC, sisi panas TEC didinginkan
dengan air pendingin yang terus dialirkan oleh pompa 2 dan sebelumnya
didinginkan oleh TEC. Sistem pendinginan sisi panas TEC menggunakan air
disebut Water Cooling. Setelah air di dalam box pendingin tersirkulasi, suhu air
tersebut akan terus menurun dan akan diukur oleh thermostat digital. Jika suhu air
lebih rendah dari suhu setting maka pompa 1 akan mati dan air berhenti tersirkulasi.
Tapi pada saat suhu lebih tinggi dari suhu setting pompa 1 akan terus menyala dan
air terus tersirkulasi sampai mencapai suhu yang ditentukan. Prinsip kerja alat
pendingin berbasis termoelektrik dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Prinsip Kerja

You might also like