You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Identifikasi Masalah

Indonesia adalah Negara yang sangat dikenal sebagai Negara yang


memiliki berbagai macam keragaman, baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA)
maupun dari segi Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk dapat menjadi Negara
yang maju dan mampu bersaing Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang
paling diperhatikan. Supaya menjadi SDM yang berkualitas, pendidikan adalah
hal yang diutamakan. Demikian halnya Indonesia menaruh harapan besar
terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari
sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski
diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata,
disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material
yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada
problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah
bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus
diawali. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang
Sekolah Dasar ( SD ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan.
Betapa kita masih ingat dengan hangat akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah (
UAS ) dengan nilai masing – masing mata pelajaran 4,50 dikeluhkan oleh semua
para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa sendiri, karena anak atau
siswanya tidak dapat lulus. Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Keberagaman jenis kepribadian, sifat, bahkan kondisi sosial ekonomi pada


siswa atau lingkungan keluarga seharusnya tidak menjadi penyebab terjadinya
masalah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus mampu
menguasai materi pembelajaran sekaligus mampu memadukannya dengan cara-
cara mengajar yaitu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu sebagai pengajar atau Guru dituntut untuk
memiliki kreatifitas dan inovasi dalam melakukan sebuah pembelajaran supaya
pelaksanaan pembelajaran yang Produktif, Aktif, kreatif, dan menyenangkan
dapat tercapai.

Analisis Masalah
Dari berbagai masalah atau kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran
khususnya pada siswa didik kami kelas V SDN Krangkong 2 , Kecamatan
Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro. Dalam penyampaian pembelajaran
seringkali Guru menghadapi masalah dalam penyampaian pelajaran. Dalam
pembelajaran IPA yang kami laksanakan pada kelas V SDN Krangkong 2 , siswa
terlihat kurang bersemangat dan pasif dalam menanggapi materi yang kami
sampaikan. Dari 9 siswa kelas 5 yang menjadi penelitian kami, hanya 3 siswa
yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa hanya 33,33% siswa yang mampu memahami atau
yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami
sampaikan.

Alternatif dan prioritas pemecahan masalah

Dengan hal tersebut maka perbaikan dalam pembelajaran harus kami


lakukan pada siswa kami kelas V SDN Krangkong 2 , Kecamatan Kepohbaru ,
Kabupaten Bojonegoro. kami menyadari bahwa Guru diharuskan benar-
benar kretif dalam menyampaikan pembelajaran serta mencari metode
penyampaian materi yang lebih bervariasi.. Maka dari itu kami sebagai Guru terus
berupaya untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi siswa, serta
melakukan metode-metode yang beraneka ragam untuk terus membangkitkan
motivasi siswa. Salah satunya yaitu dengan penggunaan alat bantu yang bertujuan
untuk membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Dengan harapan agar siswa
dapat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga
dapat berprestasi dan hasil belajar siswa dapat terus meningkat. Melihat kondisi
rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan
salah satunya adalah pemberian tugas kepada siswa selain itu
dengan pembelajaran secara kelompok serta penggunaan Alat peraga diharapkan
siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan
penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa
mampu meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan,


maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar


siswa kelas IV SDN Krangkong 2 ?
2. Bagaimana cara untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti dan
menyimak pembelajaran yang disampaikan?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berikut adalah tujuan penelitian dari rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Untuk memberi dan menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti dan


menyimak pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disampaikan oleh Guru.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar kelompok
dan Demonstrasi menggunakan Alat peraga dalam pembelajaran khususnya
untuk siswa kelas V SDN Krangkong 2 , Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten
Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dari Penelitian yang kami tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. SDN Krangkong 2
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SDN Krangkong 2 dapat lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran agar prestasi belajar siswa lebih baik
dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
b. Guru
Sebagai bahan masukan guru tentang alternatif pembelajaran yang bisa
digunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
c. Siswa
Siswa lebih aktif, kreatif untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan cara
membangun pikirannya sendiri dalam rangka meningkatkan prestasi
belajarnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivsi Belajar
Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian
dan performasi calon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat
hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan
penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya
bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah
terhadap prilaku tersebut.

Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia


pendidikan guru telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun 1975 yang
menyatakan bahwa: Studies ... probe more deeply into the motivational basis ...
[of student teachers] are needed. An efficient professional training system is one
which invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated
candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic
training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).

Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976)


dalam laporan The Bicentennial Commission
on Education for the Profession of Teaching, yang menyatakan bahwa "society
now demands a new breed of teachers – a well prepared , high motivated
professional".

Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:

An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy


theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior)
, clinical and observational, as well as experimental .

Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5


tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan
di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda
tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu.
Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan
dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego
(personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan
hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah
telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi.
Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri
(pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan
fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan
tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat
dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).

Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri
untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja
(Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan
antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil
penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki
kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.

Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu:
(a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan
Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi
bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh
dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.

Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):

As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activi


ty and progress, they regulate and organize behavior and they lead t the
acquisition of motives, stable dispositions to act.

Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat


membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap
sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara
mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan
prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap
memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of
activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat
mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan
suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi
pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan
arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.

B. Karakteristik IPA di SD
Dalam perkembangannya usia anak sangat menentukan dalam mental dan
proses berpikir anak untuk memahami serta melakukan tindakan dengan apa yang
telah dipelajarinya. Dalam teorinya Jean Piaget menyebutkan kurang lebih ada
empat tahapan dalam perkembangan anak. Diantaranya tahap Sensori motor, Pre-
operasional, Konkret Operasional, serta Formal Operasional. Pada tahap Konkret
Operasional berawal pada anak usia 7 tahun dan berakhir pada usia 11 tahun.
Anak kelas 5 SD bisa dogolongkan kedalam tahap Konkret Operasional. Pada
tahap ini ciri pola berfikir anak adalah dapat melakukan konservasi logika tentang
kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang
nyata.

Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa tahap berpikir anak kelas 5
SD yang rata-rata masih berusia antara 10-11 tahun dalam proses berpikirnya
masih terbatas dengan hal apa yang dilihatnya. Dalam usia dalam tahapan tersebut
anak belum dapat melakukan pemikiran yang bersifat proporsional untuk
melakukan hipotesis. Dari beberapa hal dasar tersebut maka penelitian tentang
pembelajaran IPA di SD Negeri Krangkong 2 Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten
Bojonegoro kami lakukan.

C. Kajian tentang Alat Peraga


1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam


proses belajar mengajar. Penggunaannya sangat dianjurkan agar proses belajar
mengajar antara guru dan murid tidak membosankan, serta dapat merangsang
keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Dengan demikian, kreatifitas guru
dalam memanfaatkan media pembelajaran akan sangat dominan pengaruhnya
untuk mewujudkan keaktifan, minat, dan kreativitas siswa tersebut.

Menurut Heinich (dalam Winataputra, 1997), media berasal dari bahasa


latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti
perantara (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima
pesan (receiver). Sebagai perantara media pengajaran mencakup dua unsur,
yaitu unsur perangkat keras atau peralatan (hard ware) dan unsur pesan
(message) atau perangkat lunak (soft ware). Senada dengan itu, Soeparno
(1988) mengemukakan bahwa media adalah suatu alat yang dipakai sebagai
saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi
dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia
pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber
informasi, yakni guru; sedangkan sebagai penerima informasinya adalah
siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah
kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa.

Masih banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi


Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and
Commonication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi. Gagne (1970 dalam Sadiman, 1986) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970 dalam Sadiman,
1986) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset,
film bingkai adalah contoh-contohnya.

Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA).
Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (Sadiman, 1986). Informasi
atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa menggunakan sarana
atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut
kepada siswa. Jadi media pengajaran adalah sarana atau alat bantu perantara
yang digunakan guru atau siswa dalam proses belajar mengajar untuk
menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke penerima
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta
mencegah vebalisme sehingga mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan.

Dari beberapa definisi media pengajaran di atas, maka dapat ditegaskan


pula bahwa media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message) atau informasi dari suatu sumber
(resource) atau pengirim kepada penerimanya (receiver) sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi.

2. Manfaat Media Pembelajaran


Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat atau kegunaan-
kegunaan sebagai berikut ini.

(1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

(2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

a) objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film
bingkai, film atau model;

b) objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film
atau gambar;

c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu


dengan timelapse atau high-sped photo-graphy;

d) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

e) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan


dengan model, diagram, dan lain-lain; dan

f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-
lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan
lain-lain.

(3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi


dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran
bermanfaat untuk:

a) menimbulkan kegairahan belajar;

b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik


dengan lingkungan dan kenyataan;

c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut


kemampuan dan minatnya.

(4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi
latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini
dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya
dalam:

a) memberikan perangsang yang sama.

b) mempersamakan pengalaman.

c) menimbulkan persepsi yang sama.

3. Media, Alat Pelajaran, dan Alat Peraga

Media pengajaran berbeda dengan alat pelajaran maupun dengan alat


peraga. Alat pelajaran adalah alat yang dipakai untuk menunjang
berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi, merupakan peralatan yang
semata-mata dipandang dari segi hardware-nya saja. Dengan kata lain dapat
disebutkan, alat pelajaran adalah hardware (perangkat keras) yang belum diisi
program atau memang tidak dapat diisi program. Papan tulis yang masih
bersih merupakan alat pelajaran yang belum diisi suatu program, sedangkan
kapur tulis dan penghapus papan tulis merupakan alat pelajaran yang memang
tidak dapat diisi suatu program. Dengan demikian, papan tulis yang masih
bersih, kapur tulis, dan penghapus papan tulis tersebut bukan media
pengajaran, melainkan sebagai alat pelajaran saja, sebab alat-alat tersebut
tidak dapat diisi program pengajaran.

Media merupakan paduan antara hardware dan software. Software


(perangkat lunak) adalah suatu program yang diisikan pada hardware.
Hardware yang telah diisi dengan software atau perangkat keras yang telah
diisi dengan perangkat lunak barulah dapat disebut media. Media berbeda juga
dengan alat peraga. Alat peraga pada hakikatnya hanya merupakan alat yang
berfungsi memvisualkan suatu konsep tertentu saja.

Dilihat dari segi penggunaannya pun alat peraga berbeda pula dengan
alat pelajaran maupun media. Penggunaan alat peraga dan alat pelajaran
seratus persen di tangan guru. Tanpa guru alat peraga dan alat pelajaran tidak
akan ada artinya. Lain halnya dengan media, tanpa kehadiran guru pun tetap
dapat berfungsi sebagai pencipta suasana belajar.

Dari beberapa uraian di atas, dapat ditegaskan pula bahwa yang


dimaksud dengan alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar mengajar dan berfungsi untuk menyalurkan pesan
(message) atau informasi kepada penerimanya (siswa) sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek penelitian

Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN Krangkong 2


Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro jumlah siswa 9 orang.
Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa
kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas
seperti PR, karena siswa kelas V telah mampu membaca dan menulis serta
berhitung yang cukup, selain itu penulis pengajar di kelas V.

2. Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN Krangkong 2


Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro penulis mengambil lokasi
atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga
memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek
penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3. Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan


menggunakan waktu penelitian selama 2 bulan April s.d Mei. Waktu dari
perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester
II Tahun pelajaran 2015/2016.

4. Lama Tindakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan April s.d Mei, mulai dari
Pra Siklus, siklus I, Siklus II.

5. Kelas dan Mata Pelajaran

Pelaksanaan penelitian dilakukankan di kelas V SD Negeri Krangkong 2 ,


Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya.

6. Pihak yang Membantu penelitian

Pihak-pihak yang membantu terlaksanakannya penelitian antara lain:


a. Rakimin, S.Pd SD Kepala SD Negeri 2 Krangkong.
b. Sukisti, S.Pd sebagai teman sejawat atau supervisor 2.
c. Drs. Sidik Purnomo sebagai supervisor 1.
d. Siswa-siswi SD Negeri Krangkong 2 khusunya kelas V sebagai objek
yang diteliti.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah


Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal
ini antara lain :

1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal,
tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan
harian.
2. Tindakan atau pelaksanaan dan pengamatan yang mencakup :

a. Pra Siklus

b. Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.

c. Siklus II, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.

3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut


untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

Dari berbagai kegiatan setiap Siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Pra Siklus

1. Perencanaan
Dalam taham perencanaan pra siklus penulis tidak terlalu banyak melakukan
kegiatan lain. Penulis melakukan kegiatan pembelajaran seperti rutinitas dan
prosedur yang ada sesuai RPP pra siklus.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dalam pra siklus penulis dapat uraikan sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi
Memahami peta konsep tentang cahaya
b) Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
o Siswa dapat Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau
lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
o Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o Membuat kaca pembesar dari air
o Membuat kaca pembesar dari bohlam
o memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
o memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
o Uji kompetensi
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa
c) Penutup
Memberikan pekerjaan rumah
3. Pengamatan kegiatan
Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2
sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 1.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil
pembelajaran pada kegiatan pra siklus tidak mendapatkan hasil yang bagus
dan memuaskan. Dimana masih banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai
diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana
perbaikan pembelajaran.

Siklus 1

1. Perencanaan
Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya
maka penulis melakukan beberapa hal diantaranya:
o Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran,
o Menyusun tugas dan lembar kerja siswa,
o Menyiapkan alat peraga.
2. Pelaksanaan
a. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
o Mengabsen kehadiran siswa
o Memahami peta konsep tentang cahaya
o Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda
apa saja yang menggunakan lensa?”.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
o Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
o Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan
sifat-sifatnya.
o Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya
menggunakan prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram
warna)
o Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
o Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing
benda tersebut.
o Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda
tersebut.
o Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda
tersebut.
o Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca
pembesar.
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o Guru membuat kelompok siswa masing-masing 2 orang.
o Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2 ) (3,4) (dan seterusnya)
o Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca
pembesar.
o Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
o Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan
priskop dan kaca pembesar.
o Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih
membuat priskop atau membuat kaca pembesar.
o Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop
atau kaca pembesar.
o Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca
pembesar kepada masing-masing kelompok.
o Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
o Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
o Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
membuat priskop dan kaca pembesar.
o Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
o Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun
kesimpulan ke depan kelas.
o Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan
menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.
o Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke
tempat duduk masing-masing
o Guru memberikan soal uji kompetensi.
o Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa .
o Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
o Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
c. Penutup
Guru mengadakan evaluasi kepada siswa
Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
3. Pengamatan kegiatan

Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor


2 sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 2.

4. Refleksi

Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil


pembelajaran pada kegiatan siklus 1 belum mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dimana masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai diatas KKM,
dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan
pembelajaran siklus 2.

Siklus 2

1. Perencanaan
Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran pada siklus
1 maka penulis dalam tahap persiapan pada siklus 2 ini melakukan beberapa
hal diantaranya:
(a) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran,
(b) Menyusun tugas dan lembar kerja siswa,
(c) Menyiapkan alat peraga, dan
(d) Menyiapkan lembar evaluasi siswa.
2. Pelaksanaan
a. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
o Mengabsen kehadiran siswa
o Memahami peta konsep tentang cahaya
o Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi
yang diharapkan.
o Guru memberikan motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa
memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan penjelasan
dari pak guru”.
o Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda
apa saja yang menggunakan lensa?”.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
o Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
o Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan
sifat-sifatnya.
o Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya
menggunakan prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram
warna)
o Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
o Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing
benda tersebut.
o Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda
tersebut.
o Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda
tersebut.
o Guru memberi kesempata kepada siswa untuk bertanya tentang hal
yang belum dipahami tentang fungsi dan kegunaan benda-benda
tersebut.
o Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca
pembesar.
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o Guru membuat kelompok siswa masing-masing 2 orang.
o Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2) (3,4) (dan seterusnya)
o Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca
pembesar.
o Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
o Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan
priskop dan kaca pembesar.
o Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih
membuat priskop atau membuat kaca pembesar.
o Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau
kaca pembesar.
o Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca
pembesar kepada masing-masing kelompok.
o Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
o Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
o Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
membuat priskop dan kaca pembesar.
o Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
o Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan
ke depan kelas.
o Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan
kegunaan karya yang mereka buat.
o Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat
duduk masing-masing
o Guru memberikan soal uji kompetensi.
o Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui atau yang kurang dipahami siswa .
o Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
o Guru memberikan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
dari temannya.
o Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
c. Penutup
Guru memberikan motivasi untuk memodifikasi hasil rancangan sehingga
menghasilkan karya/model yang terbaik.
Guru memberi motivasi untuk mengulang materi di rumah
3. Pengamatan kegiatan
Supervisor 1 dan supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap jalannya
pembelajaran.
4. Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus 2 ini peneliti berkonsultasi kepada para
supervisor. Dari refleksi dari supervisor pembelajaran dari siklus kedua ini
sudah berjalan dengan baik dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Pelaksanaan siklus kedua ini dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dapat
tercapai, dimana para siswa sudah mendapat dilai diatas KKM yang
ditentukan.

C.Teknik Analisis Data

Dalam tahap ini untuk proses pengumpulan data penulis analisis secara
kuantitatif. Proses analisis data penulis anggap yang paling penting karena data
yang akurat dan efektif akan sangat menentukan tindakan pada penelitian yang
dilakukan. Teknik observasi selain dari pengamatan hasil kegiatan praktik siswa,
juga dengan tes pilihan ganda dan uraian menjadi metode pilihan untuk
mengumpulkan data siswa.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui dalam tahap pra siklus
hanya 33,33% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam
materi “Cahaya dan sifat-sifatnya”. Dengan data tersebut penulis harus melakukan
penelitian terhadap metode pembelajaran maupun terhadap suatu objek untuk
mencari penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan selanjutnya dilakukan
perbaikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi Pra Siklus

Kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam pada tahap ini di SD Negeri
Krangkong 2 , Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro berjalan kurang
baik dan tidak efektif. Ini terlihat dari sikap siswa yang tidak bersemangat
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, selain itu siswa tidak focus dan
aktif dalam pembelajaran. Dan sampai pada akhirnya hasil kegiatan pembelajaran
tidak dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kesimpulan tersebut
diperkuat dari hasil evaluasi siswa, dari 9 siswa kelas V yang mengikuti tes
evaluasi hanya 3 siswa yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya 33,33% siswa yang
mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-
sifatnya” yang kami sampaikan.

Dari hasil pembelajaran tersebut, penulis melakukan rencana perbaikan


pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi
dalam materi cahaya dan sifat-sifatnya. Dengan metode tersebut diharapkan
pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan efektif juga siswa lebih bersemangat
dan aktif mengikuti pembelajaran.

Berikut adalah data hasil kegiatan pembelajaran pra siklus :

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Jumlah siswa tuntas belajar : 3 siswa ( 1 laki-laki, 2 perempuan)

Jumlah siswa belum tuntas belajar : 6 siswa ( 5 laki-laki, 1 perempuan )

Presentase Nilai :

Siswa yang sudah tuntas : 33,33 %

Siswa yang belum tuntas : 66,67 %

Deskripsi Siklus 1
Rencana perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 29 April
2014, dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan
pelaksanaanya.

a) Perencanaan

Dari hasil pengamatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Krangkong 2 ,


Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro mengikuti pembelajaran pra
siklus. Dapat diketahui hasil belajar siswa masih jauh dari tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Dimana hanya 33,33 % siswa yang mampu mendapat nilai KKM
atau yang tuntas belajar.

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pra siklus
untuk mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Negeri Krangkong.

b) Pelaksanaan

Sesuai dengan data yang diperoleh dari pengamatan kegiatan pra siklus, diketahui
permasalahannya adalah siswa terlihat bosan dan kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran IPA dengan Materi cahaya dan sifat-sifatnya. Maka dari itu penulis
melakukan rencana perbaikan pembelajaran di kelas V SD Negeri Krangkong 2
dengan metode belajar kelompok dan demonstrasi dengan harapan hasil belajar
siswa dapat meningkat. Berikut adalah tahap-tahap pelaksanaan kegiatan siklus 1 :

1.Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam kemudian


mengabsen kehadiran siswa.
2.Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa
yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
3.Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa
memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru.
4.Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya menggunakan prinsip
cahaya, siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
5.Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda
tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda
tersebut.
6.Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
7.Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
8.Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa masing-masing 2 orang, Siswa
berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan
absensi (1,2) (3,4) (dan seterusnya)
9.Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar dan
Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatannya, Siswa
memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca
pembesar.
10. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat
priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa menentukan
pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
11. Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar
kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai membuat priskop atau kaca
pembesar.
12. Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok, Guru
menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop
dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
13. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan
memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas, Kelompok siswa
bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka
buat.
14. Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk
masing-masing selanjutnya memberikan soal uji kompetensi dan Siswa
mengerjakan soal yang diberikan guru.
15. Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal
yang kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang
belum dipahami siswa
16. Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.

c) Observasi

Dalam langkah observasi peneliti mengumpulkan data-data pengamatan terhadap


proses kegiatan yang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati
kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung selain itu
observasi juga dilakukan terhadap metode dan cara mengajar yang dilakukan oleh
guru yang mengajar. Berikut adalah data-data observasi dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Jumlah siswa tuntas belajar : 5 siswa ( 2 laki-laki, 3 perempuan)

Jumlah siswa belum tuntas belajar : 4 siswa ( 4 laki-laki, 0 perempuan )

Presentase Nilai :

Siswa yang sudah tuntas : 44,44%

Siswa yang belum tuntas : 55,56%

Deskripsi Siklus 2

Rencana perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2014,


dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan
pelaksanaanya.

a) Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siklus 1 untuk
mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
V SD Negeri Krangkong 2.

b) Pelaksanaan

Sesuai dengan data yang diperoleh dari data siklus 1, bahwa hasil yang diperoleh
dari pembelajaran siswa sudah ada kemajuan tetapi masih ada beberapa hal yang
harus dikembangkan agar tujuan kompetensi dapat tercapai. Dari data siklus 1
dapat diketahui bahwa minat siswa dalam mengikuti pelajaran belum maksimal.
Dalam siklus 2 ini peneliti diharapkan untuk memberi motivasi lebih untuk
meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran, berikut uraian kegiatan siklus 2 :

1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam kemudian


mengabsen kehadiran siswa.
2. Guru menyampaikan indikator pencapaian kopetensi yang diharapkan
kepada siswa.
3. Guru memberi motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa
memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan penjelasan
dari pak guru”.
4. Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba
siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
5. Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya,
siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru.
6. Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya menggunakan
prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh
guru.
7. Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda
tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda
tersebut.
8. Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda
tersebut.
9. Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca
pembesar.
10. Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa masing-masing 2
orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2) (3,4) (dan seterusnya)
11. Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca
pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses
pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses
pembuatan priskop dan kaca pembesar.
12. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih
membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa
menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
13. Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca
pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai membuat
priskop atau kaca pembesar.
14. Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok,
Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat
priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang kesulitan yang
dialaminya.
15. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk
mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke
depan kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan
menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.
16. Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat
duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji kompetensi dan
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
17. Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-
hal yang kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal
yang belum dipahami siswa
18. Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.

c) Hasil kegiatan

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Jumlah siswa tuntas belajar : 8 siswa ( 5 laki-laki, 3 perempuan)

Jumlah siswa belum tuntas belajar : 0 siswa ( 0 laki-laki, 0 perempuan )

Presentase Nilai :

Siswa yang sudah tuntas : 100%

Siswa yang belum tuntas :0%

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Seperti Teori motivasi Maslow (1954) yang menyatakan menyatakan bahwa:

An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy


theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior),
clinical and observational, as well as experimental .

Dari teori Maslow tersebut dapat ditarik pelajaran bahwa setiap peserta
didik yang kami teliti juga membutuhkan kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman
(emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri
(personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila
kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur
dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Dengan metode yang penulis lakukan
yaitu dengan menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi, peserta
didik merasa diwakili dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dapat dilihat
dari hasil belajar siswa dari kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, dari hasil
kelulusan siswa pada kegiatan pra silkus yang hanya 33,33 % siswa yang mampu
memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya”
yang kami sampaikan, dan pada akhirya dapat tuntas belajar 100% pada kegiatan
belajar siklus 2. Dari dasar tersebut penulis sebagai peneliti merasa berhasil dan
puas dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Krangkong
2, Kecamatan Kepohbaru , Kabupaten Bojonegoro.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, penulis memberi
kesimpulan bahwa :
1. Pembelajaran dengan metode kelompok dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran.
2. Pemberian motivasi dalam awal kegiatan dapat menumbuhkan minat
siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Krangkong.
3. Dengan metode demonstrasi sisfa dapat lebih aktif dan kreatif untuk
mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
B. Saran Tindak Lanjut

Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan masukan terhadap pembaca
maupun dalam kegiatan pendidikan bahwa :

1. Hal pertama yang harus dilakukan dalam melaksanakan pelajaran adalah


menarik perhatian siswa dan memfokuskan perhatian siswa terhadap
materi yang akan disampaikan.
2. Penggunaan metode yang bervariasi dari guru dapat membuat siswa lebih
aktif dalam mengikuti pelajaran.
3. Dengan metode kelompok guru dapat meningkatkan pengetahuan siswa
secara lebih merata.
4. Dengan metode demonstrasi guru dapat melihat langsung kemampuan
siswa dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
5. Diharapkan dari semua pihak khususya dari pihak sekolah maupun dinas
pendidikan dapat memberikan dukungan menciptakan kondisi belajar
yang aktif, kreatif dan menyenangkan supaya tujuan pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai.
Daftar Pustaka

Haryanto. (2011). Macam-macam Metode


Pembelajaran. From http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-
pembelajaran/, 2014

Rustaman, Nuryani. (2012). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Supriati, Amalia. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Wardani, IG.A.K dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; Penerbit


Universitas Terbuka.

Wardani, IG.A.K dkk. (2011). Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta; Penerbit
Universitas Terbuka.

Wardani, IG.A.K dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional


(PKP). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Admin, (2009). Alat Peraga


Pembelajaran. From http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/, 2014

Wibowo, Timothy (2010). From www.pendidikankarakter.com/macam-macam-


kepribadian-anak/, 2014

- See more at: http://jasapembuatanptksd.blogspot.co.id/2014/12/meningkatkan-


hasil-belajar-ipa-kelas-v_79.html#sthash.JBleKwxY.dpuf

You might also like