Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia, gangguan atau bahkan kehilangan fungsi dari salah satu atau kedua mata tak
terpaksa harus melayani kebutuhan sehari- hari penderita (Dinkes RL,2013). Menurut
Kemajuan teknologi pada saat ini selain memiliki dampak positif juga
memiliki dampak negatif terhadap kesehatan tubuh kita yaitu dengan semakin
senyawa dengan elektron tidak berpasangan yang menyebabkan radikal bebas tidak
stabil dan sangat reaktif sehingga selalu berusaha untuk mencari pasangan baru yaitu
menjadi mudah bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun DNA) dalam tubuh
(Supartini, 2012).
Radikal bebas banyak terdapat disekitar kita yang berasal dari sinar
ultraviolet, polusi udara, asap rokok maupun asap mobil, dan bahan kimia dalam
2
makanan (pengawet, pewarna sintetik, residu pestisida dan bahan tambahan lainnya).
Radikal bebas di dalam tubuh sangat berbahaya apalagi jika sudah berikatan dengan
sel jaringan dapat bereaksi dengan protein sehingga merusak membran sel, jika
protein rusak dan terjadi pada lensa mata maka dapat menyebabkan katarak
(Supartini, 2012).
Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Merokok
merupakan salah satu kebiasaan yang akan memberikan banyak dampak negatif
terhadap kesehatan. Merokok adalah salah satu faktor risiko utama dari beberapa
dan lain sebagainya.Asap rokok yang mengandung radikal bebas dapat menyebabkan
kerusakan jaringan, apabila protein lensa yang berubah maka terjadilah katarak.
atau lebih dan 60 persen dari kebutuhan diatas usia 60 tahun, diakibatkan katarak
sigaret dalam sehari, mempunyai resiko 2 kali lebih banyak mengalami katarak
berhubungan dengan penyakit katarak dengan nilai OR sebesar 2,9 dengan 95% IK
value sebesar 0,210 artinya faktor perilaku merokok (>10 batang/hari) secara statistik
Laki-laki perokok di dunia hampir 1 juta milyar orang, sekitar 35% dari
perokok berada di negara maju dan 50% berada di negara berkembang, sekitar 250
juta perempuan, 22% dari perempuan tersebut berada di negara maju dan 9% berada
seluruh dunia tidak mencerminkan kesadaran akan kesehatan, namun lebih kepada
tradisi sosial dan rendahnya sumber ekonomi pada perempuan. Jumlah perokok di
populasi,pada tahun 2030 akan ada sekitar 2 milyar orang di dunia, meskipun angka
prevalensi ini salah, jumlah perokok akan tetap meningkat. Konsumsi tembakau telah
mendatangkan cukai sekitar dua puluh tujuh triliun rupiah pertahun, dilain pihak
kesehatan masyarakat dari bahaya rokok antara lain pemerintah menerapkan kawasan
Konsumsi rokok secara nasional di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar
batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi
tertinggi pada tahun yang sama (Depkes RI, 2004).Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO, 2003) memperkirakan bahwa 59% atau 140.687.241 jiwa pada usia diatas 10
tahun di Indonesia telah menjadi perokok harian dan konsumsi rokok di Indonesia
setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok atau urutan ke 4 setelah RRC (1.679
miliar batang), Amerika Serikat (480 miliar batang), Jepang (230 miliar) (Dinata,
2007).
merokok. Di Indonesia sendiri prevalensi merokok sangat tingi, hal ini ditunjukan
dari tingginya angka hasil survey GATS (Global Adult Tobacco Survey) dimana
Indonesia menduduki posisi pertama yaitu 67,0% pada laki-laki dan 2,7% pada
wanita, dibandingkan dengan India (2009): laki-laki 47.9% dan wanita 20.3%,
Philippines (2009): laki-laki 47,7% dan wanita 9,0%, Thailand (2009): laki-laki
45,6% dan wanita 3,1%, Vietnam (2010): 47,4% laki-laki dan 1,4% wanita, Polandia
Katarak mempengaruhi 20,5 juta (1 dalam 6) orang Amerika usia 40 dan lebih
tua, pada usia 80 tahun, lebih dari setengah orang Amerika memiliki katarak. Katarak
mata lainnya, pada tahun 2020, jumlah orang yang memiliki katarak diperkirakan
meningkat menjadi 30,1 juta pada tahun 2020 (The Eye Penyakit Prevalensi Research
5
Group, 2004). Tampaknya ada prevalensi yang lebih tinggi dari katarak pada wanita.
Menurut perkiraan Amerika usia 40 dan lebih tua, proporsi yang lebih tinggi dari
2004). Menurut data dari Survei Kesehatan Nasional 53,4% dari orang yang berusia
75 dan lebih tua dilaporkan memiliki katarak dibandingkan dengan 31,0% berusia 65-
74, 9,3% berusia 55-64, 2,7% berusia 45 sampai 54, dan 0,5% berusia 18-44
melakukan operasi katarak hanya kira-kira 80.000 orang per tahun mengakibatkan
fasilitas kesehatan karena kondisi geografis serta ketersediaan tenaga dan fasilitas
kesehatan mata yang masih terbatas. Masalah ini diperbesar dengan kenyataan bahwa
dengan besarnya masalah yang dihadapi sehingga kasus kebutaan akibat katarak di
lensa bahkan juga bisa disebabkan karena denaturasi protein atau keduanya.Lensa
berubah menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu serta berkurangnya tajam
6
terurai serta mengalami koagulasi, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit katarak yaitu usia, trauma kimia dan fisik, genetik, kongenital dan dapat
Menurut Ilyas (2006), katarak yang dipengaruhi oleh faktor usia dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu, katarak kongenital (katarak sejak lahir <1 tahun), katarak
juvenil (katarak yang terjadi pada usia muda >3 bulan dan <9 tahun), katarak senil
(merupakan katarak yang di alami pada usia >40 tahun). Katarak merupakan
penyebab utama terjadinya kebutaan di seluruh dunia yang dapat dicegah. Salah satu
faktor risiko penting terjadinya katarak yaitu merokok, Intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi faktor risiko terjadinya katarak hanya dengan berhenti
merokok. Semakin berat derajat merokok maka semakin tinggi katarak. Pada
penelitian ini ditinjau dari hubungan bivariat antara faktor merokok dengan katarak
maka terlihat bahwa katarak pada responden perokok 2,17 kali lebih tinggi secara
dari indek Brinkman (15) yang merupakan derajat berat ringan perokok, maka terlihat
katarak pada perokok sedang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan katarak pada
perokok ringan, dari OR terlihat 1,57 kali lebih tinggi dibandingkan perokok ringan.
Katarak pada perokok berat lebih tinggi secara bermakna (4,85 kali) dibandingkan
7
katarak pada perokok ringan, sedangkan katarak pada perokok sedang lebih tinggi
secara bermakna (1,6 kali) dibandingkan katarak pada perokok ringan. Penelitian ini
sesuai dengan kepustakaan yang melaporkan bahwa salah satu faktor yang
denaturasi protein (Khurana, 2007). Individu yang merokok 20 batang lebih jenis
sigaret dalam sehari, mempunyai resiko 2 kali lebih banyak mengalami katarak
Seluma, Kabupaten Bengkulu Utara, dan Bengkulu Tengah yang terdaftar mengikuti
operasi mata katarak gratis selama tiga hari, 20-23 September 2013, dari sebanyak itu
pasien hanya 473 orang yang menjalani screning dan menyusul kembali sebanyak 52
orang, namun yang menjalani operasi berdasarkan screning hanya 143 orang
ditambah 51 pasien. "Sebanyak 473 orang itu menjalani operasi mata katarak
8
bertahap mulai hari pertama sebanyak 53 orang pasien, lalu hari kedua 68 orang, dan
ketiga sebanyak 62 orang, setelah operasi dan masa perawatan dokter spesialis mata
menyarankan agar mata pasien yang telah dioperasi jangan terkena debu dan asap
guna menjaga agar penyakitnya tidak kambuh lagi (Dinkes Muko-muko, 2013).
Berdasarkan laporan data tahunan dari RSUD Curup pada tahun 2012 terdapat
118 orang yang menderita katarak diantaranya, (77,9%) 66 orang berjenis kelamin
laki-laki dan 52 orang berjenis kelamin perempuan sedangkan pada tahun 2013
penderita katarak meningkat terbukti dengan kunjungan pasien dipoliklinik mata yang
menderita katarak sebanyak 223 orang diantaranya, (53,8 %) 120 orang berjenis
tanggal 16 November 2013, dari 223 orang penderita katarak, didapatkan 8 orang
yang merokok yang terkena katarak. Berdasarkan data diatas maka peneliti
B. Rumusan Masalah
permasalahan bagi kesehatan masyarakat luas apalagi dengan angka kejadian yang
terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia, maka dari itu peneliti ingin lebih
C. Tujuan
Tujuan Umum:
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan katarak dengan
Tujuan Khusus :
CurupKabupatenRejangLebongtahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi InstitusiKesehatandanRumahSakit
2. Bagi Akademik
3. Bagi Responden
kebiasaan merokok.
F. Keaslian Penelitian
ahdansayuran aknaantarapola
sumber anti makanbuahdan
oksidandenga sayuransumber
nkejadiankata anti
rak di oksidandengan
pantiwredase kejadiankatarak
marangtahun di
2012. pantiwredasem
arangtahun
2012.
4 Lusianawati Merokok dan Cross Responden Di samping
(2007) usia sebagai sectional yang faktor usia,
faktor risiko memenuhi faktor merokok
katarak pada kriteria mempunyai
pekerja inklusi hubungan
berusia ≥ 30 dan positif dengan
tahun di eksklusi katarak.
bidang sebanyak Katarak
pertanian 1223 orang berhubungan
positip dengan
merokok.
Semakin berat
derajat
merokok maka
semakin tinggi
katarak.
Perbedaanpenelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Katarak
1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun, dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital), (Brunner & Suddarth, 2001). Katarak (pasca operasi) adalah terjadinya
opasitas progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan
yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marylin, 2000).
Definisi Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau
dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan
Katarak banyak diduga oleh orang adalah film atau selapis selaput kulit yang
terletak di depan mata, Hal ini adalah tidak benar karena yang keruh adalah lensa
mata. Mata manusia merupakan suatu sistem gabungan yang dapat memfokuskan
13
bayangan atau sinar seperti keadaan pada alat kamera, kelainan ini bukan suatu tumor
atau pertumbuhan jaringan di dalam mata, akan tetapi merupakan keadaan lensa
menjadi berkabut. Katarak merupakan keadaan keruh lensa mata yang biasanya
ditempat yang dingin, lensa yang terletak dibelakang manik mata bersifat
membiaskan dan memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik
kuningnya, bila lensa menjadi keruh atau katarak cahaya tidak dapat di fokuskan pada
bintik kuning dengan baik sehingga penglihatan menjadi kabur (Ilyas, 2006).
yang dapat diobati diseluruh dunia, sebagian besar katarak timbul pada usia tua
sebagai akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya
seperti merokok, radiasi UV, dan peningkatan kadar gula darah, sejumlah kecil
berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik dan memiliki
2. Etiologi
a. Ketuaan (Katarak Senilis) adalah Sebagian besar katarak terjadi karena proses
b. Trauma adalah Cedera mata yang dapat mengenai semua umur, dan cedera mata
bisa seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan
bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak traumatik.
e. Defek kongenital merupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari
infeksi virus prenatal seperti German measles atau rubella, katarak kongenitalis
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi
matahari dalam waktu yang cukup lama, rokok dan alkohol, operasi mata
3. Gejala
Menurut James, Chew, Bron (2006); Gejala katarak adalah suatu opasitas
menyebabkan rasa silau, dapat mengubah kelainan refraksi, pada bayi katarak dapat
15
pembentukan bayangan pada retina buruk, bayi dengan dugaan katarak atau dengan
riwayat keluarga katarak kongenital harus dianggap sebagai masalah yang penting
4. Tanda
Menurut James, Chew, Bron (2006) tanda dari katarak adalah tajam
ruangan gelap mungkin tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan
dalaam keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari
5. Klasifikasi
a. Katarak Kongenital
dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin, biasanya kelainan ini
tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat
terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak
perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia 1 tahun.
Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan
lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
16
Bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang
disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih), setiap bayi dengan leukokoria
katarak sendiri.
serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan
dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya dilakukan pada
b. Katarak Juvenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke
dalam developmentcataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
seperti bubur dan disebut soft cataract, biasanya katarak juvenil merupakan bagian
c. Katarak Senil
Katarak Senil paling sering dijumpai biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi
kadang-kadang mulai umur 40 tahun, hampir selalu mengenai kedua mata dengan
stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar
nucleus. Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya
Reaksi pupil terhadap cahaya normal, katarak senil ada hubungannya dengan
pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa.
lapisan kortek lensa, secara klinik/proses ketuaan lensa sudah tampak pada
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul
d. Katarak Insipient
dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil
dilebarkan, pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa, bila dilakukan tes bayangan iris (shadow
e. Katarak Imatur
Katarak Imatur pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan
yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks
akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia.
mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit, stadium ini akan mudah
18
terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi kecembungan lensa
akibat menyerap air disebut stadium intumesen.Shadow test pada keadaan ini positif.
f. Katarak Matur
Proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-
sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut
lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah
menyeluruh warna putih keabu-abuan, pada pemeriksaan iris shadow negatif dan
fundus refleks negatif, stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra
g. Katarak Hipermatur
Proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat
keluar melalui kapsul lensa, dapat terjadi 2 kemungkinan: Lensa menjadi kehilangan
pupil mata seakan akan bertambah putih, pada akhirnya apabila katarak telah matang
pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif (-).
19
terdapat kabut menghalangi objek; peka terhadap sinar atau cahaya; dapat melihat
dobel pada satu mata; memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca;
7. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.
kekuningan, di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju (Smeltzer, Suzanne, Bare & Brenda, 2001).
perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa, perubahan kimia dalam protein lensa dapat
jalannya cahaya ke retina, salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa, proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
20
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
8. FaktorRisiko
baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh
antara lain adalah umur, jenis kelamin dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik
yang berpengaruh antara lain pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung
pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan,
a. Umur
Menurut Hutasoit (2009), umur adalah usia atau lamanya waktu hidup sejak
dilahirkan. Sirlan (2000) menyatakan bahwa umur adalah sebagai unsur biologis
manusia, umur akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, semakin tinggi usia
usia sekitar 40 tahun dan setelah usia tersebut perkembangannya semakin menurun,
21
menjelang usia dewasa muda 20 tahun, sedangkan pada usia dewasa tua yaitu umur
lansia biasanya muncul dengan penglihatan ganda, katarak ini juga menyebabkan
penglihatan kabur, meski menggunakan kacamata atau lensa, sebagian besar katarak
terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang, usia rata-rata
b. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitannya dengan paparan sinar matahari, suatu
9. Pemeriksaan Penunjang
celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, dan tonometer selain
daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pascabedah dan fisik umum, pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam
sebanding dengan turunnya tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin
penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan
kekeruhan lensa. Dasar dari pemeriksaan ini adalah makin sedikit lensa keruh pada
bagian posterior, maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut,
sedangkan makin tebal kekeruhan lensa, maka makin kecil bayangan iris pada lensa
10. Penatalaksanaan
ditemukan pengobatan katarak dalam bentuk tablet, salep, tetes mata, dan gizi
tertentu untuk mencegah perkembangan katarak.Tidak satu pun obat yang dikenal
yang dapat menyembuhkan katarak. Katarak hanya dapat diangkat dengan cara
hari dan bila katarak ini telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan
sosial atau atas indikasi medis lainnya (Ilyas, 2003). Ekstraksi katarak adalah cara
atau ekstrakapsular. Tindakan bedah ini pada saat ini dianggap lebih baik karena
penyulit seperti glaukoma dan uveitis.Bedah katarak, lensa diangkat dari mata
23
intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah mengangkat lensa intoto,
yakni didalam kapsulnya melalui insisi limbus superior 140-1600, pada ekstraksi
ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior, bagian anterior kapsul dipotong
dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi
dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga menyisakan kapsul posterior (Mansjoer,
2000).
ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil
kurang bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus
yang kecil agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler, pada beberapa tahun
sebagai jenis bedah katarak yang paling sering.Alasan utamanya adalah bahwa
apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah dapat memasukkan lensa intra okuler ke
dalam kamera posterior.Insiden komplikasi pasca operasi seperti abasio retina dan
edema makula lebih kecil bila kapsul posteriornya utuh, Jika digunakan teknik insisi
kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek (Vaughan& ashbury,
2000).
24
B. Merokok
1. Definisi
Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900ºC untuk ujung
rokok yang dibakar dan 30ºC untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir
mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama
Menurut Harrisons (1987) dalam Sitepoe (2000), asap rokok yang diisap atau
asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap
membentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen
partikulat, dengan demikian,asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85%
dan sisanya berupa partikel. Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut
mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang
2. Kategori Perokok
batang perhari.
c. Perokok berat, yaitu perokok yang menghabiskan rokok lebih dari 21 batang
rokok bersifat kompuleks dan dipengaruhi oleh jumlah rokok yang diisap dan pola
pengisapan rokok tersebut. Menurut Kollapan dan Gopi (2002); Solak et al(2005)
dalam Nasution (2007), faktor lain yang turut mempengaruhi akibat asap rokok antara
lain usia mulai merokok, lama merokok, dalamnya isapan, dan lain-lain. Berdasarkan
dari 10 tahun, antara 10-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Jumlah rokok yang
dikonsumsi per hari dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ringan (1-10 batang per
hari), sedang (11-20 batang per hari), dan berat (lebih dari 20 batang per hari).
3. Jenis Rokok
Menurut Sitepoe (2000), di luar negeri bahan baku rokok hanya tembakau,
dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia bahan baku rokok adalah
tembakau dan juga cengkeh atau disebut rokok kretek. Sebagai bahan baku, di
samping tembakau juga ditambahkan kemenyan dan kelembak, atau disebut rokok
kelembak atau rokok siong. Selain rokok yang khusus dijumpai di Indonesia, ada pula
tembakau yang digunakan sebagai rokok pipa dan rokok cerutu yang tersebar luas di
seluruh dunia, pada rokok pipa, tembakau dibakar kemudian diisap melalui
pipa.Khusus rokok cerutu, daun tembakau kering yang dirajang agak lebar disusun
ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih; daun nipah;
pelepah tongkol jagung atau disebut rokok kelobot; dan dengan tembakau sendiri atau
26
disebut rokok cerutu; ada juga yang tidak menggunakan pembalut, misalnya rokok
Baik rokok putih maupun rokok kretekdemikian pun dengan rokok pipa ada
yang menggunakan filter dan ada pula yang tanpa filter. Konsumsi rokok berfilter
tanpa filter. Rokok kretek merupakan rokok khusus Indonesia yang hanya diproduksi
di Indonesia.Jenis rokok ini diproduksi dengan mesin yang disebut rokok kretek
mesin dan dapat pula diproduksi secara manual menggunakan tenaga kerja berjumlah
Menurut Shafey, Eriksen, Ros, Mackay (2009), merokok tembakau terdiri dari
4.000 lebih bahan kimia, beberapa dari ini bersifat iritan dan 60 lainnya diketahui
atau diduga bersifat karsinogenik. Bahan kimia tersebut antara lain: aseton, amonia,
kekeringan tembakau; berat bahan baku rokok: tembakau, termasuk cengkeh atau
bahan tambahan lainnya; bahan pembalut rokok; serta ada tidaknya filter: termasuk
panjang filter dan kerapatan filter pada rokok yang diisap. Filter yang terbuat dari
asetat selulosa berfungsi untuk menahan beberapa tar dan partikel rokok yang berasal
dari rokok yang diisap. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokok sehingga
27
menjadi mudah diisap. Nikotin terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam
memegang peranan penting dalam ketagihan merokok. Berat rata-rata rokok kretek
adalah 1,14 gr/batang dengan komposisi 60% tembakau dan 40% cengkeh. Berat rata-
ada kemungkinan berat tembakau didalam rokok kretek lebih rendah dari rokok putih.
Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik
lain yang dibakar. Gas CO bersifat toksik karena mengganggu ikatan antara oksigen
daripada kandungan CO di dalam rokok putih. Timah hitam (Pb) merupakan partikel
asap rokok. Setiap satu batang rokok yang diisap diperhitungkan mengandung 0,5
Eugenol hanya dijumpai di dalam rokok kretek dan tidak dijumpai dalam rokok putih.
Eugenol serupa halnya dengan nikotin, yakni dapat dijumpai dalam rokok yang
dirokok (asap rokok) dan juga di dalam rokok yang tidak dirokok (tembakau)
(Sitepoe,2000).
zat,aktivitas yang kurang, dan lain-lain (WHO, 2003). Meskipun tembakau digunakan
dengan cara mengisap, mengunyah, menghirup, dan lain-lain, tidak ada cara yang
28
aman untuk menggunakan tembakau (Shafey, Eriksen, Ros, Mackay, 2009). Berbagai
jenis rokok yang diisap ataupun tembakau yang digunakan tanpa dibakar, dapat
kimia yang terdapat di dalam rokok atau di dalam tembakau yang digunakan (Sitepoe,
2000).
penyakit gusi.
merokok. Semakin berat derajat merokok maka semakin tinggi katarak. Pada
katarakmaka terlihat bahwa katarak pada respondenperokok 2,17 kali lebih tinggi
katarak pada perokok ringan, dariOR terlihat 1,57 kali lebih tinggi
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah faktor
batang sehari akanmeningkatkan risiko menjadi katarak hampir 2kali lipat lebih
tinggi.
sigaret dalam sehari, mempunyai resiko 2 kali lebih banyak mengalami katarak
C. Kerangka Teori
Ilyas, 2006
D. Hipotesis Penelitian
BAB III
METODEPENELITIAN
A. Desain Penelitian
Retrospektif, dengan kata lain efek di identifikasikan saat kemudian faktor resiko di
identifikasikan ada atau terjadinya pada waktu yang lalu (Nursalam, 2013).
B. Kerangka Konsep
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
D. Definisi Operasional
1. Populasi
menderita katarak di RSUD Curup yaitu sebanyak 223 orang yang terdiri dari 120
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan di teliti atau
sebagian jumlah yang akan di teliti dari karakteristik yang dimiliki populasi
(Arikunto, 2007).
kasus dan 30 orang untuk kelompok control.Teknik pengambilan sampel yaitu secara
sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti dengan pendekatan
1. Tempat Penelitian
2. Waktu
G. Etika Penelitian
permohononan izin kepada Kepala RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong dengan
membawa surat pengantar dari Poltekkes Bengkulu Prodi Keperawatan Curup untuk
1. Informed Consent
persetujuan, tetapi bila calon responden tidak bersedia maka tidak ada paksaanuntuk
calon responden.
responden pada lembar alat ukur, tetapihanya menuliskan kode nomor responden
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
dalam proses pengambilan data penelitian tetapi kadang responden berbagi cerita
penelitian baik informasi maupun masalah lain yang menyangkut privasi responden
dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian
(Hidayat, 2003).
35
a. Data Primer
Data primer ini diperoleh langsung dari responden yang menderita katarak yang
telah di diagnosis oleh dokter. Penelitian ini dilakukan di rumah responden yang
menderita katarak yang berobat di Poliklinik Mata RSUD Curup Tahun 2014.
rumahnya telah peneliti ketahui melalui rekam medik RSUD Curup, data akan
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan berdasarkan laporan tahunan jumlah
penderita katarak yang di RSUD Curup. Data sekunder diperoleh tidak langsung
dari penderita katarak tapi dari instansi bersangkutan yaitu dari Dinas Kesehatan
2. Pengolahan Data
b.Coding, yaitu merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
36
c. Recoding, melakukan kode ulang pada jawaban yang belum dikelompok menjadi
e. Cleaning, yaitu pengecakan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada
3. Analisa data
a. Analisa Univariat
Analisis univariat yaitu seluruh variabel yang akan digunakan dalam analisis
Keterangan :
P : Jumlah persentase yang ingin dicari
F : Jumlah frekuensi dari masing-masing variabel
N : Jumlah Sampel
Rumus diatas, proporsi yang dapat dilihat dalam bentuk presentase yang
b. Analisa Bivariat
analisis statistik Chi Square (X2). Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
kebiasaan merokok dengan kejadian katarak menguji uji Chi Square (X2) dengan
Rumus :
𝑘
𝑥 = ∑(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖)2 / 𝐸𝑖
2
𝑖=1
Keterangan :
X2 : Harga Chi Square yang diperoleh.
Oi : frekuensi yang diamati
Ei : Frekuensi yang diharapkan.
NO Independen Dependen jumlah
Tidak katarakKatarak
1 Tidak merokok a b a+b
2 Perokok c d c +d
Jumlah a+b b+d N=a+b+c+d
Frekuensi harapan masing-masing sel:
E.1.1. =(a+b) (c+d) /N
E.1.1. =(b+d) (a+b) /N
E.2.1. =(a+b) (c+d) / N
E.2.2. =(a+b) (a+b) / N
Analisis bivariat akan diperoleh Ratio Prevalensi (RP) dengan estimasi Confidence
Internal (CI) yang ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%, dengan rumus Ratio
Prevalensi (RP):
𝑎/(𝑎+𝑏)
RP =
Rumus Ratio Pravelensi (RP) 𝑐/(𝑐+𝑑)
38
Jika RP <1 dengan tingkat kepercayaan 95% tidak melewati angka 1, maka variabel
kejadian penyakit.
Jika RP =1 maka variabel yang digunakan menjadi faktor resiko ternyata tidak ada
pengaruhnya terhadap terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral dan
Jika RP >1 dengan tingkat kepercayaannya 95% melewati angka 1, maka variabel
yang digunakan menjadi faktor risiko ternyata tidak ada pengaruh terhadap
terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral dan bukan merupakan faktor