You are on page 1of 20

Case Report

Katarak Senilis Immatur Okuli Dekstra Sinistra

Disusun Oleh :
Faisal Zakiri
1102012080
Pembimbing : dr. Elfi Hendriati Budiman, Sp. M

STASE MATA
RSUD DR SLAMET GARUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS YARSI
2017
I. STATUS PASIEN
I. IDENTITAS

Nama : Ny. A

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 49 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Cihuri

Tanggal pemeriksaan : 27 Oktober 2017

II. ANAMNESA

Anamnesis : Autoanamnesis

Keluhan utama : Penglihatan mata kiri buram dan memburuk sejak 3 bulan
yang lalu disertai silau

Anamnesa khusus:

Pasien mengeluh penglihatan mata kiri buram sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 1 bulan terakhir. Pasien
mendeskripsikan pandangan yang buram seperti berkabut. Pasien mengaku bahwa mata
kanan juga buram namun tidak seburam mata kiri.Tidak ada faktor yang memperburuk
atau memperingan gejala tersebut. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah
ataupun nyeri pada matanya.

Pasien juga merasa lebih silau ketika melihat cahaya/lampu dibanding beberapa
tahun sebelumnya. Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan.
Pasien juga menyangkal susah melihat ketika dalam ruangan atau dalam keadaan gelap.
Pasien menyangkal mempunyai diabetes mellitus dan darah tinggi. Pasien menyangkal
mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau konsumsi obat dalam waktu lama.
Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat diabetes melitus, darah tinggi, penyakit jantung, dan trauma pada mata
disangkal.Pasien menyangkal mempunyai keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat alergi : Disangkal.

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit
serupa dengan pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan Visus & Refraksi

KETERANGAN OD OS
Visus 0.5 F2 PH Maju 4/60  PH(-)
SS S + 1  0.5f Tidak dapat dikoreksi
Distansia Pupil 60/58 mm
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posisi Bola Mata Ortotropia Ortotropia
Gerakan mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pemeriksaan Eksternal
Palpebra Superior Tenang Tenang
Palpebra Inferior Tenang Tenang
Cillia Tumbuh Teratur Tumbuh Teratur
Ap. Lakrimalis Tenang Tenang
C. Tarsal Superior Tenang Tenang
C. Tarsal Inferior Tenang Tenang
C. Bulbi Tenang Tenang
Cornea Tenang Tenang
Camera Oculi Anterior Tenang, Dalam Tenang, Dalam
Pupil Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya
Langsung Positif Positif
Tidak Langsung Positif Positif
Iris Coklat, Kripti (+) Coklat, Kripti (+)
Sebagian keruh, Shadow
Lensa Keruh, Shadow test (+)
Test (+)
Pemeriksaan Slit Lamp & Biomicroscopy
Cillia Tumbuh teratur Tumbuh teratur
Conjungtiva Tenang Tenang
Cornea Tenang Tenang
COA Tenang Tenang
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Iris Coklat, Kripti (+) Coklat, Kripti (+)
Lensa Keruh Keruh
Tonometri 22.7 mmHg 18.3 mmHg
Pemeriksaan Funduscopy
Lensa Sebagian keruh Keruh
Vitreus Dalam batas normal Sulit dinilai
Fundus Dalam batas normal Sulit dinilai
Keadaan mata pasien saat diperiksa :

IV. RESUME:
Pasien perempuan berumur 49 tahun datang ke RSUD dr Slamet Garut dengan keluhan
pengelihatan mata kirinya buram sejak 3 bulan yang lalu, memburuk dalam satu bulan
terakhir. Pasien mengaku bahwa mata kanannya juga buram namun tidak separah mata kiri.
Buram yang pasien rasakan adalah seperti berkabut. Pasien menyangkal adanya keluhan
mata merah dan nyeri pada matanya. Pasien merasa lebih silau ketika melihat
cahaya/lampu. Pasien menyangkal memiliki riwayat Diabetes Mellitus, dan darah tinggi.
Pada pemeriksaan fisik didapati pada OD, visus 0.5 F2 dan kekeruhan pada lensa yang
menyeluruh dengan shadow test positif. Pada OS, visus 4/60,dan kekeruhan pada lensa
yang menyeluruh dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata kanan pasien
didapatkan dalam batas normal, hasil funduskopi mata kiri pasien sulit dinilai karena
terhalang oleh kekeruhan lensa.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Biometri Oculi Sinistra
2. Pemeriksaan laboratorium darah :
a. Hb,Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, PT dan aPTT
b. Pemeriksaan glukosa darah

VI. DIAGNOSIS KERJA:


OD: Katarak senilis Imatur
OS : Katarak senilis Imatur

VII. PENATALAKSANAAN:
1. Medikamentosa
2. Non Medikamentosa:
- Edukasi penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur.
3. Tindakan operasi :
- OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi + IOL.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam: ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
IX. ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini adalah:
OD: Katarak senilis imatur
OS: Katarak senilis imatur
Identifikasi masalah pasien :
A. Anamnesis:
Keluhan utama pasien adalah penurunan fungsi penglihatan yang progresif, sejak 3
bulan yang lalu dan mulai memburuk terutama pada 1 bulan terakhir. Penyakit ini masuk
dalam kelompok penyakit visus turun perlahan tanpa mata merah. Dari kelompok ini
kemungkinan penyakit lainnya adalah kelainan refraksi, katarak, glaukoma kronis serta
kelainan makula dan retina. Penglihatan buram pasien dideskripsikan seperti berkabut,
lebih berat di mata kiri daripada mata kanan, pasien juga merasa cahaya/lampu menjadi
lebih silau dari sebelum-sebelumnya. Ini merupakan gejala penurunan visus dan glare yang
terdapat pada katarak. Pasien mengaku belum pernah memakai kacamata. Pasien
menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan yang menunjukan adanya
gangguan dalam penyempitan lapanagan pandang. Pasien juga menyangkal mempunyai
gangguan beradaptasi dalam melihat gelap. Pasien menyangkal mempunyai diabetes
mellitus. Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau konsumsi
obat dalam waktu lama.
B. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:
Pada OD: 1. Visus 0.5f 2,
2. Lensa yang keruh shadow test (+).
3. Non contact tonometri: 22.7 mmHg

Pada mata kanan, terdapat kekeruhan pada lensa dengan shadow test (+) sugestif
katarak imatur. TIO yang sedikit meningkat belum bisa menyingkirkan glaukoma kronik.
Pada OS: 1. Visus 4/60
2. Lensa yang keruh dengan shadow test (+).
3. Non contact tonometri: 18.3 mmHg

OS memiliki visus 4/60 dengan lensa keruh dengan shadow test (+) sugestif katarak
imatur. Tes konfrontasi normal dengan TIO normal menyingkirkan glaukoma kronik.
Funduskopi pada mata kanan dalam batas normal, namun pada mata kiri sulit dinilai
karena lensa yang keruh akibat katarak. Pada pasien ini, diagnosis DM tipe 2 belum dapat
disingkirkan karena belum dilakukan pemastian lewat kadar gula darah pasien maka masih
ada kemungkinan pasien menderita retinopati diabetes namun retina belum dapat dinilai.
C. Pemeriksaan anjuran:
1. Pemeriksaan Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT: persiapan operasi serta
menilai fungsi hemostasis.
2. Pemeriksaan glukosa darah : untuk melihat apakah gula darah dalam kondisi yang
baik untuk operasi agar tidak terjadi komplikasi seperti ketoasidosis dan untuk
memastikan apakah pasien memiliki Diabetes Mellitus dalam pemberian
penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa

D. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa:
- Edukasi tentang penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet dan olahraga teratur.
Pasien juga dianjurkan untuk berhenti merokok, karena rokok meningkatkan risiko
kardiovaskular, yang mana pada pasien ini risiko tersebut sudah tinggi akibat pasien
menderita hipertensi, serta untuk memperlambat perburukan katarak pada mata
kiri.
2. Tindakan operasi:

OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), fakoemulsifikasi + IOL.

Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi untuk
perbaikan visus. Dipilih ECCE dengan fakoemulsifikasi + IOL, karena insisi pada kornea
yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang lebih kecil
daripada ICCE. Komplikasi yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang lebih cepat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm
dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan
disebelah posterior terdapat vitreus
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.

Lensa terdiri dari 65 % persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada
di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan
lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada
serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
II. Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari
benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan
benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

III. KATARAK SENILIS

Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita) yang
paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada
usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan biasanya
bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata lainnya. Secara
morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear.
Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu terkena
katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,
- Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia munculnya
katarak.
- Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
- Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.
- Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan
penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang
menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan. Sianat
dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

Stadium maturasi katarak senilis :

A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal


I. Katarak insipien

Merupakan katarak yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.Kekeruhan
terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai
korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa Spokes of a wheel.

Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”

II. Katarak senilis imatur:

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka terdapat
iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa.Pada
stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi cembung,
sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia.

III. Katarak senilis matur:


Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi keruh
seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ni, lensa akan berukuran
normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.

IV. Katarak senilis hipermatur


i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada stadium
ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan
lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan lensa
menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:

Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan kemampuan
akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara perlahan
menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat sedikit bagian
dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat (cataracta brunescens),
hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)
Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

GEJALA KLINIS

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata
rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :

1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari atau
sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau tergantung dengan
lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.

2. Diplopia monokular atau polypia


Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan
daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi yang ireguler karena
indeks bias yang berbeda.

3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.

4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang

5. Penurunan tajam penglihatan


Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya pasien
katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain, pasien hanya
menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada katarak kupuliform
(opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika malam hari. Pada
katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.

6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat
kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak
diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi, seiring dengan penurunan
kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.

PENATALAKSANAAN

Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila penyakit
tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari penyakit
tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin
dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada
opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan opasitas
sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.

Indikasi operasi katarak ialah:

1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak dilakukan
ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada kehidupan sehari-hari
pasien.
2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi dapat
dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak agar
pupil kembali menjadi hitam.

Evaluasi Preoperatif

1. Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes mellitus,
hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti periodontitis dan
infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi tidak boleh diatas
160/100 mmHg
2. Pemeriksaan fungsi retina:
a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat apakah
fungsi retina masih baik atau tidak.
b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus
c. Persepsi warna
d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar
e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.
3. Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan infeksi
sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi sakus
lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat penyakit
dakriosistitis, maka harus dilakukan dakriosistektomi ato dakriosistorinostomi.
4. Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate, efek
Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak
5. Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan sebelum
ekstraksi katarak

Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :

1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian antibiotika
lokal dan sistemik
2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan
3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan coa dangkal,
kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan

PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS

1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)


Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang lemah dan
terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini tidak bisa
dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50 tahun,
digunakan enzim alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks diangkat;
kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.

3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa intraokular
yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi
astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.

4. SICE(Small Incision Cataract Extraction)


• SICE adalah salah satu teknik operasi katarak yang pada umumnya digunakan di Negara
berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan hasil visus yang bagus dan sangat berguna
untuk operasi katarak dengan volume yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan cara insisi
6 mm pada sclera (jarak 2 mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik
mata depan. Dilakukan CCC, hidrodiseksi, hidrideliniasi dan disini nucleus dikeluarkan
dengan manual, korteks dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi kemudian dipasang IOL in
the bag.
Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

LENSA TANAM INTRAOKULER

Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan lensa
intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).

Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus siliaris
atau kapsula posterior lensa.
KOMPLIKASI

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi
glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang
terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan
terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis.

Prognosis

Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.. Namun jika katarak dapat dengan cepat
terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 %
penderita dapat melihat kembali dengan normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.
3. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed.
McGraw-Hill Professional. 2011.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed. Saunders.2012

You might also like