Professional Documents
Culture Documents
PNEUMONIA
PEMBIMBING :
Ns. YOSI SURYARINILSIH, M.Kep.Sp.KMB
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6, II-A :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini, mengenai PNEUMONIA.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuh nya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu , kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa bemanfaat ataupun inspirasi bagi
pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PNEUMONIA
Peneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mirkoorganisme, termasuk bakteria, mikrobakteria, jamur dan
virus.(Brunner&Suddarth, 2016: 457).
Pneumonia (pneumonitis) merupakan proses inflamasi pada parenkim paru
yang biasanya berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan
interstisial.(Black& Hawks, 2014: 313).
Pneumonia adalah infeksi saluran napas bawah akut pada jaringan paru yang
biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi dapat juga disebabkan oleh virus (yaitu,
influenza).(Hurst, 2016: 263). Jaringan paru dikolonisasi oleh organisme penyerang
dan akibatnya terjadi reaksi inflamasi intens, yang menghasilkan konsolidasi jaringan
paru ( jaringan menjadi lebih padat dan kurang elastis, meningkatkan densitas paru)
dan memproduksi semakin banyak eksudat (mukus, sekresi).
Peneumonia diklasifikasikan sebagai peneumonia di dapat di komunitas
(community-acquired pneumonia [CAP]), pneumonia didapat di rumah sakit
(nosokomial) (hospital-acquired pneumonia [HAP]), pneumonia pada pejamu yang
mengalami luluh imun, dan pneumonia aspirasi. Terjadi tumpang tindih dalam
pengelompokkan pneumonia tertentu, karena pneumonia dapat terjadi pad tatanan
yang berbeda. Mereaka yang beresiko mengalami pneumonia sering kali menderita
penyakit kronis utama, penyakit akut berat, sistem imun yang tertekan karena
penyakit atau medikasi, imobilisasi, dan faktor lain yang mengganggu mekanisme
perlindungan paru normal. Lansia juga beresiko tinggi.
5
B. TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA
Gambaran klinis pneumonia beragam, bergantung pada organisme penyebab dan
penyakit pasien :
Mengigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam ( 38,5°C sampai
40,5°C).
Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernafas dan batuk.
Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat ( 25 sampai 45 kali
pernafasan/menit) dan dispnea; ortopnea ketika tidak disangga.
Nadi cepat dan memantul; dapat meningkat 10 kali/menit persatu derajat
peningkatan suhu (celsius)
Bradikardia relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikoplasma, atau infeksi organisme legionella.
Tanda lain: infeksi saluran nafas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuretik, mialgia, ruam, dan faringitis; setelah beberapa hari, sputum mukoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
Pneumonia berat: pipi memerah; bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis
sentral.
Sputum porulen, berwarna seperti karat, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agens penyebab.
Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaforesis dan mudah lelah.
Tanda dan gejala pneuonia dapat juga bergantung pada kindisi utama pasien (mis.,
tanda berbeda dijumpai pada pasien dengan kondisi separti kanker, dan pada
mereka yang mengalami terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi
terhadap infeksi.
C. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
Reaksi inflamsi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu difusi oksigen dak karbon dioksida; bronkospasme juga dapat terjadi
apabila pasien menderita penyakit jalan nafas reaktif. Bronkopneumonia, bentu
pneumonia yang paling umum, menyebar dalam model bercak yang meluas dari
bronki ke parenkim paru sekitarnya. Pneumonia lobar adalah istilah yang digunkan
jika pneumonia mengenai bagian substansial pada satu atau lebih lobus. Pneumonia
disebabkan oleh berbagai agen mikroba diberbagai tatanan. Organisme yang bisa
menyebabkan pneumonia antara lain pseudomonas aeruginosa dan spesies klebsiella;
staphylococcus aureus; haemophilus influenza; staphilococcus pneumoniae; dan
basilus garam negatif, jamur, dan virus (paling sering terjadi pada anak-anak).
D. PENYEBAB PNEUMONIA
Pneumonia secara umum didapat ketika sistem imun seseorang tidak mampu
menahan atau membela dirinya sendiri terhadap organisme penyerang. Pneumonia
6
merupakan penyebab kematia utamakelima, dengan insiden tertinggi terjadi pada
lansia, penghuni panti werda (atau individu di situasi tempat tinggal lain yang
padat),klien yang di rawat di rumah sakit, klien dengan penyakit kronis, dan klien
yang mendapat ventilasi mekanis. Pneumonia yang didapat di komunitas (community-
acquired pneumonia,CAP) lebih sering terjadi dibandingkan infeksi nosokomial dan
sering terjadi di akhir musim gugur dan musim dingin akibat komplikasi influenza.
Patogen gram negatif yang umum dihubungkan dengan CAP terdiri atas streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Legionella pneumophila, Pseudomonas,dan
aeruginosa. Pneumonia yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired pneumonia,
HAP) atau pneumonia nosokomial memiliki angka mortalitas sebesar 20% hingga
50%. Angka mortalitas yang tinggi ini sebagian disebabkan oleh virulensi organisme,
resistensi organisme terhadap antibiotik, dan proses penyakit yang mendasari pasien.
Patogen umum yang dihubungkan dengan HAP mencakup Enterobacter spp,
Escherichia coli, H.influenzae, Klebsiella spp,dan Staphylococcus aureus yang
resisten terhadap metisilin (MRSA).
usia lanjut
riwayat merokok
infeksi saluran nafas bagian atas
intubasi trakea
imobilitas jangka panjang
terapi imunosupresif
penurunan sistem imun
malnutrisi
dehidrasi
tuna wisma
penyakit kronis (seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit paru kronis, penyakit
ginjal, dan kanker)
7
E. CONTOH ASKEP PNEUMONIA
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : islam
Pendidikan : Tamat Akademik
Pekerjaan : Pengawai Negeri
Alamat : jl. Tembok jaya no 05
Tanggal Masuk RS :03-Mei-2018
No. Register : 06.67.99.08
Ruangan/kamar : HCU IGD
Golongan Darah :B
Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2018
Diagnosa Medis : Pneumonia
8
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
- Tingkat kesadaran
Composmentis.
- Penampilan
Kurang rapi
- Pembicaraan
Baik.
- Alam perasaan
Sedih.
- Interaksi selama wawancara
Kontak mata baik.
- Memori
Ingatan klien sudah terganggu mengingat usia pasien yang sudah
mulai menua.
A. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah,lemah dan sesak.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,8◦C.
- Tekanan darah : 130/90 mmHg.
- Nadi : 90 kali / menit.
- Pernafasan : 30 kali / menit.
- TB :155 Cm.
- BB : 50 Kg.
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk
Bulat dan simetris.
- Ubun–ubun
9
Tidak ada benjolan.
- Kulit kepala Kurang Bersih.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut
Rambut tumbuh merata dan keadaan rambut bersih. Warna rambut
sudah mulai memutih.
- Bau
Rambut tidak berbau.
- Warna kulit
Kuning langsat.
Wajah
- Warna kulit kuning langsat.
- Struktur wajah
Bulat, simetris, Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan
Hidung
- Keadaan bibir
Kering, simetris.
- Keadaan gusi dan gigi
Sebagian gigi pasien sudah tidak ada.
- Keadaan lidah
Lidah kurang bersih.
- Orofaring
Pita suara kurang baik.
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan
Kulit tampak bersih.
- Kehangatan
Hangat.
- Warna
10
Warna kulit kuning langsat.
- Turgo
Turgo kulit tidak elastis, CRT > 2detik.
- Kelembaban
Kelembaban kulit kurang baik.
- Kelainan pada kulit
Ada kelainan pada kulit seperti bersisik.
Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan toraks / dada
- Bentuk normal, simetris, pernafasan terlihat tidak teratur
Pemeriksaan paru
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan abdomen
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
11
Pasien tidak selera makan.
- Nyeri ulu hati
Tidak ada nyeri ulu hati yang dirasakan pasien.
- Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
- Mual dan muntah
Pasien mengalami mual dan muntah.
- Waktu pemberiaan makan
Pagi pada jam 07.00 wib, siang pada jam 12.00 wib, dan malam
pada jam 18.00 wib.
- Jumlah dan jenis makanan
Satu mangkuk sonde.
- Waktu pemberian cairan/minuman
Pemberian cairan pada pasien diberikan sesering mungkin.
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Pasien makan dan minum dibantu dengan menggunakan selang
NGT.
2. Perawatan diri / personal hygine
- Kebersihan tubuh
Tubuh pasien bersih.
- Kebersihan gigi dan mulut
Mulut dan gigi pasien kurang bersih.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kuku kaki dan tangan tampak kurang bersih.
3. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti
pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan suami
dan anak pasien.
- Uraian aktivitas pasien selama dirawat / sakit
Selama pasien sakit, pasien tetap melakukan ibadah sesuai
keyakinannya yang dipimpin oleh suaminya.
4. Pola eliminasi
A. BAB
- Pola BAB
1 kali / hari.
- Karakter feses
Lunak, berwarna kecoklatan.
- Riwayat pendarahan
Tidak ada riwayat pendarahan.
- Diare
Tidak ada diare.
- Penggunan laksatif
Tidak ada penggunan laksatif.
B. BAK
- Pola BAK
Tidak menentu.
- Karakter urin
Kuning keruh.
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK
12
Tidak ada kesulitan BAK.
- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih
Tidak ada riwayat penyakit.
- Penggunan diuretik
Tidak menggunakan diuretik.
5. Mekannisme koping
- Adaptif
Mampu menyelesaikan masalah.
- Maladaptif
A. ANALISA DATA
13
berdahak
DO :- Pasien terlihat
lemah
- Wajah pucat
- Tungor kulit buruk
- Mata berkantung
- Lingkar mata hitam
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa
kering
- Rongga mulut terluka
- Takipnea
-Kelemahanotot yang
berfungsi untuk
mengunyah/menelan
- TTV
TD :130/90 mmHg
N :90x/menit
RR :30x/menit
3. DS : pasien mengatakan Akumulasi secret dilan Intoleransi aktivitas
badan nya lemas nafas menghalangi
sehingga proses difusi, oksigen
susah untuk beraktivitas kompensasi meningkat,
DO : gerakan prnafasan,
- klien tampak sesak, pola nafas tidak
memanggil efektif, transportasi
keluarga dan perawat oksigen terganggu,
saat kelelahan fisik,aktivitas
butuh sesuatu kehidupan sehari – hari
- Klien tampak lemas terganggu
terbaring di tempat tidur
Masalah keperawatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan ada sputum ditenggorokan klien, bunyi nafas ronkhi, sesak
nafas, RR: 30x/menit,
N: 90x/menit
2. Resiko Nutrrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan asupan nutrisi
tidak adekuat ditandai dengan sulit menelan , tidak selera makan, dan mual/muntah
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan umum yang lemah ditandai
dengan badan klien yang lemas sehingga susah beraktivitas dan semua kebutuhan
dibantu oleh keluarga dan perawat
14
C. . PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi/kedalaman 1. Melakukan evaluasi awal untuk
pernafasan dan gerakan dada melihat kemajuan dari hasil
2. Auskultasi area paru, catat intervensi yang dilakukan
bunyi nafas 2. Penurunan aliran udara terjadi
3. Bantu pasien latihan nafas pada area konsolidasi dengan
dalam cairan.bunyi nafas bronchial
4. Berikan oksigen sesuai dengan (normal pada bronkus) dapat
Indikasi terjadi pada area konsilidasi,
5. Berikan cairan yang paling crackles,ronkhi,mengi terdengar
sedikit 2500ml/hari.(kecuali pada inspirasi dan/atau ekspirasi
kontra indikasi). Tawarkan air dulu dari akumulasi cairan
hagat dari pada air dingin 3. Merangsang batuk atau
6. Lakukan suction atas indikasi pembersihan nafas secara
mekanik pada klien yang tidak
mampu melakukan karena batuk
tidak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran
4. Memobilisasi dan mengeluarkan
sputum dan membantu
pernafasan klien
5. Cairan (khusus yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6. Menstimulasi batuk atau
pembersihan saluran nafas pada
klien yang tidak melakukannya
dikarenakan ketidakefektifan
batuk dan penurunan kesadaran
15
klien adekuat
Kriteria hasil : Tidak terjadi penuruan makan, dan mual/muntah
Tujuan : Intake nutrisi berat badan, peningkatan status gizi
Intervensi Rasional
1. Mengetahui apakah ada tanda –
1. Kaji kemampuam menelan menelan
klien tanda kesulitan untuk
2. Jaga kebersihan mulut klien dan memberiakan informasi
3. Sajikan makanan yang mudah tentang jenis diet yang sesuai
dicerna dalam keadaan hangat, 2. Mulut yang bersih meningkatkan
tertutup dan berikan sedikit nafsu makan makan
sedikit tapi sering 3. Mningkatkan selera makan dan
4. Selingi makan dengan minun intake makan
4. Memudahkan makanan masuk
5. Mengurangi rasa nyaman
Intervensi Rasional
1. Mengevaluasi respon terhadap 1. Memberikan kemampuan
aktivitas .mencacat dan /kebutuhan pasien dan
melaporkan adanya dispnea, memfasilitasi dalam pemilihan
peningkatan kelelahan serta intervensi
perubahan dalam tanda vital 2. Mengurangi stressdan stimulasi
selama setelah aktivitas yang berlebihan, serta
2. Memberikan lingkungan yang meningkatkan istirahat
nyaman dan membatasi 3. Pasien mungin merasa nyaman
pengunjung selama fase akut dengan kepala dalam keadaan
atas indikasi elevasi,tidur dikursi atau
3. Membantu pasien untuk berada pada istirahat pada meja dengan
posisi yang nyaman untuk bantuan bandal
beristirahat dan tidur
16
NO DIAGNOSA INPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan 1. Mengkaji S :klien mengtakan
nafas tidak frekuensi/kedalaman sesak nafas/sulit
efektif yang pernafasan dan gerakan bernafas dan tersa
berhubungan dada banyak sputum
dengan 2. Mengauskultasi area O :klien tampak
peningkatan paru, catat bunyi nafas kesulitan brnafas
produksi 3. Membantu pasien Terdengar suara
sputum latihan ronkhi
ditandai nafas dalam RR :30x/menit
dengan ada 4. Memberikan oksigen Secret :masih ada
sputum sesuai dengan indikasi A : masalah bersihan
ditenggorokan jalan nafas tidak
klien, bunyi efektif
nafas ronkhi, belum teratasi
sesak nafas, P : lanjutkan
RR:30X/menit, intervensi
N:90X/menit a. kaji frekuensi
pernafasan
b. berikan klien
terapi oksigen
c. anjurkan klien
untuk batuk
efektif dan
nafas dalam
d. pantau TTV
2 Nutrrisi 1. Mengkaji S : mengatakan tidak
kurang dari kemampuam menelan nafsu makan
kebutuhan klien O :keadaan umum
yang 2. Menjaga kebersihan pasien masih lemah
berhubungan mulut klien Tanda – tanda vital
dengan asupan 3. Menyaajikan TD :130/90 mmHg
nutrisi tidak makanan yang mudah HR : 90x/menit
adekuat dicerna dalam RR : 30x/menit
ditandai keadaan hangat, T : 36.8
dengan sulit tertutup dan berikan BB : 60 kg
menelan , tidak sedikit sedikit tapi TB :155cm
selera makan, sering A : masalah nutrisi
dan 4. Selingi makan dengan kurang dari
mual/muntah minun kebutuhan
5. Hindari makanan tubuh belum teratasi
yang banyak P : intervensi
mengandung gas keperawatan
6. Memposisikan pasien dilanjutkan
semi fowler saat a. kaji status
memberiakan diet. nutrisi/intake
dan output
b. pantau TTV
c. anjurkankan
klien untuk
17
makan sedikit
tapi sering
3. Intoleransi 1. Mengevaluasi respon S :klien mengatakan
aktivitas yang terhadap aktivitas badannya lemas
berhubungan .mencacat dan sehingga sulit untuk
dengan melaporkan adanya beraktivitas dan sulit
keadaan umum dispnea, peningkatan jika melakukan
yang lemah ditandai kelelahan serta perubahan pergerakan
dengan badan dalam pindahposisi
klien yang tanda vital selama O : klien masih
lemas sehingga setelah aktivitas tampak
susah 2. Memberikan lemah
beraktivitas lingkungan yang Tampak semua
dan semua nyaman dan aktivitas pasien
kebutuhan membatasi dibantu
dibantu oleh pengunjung selama oleh keluarga dan
keluarga dan fase akut atas indikasi perawat
perawat 3. Membantu pasien A : masalah
untuk berada pada intoleransi
posisi yang nyaman aktivitas belum
untuk beristirahat teratasi
dantidur P : intervensi
keperawatan
dilanjutkan
a. Dekatkan benda
– benda yang
dibutuhkan
klien
b. Bantu aktivitas
klien
c. Libatkan
keluarga dalam
proses
penyembuhan
d. Bantu pasien
mengubah
posisi miring
kiri miring
kanan minimal
setiap 2 jam
sekali
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Peneumonia diklasifikasikan sebagai peneumonia di dapat di komunitas
(community-acquired pneumonia [CAP]), pneumonia didapat di rumah sakit
(nosokomial) (hospital-acquired pneumonia [HAP]), pneumonia pada pejamu yang
mengalami luluh imun, dan pneumonia aspirasi. Terjadi tumpang tindih dalam
pengelompokkan pneumonia tertentu, karena pneumonia dapat terjadi pad tatanan
yang berbeda. Mereaka yang beresiko mengalami pneumonia sering kali menderita
penyakit kronis utama, penyakit akut berat, sistem imun yang tertekan karena
penyakit atau medikasi, imobilisasi, dan faktor lain yang mengganggu mekanisme
perlindungan paru normal. Lansia juga beresiko tinggi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce. Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
VC Pantasada Media Edukasi.
Suddarth & Brunner. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
20