You are on page 1of 20

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

PNEUMONIA

PEMBIMBING :
Ns. YOSI SURYARINILSIH, M.Kep.Sp.KMB
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6, II-A :

 SILSI DWI WAHYUNI


 SRI AGUS UTAMI
 SUCI RAMADHANI
 TRISNA AFDI PUTRI Y
 WENDI DERMAWAN
 YESSI CHANIA
 YULI KURNIATI

POTEKKES KEMENKES RI PADANG


D-III KEPERAWATAN SOLOK
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini, mengenai PNEUMONIA.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini .

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuh nya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu , kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa bemanfaat ataupun inspirasi bagi
pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4
1.3 TUJUAN .......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN PNEUMONIA ...................................................................................... 5
B. TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA ........................................................................ 6
C. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA.................................................................................. 6
D. PENYEBAB PNEUMONIA .......................................................................................... 6
E. CONTOH ASKEP PNEUMONIA ................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19
KESIMPULAN .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tingggi
di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/ pusat
perawatan. Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim
paru yang serius dijumpai sekitar 15%-20%
Kejadian pneumonia di ICU lebih sering daripada pneumonia di ruangan umum.
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imitas yang jelas. Namun pada
kebanyakan pasien dawasa yang menderita pneumonia di dapati adanya satu atau lebih
penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.1.1 Apa pengertian pneumonia ?


1.1.2 Apa saja tanda dan gejala yang muncul ?
1.1.3 Seperti apa patofisiologi nya ?
1.1.4 Apa yang menyebabkan terjadinya pneumonia ?
1.1.5 Seperti apa contoh askep pneumonia ?

1.3 TUJUAN

1.1.6 Menjelaskan apa pengertian pneumonia ?


1.1.7 Menjelaskan apa saja tanda dan gejala yang muncul ?
1.1.8 Menjelaskan seperti apa patofisiologi nya ?
1.1.9 Menjelaskan apa yang menyebabkan terjadinya pneumonia ?
1.1.10 Menjelaskan seperti apa contoh askep pneumonia ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PNEUMONIA
Peneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mirkoorganisme, termasuk bakteria, mikrobakteria, jamur dan
virus.(Brunner&Suddarth, 2016: 457).
Pneumonia (pneumonitis) merupakan proses inflamasi pada parenkim paru
yang biasanya berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan
interstisial.(Black& Hawks, 2014: 313).
Pneumonia adalah infeksi saluran napas bawah akut pada jaringan paru yang
biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi dapat juga disebabkan oleh virus (yaitu,
influenza).(Hurst, 2016: 263). Jaringan paru dikolonisasi oleh organisme penyerang
dan akibatnya terjadi reaksi inflamasi intens, yang menghasilkan konsolidasi jaringan
paru ( jaringan menjadi lebih padat dan kurang elastis, meningkatkan densitas paru)
dan memproduksi semakin banyak eksudat (mukus, sekresi).
Peneumonia diklasifikasikan sebagai peneumonia di dapat di komunitas
(community-acquired pneumonia [CAP]), pneumonia didapat di rumah sakit
(nosokomial) (hospital-acquired pneumonia [HAP]), pneumonia pada pejamu yang
mengalami luluh imun, dan pneumonia aspirasi. Terjadi tumpang tindih dalam
pengelompokkan pneumonia tertentu, karena pneumonia dapat terjadi pad tatanan
yang berbeda. Mereaka yang beresiko mengalami pneumonia sering kali menderita
penyakit kronis utama, penyakit akut berat, sistem imun yang tertekan karena
penyakit atau medikasi, imobilisasi, dan faktor lain yang mengganggu mekanisme
perlindungan paru normal. Lansia juga beresiko tinggi.

Beberapa jenis pneumonia adalah sebagai berikut :

 Infeksi / pneumonia yang didapat di komunitas / masyarakat: infeksi yang didapat


di rumah sakit ataudi komunitas. Seorang klien dapat masuk dengan atau
mengalami tanda dan gejala dalam 24 jam hingga 48 jam setelah masuk ke rumah
sakit. Kerangka waktu hingga dua hari menunjukkkan bahwa klien telah terpajan
patogen dan telah mengalami inkubasi penyakit sebelum masuk ke rumah sakit.
 Infeksi / pneumonia yang didapat di rumah sakit: pneumonia terjadi 48 hingga 72
jam setelah klien dimasukkan ke fasilitasi perawatan kesehatan dan menujukkan
tidak adanya bukti inkubasi saatmasuk ke rumah sakit (kultur negatif saat masuk
ke rumah sakit). Pneumonia yang disebabkan oleh ventilator merupakan sebuah
contoh pneumpnia yang didapat di rumah sakit.
 Pneumonia aspirasi: Pneumonia yang terjadi akibat mengaspirasi suatu zat yang
mengandung asam lambung.
 Pneumonia oportunistik: Pneumonia yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak bersifat patogen pada individu sehat.jika sistem imun (resistensi)
menurun, organisme nonpatogen dapat menyebabkan infeksi.

5
B. TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA
Gambaran klinis pneumonia beragam, bergantung pada organisme penyebab dan
penyakit pasien :

 Mengigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam ( 38,5°C sampai
40,5°C).
 Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernafas dan batuk.
 Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat ( 25 sampai 45 kali
pernafasan/menit) dan dispnea; ortopnea ketika tidak disangga.
 Nadi cepat dan memantul; dapat meningkat 10 kali/menit persatu derajat
peningkatan suhu (celsius)
 Bradikardia relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikoplasma, atau infeksi organisme legionella.
 Tanda lain: infeksi saluran nafas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuretik, mialgia, ruam, dan faringitis; setelah beberapa hari, sputum mukoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
 Pneumonia berat: pipi memerah; bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis
sentral.
 Sputum porulen, berwarna seperti karat, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agens penyebab.
 Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaforesis dan mudah lelah.
 Tanda dan gejala pneuonia dapat juga bergantung pada kindisi utama pasien (mis.,
tanda berbeda dijumpai pada pasien dengan kondisi separti kanker, dan pada
mereka yang mengalami terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi
terhadap infeksi.

C. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
Reaksi inflamsi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu difusi oksigen dak karbon dioksida; bronkospasme juga dapat terjadi
apabila pasien menderita penyakit jalan nafas reaktif. Bronkopneumonia, bentu
pneumonia yang paling umum, menyebar dalam model bercak yang meluas dari
bronki ke parenkim paru sekitarnya. Pneumonia lobar adalah istilah yang digunkan
jika pneumonia mengenai bagian substansial pada satu atau lebih lobus. Pneumonia
disebabkan oleh berbagai agen mikroba diberbagai tatanan. Organisme yang bisa
menyebabkan pneumonia antara lain pseudomonas aeruginosa dan spesies klebsiella;
staphylococcus aureus; haemophilus influenza; staphilococcus pneumoniae; dan
basilus garam negatif, jamur, dan virus (paling sering terjadi pada anak-anak).

D. PENYEBAB PNEUMONIA
Pneumonia secara umum didapat ketika sistem imun seseorang tidak mampu
menahan atau membela dirinya sendiri terhadap organisme penyerang. Pneumonia

6
merupakan penyebab kematia utamakelima, dengan insiden tertinggi terjadi pada
lansia, penghuni panti werda (atau individu di situasi tempat tinggal lain yang
padat),klien yang di rawat di rumah sakit, klien dengan penyakit kronis, dan klien
yang mendapat ventilasi mekanis. Pneumonia yang didapat di komunitas (community-
acquired pneumonia,CAP) lebih sering terjadi dibandingkan infeksi nosokomial dan
sering terjadi di akhir musim gugur dan musim dingin akibat komplikasi influenza.
Patogen gram negatif yang umum dihubungkan dengan CAP terdiri atas streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Legionella pneumophila, Pseudomonas,dan
aeruginosa. Pneumonia yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired pneumonia,
HAP) atau pneumonia nosokomial memiliki angka mortalitas sebesar 20% hingga
50%. Angka mortalitas yang tinggi ini sebagian disebabkan oleh virulensi organisme,
resistensi organisme terhadap antibiotik, dan proses penyakit yang mendasari pasien.
Patogen umum yang dihubungkan dengan HAP mencakup Enterobacter spp,
Escherichia coli, H.influenzae, Klebsiella spp,dan Staphylococcus aureus yang
resisten terhadap metisilin (MRSA).

terdapat banyak penyebab pneumonia, termasuk bakteri, virus,mikoplasma,


agen jamur, dan protozoa. pneumonia dapat menyebabkan komplikasi pada orang
dengan imobilitas atau penyakit kronis.

faktor risiko utama untuk pneumonia adalah sebagai berikut:

 usia lanjut
 riwayat merokok
 infeksi saluran nafas bagian atas
 intubasi trakea
 imobilitas jangka panjang
 terapi imunosupresif
 penurunan sistem imun
 malnutrisi
 dehidrasi
 tuna wisma
 penyakit kronis (seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit paru kronis, penyakit
ginjal, dan kanker)

faktor risiko lain adalah disfagia:

 paparan polusi udara


 gangguan kesadaran (dari alkoholisme, overdosis obat, anestia umum, atau
gangguan kejang)
 inhalasi zat beracun seperti; aspirasi makanan, cairan, atau benda asing atau asam
lambung dan penghuni asrama merupakan sumber penularan yang paling sering.

7
E. CONTOH ASKEP PNEUMONIA

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : islam
Pendidikan : Tamat Akademik
Pekerjaan : Pengawai Negeri
Alamat : jl. Tembok jaya no 05
Tanggal Masuk RS :03-Mei-2018
No. Register : 06.67.99.08
Ruangan/kamar : HCU IGD
Golongan Darah :B
Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2018
Diagnosa Medis : Pneumonia

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan sesak saat nafas.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

o Klien mengeluh sesak nafas dan batuk


o Klien mngeluh sakit kepala
o Klien merasa lemas
o Klien mengeluh demam sejak 2 hari yang lalu
o Klien mngeluh mengigil
o klien mngeluh Nyeri dada yang semakin berat ketika bernafas dan batuk.
o Klien mngeluh sulit tidur

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

 Penyakit yang pernah dialami


Klien mengalami peyakit Diabetes Meilitus tipe II.
 Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien berobat ke puskesmas, dan kerumah sakit.
 Pernah di rawat / dioperasi
Klien pernah di operasi delapan bulan yang lalu yaitu operasi
Trakeostomy.
 Alergi
Klien tidak memiliki alergi.
 Imunisasi
Imunisasi klien tidak lengkap.

8
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

 Persepsi pasien tentang penyakitnya


Ny.R mengatakan ingin cepat cepat sembuh dari penyakit yang
dialaminya.
 Ideal diri
Pasien memiliki semangat untuk sembuh dan kembali kerumah.
 Harga diri
Pasien merasa dirinya selama di RS mendapat banyak dukungan dari
keluarganya.
 Peran diri
Dalam keluarga pasien berperan sebagai orang tua dan istri.
 Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien saat dilakukan pengkajian dilihat terkontrol.

VII. STATUS MENTAL

- Tingkat kesadaran
Composmentis.
- Penampilan
Kurang rapi
- Pembicaraan
Baik.
- Alam perasaan
Sedih.
- Interaksi selama wawancara
Kontak mata baik.
- Memori
Ingatan klien sudah terganggu mengingat usia pasien yang sudah
mulai menua.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah,lemah dan sesak.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,8◦C.
- Tekanan darah : 130/90 mmHg.
- Nadi : 90 kali / menit.
- Pernafasan : 30 kali / menit.
- TB :155 Cm.
- BB : 50 Kg.
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut

- Bentuk
Bulat dan simetris.
- Ubun–ubun

9
Tidak ada benjolan.
- Kulit kepala Kurang Bersih.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut
Rambut tumbuh merata dan keadaan rambut bersih. Warna rambut
sudah mulai memutih.
- Bau
Rambut tidak berbau.
- Warna kulit
Kuning langsat.
Wajah
- Warna kulit kuning langsat.
- Struktur wajah
Bulat, simetris, Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi


Tulang hidung simetris dan posisi septum nasi di tengah.
- Lubang hidung
Lubang hidung normal.
- Cuping hidung
Pernapasan menggunakan cuping hidung.
Telinga
- Bentuk Telinga
Daun telinga normal dan simetris.
- Ukuran telinga
Simetris kiri dan kanan.
- Lubang Telinga
Lubang telinga normal dan kurang bersih.
- Ketajaman pendengaran
Kurang baik.

Mulut dan faring

- Keadaan bibir
Kering, simetris.
- Keadaan gusi dan gigi
Sebagian gigi pasien sudah tidak ada.
- Keadaan lidah
Lidah kurang bersih.
- Orofaring
Pita suara kurang baik.
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan
Kulit tampak bersih.
- Kehangatan
Hangat.
- Warna

10
Warna kulit kuning langsat.
- Turgo
Turgo kulit tidak elastis, CRT > 2detik.
- Kelembaban
Kelembaban kulit kurang baik.
- Kelainan pada kulit
Ada kelainan pada kulit seperti bersisik.
Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan toraks / dada
- Bentuk normal, simetris, pernafasan terlihat tidak teratur

Pemeriksaan paru

- Palpasi suara getaran suara :


Palpasi tidak dilakukan
- Perkusi :
Terdapat bunyi dullness
- Auskultasi :
Ronchi

Pemeriksaan jantung

- Tidak dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan abdomen

- Simetris, tidak ada benjolan.

Pemeriksaan muskulokeletal/ekstremitas (kesimetrisaan,


kekuatan,
otot, edema

- Otot tampak simetris, tidak ada edema, kekuatan otot lemah.

Fungsi motorik

- Pasien tidak dapat berjalan dengan baik.

Fungsi sensorik

- Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan tajam,


tumpul.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum


- Frekuensi makan / hari
Pasien makan 3 kali sehari.
- Nafsu / selera makan

11
Pasien tidak selera makan.
- Nyeri ulu hati
Tidak ada nyeri ulu hati yang dirasakan pasien.
- Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
- Mual dan muntah
Pasien mengalami mual dan muntah.
- Waktu pemberiaan makan
Pagi pada jam 07.00 wib, siang pada jam 12.00 wib, dan malam
pada jam 18.00 wib.
- Jumlah dan jenis makanan
Satu mangkuk sonde.
- Waktu pemberian cairan/minuman
Pemberian cairan pada pasien diberikan sesering mungkin.
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Pasien makan dan minum dibantu dengan menggunakan selang
NGT.
2. Perawatan diri / personal hygine
- Kebersihan tubuh
Tubuh pasien bersih.
- Kebersihan gigi dan mulut
Mulut dan gigi pasien kurang bersih.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kuku kaki dan tangan tampak kurang bersih.
3. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti
pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan suami
dan anak pasien.
- Uraian aktivitas pasien selama dirawat / sakit
Selama pasien sakit, pasien tetap melakukan ibadah sesuai
keyakinannya yang dipimpin oleh suaminya.
4. Pola eliminasi
A. BAB
- Pola BAB
1 kali / hari.
- Karakter feses
Lunak, berwarna kecoklatan.
- Riwayat pendarahan
Tidak ada riwayat pendarahan.
- Diare
Tidak ada diare.
- Penggunan laksatif
Tidak ada penggunan laksatif.
B. BAK
- Pola BAK
Tidak menentu.
- Karakter urin
Kuning keruh.
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK

12
Tidak ada kesulitan BAK.
- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih
Tidak ada riwayat penyakit.
- Penggunan diuretik
Tidak menggunakan diuretik.
5. Mekannisme koping
- Adaptif
Mampu menyelesaikan masalah.
- Maladaptif

A. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASLAH


KEPERAWATAN
1. DS : Pasien mengatakan Inflamasi Bersihan jalan
batuk denganm dahak trakeobronkial dan Nafas
yang parenkim paru,
kental dan sulit untuk di pembentukan edema,
keluarkan dan terasa peningkatan sputum
lengket
di tengorokan , pasien
mengatakan sulit saat
bernafas
DO :
- pasien terlihat
kesulitan
bernafas,
- takipnea (+)
- Disnea (+)
- kesulitan berbicara
- penurunan suara nafas
- TTV
TD:130/90 mmHg
N :90x/menit
RR :30x/menit
2. DS : pasien mengatakan Anokreksia, akibat Resiko Nutrisi
tidak selera makan toksin bakteri, baud an kurang dari
karena rasa sputum kebutuhan tubuh
saat makan pasien
merasa
mual dan ingin
muntah,berat
badan turun 4 kg dari 60
kg
menjadi 56 kg,pasien
mengatakan lemah dank
ram
abdomen, baruk

13
berdahak
DO :- Pasien terlihat
lemah
- Wajah pucat
- Tungor kulit buruk
- Mata berkantung
- Lingkar mata hitam
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa
kering
- Rongga mulut terluka
- Takipnea
-Kelemahanotot yang
berfungsi untuk
mengunyah/menelan
- TTV
TD :130/90 mmHg
N :90x/menit
RR :30x/menit
3. DS : pasien mengatakan Akumulasi secret dilan Intoleransi aktivitas
badan nya lemas nafas menghalangi
sehingga proses difusi, oksigen
susah untuk beraktivitas kompensasi meningkat,
DO : gerakan prnafasan,
- klien tampak sesak, pola nafas tidak
memanggil efektif, transportasi
keluarga dan perawat oksigen terganggu,
saat kelelahan fisik,aktivitas
butuh sesuatu kehidupan sehari – hari
- Klien tampak lemas terganggu
terbaring di tempat tidur

Masalah keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan ada sputum ditenggorokan klien, bunyi nafas ronkhi, sesak
nafas, RR: 30x/menit,
N: 90x/menit
2. Resiko Nutrrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan asupan nutrisi
tidak adekuat ditandai dengan sulit menelan , tidak selera makan, dan mual/muntah
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan umum yang lemah ditandai
dengan badan klien yang lemas sehingga susah beraktivitas dan semua kebutuhan
dibantu oleh keluarga dan perawat

14
C. . PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum ditandai dengan ada sputum
ditenggorokan klien, bunyi nafas ronkhi, sesak nafas, RR:30X/menit,
N:90X/menit
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x 24 jam,diharapakan
jalan nafas kembali efektif
kriteria : bunyi nafas normal, bunyi nafas bersih, sianosis, TTV TD :120-130/80-
90 mmHg N:60-100x/menit RR :16-24 X/menit

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi/kedalaman 1. Melakukan evaluasi awal untuk
pernafasan dan gerakan dada melihat kemajuan dari hasil
2. Auskultasi area paru, catat intervensi yang dilakukan
bunyi nafas 2. Penurunan aliran udara terjadi
3. Bantu pasien latihan nafas pada area konsolidasi dengan
dalam cairan.bunyi nafas bronchial
4. Berikan oksigen sesuai dengan (normal pada bronkus) dapat
Indikasi terjadi pada area konsilidasi,
5. Berikan cairan yang paling crackles,ronkhi,mengi terdengar
sedikit 2500ml/hari.(kecuali pada inspirasi dan/atau ekspirasi
kontra indikasi). Tawarkan air dulu dari akumulasi cairan
hagat dari pada air dingin 3. Merangsang batuk atau
6. Lakukan suction atas indikasi pembersihan nafas secara
mekanik pada klien yang tidak
mampu melakukan karena batuk
tidak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran
4. Memobilisasi dan mengeluarkan
sputum dan membantu
pernafasan klien
5. Cairan (khusus yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6. Menstimulasi batuk atau
pembersihan saluran nafas pada
klien yang tidak melakukannya
dikarenakan ketidakefektifan
batuk dan penurunan kesadaran

Diagnosa :ResikoNutrrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan


asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan sulit menelan , tidak
selera

15
klien adekuat
Kriteria hasil : Tidak terjadi penuruan makan, dan mual/muntah
Tujuan : Intake nutrisi berat badan, peningkatan status gizi

Intervensi Rasional
1. Mengetahui apakah ada tanda –
1. Kaji kemampuam menelan menelan
klien tanda kesulitan untuk
2. Jaga kebersihan mulut klien dan memberiakan informasi
3. Sajikan makanan yang mudah tentang jenis diet yang sesuai
dicerna dalam keadaan hangat, 2. Mulut yang bersih meningkatkan
tertutup dan berikan sedikit nafsu makan makan
sedikit tapi sering 3. Mningkatkan selera makan dan
4. Selingi makan dengan minun intake makan
4. Memudahkan makanan masuk
5. Mengurangi rasa nyaman

Diagnosa : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan umum


yanglemah ditandai dengan badan klien yang lemas sehingga susah
beraktivitas dan semua kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam aktivitas klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Klien tidak kesulitan melakukan aktivitas dan dapat menggerakkan
tubuhnya.

Intervensi Rasional
1. Mengevaluasi respon terhadap 1. Memberikan kemampuan
aktivitas .mencacat dan /kebutuhan pasien dan
melaporkan adanya dispnea, memfasilitasi dalam pemilihan
peningkatan kelelahan serta intervensi
perubahan dalam tanda vital 2. Mengurangi stressdan stimulasi
selama setelah aktivitas yang berlebihan, serta
2. Memberikan lingkungan yang meningkatkan istirahat
nyaman dan membatasi 3. Pasien mungin merasa nyaman
pengunjung selama fase akut dengan kepala dalam keadaan
atas indikasi elevasi,tidur dikursi atau
3. Membantu pasien untuk berada pada istirahat pada meja dengan
posisi yang nyaman untuk bantuan bandal
beristirahat dan tidur

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

16
NO DIAGNOSA INPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan 1. Mengkaji S :klien mengtakan
nafas tidak frekuensi/kedalaman sesak nafas/sulit
efektif yang pernafasan dan gerakan bernafas dan tersa
berhubungan dada banyak sputum
dengan 2. Mengauskultasi area O :klien tampak
peningkatan paru, catat bunyi nafas kesulitan brnafas
produksi 3. Membantu pasien Terdengar suara
sputum latihan ronkhi
ditandai nafas dalam RR :30x/menit
dengan ada 4. Memberikan oksigen Secret :masih ada
sputum sesuai dengan indikasi A : masalah bersihan
ditenggorokan jalan nafas tidak
klien, bunyi efektif
nafas ronkhi, belum teratasi
sesak nafas, P : lanjutkan
RR:30X/menit, intervensi
N:90X/menit a. kaji frekuensi
pernafasan
b. berikan klien
terapi oksigen
c. anjurkan klien
untuk batuk
efektif dan
nafas dalam
d. pantau TTV
2 Nutrrisi 1. Mengkaji S : mengatakan tidak
kurang dari kemampuam menelan nafsu makan
kebutuhan klien O :keadaan umum
yang 2. Menjaga kebersihan pasien masih lemah
berhubungan mulut klien Tanda – tanda vital
dengan asupan 3. Menyaajikan TD :130/90 mmHg
nutrisi tidak makanan yang mudah HR : 90x/menit
adekuat dicerna dalam RR : 30x/menit
ditandai keadaan hangat, T : 36.8
dengan sulit tertutup dan berikan BB : 60 kg
menelan , tidak sedikit sedikit tapi TB :155cm
selera makan, sering A : masalah nutrisi
dan 4. Selingi makan dengan kurang dari
mual/muntah minun kebutuhan
5. Hindari makanan tubuh belum teratasi
yang banyak P : intervensi
mengandung gas keperawatan
6. Memposisikan pasien dilanjutkan
semi fowler saat a. kaji status
memberiakan diet. nutrisi/intake
dan output
b. pantau TTV
c. anjurkankan
klien untuk

17
makan sedikit
tapi sering
3. Intoleransi 1. Mengevaluasi respon S :klien mengatakan
aktivitas yang terhadap aktivitas badannya lemas
berhubungan .mencacat dan sehingga sulit untuk
dengan melaporkan adanya beraktivitas dan sulit
keadaan umum dispnea, peningkatan jika melakukan
yang lemah ditandai kelelahan serta perubahan pergerakan
dengan badan dalam pindahposisi
klien yang tanda vital selama O : klien masih
lemas sehingga setelah aktivitas tampak
susah 2. Memberikan lemah
beraktivitas lingkungan yang Tampak semua
dan semua nyaman dan aktivitas pasien
kebutuhan membatasi dibantu
dibantu oleh pengunjung selama oleh keluarga dan
keluarga dan fase akut atas indikasi perawat
perawat 3. Membantu pasien A : masalah
untuk berada pada intoleransi
posisi yang nyaman aktivitas belum
untuk beristirahat teratasi
dantidur P : intervensi
keperawatan
dilanjutkan
a. Dekatkan benda
– benda yang
dibutuhkan
klien
b. Bantu aktivitas
klien
c. Libatkan
keluarga dalam
proses
penyembuhan
d. Bantu pasien
mengubah
posisi miring
kiri miring
kanan minimal
setiap 2 jam
sekali

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Peneumonia diklasifikasikan sebagai peneumonia di dapat di komunitas
(community-acquired pneumonia [CAP]), pneumonia didapat di rumah sakit
(nosokomial) (hospital-acquired pneumonia [HAP]), pneumonia pada pejamu yang
mengalami luluh imun, dan pneumonia aspirasi. Terjadi tumpang tindih dalam
pengelompokkan pneumonia tertentu, karena pneumonia dapat terjadi pad tatanan
yang berbeda. Mereaka yang beresiko mengalami pneumonia sering kali menderita
penyakit kronis utama, penyakit akut berat, sistem imun yang tertekan karena
penyakit atau medikasi, imobilisasi, dan faktor lain yang mengganggu mekanisme
perlindungan paru normal. Lansia juga beresiko tinggi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce. Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
VC Pantasada Media Edukasi.

Suddarth & Brunner. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

20

You might also like