You are on page 1of 2

Keanggotaan Swiss dalam Schengen: Sebuah Pembelajaran bagi ASEAN

Oleh:
Muhammad Rezan Hasibuan
Program Studi Prancis Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424 Indonesia
Email: muhammad.rezan@ui.ac.id
Telp. +62 21 7863528, +62 21 7863529 Fax. +62 21 7270038
Dan:
Ari Anggari Harapan
Program Studi Prancis Departemen Kewilayahan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
E mail: ari.anggari@ui.ac.id
Telp. +62 21 7863528, +62 21 7863529 Fax. +62 21 7270038

ABSTRAK

Keputusan Swiss untuk bergabung dalam wilayah Schengen sekalipun tidak memiliki keanggotaan
Uni Eropa merupakan indikator tentang fenomena regionalisasi yang semakin meluas di Eropa.
Bergabungnya Swiss, sebuah negara landlocked di jantung Eropa namun bukan anggota Uni Eropa
pada tahun 2007 ke dalam wilayah Schengen yang diprakarsai oleh negara-negara anggota Uni
Eropa, menunjukkan keterbukaan kerja sama yang diterapkan oleh Uni Eropa. Keterbukaan ini
juga terlihat melalui bergabungnya beberapa negara non-anggota Uni Eropa ke dalam program-
program lain yang diinisiasi oleh Uni Eropa. Swiss memang memiliki alasannya sendiri untuk
bergabung dalam Schengen, antara lain demi kemajuan ekonomi dalam negeri yang bergantung
kepada perdagangan internasional, dan terutama karena isu keamanan yang timbul dengan
terbukanya perbatasan negara-negara Eropa pasca Perang Dunia II. Selain itu Swiss memang harus
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dan bekerja sama dengan Uni Eropa yang membangun
integrasi wilayah Eropa terutama dalam bidang ekonomi. Namun keterbukaan Uni Eropa dalam
menerima anggota non Uni Eropa menunjukkan bahwa regionalisasi yang terjadi dan berlaku di
Eropa telah melampaui batas-batas teritorial kenegaraan. Dalam hal ini ASEAN tidak sama dengan
Uni Eropa. Negara-negara non-anggota tidak dapat mengikuti program-program ASEAN karena
memang program ASEAN hanya untuk negara-negara anggota. Dengan kata lain, ada perbedaan
antara regionalisasi Uni Eropa dan regionalisasi ASEAN. Uni Eropa membangun institusi
supranasional yang mengatur anggotanya, berbeda dari ASEAN yang merupakan organisasi
antarpemerintah tanpa kekuatan terpusat.
Kata kunci: Swiss, Schengen, ASEAN, Komunitas ASEAN
Biografi singkat para penulis
Muhammad Rezan Hasibuan, lahir di Jakarta pada 9 Agustus 1996. Mahasiswa semester akhir
program studi Prancis yang berumur 21 tahun ini, terlahir di sebuah keluarga kecil yang terdiri
dari ayah asal Sumatera Barat dan Ibu asal Jakarta. Sempat menempuh pendidikan dasar di
Bandung dan Jakarta, Rezan, diberi pendidikan berbasis agama di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ishlah.
Lalu ia menempuh sekolah menengah berbasis pendidikan umum di SMPN 230 Jakarta dan SMA
58 Jakarta. Selepas sekolah menengah, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Program
Studi Prancis Universitas Indonesia. Hingga ia kini berada di semester ke-8 untuk menyelesaikan
tugas akhir berupa penelitian di bidang sejarah.
Ari Anggari Harapan adalah pengajar pada Program Studi Prancis Departemen Kewilayahan
FIB UI sejak tahun 1986. Mengajar bahasa Prancis serta sejarah Prancis dan Eropa, mendalami
perkembangan Uni Eropa sejak awal pembetukannya hingga fenomena mutakhir yang aktual.
Memperoleh gelar doktor di bidang Ilmu Sejarah setelah mempertahankan disertasi berjudul
“Traktat Amiens 1802: Konflik dan Polarisasi Politik Eropa Awal Abad XIX serta imbasnya di
Hindia Timur (1802 – 1811”. Kini juga mengajar metode penelitian kebudayaan serta Kebudayaan
Indonesia serta melakukan penelitian mengenai ritual kelompok-kelompok etnis di Indonesia,
antara lain ritual bakar tongkang di kota Bagansiapiapi dan upacara lufu kie di Tidore.

You might also like