Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh
Kelompok 1
A. Latar Belakang
Penelitian adalah upaya untuk memahami fenomena (Ulfiatin, 2013; Siyoto
& Sodik, 2015; Nazir, 2013), dilakukan dengan terorganisasi (Siyoto & Sodik,
2015; Noor, 2011), hati-hati (Darmawan, 2016; Siyoto & Sodik, 2015), dan kritis
(Siyoto & Sodik, 2015) dalam jangka waktu tertentu (Darmawan, 2016).
Pelaksanaannya berlandaskan metode ilmiah (Ulfiatin, 2013; Sugiyono,2013)
yaitu harus dilaksanakan secara ilmiah (Noor, 2011), rasional dan empiris (Noor,
2011; Sugiyono, 2013). Tujuan penelitian untuk penemuan, pembuktian, dan
pengembangan (Sugiyono, 2013).
Berdasarkan pendekatannya, penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian kuantitatif (Bungin, 2005), kualitatif (Moleong, 2008),
longitudinal,cros-sectional, survey, assesment, evaluasi,dan action research
(Bungin, 2005). Dari aspek tujuannya, ada penelitian dasar, terapan (Darmawan,
2016; Nazir, 2013), evaluasi (Darmawan, 2016), eksplorasi, pengembangan, dan
verifikasi (Bungin, 2005). Menurut tempat dilaksanakannya, ada penelitian
library, field, dan laboratorium (Bungin, 2005). Menurut bidang ilmu, ada
penelitian pendidikan, agama, manajemen, komunikasi, administrasi, bahasa,
hukum, sejarah, antropologi, sosiologi, dan filsafat (Bungin, 2005). Berdasarkan
metode, ada penelitian historis, deskriptif, perkembangan, studi kasus,
korelasional, tindakan, komparatif, eksperimental, kualitatif (Darmawan, 2016).
Berdasarkan waktu kejadiannya, ada penelitian historis, ekspos-fakto, dan
eksperimen (Bungin, 2005). Menurut taraf penjelasannya, ada penelitian
eksplanasi, deskriptif (Bungin, 2005; Darmawan, 2016), dan asosiatif (Darmawan,
2016).
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menguraikan permasalahan
pada suatu keadaan tertentu dan tidak ada manipulasi variabel (Timotius, 2007;
Hamdi & Bahruddin, 2014; Hermawan & Yusran, 2017). Penelitian jenis ini dapat
dikembangkan menggunakan dua jenis pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif
(Moleong, 2008). Pendekatan kuantitatif lebih menekankan mencari generalisasi
(Sugiyono, 2013) melalui proses berfikir secara deduktif (Moleong, 2008).
Sedangkan, pendekatan kualitatif lebih berfokus untuk menggambarkan realitas
yang kompleks ( Sugiyono, 2013) untuk menemukan teori melalui proses berfikir
induktif (Moleong, 2008). Pada makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut
tentang penelitian deskriptif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri penelitian deskriptif?
2. Apa sajakah jenis penlitian deskriptif beserta rancangannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan ciri-ciri penelitian deskriptif
2. Membedakan jenis penelitian deskriptif beserta rancangannya
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Penelitian Survei
Penelitian survei merupakan salah satu pendekatan penelitian deskriptif
(Arikunto, 2006). Penelitian survei adalah salah satu metode penelitian yang
umumnya mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan sampel populasi
yang bertujuan untuk membuat deskripsi, generalisasi, atau prediksi tentang
opini, perilaku, dan karakteristik yang ada dalam populasi tersebut (Aikunto,
2006; Effendi, 2014; Margono, 1997; Morissan, 2012). Penelitian ini juga
memiliki tiga tujuan penting (Effendi & Tukiran, 2014) yaitu, mendeskripsikan
keadaan alami saat ini, mengidentifikasi dan membandingkan fenomena yang
sedang terjadi, menentukan hubungan suatu fenomena dengan fenomena lain
(Effendi, 2014; Morissan, 2012).
Penelitian survei merupakan jenis penelitian yang paling banyak
digunakan oleh para peneliti sosial, namun juga banyak digunakan dalam
penelitian pendidikan (Jogiyanto, 2013). Para peneliti sosial menggunakan jenis
penelitian ini untuk mengumpulkan data guna menjelaskan suatu populasi yang
terlalu besar untuk diamati secara langsung (Singarimbun & Effendi, 2005),
misalnya mengukur sikap dan orientasi suatu masyarakat melalui berbagai
kegiatan jajak pendapat (Effendi & Tukiran, 2014). Dalam bidang pendidikan,
pelaksanaan penelitian survei bervariasi dalam hal kompleksitasnya (Arikunto,
2006), dari yang hanya dengan menggunakan teknik analisis frekuensi sederhana
sampai dengan penggunaan perhitungan analisis hubungan antar variable (Usman
& Akbar, 2003).
Penelitian survei dapat dibedakan atas lamanya waktu penyelenggaraan.
Berdasarkan lama waktu penyelenggaraannya, penelitian survei dibagi menjadi
dua (Sukardi, 2008), yaitu: (1) Cross Sectional Survei, digunakan untuk
mengetahui isu yang bersifat temporer dengan pengumpulan data cukup satu kali,
misalnya sensus penduduk dan (2) Longitudinal Survei, digunakan untuk
memahami isu yang berkepanjangan, sehingga memerlukan waktu yang lama
misalnya tiga tahun atau lebih, misalnya penelitian kesehatan responden tentang
akibat merokok, survei tentang treatment sekolah terhadap peserta didik, dan
survei dampak lingkungan kerja terhadap para pekerja.
Penelitian survei menggunakan satu atau lebih teknik pengumpulan data
seperti wawancara, dokumentasi, check list, dan angket atau kuesioner (Sukardi,
2008). (1) Pada Teknik wawancara peneliti dapat menggunakan pedoman atau
secara bebas melakukan wawancara dengan responden tanpa menggunakan
pedoman (Arikunto, 2006), (2) Peneliti jga dapat mnggunakan dokumentasi
sebagai sumber informasi atau catatan pribadi yang relevan untuk memperoleh
data yang diinginkan (Effendi & Tukiran, 2014). (3) Peneliti dapat melakukan
observasi, namun dalam melakukan observasi peneliti dianjurkan menggunakan
daftar list yang telah dikembangkan atas dasar keadaan subjek yang diteliti atau
menggunakan alat bantu lain seperti kamera, foto, dan catatan langsung
(Arikunto, 1998), (4) Peneliti juga dianjurkan menggunakan angket atau
kuesioner yang berisi item pernyataan terkait permasalahan dan dapat dikirim
lewat pos, didistribusikan secara langsung atau menggunakan tes seperti tes
pencapaian (Jogiyanto, 2013).
Tahapan penelitian survei sama dengan jenis penelitian kuantitatif yang
lain atau mengikuti metode ilmiah suatu penelitian yang berusaha untuk
mengungkapkan suatu permasalahan atau fenomena (Arikunto, 2006). Terdapat
beberapa tahapan melakukan penelitian survei, yaitu : (1) Merumuskan Masalah,
peneliti menemukan permasalahan terkait fenomena yang diteliti (Arikunto, 2006;
Darmawan, 2016; Nazir, 2013), (2) Merumuskan hipotesis, peneliti
mengungkapkan dugaan hasil penelitian berdasarkan kajian literature (Arikunto,
2006; Effendi, 2014) , (3) Menentukan sampel. Penelitian survei biasanya
memiliki populasi yang berjumlah besar sehingga perlu menentukan sampel
dengan menggunakan teknik penentuan sampel (Arikunto, 2006; Morissan, 2012;
Nazir, 2013), (4) Menyusun instrumen pengumpulan data, peneliti membuat
instrument seperti lembar wawancara, angket, dan lembar observasi yang berisi
item pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan permasalahan penelitian
(Arikunto, 2006; Jogiyanto, 2013), (5) Mengumpulkan data, peneliti masuk ke
wilayah penelitian untuk mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang telah
dibuat (Singarimbun, 1995; Riyanto, 2010), (6) Menganalisis data, peneliti
memahami, memilih dan memakai perhitungan untuk membaca data yang
diperoleh (Morissan, 2012 ) (7) Menarik kesimpulan, peneliti melakukan
interpretasi hasil analisis data (Jogiyanto, 2013).
2. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa
ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat
manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008). Jenis penelitian ini biasanya
melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi
(Syamsuddin 2009). Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan
perhitungan korelasi antara variabel yang komplek yaitu variabel kriteria dengan
variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan yaitu variabel prediktor
(Riyanto, 2010). Langkah-langkah penelitian ini antara lain yaitu penentuan
masalah (Faisal, 1990), peninjauan masalah atau studi pustaka (Noor, 2017),
pertanyaan penelitian atau hipotesis (Notoatmodjo, 2006), rancangan penelitian
dan metodologi penelitian (Manzilati 2017), pengumpulan data, dan analisis data,
simpulan (Jamiluddin, 2004).
Masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan
dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah
ditetapkan oleh peneliti (Burhan, 2008), dalam merumuskan masalah peneliti
menentukan masalah yang esensial dan mendeskripsikan masalah dengan jelas
(Ruslan, 2003). Peneliti menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus
studinya (Krathwohl, 1998). Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah
yang dapat diteliti (researchable) (John, 2003), mempunyai kontribusi atau
kebermanafaatan bagi banyak pihak (Nasution, 2003), dapat didukung oleh data
empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Hadi, 2002). Dalam
penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti
dalam pola perilaku fenomena yang kompleks (Ibnu, 2003) dan memerlukan
pemahaman (Guba, 1994). Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam
penelitian harus didasarkan pada pertimbangan (Gall, 2003), baik secara teoritis
maupun nalar (Iskandar, 2008), bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan
tertentu (Emzir, 2010). Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya (Ali, 1982).
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi
kepustakaan (Achmadi, 2002) yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh
landasan teori (Bambang 2005), kerangka pikir (Mulyadi, 2010) dan penentuan
dugaan sementara (Hadjar, 1996) sehingga peneliti dapat mengerti (Bogdan,
1993), mengalokasikan (Idrus, 2009), mengorganisasikan (Amat, 2008), dan
menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya (Carrie, 2007). Macam-macam
sumber untuk memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
adalah dari jurnal (Darmadi, 2012), laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat
kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber
(Hadi, 2002).
Selanjutnya masuk ke tahap metodologi penelitian, pada tahap ini peneliti
menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan
datanya (Danim, 2000). Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat
diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian (Cholid, 2007).
Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang
diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat (Bungin, 2017). Bila
subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor
tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur (Gottschalk, 1986),
untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan
subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu
(Bambang, 2005) kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk
masing-masing kelompok (Ali, 1982).
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur (Alwasilah,
2003) dan mengumpulkan data masing-masing variabel (Yusuff, 2017), seperti
angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan (Turabian, 1996). Data yang dikumpulkan dengan instrumen-
instrumen tersebut harus dalam bentuk angka (Trianto, 2011). Dalam penelitian
korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama
(Carrie, 2007). Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur
selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi (Turabian, 1996). Jika
tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya (Amat,
2008).
Selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis dalam penelitian korelasional
dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan
hasil pengukuran variabel lain (Amirin, 1986). Dalam penelitian korelasional,
teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung
tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain (Restu, 2010).
Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi
(Guba, 1994) untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor
terhadap variabel kriteria (Gall, 2003). Namun demikian, dapat pula digunakan
analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel (Atmodjo, 2005). Bila
melibatkan lebih dari dua variabel (Fraenkel, 2008), misalnya untuk menentukan
apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi
variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri (Atmodjo,
2005), teknik analisis regresi ganda (Sulisetijono, 2014), multiple regresion atau
analisis kanonik dapat digunakan (Daymon, 2008). Hasil analisis tersebut
biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi
serta tingkat signifikansinya (Sulissetijono, 2014), disamping proporsi variansi
yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat (Atmodjo,
2005).
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel
hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r) (Sukardi,
2004). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1
(Atmodjo, 2005). Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling
bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya
saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin, 2009).
Selanjutnya hasil penelitian disimpulkan berisi tentang hasil analisis deskripsi
(Darmadi, 2012) dan pembahasan (Hadjar, 1996) tentang hal yang diteliti
(Burhan, 2008) dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas
(Ruslan, 2003). Manfaat dari studi korelasional diantaranya:
a) menggambarkan sejauh mana dua atau lebih variabel kuantitatif
berhubungan, dan dilihat dengan menggunakan koefisien korelasi (Sukardi,
2008; Sugiyono, 2007);
b) hubungan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan
hubungan antara variabel-variabel dan memprediksi skor subjek melalui
skor variabel lain yang telah diketahui (Sukmadinata, 2005);
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan
akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu
2. Ciri penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan kejadian faktual,
dilakukan dengan survei, mencari informasi secara detail, mengidentifikasi
masalah untuk mendapatkan keadaan atau praktik yang sedang
berlangsung, serta mendeskripsikan subyek yang dikelola oleh kelompok
orang tertentu dalam waktu bersamaan.
3. Jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian survey dan penelitian
korelational. Rancangan penelitian deskriptif terdiri dari masalah, tinjauan
masalah, metodologi penelitian, pengumpulan data, analisis data hasil dan
simpulan.
4. Manfaat penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang, menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara
tepat, mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang
pendidikan maupun tingkah laku manusia.
B. Saran
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi mahasiswa
maupun bagi peneliti sebagai sumber informasi, dan dapat di gunakan sebagai
referensi
DAFTAR RUJUKAN
Bogdan, R.C & Taylor. 1993. Kuantitatif Dasar- Dasar Penelitian. Surabaya:
Usaha Nasional
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kuantitatif. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill.
Restu, Kartiko Widi. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Riyanto, Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Turabian, Kate L,. 1996. A Manual for Writing of Writing of Term Papers,
Theses, and Disertation. (Ed. Ke 6). Chicago: The University of
Chicago Press.
Ulfiatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.