Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara komprehensif
pada pasien dengan kehamilan ketuban pecah dini pada UK 37-38
minggu.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah dan diagnosa pada ibu
hamil UK 37-38 minggu dengan kehamilan patologis
Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi.
1
Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera untuk pasien dalam
upaya mencegah hal-hal yang dapat mengancam keselamatan ibu dan
bayi.
Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan yang akan diberikan.
Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.
Mahasiswa dapat menilai kembali/mengevaluasi dari tindakan yang
telah diberikan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
d. Anoreksia
e. Miksi ringan
f. Konstipasi atau obstipasi
g. Hiperpigmentasi areola mamae, terjadi karena pengaruh
hormon kortikosteroid plasenta.
h. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan
karena hormon esterogen dan progesteron yang merangsang
duktus dan alveoli payudara.
(Sulistyawati, 2013)
Tanda pasti hamil
a. Gerakan janin dapat dilihat atau diraba.
b. Terdengar detak jantung.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
(Sulistyawati, 2013)
Tanda-tanda kemungkinan hamil
a. Perut membesar
b. Uterus membesar sesuai usia kehamilan.
c. Pada pemeriksaan dalam dijumpai:
- Tanda Hegar
- Tanda Chadwick
- Tanda Piscasek
- Tanda Goodel
- Kontraksi Braxton Hicks
- Tanda Ballotement
d. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
(Sulistyawati, 2013)
4
2. Berat, dari 30 gr menjadi 1000 gr pada akhir kehamilan (40
minggu).
3. Bentuk dan konsistensi, minggu pertama istmus rahim
mengalami hipertropi dan bertambah panjang, bila diraba
terasa lunak. Pada bulan kehamilan bentuk seperti buah
alpukat, bulan ketiga seperti telur angsa, dan pada bulan ke-4
kehamilan rahim berbentuk bulat.
4. Vaskularisasi, pembuluh darah balik (vena) mengembang dan
bertambah.
5. Servik uteri, bertambah vaskularisasinya dan bertambah
lunak. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mukus serta pertambahan dan pelepasan
pembuluh darah warnanya menjadi livid (tanda Chadwik).
b. Ovarium tidak terjadi ovulasi, masih terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuk uri yang mengambil alih pengeluaran
estrogen dan progesteron.
c. Vulva dan Vagina, terjadi perubahan karena estrogen akibat
hipervaskularisasi sehingga terlihat merah atau kebiruan.
d. Dinding Perut, timbul striae gravidarum akibat robeknya serabut
plastik bawah kulit karena peregangan dari pembesaran rahim.
e. Payudara, menjadi lebih besar, puting susu berwarna lebih gelap,
dan kelenjar montgomeri sekitar areola mamae lebih menonjol
serta hiperpigmentasi.
f. Sistem Sirkulasi Darah
1. Volume darah total dan plasma naik pada trimester I. Volume
darah akan bertambah banyak sekitar 25% dengan puncaknya
pada kehamilan 27 minggu diikuti curah jantung yang
meningkat 30%, kenaikan plasma dapat mencapai 40% saat
mendekati cukup bulan.
2. Protein darah berubah, jumlah protein labumin dan
gammaglobulin menurun dalam trimester I dan meningkat
secara bertahap pada akhir kehamilan.
5
3. Nadi dan tekanan darah, tekanan darah arteri cenderung
menurun terutama pada trimester II nadi biasanya meningkat
nilai rata-ratanya 84 kali/menit.
g. Sistem pernafasan, wanita hamil kadang mengeluh sesak dan
pendek nafas. Hal ini disebabakan oleh usus yang tertekan ke arah
diafragma akibat pembesaran rahim.
h. Sistem pencernaan, saliva meningkat sehingga pada trimester I
mengeluh mual muntah. Tonus otot saluran pencernaan melemah
sehingga motilitas menurun dan makanan akan labih lama berada
dalam saluran pencernaan. Reabsorbsi makanan baik, namun akan
menimbulkan obstipasi.
i. Traktus urinarius, karena pengaruh desakan rahim pada hamil
muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua terjadi gangguan
miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat penuh. Terjadinya hemodelusi
menyebabkan metabolisme air semakin lancar, sehingga
pembentukan air senipun akan bertambah.
j. Kulit, akan terjadi hiperpigmentasi daerah wajah (chloasma
gravidarum), daerah perut (striae albican, livida, linea nigra),
puting dan areola mamae pada payudara dan vulva akibat dari
pengaruh melanophore stimulating hormone.
k. Kelenjar endokrin, terjadi sedikit pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar hipofise juga membesar terutama lobus anterior, pada
kelenjar adrenal tidak terpengaruh dengan kehamilan.
l. Metabolisme, tingkat metabolisme basal pada wanita hamil
meninggi hingga 15-20 % terutama pada trimester III. Dengan
terjadinya kehamilan ini, metabolisme mengalami perubahan
mendasar dimana kebutuhan nutrisi makin meninggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
5. Perubahan Psikologis Kehamilan
a. Trimester I
6
1. Ibu senang dengan kehamilan pertamanya karena ia sangat
mengharapkan anak.
2. Lebih manja dan minta perhatian dari suami dan keluarga.
3. Ibu merasa tidak sehat akibat perubahan-perubahan yang
terjadi seperti mual, muntah, pusing, lelah, letih.
4. Lebih sensitif, cemburu dan mudah tersinggung.
5. Kebanyakan wanita mengalami penurunan libido seks.
b. Trimester II
1. Ibu merasa sehat karena sudah beradaptasi dengan
kehamilannya, sudah terbiasa dengan perubahan hormon
kehamilan.
2. Ibu sudah menerima kehamilannya.
3. Dapat beraktifitas seperti biasa.
4. Merasa senang karena sudah merasakan janin.
5. Ibu sudah dapat melakukan aktifitas seksual, libido meningkat
karena keluhan-keluhan ibu hamil sudah berkurang pada
trimester II).
c. Trimester III
1. Ibu merasa dirinya aneh dan jelek.
2. Ketakutan menghadapi persalinan (kesakitan dan kematian).
3. Cemas menghadapi persalinan.
4. Khawatir bila bayi yang dikandungnya abnormal.
5. Ibu merasa sedih akan berpisah dengan bayi dan kehilangan
perhatian khusus dari suami dan keluarga yang diterima selama
kehamilan.
7
Striae livida Striae livida dan albicans
Perineum utuh Perineum berparut
Vulva tertutup Vulva mengangah
Hymen perforatus Caranculae myrtiformis
Vagina sempit dan teraba Vagina longgar, selaput lendir licin
rugae
Portio runcing, osf. Ext Portio tumpul dan terbagi dalam
tertutup bibir depan dan belakang
8
TFU merupakan salah satu parameter dari kondisi TFU yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan mengindikasikan adanya hidramnion,
gemeli, maksoromi.
Imunisasi TT, merupakan suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang dengan menggunakan antitoksin dari
eksotosin yang dihasilkan bakteri clostridium tetani, sehingga
terlindungi dari infeksi tetanus.
Pemberian tablet besi, mencegah anemia defisiensi besi dan
diberikan 90 tablet selama hamil setelah UK 20 minggu saat
keluhan mual dan muntah hilang.
Test PMS, untuk mendeteksi secara dini sehingga penanganan
dapat segera diberikan untuk mencegah adanya komplikasi baik
bagi ibu maupun janin.
Temu Wicara, untuk menjelaskan hasil pemeriksaan konseling
persiapan laktasi, persiapan persalinan, maupun informasi tentang
metode KB yang akan digunakan setelah persalinan.
9
Penyebab pasti tidak diketahui, mungkin disebabkan oleh:
Perubahan hormonal seperti peningkatan kadar HcG, estrogen
atau progesterone, gula darah rendah.
Kelebihan asam gastric atau asam klorida
Peristaltik lambat, mengakibatkan estrogen dan progesteron
meningkat.
Perubahan dalam metabolisme.
Pembesaran uterus.
Penatalaksanaannya dengan menghindari bau atau faktor penyebab,
makan porsi kecil tapi sering bahkan setiap 2 jam, makan biskuit
kering atau roti bakar setelah bangun pagi.
b. Ptyalism (Salivasi atau pengeluaran liur yang berlebihan)
Hal ini meningkat sejak 2-3 minggu usia kehamilan dan berhenti
saat persalinan. Penatalaksanaannya dengan menggunakan pencuci
mulut astringent, permen karet, permen yang keras
c. Sakit punggung bagian bawah (pada trimester II dan III kehamilan)
Penyebabnya kurvatur dari vertebra umbosacral yang meningkat
saat uterus terus membesar, spasme otot karena tekanan terhadap
akar syaraf, kadar hormon yang meningkat sehingga cartilage
didalam sendi-sendi besar menjadi lembek serta keletihan.
Penatalaksanaannya dengan menggunakan body mekanic yang baik
untuk mengangkat benda, hindari sepatu atau sandal hak tinggi,
hindari mengangkat beban yang berat, gunakan kasur yang keras
untuk tidur, gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan
punggung.
d. Chloasma gravidarum (pada trimester II)
Penyebabnya biasanya kecenderungan genetik peningkatan kadar
estrogen dan mungkin progesteron dapat merangsang hormon
melanogenic. Penatalaksanaannya dengan menghindari sinar
matahari berlebihan selama masa kehamilan, gunakan bahan
pelindung non-alergis.
e. Kram kaki (kehamilan >24 minggu)
10
Dasar fisiologis penyebab masih belum jelas, bisa terjadi karena
kekurangan asupan kalsium, ketidakseimbangan rasio kalsium-
fosfor, pembesaran uterus, sehingga memberikan tekanan pada
pembuluh dasar pelvic dengan demikian dapat menurunkan
sirkulasi darah ke tungkai bagian bawah. Penatalaksanaannya
dengan mengurangi konsumsi susu dengan kandungan fosfornay
tinggi dan cari yang high calcium, berlatih dorsifleksi pada kaki
untuk meregangkan otot-otot yang terkena kram, gunakan
penghangat untuk otot.
f. Insomnia (pada pertengahan kehamilan)
Penyebabnya biasanya karena perasaan gelisah, khawatir atau pun
bahagia, ketidaknyamanan fisik seperti membesarnya uterus,
pergerakan janin. Penatalaksanaannya dengan menggunakan teknik
relaksasi, mandi air hangat, minum-minuman hangat seperti susu
atau teh dengan susu sebelum pergi tidur.
g. Striae Gravidarum (pada bulan ke 6 - 7 kehamilan)
Penyebab tidak jelas, bisa timbul akibat perubahan hormon atau
gabungan antara perubahan hormon dan peregangan.
Penatalaksanaan dengan menggunakan pakaian yang menopang
payudara dan abdomen.
h. Konstipasi (pada trimester II dan III)
Penyebabnya karena peningkatan kadar progesteron menyebabkan
peristaltik usus menjadi lambat, penurunan motilitas sebagai akibat
dari relaksasi otot-otot polos usus besar, penyerapan air dari kolon
meningkat, efek samping penggunaan suplemen zat besi.
Penatalaksanaannya dengan meningkatkan intake cairan dan serat
didalam diet seperti buah atau juice prem, minum cairan dingin
atau panas terutama ketika perut kosong, istirahat cukup.
i. Sakit kepala (pada trimester II dan III)
Penyebabnya karena kontraksi otot atau spasme otot pada leher,
bahu dan penegangan pada kepala serta keletihan, tegangan mata
sekunder terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang
11
berubah. Penatalaksanaannya dengan teknik relaksasi, memassase
leher dan otot bahu, penggunaan kompres panas atau es pada leher.
j. Dispareunia atau rasa sakit saat berhubungan seksual (selama
kehamilan)
Penyebabnya akibat pembesaran uterus yang menyebabkan
penurunan sirkulasi, pelvic atau vagina kongesti, pembesaran
abdomen atau masuknya bagian terbawah janin ke dalam pelvic,
miskonsepsi dan takut menyakiti janin. Penatalaksanaannya dengan
perubahan posisi yang akan meredakan masalah yang disebabkan
oleh pembesaran abdomen atau rasa sakit dari penetrasi yang
dalam.
k. Nyeri ulu hati (prosis atau tidak dapat mencerna asam)
Penyebabnya karena peningkatan hormon progesteron yang
menyebabkan relaksasi sfingter jantung pada lambung dan
penurunan motalitas gastrointestinal. Penatalaksanaannya dengan
membatasi atau menghindari makanan berlemak atau makanan
penghasil gas.
l. Varises di tungkai dan vulva
Penyebabnya karena berkurangnya elastisitas dinding pembuluh
darah vena sehingga menyebabkan pembendungan darah vena yang
mengganggu aliran darah. Penatalaksanaannya dengan menghindari
duduk terlalu lama, latihan ringan.
12
c. Sedangkan waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi
rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten).
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas, maka preventif
tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi.
Menurut Sarwono (2014), penyebab ketuban pecah dini adalah :
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan
3. Polihidramnion
4. Gemeli
5. Kelainan letak janin dalam rahim
6. Riwayat KPD sebelumnya
7. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
8. Infeksi vagina
3. Patofisiologi
Menurut Sarwono (2014), mekanisme terjadinya ketuban pecah
dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi sehingga dapat menyebabkan ketegangan rahim.
2. Bila terjadi serviks inkompeten, maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban.
3. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada
selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
4. Kelainan bawaan selaput ketuban dimana selaput ketuban
terlalu tipis sehingga mudah pecah
Patofisiologi KPD menurut Wiknjosastro (2000) yaitu KPD terjadi
karena adanya kelainan pada amnion dan juga bisa pada selaput
janin. Kelainan pada hidramnion jumlahnya bisa mencapai 2000 cc
atau lebih. Karena volume berlebihan maka tekanan akan lebih
13
besar. Hal ini akan lebih memudahkan selaput janin mengalami
kerusakan akibat dari selaput janin yang jelek.
5. Komplikasi
a. Bagi Ibu
1. Partus lama
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi
persalinan dengan oksitosis sehingga menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk meningkatkan pembukaan serviks
2. Terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).
3. Perdarahan post partum.
4. Atonia uteri
Bila pada saat ketuban percah serviks belum matang atau
belum membuka, maka akan memperlama proses persalinan
14
dan menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada
lemahnya kontraksi uterus
5. Infeksi nifas
Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6
jam.
b. Bagi Janin
1. Prematuritas.
2. Infeksi.
3. Semakin lama periode laten, semakin lama kala 1 persalinan,
maka semakin besar insiden infeksi.
4. Prolaps tali pusat.
5. Mortalitas perinatal.
6. Risiko kecacatan.
7. Sindrom distress pernapasan pada kehamilan < 37 minggu.
8. Hipoplasia paru.
6. Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi
yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
7. Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya
cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan
gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk
atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan
tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam
menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan
janin.
TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Peningkatan Berat badan ibu kurang/ tidak ada.
15
Pada pemeriksaan USG lakukan pengukuran biparietal,panjang
paha janin, lingkaran abdomen.
Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks
kaseosa, rambut lanugo atau bila telah terinfeksi bau.
Inspekulo : dilihat apakah ada air ketuban keluar dari kanalis
servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
Gunakan kertas lakmus.
Pemeriksaan pH forniks posterior. Pada KPD, pH adalah basa.
Pemeriksaan hispatologi air ketuban
Aborization dan sitologi air ketuban
Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang
teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan
aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik.
8. Penatalaksanaan
Konservatif
1. Rawat di rumah sakit.
2. Istirahat/isolasi.
3. Perbaikan sosial ekonomi.
4. Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.
5. Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum
DTT) untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan
urin.
6. Konsultasi dengan dokter.
7. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan
(setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan
dalam secara manual.
8. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut,
pikirkan solusio plasenta.
9. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina
berbau) berikan antibiotika.
16
10. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu
dan janin , yaitu ampisilin 4x500mg selama 7 hari
ditambah eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari
selama 7 hari.
11. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi
persalinan preterm.
12. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin, yaitu betametason 12 mg IM
dalam 2 dosis setiap 12 jam atau deksametason 6 mg
IM dalam 4 dosis setiap 6 jam.
13. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama
air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
14. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak
ada infeksi, tes basa negatif beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin,
terminasi pada kehamilan 37 minggu.
15. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak
ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
16. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi.
17. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda
infeksi intrauteri).
18. Pada usia kehamilan 32-34 minggu kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
tiap minggu.
19. Jika ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi
streptokoccus grup B yaitu ampisilin 2 gr IV setiap 6
jam atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai
17
persalinan. Dan jika tidak ada infeksi pasca persalinan,
hentikan antibiotika.
Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila
gagal lakukan seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprosto 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis
tinggi, dan persalinan diakhiri.
3. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks
dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan
dengan seksio caesarea.
4. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
5. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan dengan
oksitosin, partus pervaginam.
9. Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan
pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM/KPD. Beberapa
institut menganjurkan penatalaksanaan untuk PROM/KPD sebagai
berikut :
1. Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), ibu
dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-
obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia
dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
2. Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi
partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika
profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus
dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka
lakukanlah tindakan operatif.
3. Jadi pada PROM/KPD penyelesaian persalinan bisa :
18
- Partus spontan
- Ekstraksi vakum
- Ekstraksi forsep
- Embriotomi bila anak sudah meninggal
- Seksio caesarea bila ada indikasi obstetrik
19
Alamat, untuk memudahkan dimana tempat tinggal klien,
sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam
melakukan kunjungan rumah.
2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan KPD keluhan yang dirasakan adalah
keluarnya cairan dari jalan lahir (merembes ataupun langsung
banyak) berwarna jernih/putih keruh/kuning/hijau/kecoklatan,
tapi belum terasa adanya tanda-tanda persalinan, misalnya his
ataupun lendir darah dari vagina.
3. Riwayat perkawinan
Meliputi berapa kali menikah, berapa lama dan usia pertama
kali ibu menikah dan apakah ibu berganti-ganti pasangan atau
tidak (apakah ibu memiliki resiko dalaam IMS atau tidak).
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche adalah terjadi hadi yang pertama kali, menarche
terjadi pada usia pubertas yaitu sekitar 12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid
yang normal atau dianggap sebagai siklus adalah 28 hari,
tetapi silus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur
sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada
manusia adalah 25-32 hari.
c. Lamanya haid biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari.
Pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
d. Keluhan yang dirasakan.
e. Keputihan, warnanya , bau, gatal atau tidak.
5. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita
ibu sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit
keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis,
juga pernahkah ibu menderita kanker ataupun tumor serta
20
untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di rumah sakit
atau tidak.
Ibu yang mengalami serviks inkompeten dan adanya infeksi
genetalia merupakan etiologi terjadinya KPD.
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun
penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal,
kencing manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker
ataupun tumor.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu
terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,
kelamin pembekuan darah, jiwa, asma.
c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan,
umur wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang
pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus
diwaspadai karena hal ini bisa menurunkan pada ibu.
21
a) Data psikologi, untuk mengetahui keadaan psikologis ibu
terhadap kelahiran bayinya.
b) Data sosial, untuk mengetahui ibu tinggal bersama siapa,
bagaimana hubungan ibu dengan keluarga serta
masyarakat sekitar.
c) Data budaya, untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan ibui dan keluarga berhubungan dengan
kepercayaan pada takhayul, kebiasaan berobat dan semua
yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.
d) Pola spiritual, untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu.
11. Pola Kehidupan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2) Pola Eliminasi
Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan
eliminasi.
3) Pola Istirahat
Pada pasien dengan KPD tidak mengalami gangguan
istirahat.
4) Pola Aktifitas
Pada pasien dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal ini
berhubungan dengan pengeluaran air ketuban.
5) Pola Personal Hygiene
Dikaji apakah pasien menjaga personal hygienenya selama
hamil, terutama vulva hygiene.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda vital :
22
TD = 110/70 – 120/80 mmHg.
Suhu = 36 oC - 37 oC , Ibu yang mengalami
ketuban pecah dini dengan suhu di atas 37,5 oC
merupakan tanda-tanda infeksi.
Nadi = 76 – 92x/menit.
RR = 16 – 20x/menit
BB sekarang = kenaikan 9 – 13,5 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Wajah : tidak pucat, tidak oedem, bersih
Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Hidung : simetris, bersih
Telinga : simetris, bersih
Mulut : Simetris, lembab dan tidak pucat, tidak ada
perdarahan gusi, mukosa tidak ada stomatitis,
gigi tidak ada karies, lidah tidak kotor.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
dan bendungan vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat benjolan abnormal.
Payudara :simetris, hiperpigmentasi areola dan papila
mammae, puting susu menonjol.
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan, terdapat
linea nigra, terdapat striae alba atau livida, tidak
terdapat bekas operasi.
Genetalia : simetris, tidak oedema, terdapat pengeluaran
cairan dari vagina yang berbau khas, terdapat
sedikit pengeluaran lendir dan darah.
Anus : tidak ada hemoroid.
Integumen : Bersih.
Ekstremitas : tidak oedema pada ekstremitas atas dan
bawah, tidak ada varises pada ekstremitas atas
dan bawah.
23
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan yang abnormal.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
dan bendungan vena jugularis.
Dada : tidak terdapat benjolan abnormal.
Payudara : payudara terasa tegang, konsistensi kenyal,
kolostrum sudah keluar.
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan.
Leopold I : Untuk menentukan TFU dan apa
yang terdapat di fundus. Jika pada fundus teraba
bundar, lunak, kurang melenting itu berarti
bokong janin. Jika teraba bundar, keras
melenting itu berarti kepala janin, jika teraba
bagian kecil yang menonjol, berarti itu adalah
bagian kecil janin.Dalam pengukuran TFU
menggunakan metelyn, TFU tidak boleh lebih
dari 40 cm.
Leopold II : Menentukan bagian janin yang ada
di sebelah kanan atau kiri perut ibu. Jika teraba
keras, datar seperti papan, memanjang berarti
punggung ( Puka atau Puki ), namun jika teraba
bagian-bagian kecil yang menonjol maka itu
adalah bagian kecil janin.
Leopold III : untuk menentukan apa yang ada
pada bagian bawah. Jika teraba bundar, keras
melenting itu berarti kepala janin. Jika teraba
bundar lunak, kurang melenting berarti bokong,
jika teraba bagian kecil yang menonjol berarti
itu adalah bagian kecil janin.
Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh
bagian terendah sudah masuk PAP. Umumnya
pada saat inpartu kepala sudah masuk panggul
24
(divergen). Kepala sudah masuk PAP…/5
bagian.
c. Perkusi
Dada : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
Abdomen : Kembung
d. Auskultasi
Reflek patella : Tidak dikaji.
II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Diagnosa yang ditentukan harus berdasarkan data subyektif dan
data obyektif yang ditemukan apda ibu.
Dx : Ny. .... G.... P.... Ab .... UK 37-38 minggu aterm, janin
hidup, tunggal, intrauterine dengan KPD
Ds : Data berasal dari klien atau pasien yang mendukung
diagnosa ibu.
Do : Data berasal dari hasil pemeriksaan yang mendukung
diagnosa.
25
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Dalam teori mengatakan bagi penderita Ketuban Pecah Dini
diperlukan kolaborasi dengan Dokter SpOG.
V. Intervensi
Dx : Ny. .... G.... P.... Ab.... UK 37-38 minggu aterm, janin
hidup, tunggal, intrauterine, letkep dengan KPD
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan
kehamilan ibu berjalan normal sampai waktunya
persalinan serta janin dalam keadaan baik dan aman
tanpa adanya komplikasi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu normal : 36,5o – 37,5oC
Tekanan darah : (110/70 – 120/80 mmHg)
Nadi normal : (60 – 80x/menit)
Pernafasan : (16 – 24x/menit)
Ketuban belum habis sampai waktu kelahiran.
Tidak terdapat infeksi
Bayi dan ibu dalam keadaan normal
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga.
R/ Menjalin hubungan dengan pasien.
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
serta keadaan ibu saat ini.
R/ Ibu memahami kondisinya, kooperatif dalam tindakan.
3. Observasi keadaan ibu dan janin meliputi TTV, DJJ, tanda-tanda
persalinan tiap 1 jam.
R/ Memantau keadaan ibu dan janin agar dalam keadaan
normal, memantau keadaan ibu dan janin serta tanda-tanda
persalinan.
26
4. Beritahu keluarga untuk menganjurkan ibu menjalani rawat
inap.
R/ Mempermudah pemantauan kehamilan dan keadaan ibu.
5. Berikan informed consent kepada ibu dan keluarga.
R/ agar ibu dan keluarga mengetahui tindakan yang akan
dilakukan dan sebagai bukti tertulis persetujuan.
6. Kolaborasi dengan dokter SpOG.
R/ untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
7. Pasang infus RL dengan induksi oksitosin.
R/ mencegah dehidrasi ibu dan merangsang kontraksi.
8. Anjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur.
R/ mencegah keluarnya air ketuban terus menerus.
9. Beritahu ibu dan keluarga akan diakhiri kehamilannya sesuai
dengan kondisi ibu dan janin.
R/ agar ibu dan keluarga lebih kooperatif.
10. Berikan antibiotik ampisilin 4x500 mg per oral.
R/ mengurangi kemungkinan infeksi pada ibu dan janin.
11. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
R/ menjaga kondisi ibu.
12. Lakukan persiapan SC setelah 24 jam jika tidak ada tanda-tanda
persalinan.
R/ mencegah komplikasi pada ibu dan janin.
VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengna intervensi yang telah dibuat. Rencana
menyeluruh seperti yang diuraikan diatas secara efisien dan aman.
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan
keberhasilan dari asuhan yang diberikan dengan mengacu pada
kriteria hasil.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 11 April 2013
Jam Pengkajian : 20.00 WIB
Tempat Pengkajian : Kamar Bersalin RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Oleh : Bd. Atiqha Syahlaa
A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama Ibu : Ny. W Nama Suami : Tn. P
Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jl.kertanegara 12/6 Kepanjen
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan hamil 9 bulan dan ingin memeriksakan
kehamilannya di RS karena dari kemaluannya keluar air sejak
jam 06.00 WIB tanggal 13 april 2013, ibu mengatakan tidak
merasakan mules atau kenceng-kenceng dan tidak ada
pengeluaran lendir dan darah dari kemaluannya. Ibu masih
merasakan gerakan janin sampai sekarang, ibu merasa cemas
dengan kehamilannya.
3. RIWAYAT PERNIKAHAN
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 1 tahun
Usia pertama menikah : 21 tahun
28
Jumlah anak :-
4. RIWAYAT HAID
Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur ± 28-30 hari
Lama Haid : ± 7 hari
Banyaknya : ± 3 pembalut per hari
Warna dan bau : khas darah haid
Dysminorhea : 2 hari pertama haid
Fluor Albus : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 22 Juli 2012
TP : 29 April 2013
29
HIV/AIDS, infeksi menular seksual, penyakit menurun seperti
tekanan darah tinggi, kencing manis, sesak napas, penyakit
menahun seperti penyakit jantung, ginjal dan paru-paru serta
tidak ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga baik dari
ibu maupun suami.
8. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, KB
YANG LALU
N KEHAMILAN PERSALINAN ANAK NIFAS KB
o K
Sua Hamil U Peno Cara Pen JK BB/ H M H Lama ASI Cara La
E
mi Ke K Long yulit PB umur ma
T
1. Hamil
ini
30
c. Sosial : ibu mengatakan hubungan dalam keluarga
baik, demikian juga dengan tetangga sekitar
rumah.
d. Budaya : ibu mengatakan menganut budaya Jawa
dan tidak menganut budaya tarak.
e. Spiritual : ibu mengatakan beragama Islam.
31
5. Kebersihan Ibu mengatakan mandi, gosok Ibu mengatakan mandi, gosok gigi,
gigi, ganti baju dan ganti ganti baju dan ganti pakaian dalam
pakaian dalam 2 kali sehari, 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali.
keramas 2 hari sekali.
7. Seksual Ibu mengatakan berhubungan Suami mengatakan melakukan
suami istri ± 3 kali/minggu. hubungan suami istri ± 2
kali/minggu.
B. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan umum ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37 ºC
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
BB sebelum hamil : 43 kg
BB sekarang : 54 kg
TB : 160 cm
LILA : 24 cm
TP : 29 April 2013
32
Mulut : Simetris, lembab dan tidak pucat, tidak
ada perdarahan gusi, mukosa tidak ada
stomatitis, gigi tidak ada karies, lidah tidak
kotor.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Leher : Simetris, bersih, tidak terlihat bendungan
vena jugularis, tidak terlihat pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
Dada : Simetris, tidak terlihat retraksi intercosta.
Payudara :Simetris, bersih, tampak tegang, puting
susu menonjol, ada hiperpigmentasi areola
dan papila.
Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas
operasi, tidak ada striae gravidarum, perut
terlihat membesar sesuai usia kehamilan.
Genetalia : tidak oedema, ada pengeluaran cairan dari
vagina, tidak ada pengeluaran lendir dan
darah, tidak varises.
Anus : Bersih, tidak ada haemorhoid.
Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, bersih, tidak
oedema.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembendungan vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
Dada : Tidak ada nyeri tekan.
Payudara : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Leopold I : TFU : 3 jari dibawah
processus xyphoideus (29 cm), pada fundus
ibu teraba bundar, lunak, kurang melenting
(bokong).
33
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu
teraba keras, datar seperti papan,
memanjang berarti punggung (PUKA),
bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
yang menonjol (ekstremitas).
Leopold III : bagian terdahulu teraba
bundar, keras, melenting (kepala), tidak
dapat digoyangkan (masuk PAP).
Leopold IV : Tangan divergen, kepala
teraba 3/5 bagian.
TBJ = (TFU – 11) x 155 cm
= (29 – 11) x 155 cm
= 2.790 gram.
Ekstremitas atas : Tidak ada nyeri tekan, tidak odema,
turgor kulit baik.
Ekstremitas bawah : Tidak ada nyeri tekan, tidak odema.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada suara tambahan wheezing dan
rhonci.
Abdomen : terdengar suara bising usus 6 x/menit.
DJJ :140x/menit, teratur, adequat.
d. Perkusi
Reflek patella : +/+
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LAB : Hb 12,5 gram%, Golongan Darah A.
b. USG : dilakukan di RSUD Kanjuruhan pada tanggal 11
april 2013 pukul 19.00 WIB, dengan hasil janin dalam
kondisi normal (letkep), sisa cairan ketuban masih ± 750 ml,
bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
34
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letkep dengan KPD
Ds : Ibu mengatakan hamil 9 bulan dan ingin memeriksakan
kehamilannya di RS karena dari kemaluannya keluar air sejak jam
06.00 WIB tanggal 13 april 2013, ibu mengatakan tidak merasakan
mules atau kenceng-kenceng dan tidak ada pengeluaran lendir dan
darah dari kemaluannya. Ibu masih merasakan gerakan janin
sampai sekarang, ibu merasa cemas dengan kehamilannya.
Do : Keadaan umum ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37 ºC
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
BB sebelum hamil : 43 kg
BB sekarang : 54 kg
TB : 160 cm
LILA : 24 cm
TP : 29 April 2013
Payudara :Simetris, bersih, tampak tegang, puting susu
menonjol, ada hiperpigmentasi areola dan papila.
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi,
tidak ada striae gravidarum, perut terlihat
membesar sesuai usia kehamilan.
Leopold I : TFU : 3 jari dibawah processus
xyphoideus (29 cm), pada fundus ibu teraba
bundar, lunak, kurang melenting (bokong).
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu
teraba keras, datar seperti papan,
35
memanjang berarti punggung (PUKA),
bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
yang menonjol (ekstremitas).
Leopold III : bagian terdahulu teraba
bundar, keras, melenting (kepala), tidak
dapat digoyangkan (masuk PAP).
Leopold IV : Tangan divergen, kepala
teraba 3/5 bagian.
Genetalia : tidak oedema, ada pengeluaran cairan dari vagina,
tidak ada pengeluaran lendir dan darah, tidak
varises.
V. INTERVENSI
Tanggal/Jam : 11 April 2013/20.30 WIB
Dx : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin
tunggal, hidup, intrauterine, letkep dengan KPD.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kehamilan
ibu berjalan normal sampai waktunya persalinan serta janin
dalam keadaan baik dan aman tanpa adanya komplikasi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
36
Suhu normal : 36,5o – 37,5oC
Tekanan darah : (110/70 – 120/80 mmHg)
Nadi normal : (60 – 80x/menit)
Pernafasan : (16 – 24x/menit)
Ketuban belum habis sampai waktu kelahiran.
Tidak terdapat infeksi
Bayi dan ibu dalam keadaan normal
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga.
R/ Menjalin hubungan dengan pasien.
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
serta keadaan ibu saat ini.
R/ Ibu memahami kondisinya, kooperatif dalam tindakan.
3. Observasi keadaan ibu dan janin meliputi TTV, DJJ, tanda-tanda
persalinan tiap 1 jam.
R/ Memantau keadaan ibu dan janin agar dalam keadaan
normal, memantau keadaan ibu dan janin serta tanda-tanda
persalinan.
4. Beritahu keluarga untuk menganjurkan ibu menjalani rawat
inap.
R/ Mempermudah pemantauan kehamilan dan keadaan ibu.
5. Berikan informed consent kepada ibu dan keluarga.
R/ agar ibu dan keluarga mengetahui tindakan yang akan
dilakukan dan sebagai bukti tertulis persetujuan.
6. Kolaborasi dengan dokter SpOG.
R/ untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
7. Pasang infus RL dengan induksi oksitosin.
R/ mencegah dehidrasi ibu dan merangsang kontraksi.
8. Anjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur.
R/ mencegah keluarnya air ketuban terus menerus.
37
9. Beritahu ibu dan keluarga akan diakhiri kehamilannya sesuai
dengan kondisi ibu dan janin.
R/ agar ibu dan keluarga lebih kooperatif.
10. Berikan antibiotik ampisilin 4x500 mg per oral.
R/ mengurangi kemungkinan infeksi pada ibu dan janin.
11. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
R/ menjaga kondisi ibu.
12. Lakukan persiapan SC setelah 24 jam jika tidak ada tanda-tanda
persalinan.
R/ mencegah komplikasi pada ibu dan janin.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam : 11 April 2013/20.50 WIB
Dx : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin
tunggal, hidup, intrauterine, letkep dengan KPD.
Implementasi :
1. Melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga dengan
komunikasi terapeutik.
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu dan keluarga agar
mengetahui bahwa ketuban ibu sudah pecah sebelum waktunya
sehingga memerlukan tindakan yang lebih intensif.
3. Mengobservasi keadaan ibu dan janin meliputi TTV (TD :
120/80 mmHg, Suhu : 37 ºC, Nadi : 84 kali/menit, RR : 20
kali/menit), DJJ 140x/menit, tanda-tanda persalinan antara lain :
adanya kontraksi, adanya pembukaan servik, terdapat
pengeluaran lendir dan darah, adanya dorongan kepala janin,
observasi dilakukan tiap 1 jam. Hal ini untuk memantau keadaan
ibu dan janin agar dalam keadaan normal, memantau keadaan
ibu dan janin serta kemajuan kondisi ibu.
4. Memberitahukan kepada keluarga untuk menganjurkan ibu
menjalani rawat inap agar mempermudah pemantauan
38
kehamilan dan keadaan ibu sampai cairan yang keluar dari
kemaluan dapat diatasi.
5. Memberikan informed consent kepada ibu dan keluarga sebagai
bukti tertulis persetujuan tindakan yang akan dilakukan oleh
bidan dan dokter.
6. Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk menentukan rencana
penatalaksanaan selanjutnya serta pemberian antibiotik.
7. Memasang infus RL 16 tpm dengan induksi oksitosin 1 ampul
guna merangsang kontraksi ibu agar terdapat tanda-tanda
persalinan dan dapat dilakukan persalinan secara pervaginam.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur atau miring
kanan/kiri sesuai kenyaman ibu hal ini agar mencegah keluarnya
air ketuban terus menerus.
9. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga akan diakhiri
kehamilannya sesuai dengan kondisi ibu dan janin. Terminasi
kehamilan akan dilakukan apabila setelah 24 jam ketuban pecah
namun belum ada tanda-tanda persalinan meskipun telah di beri
induksi oksitosin maka akan segera dilakukan persiapan untuk
SC untuk memperkecil resiko infeksi pada ibu dan janin.
10. Memberikan antibiotik ampisilin 4x500 mg per oral untuk
mengurangi kemungkinan infeksi pada ibu dan janin.
11. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti
minum dan makan.
12. Melakukan persiapan SC setelah 24 jam jika tidak ada tanda-
tanda persalinan. Persiapan SC yaitu :
Ibu dianjurkan untuk berpuasa 6-8 jam
Mencukur daerah insisi
Infus dengan RL 24 tpm tanpa induksi oksitosin
Memasang kateter
Menyiapkan transfusi darah sesuai golongan darah ibu.
39
VII. EVALUASI
Tanggal/Jam : 12 April 2013/ 01.00 WIB
Dx : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letkep dengan KPD.
S : Ibu mengatakan merasakan kadang-kadang mules atau kenceng-
kenceng pada perutnya.
O : - Keadaan umum : baik
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- N/RR : 84/20 x/menit
- Suhu : 37 ᵒC.
Genetalia : terdapat pengeluaran cairan ketuban, terdapat
sedikit pengeluaran darah dan lendir, tidak ada oedema, tidak ada
varises.
HIS : terdapat HIS 2 x 10 menit lamanya 30 detik.
A : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letkep dengan KPD.
P : - Jelaskan kondisi ibu saat ini kepada ibu dan keluarga
- Berikan dukungan dan semangat pada ibu secara emosional dan
spiritual
- Bantu ibu memposisikan senyaman mungkin
- Sarankan ibu untuk tetap puasa.
- Lakukan persiapan SC.
Catatan Perkembangan
1. Tanggal/Jam : 12 April 2013/ 05.30 WIB
Dx : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letkep dengan KPD.
S : Ibu mengatakan kadang-kadang merasakan kenceng-kenceng.
O : - Keadaan umum : baik
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- N/RR : 84/20 x/menit
40
- Suhu : 37 ᵒC.
Genetalia : terdapat pengeluaran cairan ketuban, terdapat
sedikit pengeluaran darah dan lendir, tidak ada oedema, tidak
ada varises.
HIS : terdapat HIS 2 x 10 menit lamanya 30 detik.
A : Ny. W GI P0000 Ab000 UK 37-38 minggu aterm, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letkep dengan KPD.
P : - Jelaskan kondisi ibu saat ini kepada ibu dan keluarga
- Berikan dukungan dan semangat pada ibu secara emosional
dan spiritual
- Bantu ibu memposisikan senyaman mungkin
- Bantu ibu untuk persiapan menjalani SC.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat
penting bagi kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan ataupun kelebihan
air ketuban sangat mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting
mengetahui keadaan air ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada
usia kehamilan , dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, meningkatnya insiden seksio
sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam kehamilan perlu dipantau dengan mengadakan kunjungan
kepada petugas kesehatan minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester 1, 1
kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III tujuannya adalah
mendeteksi dini terjadinya komplikasi pada kehamilan.
Ketuban pecah dini didenfisinikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. faktor lain
yang terlibat termasuk status sosial ekonomi rendah, indeks masa tubuh
rendah, dan pola hidup yang tidak sehat. Setelah penulis melakukan asuhan
kebidanan pada Ny “M” Usia 22 tahun G1 P000 Ab000 UK 37-38 Minggu
Aterm, Janin Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letkep Dengan KPD Di RSUD
Kanjuruhan Kepanjen Malang. Penulis menyimpulkan bahwa pada
pengkajian yang dilakukan tidak ada kesenjangan teori dan peraktek.
5.2 Saran
1. Diharapkan tenaga kesehatan memiliki kinerja yang baik agar dapat
memberikan asuhan kebidanan sesuai kondisi, dan menjadi sumber
informasi yang tepat sesuai kebutuhan klien
2. Diharapkan ibu hamil mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak dia merasaanya dirinya hamil agar petugas kesehatan dapat
menditeksi adanya komplikasi atau masalah dalam kehamilan, persalinan,
dan nifas
43