You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan
kesehatannya.

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Aziz A,


2008)

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari
kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan atau Turut Berperan Terhadap Imobilitas


a. Penurunan fungsi muskuloskeletal Otot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang
(infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan
tumor), atau kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).
b. Perubahan fungsi neurologis Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit
vaskular (mis, stroke), penyakit demelinasi, penyakit degeneratif (ex: penyakit
parkinson), gangguan metabolik (mis, hiperglikemia), gangguan nutrisi.
c. Nyeri Penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan
trauma.
d. Defisit perseptual Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.
e. Berkurangnya kemampuan kognitif Gangguan proses kognitif, seperti demensia
berat jauh.
f. Jatuh Efek fisik: cedera atau fraktur. Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.
g. Perubahan hubungan sosial Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan,
pindah jauh dari keluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis,
perubahan pola pikir seperti depresi).
h. Aspek psikologis Ketidakberdayaan dalam belajar.
3. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama
kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan
gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus
menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
Penyebab secara umum:
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
4. Tanda dan Gejala
a. Dampak fisiologis dari imobilisasi antara lain :

EFEK HASIL

 Penurunan konsumsi oksigen  Intoleransi ortostatik


maksimum  Peningkatan denyut jantung, sinkop
 Penurunan fungsi ventrikel kiri  Penurunan kapasitas kebugaran
 Penurunan volume sekuncup  Konstipasi
 Perlambatan fungsi usus  Penurunan evakuasi kandung kemih
 Pengurangan miksi  Bermimpi pada siang hari, halusinasi
 Gangguan tidur

b. Efek Imobilisasi pada berbagai sistem organ

PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT


ORGAN / SISTEM
IMOBILISASI

Muskuloskeletal Osteoporosis, penurunan massa tulang, hilangnya kekuatan


otot, penurunan area potong lintang otot, kontraktor,
degenerasi rawan sendi, ankilosis, peningkatan tekanan
intraartikular, berkurangnya volume sendi

Kardiopulmonal dan Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan perfusi


pembuluh darah miokard, intoleran terhadap ortostatik, penurunan ambilan
oksigen maksimal (VO2 max), deconditioning jantung,
penurunan volume plasma, perubahan uji fungsi paru,
atelektasis paru, pneumonia, peningkatan stasis vena,
peningkatan agresi trombosit, dan hiperkoagulasi

Integumen Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan laserasi kulit

Metabolik dan Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria, natriuresis


endokrin dan deplesi natrium, resistensi insulin (intoleransi glukosa),
hiperlipidemia, serta penurunan absorpsi dan metabolisme
vitamin/mineral

5. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan
penyakit, seperti osteoarthritis.

6. Komplikasi
a. Perubahan Metabolik

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,


mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam
tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic normal antara lain laju metabolic:
metabolisme karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberdaaan infeksius
padaklien immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya demam dan
penyembuhanluka yang membutuhkan peningkatan kebutuhan oksgen selular.
Gangguan metabolik yang mungkin terjadi :

1) Defisensi kalori dan proterin merupakan karakteristik klien yang mengalami


anoreksia sekunder akibat mobilisasi. Immobilisasi menyebabkan asam amino
tidak digunakan dan akan diekskresikan. Pemcahan asasm amino akan
terusterjadi dan menghasilkan nitrogen sehingga akumulasinya kan
menyebabkan keseimbangan nitrogen negative , kehilangan berat badan ,
penurnan massa otot, dan kelemahan akibat katabolisme jaringan. Kehilangan
masa otot tertutama pada hati,jantung,paru-paru, saluran pencernaan, dan
imunitas.
2) Ekskresi kalssium dalam urin ditngkatkan melalui resorpsi tulang. Hal ini
terjadi karena immobilisasi menyebabkan kerja ginjal yang menyebabkan
hiperkalsemia.
3) Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia) Imobilisasi akan mempengaruhi system
metabolik dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan terhadap
metabolisme zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah perubahan metabolisme
protein. Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut yang imobilisasi
sehingga menyebabkan metabolisme menjadi katabolisme. Keadaan tidak
beraktifitas dan imobilisasi selama 7 hari akan meningkatkan ekskresinitrogen
urin sehingga terjadi hipoproteinemia.
4) Gangguan gastrointestinal terjadi akibta penurunan motilitas usus. Konstipasi
sebagai gejala umum , diare karena feses yang cair melewati bagian terjepit
dan menyebabkan masalah serius berupa obstruksi usus mekanik bila tidak
ditangani karena adanya distensi dan peningkatan intraluminal yang akan
semakin parah bila terjadi dehidrasi, terhentinya absorbsi, gangguan cairan dan
elektrolit.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat
menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada
tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot.
f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
- Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas,
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
- Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
g. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
h. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
i. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan Primer
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistem muskuloskeletal,
kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihan tidak akan mengubah
rangkaian proses penuaan normal, hal tersebut dapat mencegah efek
imobilitas yang merusak dan gaya hidup kurang gerak. Program latihan
juga dihubungkan dengan peningkatan mood atau tingkat ketegangan
ansietas dan depresi. Hambatan terhadap latihan : Berbagai hambatan
mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Hambatan
lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihan dan
kondisi iklim yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah hambatan lain
untuk melakukan latihan. Model peran yang kurang gerak, gangguan citra
tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atau ketidaksetujuan semuanya turut
berperan terhadap kegagalan lansia untuk berpartisipasi dalam latihan yang
teratur.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi, disgnosa keperawatan yang dihubungkan dengan
pencegahan sekunder adalah: gangguan mobilitas fisik.
c. Pencegahan Tersier
Upaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi, aktivis sosial, dan
keluarga serta teman-teman.
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Status Kesehatan Saat ini
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
5. Riwayat penggunaan obat-obatan
B. Pengkajian Fisik
1. Data klinik
meliputi tekanan darah, nadi, suhu, RR, berat badan, tinggi badan
2. Sistem pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot.
3. Sistem kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
4. Sistem Gastrointestinal
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah. Tanda
: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa,gangguan
eliminasi
5. Sistem eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
6. Sistem muskulosceletal
Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas,
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
7. Sistem persarafan sensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan, Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak atau disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
8. Sistem integument
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
C. Aktifitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri :
Skor : 0 = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 = perlu bantuan orang lain, 3 = perlu
bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak mampu

Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Belanja

Memasak

Merapikan rumah

INDEK KATS

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal: makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,


berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari


fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan


satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi ,
berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, ke kamar mandi dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, ke kamar mandi , berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut

Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat


diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, G

Kondisi riil klien

D. Kognitif dan perseptual


E. Lingkungan
F. Pengetahuan
G. Apgar keluarga
Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan ), ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (
misalnya ketergantungan pada orang lain).

6. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
2. Nyeri akut berhubungan dengan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
7. Intervensi Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
NOC : Ambulasi (0200)
1) 020001 menopang berat badan
2) 020002 berjalan dengan langkah yang efektif
3) 020003 berjalan dengan pelan
4) 020016 menyesuaikan dengan perbedaan tekstur permukaan/lantai

NIC : Terapi Latihan : Ambulasi (0221)

1) Sediakan tempat tidur berketinggian rendah


2) Sediakan alat bantu (tongkat, walker, atau kursi roda) untuk ambulasi
3) Bantu pasien untuk perpindahan
4) Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki untuk berjalan agar tidak terjadi
cidera
5) Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu
6) Dorong untuk duduk di tempat tidur, disamping tempat tidur, atau di kursi
7) Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan
NOC : Tingkat Nyeri (2102)
1) 210201 nyeri yang dilaporkan
2) 210206 ekspresi nyeri wajah
3) 210221 menggosok area yang terkena dampak
4) 210222 agitasi
5) 210209 ketegangan otot

NIC : Manajemen Nyeri (1400)

1) Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik,


onset/durasi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus
2) Monitor kepuasan klien terhadap manajemen nyeri
3) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
4) Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat
5) Berikan informasi yang akurat untuk mrningkatkan pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman nyeri
6) Kolaborasi dengan pasien, orang terdekta dan tim kesehatan untuk
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
NOC : Toleransi Terhadap Aktivitas (0005)
1) 000511 toleransi dalam menaiki tangga
2) 000516 kekuatan tubuh bagian atas
3) 000517 kekuatan tubuh bagian bawah
4) 000518 kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian (ADL)

NIC : Bantuan Perawatan Diri : IADL (1805)

1) Tentukan kebutuhan individu terkait dengan bantuan dalam hal IADL


2) Sediakan metode untuk menghubungi orang yang bisa mendukung dan
membantu
3) Berikan teknik peningkatan kognitif
4) Instruksikan individu dan caregiver mengenai apa yang bisa dilakukan pada
saat individu sakit karena jatuh atau cidera yang lain
5) Instruksikan individu untuk menyimpan pengobatan dengan tepat dan aman
6) Konsultasikan dengan terapis okupasi/fisik yang menangani disabilitas secara
fisik
d. Defisit perawatan diri : Berpakaian berhubungan dengan
NOC : Perawatan Diri Berpakaian (0302)
1) 030204 memakai pakaian bagian atas
2) 030205 memakai pakaian bagian bawah
3) 030206 mengancingkan baju
4) 030211 membuka baju bagian atas
5) 030212 membuka pakaian bagian bawah
NIC : Berpakaian (1630)
1) Monitor kemampuan klien untuk berpakaian sendiri
2) Identifikasi area dimana pasien membutuhkan bantuan dalam berpakaian
3) Pakaikan dulu pakaian pada bagian ekstremitas yang bermasalah
4) Berikan bantuan sampai pasien sepenuhnya mampu memikul tanggung jawab
untuk berpakaian sendiri
5) Pilih sepatu/sandal yang kondusif untuk berjalan dan ambulasi yang aman
Defisit Perawatan Diri : Eliminasi berhubungan dengan

NOC : Perawatan Diri : Eliminasi (0310)

1) 031001 Merespon saat kandung kemih penuh


2) 031005 Memposisikan diri di toilet atau alat bantu eliminasi
3) 031006 Mengosongkan kandung kemih

NIC : Bantuan Perawatan Diri : Eliminasi (1804)

1) Monitor integritas kulit pasien


2) Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktivitas perawatan diri
3) Buatlah jadwal aktivitas terkait eliminasi
4) Bantu pasien ke toilet untuk eliminasi
5) Beri privasi selama eliminasi
6) Fasilitasi kebersihan toilet setelah eliminasi

Defisit Perawatan Diri : Makan berhubungan dengan

NOC : Perawatan Diri : Makan (0303)

1) 030308 memasukkan makanan ke mulut dengan peralatan (makan)


2) 030310 menaruh makanan di mulut
3) 030312 mengunyah makanan
4) 030313 menelan makanan

NIC : Bantuan Perawatan Diri : Pemberian Makan (1803)

1) Monitor kemampuan klien untuk menelan


2) Monitor status hidrasi klien
3) Sediakan makanan dan minuman yang disukai
4) Pastikan posisi klien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan menelan
5) Berikan bantuan fisik, sesuai kebutuhan
6) Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi klien untuk makan sendiri
7) Gunakan alat makan dan gelas yang tidak mudah pecah dan tidak berat
Defisit Perawatan Diri : Mandi berhubungan dengan
NOC : Perawatan Diri : Mandi (0301)
1) 030102 mengambil alat mandi
2) 030109 mandi dengan bersiram
3) 030113 mencuci wajah
4) 030114 mencuci badan bagian atas
5) 030115 mencuci badan bagian bawah
NIC : Bantuan Perawatan Diri : Mandi/Kebersihan (1801)
1) Monitor integritas kulit dan kebersihan kuku klien
2) Sedikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan kehangatan, privasi
dan rileks
3) Jaga ritual kebersihan
4) Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri
5) Dukung keluarga berpartisipasi dalam ritual menjelang tidur yang biasa
dilakukan
6) Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat diri secara
mandiri

You might also like