Professional Documents
Culture Documents
Cari
MARWA PRINANDO
Iklan
REPORT THIS AD
Ladia Galaska merupakan proyek pembanguna jalan yang direncanakan untuk menghubungkan
Meulaboh, Jeuram, Takengon, Blangkejeren, Panaron, sampai ke Perlak di Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam (NAD) dengan tujuan membuka isolasi masyarakat Aceh di pantai barat terhadap kehidupan
ekonomi di pantai timur (Selat Malaka).
Proyek pembangunan jalan yang akan menghubungkan ini ternyata tidak berjalan mulus.
ketidaksepahaman mengenai pembangunan jalan ini menjadi pemicu utama. Pemerintah Daerah,
terutama Pemda NAD menyatakan bahwa pembangunan jalan ini diperlukan untuk membuka akses
masyarakat aceh di pantai barat terhadap kehidupan ekonomi dipantai timur. Disisi lain, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan Non-Government Organization (NGO) lainnya yang concern dengan
lingkungan menginginkan proyek ini dibatalkan, dikarenakan pembangunan jalan ini akan menembus
kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang didalamnya terdapat hutan lindung, taman buru
dan suaka margasatwa.
Kontroversi multipihak seperti yang disebutkan di atas menjadi acuan Nabied Maharim, M.PA, M.SM,
untuk memberikan solusi yang bersifat terintegratif pada pembangunan jalan ini. Melalui tulisannya
yang berjudul ‘Ladia Galaska Solusi Alternatif untuk Membuka Isolasi Pedalaman Aceh’, Maharim seakan
ingin melerai pertengkaran pendapat antara pemda dan NGO yang berselisih paham. Pemda yang dalam
hal ini pemda NAD bersikukuh untuk membangun jalan ini dengan alasan pembanguan ekonomi,
sementara NGO lebih berpihak kepada lingkungan (alam). Para NGO yang dipelopori LSM ini berpikir
bahwa pembangunan jalan akan berdampak pada lingkungan, terutama ekosistem di TNGL. Dampak
lingkungan pada dasarnya adalah sebuah perubahan pada komponen lingkungan baik fisik maupun
biologis sebagai konsekuensi logis (akibat) dari aktivitas atau proses (alami maupun buatan) pada suatu
area tertentu dan sekitarnya. Dalam tulisan ini dampak lingkungan yang akan terjadi apabila proyek
pembangunan ini diteruskan diantarnya; banjir, tanah longsor, kekeringan, dan rusaknya tatanan
kehidupan, khusunya flora dan fauna dilindungi yang ada di TNGL.
Dampak lingkungan ini akan berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya, terutama
masyarakat di daerah hilir yang akan menerima dampak seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan.
Tambahan pula, pembangunan jalan ini juga akan berdampak negative terhadap tatanan kehidupan
sosial budaya masyarakat aceh sendiri. Terbukanya akses masyarakat urban ke pedalaman aceh akan
menyebabkan konflik tersendiri. Budaya agresif masyarakat urban akan menjadi bumerang bagi
kehidupan sosial masyarakat pantai barat dan pantai timur NAD, akan terjadi ketimpangan sosial dari dua
masyarakat ini. Sehingga, yang terjadi bukanlah kesejahteraan bagi masyarakat aceh, pembangunan jalan
malahan akan menjadi pemicu konflik, dan yang paling mengkhawatirkan adalah semakin terpicunya
gerakan separatis yang ada di NAD. Gerakan separatis merupakan suatu gerakan yang berusaha untuk
memisahkan diri dari wilayah Negara/pemerintahan yang berdaulat (diakui secara defacto dan de jure).
Gerakan ini terjadi sebagai akibat dari ketidakpuasan kelompok masyarakat atau golongan tertentu
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada mereka. Gerakan
separatis yang terjadi di aceh waktu itu adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ingin memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Solusi terintegratif yang diusulkan Mahrarim akan bermanfaat tidak hanya dalam aspek ekologis, tapi
juga secara ekonomi baik lokal maupun nasional. Dalam skala lokal, pembangunan jalan ladia galaska
akan diiringi oleh pembangunan potensi pariwisata Aceh, dikembangkannnya retribusi air tawar, dan
adanya dana pembangunan dari pemerintah untuk kegiatan konservasi maupun masyarakat NAD secara
umum. Dalam skala nasional, dapat dikembangkannya potensi ekonomi lokal NAD berupa hutan-hutan
hijau yang dapat dijadikan komoditi non-benda dalam dunia perdagangan, terutama carbone trade.
Mekanisme ini akan memicu pemanfaatan Debt for Nature Swap yakni membangun hutan dengan upaya
untuk mendapatkan pengurangan hutang luar negeri melalui jasa hutan berupa penyerapan carbon.
Sehingga, pembangunan jalan ladia galaska ini tidak hanya akan bermanfaat dalam bidang
ekonomi,pembangunan sosial, akan tetapi kelestarian lingkungan juga terus terjaga.
Iklan
REPORT THIS AD
Beri peringkat:
Rate This
Terkait
dalam "opini"
PENGARUH KEGIATAN PERTANIAN DALAM ASPEK SOSIAL, EKOLOGIS DAN SOSIO-EKOLOGIS TERHADAP
PENGELOLAAN KAWASAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
dalam "jurnal"
« Sebelumnya
Berikutnya »
Iklan
REPORT THIS AD
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Nama *
Surel *
Situs Web
Iklan
REPORT THIS AD
Cari
Iklan
REPORT THIS AD
Top Clicks
Tidak ada
Marwa Prinando
62.088 hits
Iklan
REPORT THIS AD
Blogroll
WordPress.com
WordPress.org
Tulisan Terakhir
MARET 2010
S S R K J S M
« Feb Mei »
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
Kategori
Kategori
Langganan Surel
Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan
baru melalui surel.
Tulisan yang dimuat di blog ini, merupakan opini-opini penulis, laporan praktikum penulis, dan karya-
karya penulis yang tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai referensi tulisan ilmiah.
Blog di WordPress.com.
:)