You are on page 1of 7

II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kambing

Kambing merupakan hasil domestikasi dari hewan liar. Penjinakan kambing


diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat selama abad ke-7 sampai ke-9 sebelum
masehi. Awalnya kambing yang dijinakkan untuk diperoleh dagingnya. Kambing
dimanfaatkan sebagai sumber daging pada awalnya. Kambing sebagai hewan perah juga
dianggap hewan yang tertua, jika dipandang dari kemudahannya diperah. Berbagai metode
telah digunakan oleh para peneliti terdahulu untuk menggolongkan kambing sebagai hewan
peliharaan, dengan mendasarkannya pada berbagai sifat seperti fungsi, daerah asal geografis,
serta sikap kepala dan tubuh ketika berjalan (Devendra dan Burns, 1994).

Asal dan Klasifikasi Ternak Kambing

Kingdom : Animalia

Bangsa : Caprini

Famili : Bovidae

Subfamili :Caprinae

Ordo : Artiodactyla

Subordo : Ruminansia

Genus : Capra

Spesies : Capra sp.

(Davendra dan McLeroy, 1982).

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal
secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi.
Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu, maupun
keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki beberapa keunggulannya
antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa
penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak).

Pubertas

Bertambahnya umur, secara fisiologis akan terjadi perubahan hormonal dengan mulai
berfungsinya organ reproduksi (ovarium dan testis). Hal ini diekspresikan dengan munculnya
sifat ketertarikan pada dan/atau menerima secara seksual kehadiran lawan jenisnya
(pubertas). Kemunculan berahi pertama ini dipakai sebagai tanda tercapainya pubertas
(Sutama et al. 1994 ). Kambing jantan tidak memiliki siklus birahi, sehingga kedewasaanya
sulit ditentukan. Sebagai penentu kambing jantan sudah dewasa kelamin adalah jika kambing
jantan mulai suka menaiki kambing lainya. Jika patokan dewasa kelamin didasarkan dengan
umur, pada umur 8 bulan kambing sudah bisa digunakan sebagai pejantan (Shodiq dan
Abidin, 2008).

Birahi

Siklus birahi adalah sebuah siklus dalam kehidupan kambing betina yang sudah
dewasa dan setiap siklus akan diakhiri dengan proses ovulasi (keluarnya sel-sel telur untuk
dibuahi). Perkawinan dapat menghasilkan kebuntingan bila dilakukan pada saat kambing
betina dalam keadaan birahi. Kambing betina birahi pertama pada saat umur 6 – 8 bulan
tetapi belum dapat dikawinkan menunggu dewasa tubuh pada umur 10 – 12. Sedangkan
kambing jantan sebaiknya dikawinkan setelah umur 12 bulan. Tanda – tanda birahi pada
kambing betina antara lain : Gelisah, tidak nafsu makan, ekor dikibas – kibaskan serta terus –
menerus mengembik, Alat kelamin bengkak, berwarna merah serta mengeluarkan sedikit
lendir bening dan masa birahi berlangsung selama 24 – 45 jam dan akan terulang dengan
siklus 18 – 20 hari (Shodiq dan Abidin, 2008).

Perkawinan

Perkawinan alami adalah perkawinan yang terjadi karena adanya kontak fisik antara
pejantan dengan betina, artinya seluruh proses perkawinan menggunakan pejantan dalam
membuahi betina yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta sudah birahi (keinginan
untuk kawin) (Setiawan dan Tanius, 2008).

Cross breeding (kawin silang)


Persilangan (crossbreeding) saat ini masih merupakan salah satu metode yang relevan
dilakukan dalam rangka memperbaiki potensi genetik suatu rumpun ternak, termasuk
kambing (Mukherjee, 1992).

Secara teknis persilangan dilakukan dengan maksud : penggabungan beberapa sifat


yang semula terdapat pada dua bangsa yang berbeda ke dalam satu bangsa silangan,
pembentukan bangsa baru, grading up dan pemanfaatan heterosis (Hardjosubroto, 1994).

Kebuntingan

Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi kelahiran
(Frandson, 1992). Menurut Jainudeen dan Hafez (2000), diagnosa kebuntingan dini perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau
IB sehingga waktu produksi yang hilang kerena infetilitas dapat ditekan dengan penanganan
yang cepat, pertimbangan apabila ternak harus dijual, menekan biaya breeding program yang
menggunakan teknik hormonal yang mahal dan mambantu manajemen ternak yang
ekonomis. Kebuntingan pada ternak kambing berlangsung selama 150-152 hari atau ± 5
bulan.
Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut :

 Tidak munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya

 Lebih tenang dan menghindar jika dinaiki temannya

 Ambing tampak menurun dan nafsu makan bertambah

 Perut sebelah kanan terlihat membesar

 Bulu tampak lebih mengkilat (klimis)

PEMBAHASAN

Pemilihan Bibit

Ternak kambing dalam pemeliharaannya akan melakukan perkembiakan. Agar


perkembiakan dapat berlangsung sukses dan menghasillkan anakan yang baik. Memilih bibit
kambing sabagai calon Indukan yang baik merupakan kunci utama pemeliharaan kambing.
Induk kambing betina yang bertubuh besar pada umumnya dapat menghasilkan susu yang
lebih banyak.

Hal pokok yang harus diperhatikan dalam memilih induk betina adalah calon induk
harus sehat, tampak bersemangat, aktif bergerak, kepala selalu tegak, mata bercahaya,
pertumbuhan bagus, rambut dan bulunya mengilab dan bebas dari cacat tubuh menurun.

Bibit merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan usaha pengembiakan


ternak kambing secara komersial. Berikut adalah beberapa kriteria calon induk jantan dan
betina yang baik dalam melakukan pembibitan kambing.

Syarat Calon Induk Betina

Pemilihan calon induk betina bertujuan agar hasil anakan yang diperoleh memiliki sifat-sifat
yang baik. Berikut adalah beberapa persyaratan dalam memilih calon induk.

o Calon Bibit yang dibeli berasal langsung dari peternak.

o Ukuran badan besar, tapi terlalu gemuk. Bentuknya kompak, dada dalam dan
lebar, garis punggung dan pinggang lurus. Bulu bersih dan mengkilap.

o Keempat kaki lurus terlihat kokoh, serta tumit tinggi.

o Umur lebih dari satu tahun dan telah mengalami berahi sebelum sebelum umur
satu tahun.

o Bentuk dan ukuran alat kelamin normal, ambingnya tidak terlalu menggantung,
isinya kenyal, tidak terinfeksi, serta puting susu berjumlah dua dengan ukuran dan
posisi simetris.

o Tidak ada cacat di bagian tubuhnya. Misalnya di telinga, mulut, ekor, atau hidung.
Selain itu, mata tidak rabun atau buta yang dapat dicek dengan mendekatkan jari
pada mata. Bila tidak ada kedipan, berarti ternak tersebut buta atau rabu.

o Mempunyai sifat keibuan yang terlihat dari tingkat kejinakkan ternak dan sorot
mata yang ramah
o Bedasarkan buku catatan, pilih domba atau kambing yang lahir kembar, atau
kelahiran tunggal yang berasal dari induk muda dan mempunyai pertumbuhan
yang baik.

o Jumlah gigi dipilih yang lengkap dengan rahang atas dan rahang bawah rata.
Tujuannya agar induk dapat memamah biak dengan baik

Syarat Calon Induk Jantan

Sebelum mengawinkan, harus dipilih terlebih dahulu calon induk jantan yang baik, seperti
dari postur tubuh dan beberapa criteria lainnya. Dengan demikian, anakan yang dilahirkan
juga memiliki sifat yang sama dengan induknya. Berikut adalah Kriteria pejantan yang harus
diperhatikan.

o Ukuran badan normal, tubuh panjang, dan besar, bentuk perut normal, dada dalam
dan lebar, kaki kokoh, lurus kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki,
mata tidak rabun atau buta.

o Pertumbuhannya relatif cepat

o Gerakannya lincah dan terlihat ganas.

o Alat kelamin normal dan simetriss serta sering terlihat ereksi.

o Tidak pernah mengalami penyakit yang serius.

o Umurnya antar 1,5-5 tahun.

o Pilih Calon pejantan yang berasal dari dari kelahiran kembar dan berasal dari
induk dengan jumlah anak lahir lebih dari dua ekor. Bila berasal dari kelahiran
tunggal, pilih pejanntan yang berasal dari induk dengan jumlah anak hanya satu
ekor.

Untuk mendukung keberhasilan dalam pemilihan calon bibit, sebaiknya diperlukan


buku catatan. Dalam buku catatan tersebut juga dicatat penyakit yang pernah diderita,
terutama penyakit kronis. Adapun ciri-ciri cacat tubuh pada kambing, yaitu sebagai berikut :

o Rahang atas dan bawah tidak rata


o Tanduk melingkar menusuk kepala/leher
o Testis hanya 1 atau 2 asimetris
o Ada infeksi atau pembengkakan pada ambing
o Kaki X atau pengkor
o Buta atau rabun
o Majir atau mandul

Dewasa kelamin

Dewasa kelamin, yaitu saat ternak kambing memasuki masa birahi yang pertama kali
dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat kambing berumur 6-8
bulan, baik pada jantan maupun yang betina. Adapun ciri-ciri dewasa kelamin pada kambing
sebagai berikut :

o Ternak jantan ditandai kesanggupan melakukan perkawinan dan menghasilkan


sperma
o Ternak betina dicerminkan dengan terjadinya estrus dan ovulasi
o Pubertas pertama umur 6-12 bulan
o Ternak dikawinkan antara umur 15-19 bulan
o Pejantan dapat melakukan perkawinan 4-5 kali/hari.

TANDA-TANDA BIRAHI PADA KAMBING BETINA

- Gelisah
- Alat kelamin bagian luar bengkak, basah, merah dan hangat.
- Ekor digerak-gerakan.
- Diam bila dinaiki oleh pejantan.
- Nafsu makan berkurang.

Lama berahi sekitar 30 jam, sedangkan siklus birahi sekitar 17 hari.

Dapus

Devendra dan Burns. 1994. Produksi Kambing di daerah Tropis.Penerbit ITB.Bandung.

Devendra, C. And G.B. McLeroy. 1982. Goat and sheep Production in the Tropic. Longman,
New York.
Sutama, I K. 1994. Puberty and early reproductive performance of “peranakan etawah”
goat.p.233-234. Proc. 7th AAAP Animal Science Congress, Bali-Indonesia, 11-16 July
1994.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setiawan.T. dan A. Tanius. 2008. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.

MUKHERJEE, T.K. 1992. Improvement of Goats in the Tropics through Genetic and
Biotechnological Methods. In: R.R. LOKESHWAR (Ed.) Pre-Conference Proc.
Plenary Papers and Invited Lectures. V International Conference on Goats, New
Delhi, India, 2−8 March 1992. International Goat Association. pp. 26−36.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Gramedia. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Jainudeen, M. R., H. Wahid and E. S. E, Hafez. 2000. Sheep and Goats. In : E.S.E, Hafez
(Ed.). Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. Lea and Febiger. Philadelphia. Hal.
172-191.

You might also like