Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANSIETAS
a) Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional
yang tejadi antara dua elemen kepribadian–id dan superego. Id
memiliki dorongan perasaan dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik. Orang
dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku yang lain
menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari dari kepedihan.
Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
d) Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Teori Biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma
neuroregulator ( GABA ) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana
halnya dengan endorphin. Terdapat beberapa sistem neurotransmiter
yang berperan yaitu seroninergik dan noradrenergik. Selain itu telah
dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai faktor predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stresor.
1. Gangguan fobia
Fobia adalah perasaan ketakutan terhadap sesuatu benda atau situasi
tertentu sehingga orang akan selalu berusaha menghindarkan diri. Fobia beda
dengan gangguan kecemsan umum kerana fobia memiliki respon takut yang
2. Gangguan panik
Kecemasan yang ditandai dengan serangan singkat atau tiba-tiba.
Penderita ini sangat mudah rasa cemas dan cenderung khawatiran. Biasanya
akan mengarah ke gementar, kebingungan, pusing, mual, dan kesulitan
bernafas. Serangan panik ini muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya
setelah 10 menit, tetapi ada juga yang dapat berlangsung selama berjam-jam.
Gangguan panik biasanya terjadi setelah pengalaman menakutkan atau stress
yang berkepanjangan, tetapi bisa juga secara spontan. Bagi penderita ini
biasanya akan mengkonsumsi minuman alkohol, menelan obat-obatan dan
secara sedar selalu akan menghindari situasi yang akan menimbulkan panik
sebagai usaha untuk tenangkan diri (Yates, 2012).
5. Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran atau tindakan yang
berulang-ulang bersamaan timbulnya perasaan was-was dan keraguan tentang
apa yang dikerjakan. Individu seperti ini akan melakukan tindakan berulang-
ulang untuk menghilangkan kecemasan yang timbul. Penderita sadar bahwa
pikiran dan perbuatannya tidak dapat diterima nalar dan logika yang sehat,
tetapi ia tidak dapat menghilangkannya, jika tidak melakukannya akan timbul
kecemasan (Yates, 2012).
a. Cemas ringan :
Biasanya berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa dalam
kehidupan seharian yang normal. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar
dan individu akan lebih berhati-hati. Individu terdorong untuk belajar
menghasilkan perhubungan dan kreativitas. Kebiasannya ditandai dengan
sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, muka berkerut, dan
bibir bergetar.
c. Cemas berat :
Lapangan persepsi sangat sempit. Seseorang lebih sering memikirkan
hal yang kecil sahaja dan mengabaikan hal yang penting. Hal ini membuatkan
seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
penyerahan tuntutan dari orang lain. Kebiasaan ditandai dengan nafas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, ketegangan, dan
perasaan cepat terancam.
d. Panik :
Pada tahap ini persepsinya telah terganggu sehingga individu tidak
dapat mengendalikan dirinya lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun diberi pengarahan. Ditandai dengan sakit dada, pucat, tidak dapat
berpikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, dan persepsi kacau.
i. Jenis kelamin :
Perempuan lebih mungkin untuk didiagnosis dengan gangguan kecemasan
dibanding lelaki. Menurut Kessier et al., (1994) rasio antara perempuan
dibanding lelaki untuk gangguan ansietas adalah 3:2 (Yates, 2012)
ii. Trauma sewaktu kecil
iii. Stress kerana penyakit :
Memikir kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat menyebabkan
kekhawatiran.
iv. Stress penumpukkan :
Sebuah peristiwa besar atau penumpukan situasi kehidupan yang penuh stress
yang dapat picu kecemasan yang berlebihan,
v. Keturunan dari keluarga dengan riwayat ansietas
vi. Penyalahgunaan obat-obat atau alkohol
2.2.1. Definisi
2) Faktor genetik
Depresi lebih sering terjadi pada orang yang dalam anggota
keluarganya juga memiliki kondisi ini. Pada penelitian anak kembar
terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah
50% sedangkan dizigot 10-25%.
3) Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan:
Suatu pengamatan klinik menyatakan bahawa peristiwa atau kejadian
yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan depresi.
Faktor keperibadian premorbid:
Tipe keperibadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik
mempunyai resiko besar mengalami depresi.
Faktor psikoanalitik dan psikodinamik:
Freud menyatakan suatau hubungan dimana kemarahan pasien depresi
diarahkan kepada diri sendri kerana mengidentifikasikan terhadap objek
yang hilang. Freud percaya bahawa introjeksi merupakan suatu cara ego
3) Gangguan bipolar
Disebut sebagai manik-depresi dimana ditandai dengan perubahan siklus
mood dari tertinggi berat (mania), atau tertinggi ringan (hypomania) ke
posisi terendah berat (depresi). Selama fase manik, seseorang bisa
mengekspresikan secara abnormal atau berlebihan kegembiraan, mudah
marah, kebutuhan tidur kurang, peningkatan berbicara, meningkat energi,
dan perilaku sosial tidak pantas. Selama fase depresi, seseorang
mengalami gejala yang sama seperti penderita depresi berat. Perubahan
situasi dari manik ke depresi sering bertahap, meskipun kadang-kadang
dapat terjadi secara tiba-tiba.
Beberapa gejala depresi pada anak-anak dan remaja yang sedikit berbeda
dengan dewasa, yaitu :
I. Pada anak yang lebih muda, gejala depresi termasuk kesedihan,
lekas marah, putus asa, dan khawatir.
II. Pada remaja dapat mencakup kecemasan, hindari interaksi sosial,
sering juga terjadi perubahan dalam pemikiran dan pola tidur.
III. Tugasan sekolah juga bisa menimbulkan depresi pada anak-anak
dan remaja.
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
0 – 13 = depresi minimal
20 – 28 = depresi sedang
29 – 63 = depresi berat
Karya ilmiah merupakan hasil atau keluaran dari suatu kegiatan penelitian
ilmiah. Karya ilmiah inilah yang nantinya akan dipublikasi dalam bentuk karya tulis
ilmiah. Tulisan ilmiah merupakan tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang
dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode
ilmiah adalah :