You are on page 1of 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANSIETAS

Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa


tidak aman, kekhawatiran, yang timbul kerana dirasakn akan mengalami kejadian
yang tidak menyenangkan. Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan
dihayati disertai pelbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi seseorang
(Mansjoer, 1999).
Kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang dihadapi. Suatu perasaan
yang menyakitkan bagi kecemasan, seperti gelisah, kebingungan dan sebagainya yang
berhubung dengan aspek subyektif emosi. Kerna itu disepanjang perjalanan hidup
manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas tetap ada ( Lazarus,
1991) .
Menurut American Psychological Association (APA) kecemasan adalah
emosi yang ditandai dengan perasaan ketegangan, pikiran cemas dan perubahan fisik
seperti tekanan darah meningkat. Orang dengan gangguan kecemasan biasanya
memiliki gangguan pikiran atau masalah yang berulang. Mereka mungkin
menghindari situasi tertentu dari khawatir. Mereka juga memiliki gejala fisik seperti
berkeringat, gementar, pusing atau detak jantung yang cepat.
Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau ansietas adalah
efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan
ketakutan yang timbul kerana dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan
tetapi tidak disadari oleh bersangkutan.
Maka disini disimpulkan bahwa ansietas adalah perasaan ketakutan dan
kekhawatiran dari respon emosi dimana keperibadiannya masih utuh serta perilaku
sedikit terganggu tetapi masih dalam batas normal.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2. Etiologi Kecemasan

Berbagai teori dikembangkan untuk menjelaskan tentang faktor predisposisi


kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998 )

a) Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional
yang tejadi antara dua elemen kepribadian–id dan superego. Id
memiliki dorongan perasaan dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik. Orang
dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.

c) Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku yang lain
menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari dari kepedihan.
Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa

Universitas Sumatera Utara


dengan kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan
lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

d) Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

e) Teori Biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma
neuroregulator ( GABA ) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana
halnya dengan endorphin. Terdapat beberapa sistem neurotransmiter
yang berperan yaitu seroninergik dan noradrenergik. Selain itu telah
dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai faktor predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stresor.

2.1.3. Tipe – tipe Gangguan Ansietas

Gangguan kecemasan meliputi:

1. Gangguan fobia
Fobia adalah perasaan ketakutan terhadap sesuatu benda atau situasi
tertentu sehingga orang akan selalu berusaha menghindarkan diri. Fobia beda
dengan gangguan kecemsan umum kerana fobia memiliki respon takut yang

Universitas Sumatera Utara


diidentifikasi dengan penyebab spesifik. Fobia biasanya dihubungkan dengan
berbagai rangsangan seperti situasi, binatang atau benda sehari-hari. Fobia ini
terbahagi dalam 3 macam, yaitu: (1) Fobia simple, biasanya pada binatang,
ketinggian, tempat gelap dan lain-lain. (2) Fobia sosial, sama seperti
kecemasan sosial, yaitu kecemasan yang tidak rasional kerana adanya orang
lain. (3) Agrofobia , yaitu ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat umum
(Yates, 2012).

2. Gangguan panik
Kecemasan yang ditandai dengan serangan singkat atau tiba-tiba.
Penderita ini sangat mudah rasa cemas dan cenderung khawatiran. Biasanya
akan mengarah ke gementar, kebingungan, pusing, mual, dan kesulitan
bernafas. Serangan panik ini muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya
setelah 10 menit, tetapi ada juga yang dapat berlangsung selama berjam-jam.
Gangguan panik biasanya terjadi setelah pengalaman menakutkan atau stress
yang berkepanjangan, tetapi bisa juga secara spontan. Bagi penderita ini
biasanya akan mengkonsumsi minuman alkohol, menelan obat-obatan dan
secara sedar selalu akan menghindari situasi yang akan menimbulkan panik
sebagai usaha untuk tenangkan diri (Yates, 2012).

3. Gangguan kecemasan umum


Gangguan kronis yang ditandai dengan kelebihan, kecemasan yang
bertahan lama dan kekhawatiran tentang kejadian yang tidak spesifik dalam
kehidupan, benda dan situasi. Penderita ini sering merasa takut dan khawatir
tentang kesehatan, uang, keluarga, pekerjaan atau sekolah, bahkan mereka
mengalami kesulitan untuk identifikasi rasa takut tertentu dan kendalikan
kekhawatirannya (Yates, 2012).

Universitas Sumatera Utara


4. Stress pasca trauma
Kecemasan yang dihasilkan dari trauma sebelumnya yaitu kejadian
yang mengancam keselamatan jiwa. Misalnya, perkosaan, pertempuran militer
atau kecelakaan serius. Reaksi penderita traumatik berupa ketakutan hebat,
cemas, depresi, mudah terkejut dan lain-lain (Yates, 2012).

5. Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran atau tindakan yang
berulang-ulang bersamaan timbulnya perasaan was-was dan keraguan tentang
apa yang dikerjakan. Individu seperti ini akan melakukan tindakan berulang-
ulang untuk menghilangkan kecemasan yang timbul. Penderita sadar bahwa
pikiran dan perbuatannya tidak dapat diterima nalar dan logika yang sehat,
tetapi ia tidak dapat menghilangkannya, jika tidak melakukannya akan timbul
kecemasan (Yates, 2012).

2.1.4. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam Videbeck (2008) ada 4 tingkat kecemasan, dimana


setiap tingkatan mempunyai karakteristik dalam persepsi yang berbeda, yaitu:

a. Cemas ringan :
Biasanya berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa dalam
kehidupan seharian yang normal. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar
dan individu akan lebih berhati-hati. Individu terdorong untuk belajar
menghasilkan perhubungan dan kreativitas. Kebiasannya ditandai dengan
sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, muka berkerut, dan
bibir bergetar.

Universitas Sumatera Utara


b. Cemas sedang :
Lapangan persepsi pada masalah turun dimana individu lebih fokus
pada hal-hal yang penting pada saat itu dan mengesampingkan perkara yang
tidak penting. Ditandai dengan sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, gelisah, susah tidur, dan perasaan tidak enak.

c. Cemas berat :
Lapangan persepsi sangat sempit. Seseorang lebih sering memikirkan
hal yang kecil sahaja dan mengabaikan hal yang penting. Hal ini membuatkan
seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
penyerahan tuntutan dari orang lain. Kebiasaan ditandai dengan nafas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, ketegangan, dan
perasaan cepat terancam.

d. Panik :
Pada tahap ini persepsinya telah terganggu sehingga individu tidak
dapat mengendalikan dirinya lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun diberi pengarahan. Ditandai dengan sakit dada, pucat, tidak dapat
berpikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, dan persepsi kacau.

2.1.5. Gejala-gejala Ansietas

Gejalanya bervariasi tergantung pada jenis gangguan kecemasan yang


dihadapi, tetapi gejala umum termasuk (Katz, 2012) :

a) Perasaan panik, ketakutan dan kegelisahan


b) Tidak terkendali, pikiran obsesif
c) Pikiran berulang dari pengalaman traumatik
d) Mimpi buruk

Universitas Sumatera Utara


e) Gangguan tidur
f) Tangan atau kaki dingin atau berkeringat
g) Sesak nafas
h) Palpitasi
i) Sulit konsentrasi
j) Pusing
k) Mual
l) Tegang otot
m) Tidak mampu berdiam atau tenang
n) Mudah lelah
o) Mati rasa atau kesemutan di tangan dan kaki

2.1.6. Faktor resiko

Faktor ini dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan, antaranya


adalah (MFMER, 2012) :

i. Jenis kelamin :
Perempuan lebih mungkin untuk didiagnosis dengan gangguan kecemasan
dibanding lelaki. Menurut Kessier et al., (1994) rasio antara perempuan
dibanding lelaki untuk gangguan ansietas adalah 3:2 (Yates, 2012)
ii. Trauma sewaktu kecil
iii. Stress kerana penyakit :
Memikir kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat menyebabkan
kekhawatiran.
iv. Stress penumpukkan :
Sebuah peristiwa besar atau penumpukan situasi kehidupan yang penuh stress
yang dapat picu kecemasan yang berlebihan,
v. Keturunan dari keluarga dengan riwayat ansietas
vi. Penyalahgunaan obat-obat atau alkohol

Universitas Sumatera Utara


2.2. DEPRESI

2.2.1. Definisi

Menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati yang patologis


sifatnya. Biasanya timbul oleh ; sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendri dan
trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka disebut melankolik.
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku)
seseorang. Pada umumnya perasaan yang secara dominan muncul adalah perasaan
yang tidak berdaya dan kehilangan harapan (Rice PL, 1999).
Kasumanto (1981) menyatakan depresi adalah suatu perasaan sedih yang
psikopatologis yang disertai perasaan sedih, hilang minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah
yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit sahaja, dan kurang akitvitas. Depresi
dapat merupakan suatu gejala atau kumpulan gejala (sindroma).
Menurut American Psychological Association (APA), depresi adalah
gangguan mental yang umum lebih sekadar kesedihan. Orang dengan depresi
mungkin mengalami kurangnya minat dan kesenangan dalam kegiatan sehari-hari,
berat badan turun atau meningkat, insomnia atau tidur berlebihan, kurangnya
energy, ketidakmampuan untuk konsentrasi, perasaan tidak berharga atau bersalah
berlebihan dan pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa depresi
adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa putus asa, sedih, tidak termotivasi
atau tidak tertarik pada kehidupan secara umum. Ketika perasaan ini berlangsung
selama periode waktu singkat, mungkin dikenali sebagai kasus “the blues”. Tapi
ketika perasaan seperti berlangsung selama lebih dari 2 minggu dan ketika
perasaan mengganggu aktivitas seharian kemungkinan episode depresi utama.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Penyebab Depresi
Menurut Kaplan dalam Tarigan (2003), faktor-faktor yang dihubungkan
dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologis, faktor genetik, dan faktor
psikososial.
1) Faktor biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan
dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
depresi. Beberapa peneliti juga menemukan bahawa gangguan depresi
melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan
hipotalamus.

2) Faktor genetik
Depresi lebih sering terjadi pada orang yang dalam anggota
keluarganya juga memiliki kondisi ini. Pada penelitian anak kembar
terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah
50% sedangkan dizigot 10-25%.

3) Faktor psikososial
 Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan:
Suatu pengamatan klinik menyatakan bahawa peristiwa atau kejadian
yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan depresi.
 Faktor keperibadian premorbid:
Tipe keperibadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik
mempunyai resiko besar mengalami depresi.
 Faktor psikoanalitik dan psikodinamik:
Freud menyatakan suatau hubungan dimana kemarahan pasien depresi
diarahkan kepada diri sendri kerana mengidentifikasikan terhadap objek
yang hilang. Freud percaya bahawa introjeksi merupakan suatu cara ego

Universitas Sumatera Utara


untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. Depresi sebagai suatu
efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan
kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyedari bahawa mereka tidak
hidup sesuai denganyang dicita-citanya akan mengakibatkan mereka putus
asa.
 Teori kognitif:
Asikal H.S, dalam Tarigan (2003) telah mengidentifikasikan 3 pola
kognitif utama yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu:
a) pandangan negatif pada masa depan
b) pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu anggap dirinya tidak
mampu, bodoh, pemalas, dan tidak berharga.
c) pandangan negatif terhadap pengalaman hidup

2.2.3. Tipe-tipe Gangguan Depresi


Terdapat 3 tipe dari gangguan depresi, yaitu (Grohol, 2006) :
1) Gangguan depresi mayor
Menurut Institut Nasional Kesehatan Mental, penyakit depresi ini
ditandai dari kombinasi gejala yang menganggu kemampuan untuk
bekerja, tidur, belajar, makan, dan menikmati kegiatan yang
menyenangkan. Kebiasaanya akan merasa sedih, kesepian atau putus asa
selama beberapa hari. Tetapi depresi berat berlangsung lama dan dapat
mencegah dari berfungsi normal. Sebuah episode depresi klinis mungkin
terjadi hanya sekali dalam seumur hidup tetap lebih sering ia berulang
spanjang hidup seseorang. Selain itu, dengan depresi berat, salah satu
gejala harus berupa mood depresi atau kehilangan minat. Gejala ini hadir
biasanya dalam sehari atau hampir setiap hari paling kurang 2 minggu.
Gejala tidak bisa kerana efek langsung dari suatu zat seperti

Universitas Sumatera Utara


penyalahgunaan narkoba, obat-obat atau dalam kondisi medis seperti
hipotiroidisme.
2) Depresi kronis
Dikenal juga sebagai „dysthymia‟, ditandai dengan gejala jangka
panjang (2 tahun atau lebih) yang mungkin tidak cukup parah untuk
menonaktifkan seseorang, tetapi dapat mencegah fungi normal atau
perasaan baik. Orang dengan disaritmia mungkin pernah mengalami satu
atau lebih episode depresi berat selama hidupnya.

3) Gangguan bipolar
Disebut sebagai manik-depresi dimana ditandai dengan perubahan siklus
mood dari tertinggi berat (mania), atau tertinggi ringan (hypomania) ke
posisi terendah berat (depresi). Selama fase manik, seseorang bisa
mengekspresikan secara abnormal atau berlebihan kegembiraan, mudah
marah, kebutuhan tidur kurang, peningkatan berbicara, meningkat energi,
dan perilaku sosial tidak pantas. Selama fase depresi, seseorang
mengalami gejala yang sama seperti penderita depresi berat. Perubahan
situasi dari manik ke depresi sering bertahap, meskipun kadang-kadang
dapat terjadi secara tiba-tiba.

2.2.4. Gejala Gangguan Depresi


Terdapat beberapa gejala gangguan depresi yang umum, yaitu
(Grohol, 2006):
a) Perasaan sedih atau tidak bahagia
b) Cepat marah dan mudah putus asa bahkan atas hal-hal yang kecil
c) Kehilangan minat dalam aktivitas normal
d) Insomnia atau tidur berlebihan

Universitas Sumatera Utara


e) Perubahan nafsu makan : biasanya depresi bisa menyebabkan
orang kurang nafsu makan dan berat badan turun, tetapi ada juga
yang sebaliknya
f) Kegelisahan : misalnya mundar mandir, tidak mampu daduk diam
g) Lambat berfikir, bicara dan gerakan tubuh
h) Keraguan dan penurunan konsentrasi
i) Kelelahan dan berkurangnya energi
j) Perasaan diri tidak berharga atau bersalah
k) Sulit berfikir, buat keputusan dan ingat hal-hal tertentu
l) Menangis tanpa alasan yang jelas
m) Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap
pengobatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit
kronis

Beberapa gejala depresi pada anak-anak dan remaja yang sedikit berbeda
dengan dewasa, yaitu :
I. Pada anak yang lebih muda, gejala depresi termasuk kesedihan,
lekas marah, putus asa, dan khawatir.
II. Pada remaja dapat mencakup kecemasan, hindari interaksi sosial,
sering juga terjadi perubahan dalam pemikiran dan pola tidur.
III. Tugasan sekolah juga bisa menimbulkan depresi pada anak-anak
dan remaja.

2.2.5. Faktor Resiko


Depresi sering dimulai pada remaja 20an atau 30an, tetapi bisa terjadi pada
usia berapa pun. Dua kali lebih banyak perempuan dibanding lelaki yang
didiagnosis dengan depresi, hal ini mungkin kerana perempuan lebih sering
mencari pengobatan untuk depresi (MFMER, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Meskipun penyebab pasti dari depresi belum diketahui, para peneliti telah
mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko
terjadinya derpresi termasuklah :

a) Mempunyai keturunan dalam keluarga yang mengalami depresi


b) Seorang wanita
c) Mengalami pengalaman traumatik sebagai seorang anak
d) Mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stress
e) Memiliki anggota keluarga atau teman yang sedang depresi
f) Baru setelah melahirkan (postpartum depresi)
g) Memiliki penyakit serius : seperti kanker, diabetis atau HIV/AIDS
h) Memiliki ciri keperibadian tertentu seperti harga diri yang rendah
dan sering tergantung pada orang lain.
i) Salah guna narkoba, alkohol, atau obat terlarang

2.3. Alat Pengukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah


ringan,sedang, berat, atau panik dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang
dikenal dengan nama The Beck Anxiety Inventory (BAI). Alat ukur ini terdiri dari
pilihan ganda 21-item yang mengukur kecemasan pada orang dewasa dan remaja.
Bisa digunakan antra umur 17-80 tahun. Masing-masing kelompok gejala diberi
penilaian angka (score) antra 0-3 yang artinya adalah :

0 = tidak ada gejala

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

Universitas Sumatera Utara


The Beck Anxiety Inventory (BAI) hanya membutuhkan tingkat dasar membaca dan
dapat diselasaikan dalam waktu 5-10 menit. Instrumen ini dapat diberikan dan dinilai
oleh para profesional, tetapi harus ditafsirkan hanya oleh para professional dengan
pelatihan klinis yang tepat dan berpengalaman. Masing –masing nilai angka (score)
dari kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil perjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai (score) : 0-7 = kecemasan ringan

8-15 = kecemasan ringan sedang

16-25 = kecemasan sedang

26-63 = kecemasan berat

2.4. Alat Pengukur Depresi

Bagi mengukur derajat depresi seseorang sama ada mengalami gangguan


depresi atau tidak dengan menggunakan alat ukur yang dikenal sebagai The Beck
Depression Inventory (BDI). Alat ukur ini yang pertama telah dikeluarkan pada tahun
1961, kemudian telah dihasilkan alat ukur kedua yaitu (BDI-1A) pada tahun 1978 dan
yang terakhir dihasilkan (BDI-II) pada tahun 1996. Maka dalam penilitian ini akan
digunakan alat ukur (BDI-II) dimana mempunyai 21-item persoalan berdasarkan
gejala. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) 0-3. Total nilai
(score) :

0 – 13 = depresi minimal

14 -19 = depresi ringan

20 – 28 = depresi sedang

29 – 63 = depresi berat

Universitas Sumatera Utara


2.5. Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah merupakan hasil atau keluaran dari suatu kegiatan penelitian
ilmiah. Karya ilmiah inilah yang nantinya akan dipublikasi dalam bentuk karya tulis
ilmiah. Tulisan ilmiah merupakan tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang
dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode
ilmiah adalah :

1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah


2. Menyusun kerangka pemikiran
3. Merumuskan hipotesis
4. Menguji hipotesis secara emperik
5. Manarik kesimpulan

2.5.1. Penelitian Kesehatan

Penelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada


masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.
Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang utama, yaitu yang pertama,
kesehatan individu yang sedang mengalami masalah kesehatan atau sakit, serta
berorientasikan klinis/pengobatan dan rehabilitasi yang disebut kedokteran. Sub
bidang yang kedua, berorietasikan pada kesehatan kelompok atau masyarakat yang
sehat agar tetap sehat, dan bersifat pencegahan dan peningkatan, yang disebut
kesehatan masyarakat. Sub bidang kesehatan masyarakat ini pun terdiri dari berbagai
komponen, seperti epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, gizi
masyarakat dan sebagainya. Kedua sub bidang ini masing-masing mempunyai gejala
dan masalah yang berbeda, yang memerlukan penelitian (Notoatmodjo, 2010)

Universitas Sumatera Utara


2.5.2. Jenis Penelitian Kesehatan

Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian kesehatan dapat digolongkan


menjadi dua kelompok besar, yakni (Notoatmodjo, 2010):

1. Metode Penelitian Survei (Survey Research Method)


Penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan
intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut
penelitian non eksperimen. Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap
seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari
populasiyang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari
penelitian tersebut merupakan hasil dari keseluruhan.
Penelitian survei digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survei
bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian survei deskriptif adalah untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau
masyrakat. Sering juga disebut sebagai penelitian penjelajahan (exploratory
study). Dalam survei diskriptif pada umumnya penelitian menjawab pertanyaan
bagaimana (how). Sedangkan survei analitik untuk menjelaskan suatu keadaan
atau situasi. Pada umumnya berusaha menjawab pertanyaan mengapa (why), oleh
sebab itu disebut penelitian penjelasan (explanatory study).

2. Metode Penelitian Eksperimen


Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, penelti melakukan percobaan
atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau
pengaruh percobaan tersebut pada dependen variabel. Penelitian eksperimental ini
bertujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intervensi. Ciri
khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial atau
intervensi.

Universitas Sumatera Utara

You might also like