You are on page 1of 4

TUGAS DISASTER

HASIL PEMBAHASAN JURNAL DISASTER SAFETY PATIENT AND RESCURE

Evacuation of Hospitals during Disaster, Establishment of a Field Hospital, and


Communication

Dosen Pembimbing : Ratna Puji P, S.Kep.,Ns., M.SN

Di Susun Oleh :

USHA MEILASARI

(151001042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2018/2019
Evakuasi adalah Memindahkan/ mengosongkan rumah sakit baik seluruh maupun
sebagian dari lingkungan yang tidak aman bagi pasien dan keluarga pasien dengan mentransfer
pasien dan keluarga ke tempat yanng lebih aman. Evakuasi dalam rumah sakit dibedakan
menjadi 2 yaitu evakuasi internal (sebagian) yaitu dengan mengevakuasi sebagian pasien,
keluarga dan dokument penting yang terpengaruh oleh bencana evakuasi terdapat 2 metode
dalam mengevakuasi ini dengan memindahkan pasien ke lantai atas atau bangunan yang lebih
tinggi atau sebaliknya ( misalnya pada bencana banjir dan kerusakan atap rumah sakit ) sedang
kan evakuasi horisontal adalah evakuasi yang dilakukan di beberapa lantai atau seluruh blok
terkena dampak bencana seperti kebakaran, ledakan, atau bagunan runtuh yang sudah di
kendalikan oleh rumah sakit. Evakuasi Eksternal (Lengkap ) yaitu mentransfer atau
memindahkan pasien ke tempat yang sudah di tentukan dikarenakan keadaan rumah sakit yang
telah rusak parah akibat bencana yang dapat mengancam pasien dan keluarga. Dalam evakuasi
terdapat keputusan untuk evakuasi (Discharge Decision ) diputuskan oleh pimpinan pusat.
Dalam Discharge Desition jika ada bahaya yang tidak dapa di hindarkan maka dilakukan
pengambilan keputusan kegawatdaruratan (Emergency Discharge ), jika ada bahaya tapi masih
dihindari maka dapat dilakukan kontrol panik setelah dilakukan kontrol panik dilanjutkan
persiapan untuk pemberian Discharge Desition (keputusan evakuasi korban) setelah dilakukan
Discharge Desition lakukan pengawasan dan kontrol Discharge. Kemudian pasien di
pindahkan ketempat aman berdasarkan prioritas yang telah di tetapkan : priotitas pertama ialah
anak kecil dan bayi, pasien yang tidak tergantung dengan mesin dan dapat berjalan (untuk
menmpercepat evakuasi di bentuk kelompok dan masing-masing terdapat komando untuk
memberikan arah jalan keluar ke arah yang tepat pada pasien dengan meneriakkan “ Semua
orang yang bisa berjalan ikuti saya”). Prioritas ke 2 adalah pasien yang di bantu dengan kursi
roda atau walker. Prioritas ke 3 yaitu pasien yang membutuhkan tandu untuk transpotnya,
prioritas 4 : semua pasien yang berada di ICU, prioritas 5 : pasien dengan masalah penyakit
paling sedikit untuk harapan hidupnya.
Tenda yang telah di sediakan di tempat aman harus menyediakan peralatan yang di
perlukan bagi pengungsi. Dengan memanfaatkan fasilitas rumah sakit yang masih bisa
digunakan dan berfungsi dengan baik yang didukung oleh tim kesehatan yang mampu, hal ini
dapat digunakan untuk menekan pengeluaran sumber daya yang lebih murah dan sumber daya
dari institusi lokal akan menjadi efisien. Rumah sakit lapangan mempunyai struktur modular
dalam Hospital Disaster Plan (HDP). Struktur ini terditi dari 5 bagian utama yaitu : bagian unit
administrasi dan administrasi rumah sakit, unit operasi, bagian logistik, bagian layanan untuk
kebutuhan sehari-hari (area anak, pasien, toilet dll). Dalam bagian tersebut terdapat sub bagian
yang dapat di perbesar dan dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang
diperlukan.
Rumah sakit di lapangan bencana harus terus berkomunikasi dengan lembaga seperti
Gubernur, Pusat Manajemen Krisis, Direktorat Kesehatan Provinsi, Bencana dan Emergency
Management Authority (AFAD), pasukan keamanan dan pemadam kebakaran selama proses
evakuasi harus mendapatkan bantuan bila diperlukan. Metode komunikasi yang paling sesuai
untuk komunikasi adalah radio dan satelit dikarenakan kondisi yang terjadi pada bencana.
Rumah sakit dilapangan juga harus menyiapkan pusat media yang di infokan langsung oleh
satu koordinator bagian hubungan masyarakat. Dan yang terakhir adalah pembentukan
keamanan untuk menghindari adanya sabotase, dengan sistem pintu untuk keluar dan masuk
harus di jaga dan peraturan pemberian izin pada beberapa pengungi, bagian instrumen dan
peralatan rumah sakit harus memberikan izin masuk hanya pada orang tertentu yang berhak,
tempat parkir harus diamankan dan dikendalikan, bahan bakar mudah terbakar, oksigen, dan
nitrogen harus di simpan jauh dari pengungsian dan keamannya harus dijamin.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode dalam penelitian ini sangat
bermanfaat dalam menghadapi bencana, untuk itu perlu adanya pelatihan bencana pada setiap
personal rumah sakit. Dalam bencana diperlukan pengambilan keputusan yang tepat oleh
koordinator atau komando pimpinan untuk menghindari double perintah atau perintah yang
bertentangan. Diperlukan alur evakuasi yang jelas untuk mengontrol kepanikan pasien,
keluarga, dan korban bencana lainnya. Pengungsi dibedakan dengan beberapa kelompok sesuai
dengan karakteristik dari anggota kelompok hal ini memudahkan dalam proses evakuasi dan
dalam perawatan pasca evakuasi yang di bedakan berdasarkan triase mereka dan penempatan
tempat tinggal sementara untuk tiap-tiap kelompok. Rumah sakit lapangan yang telah didirikan
di koordinir sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing-masing bagian untuk mengatur bagian
yang telah di tetapkan bedasarkan pada keadaan bencana dikarenakan selama bencana rumah
sakit tidak hanya berfokus pada perawatan tetapi juga menyediakan bantuan makanan untuk
korban bencana. Komunikasi harus tetap berjalan karena satu rumah sakit belum tentu bisa
mengelola beban pasien selama bencana melalui komunikasi antar-institusi membantu
mengurangi dampak tersebut dengan mendatangkan lebih banyak sumberdaya yang
membantu. Diperlukan media untuk memberikan informasi yang akurat, menginformasikan
perkembangan dari bencana dan menekan informai yang di besar-besarakan oleh media yang
tidak bertanggung jawab.
Referensi :
Tekin, E., Bayramoglu, A., Uzkeser, M., & Cakir, Z. (2017). Evacuation of Hospitals during Disaster,
Establishment of a Field Hospital, and Communication. The Eurasian Journal of Medicine,
49(2), 137–141. https://doi.org/10.5152/eurasianjmed.2017.16102

You might also like