Professional Documents
Culture Documents
BAB I
URAIAN UMUM
Pasal 1
Lingkup Pekerjaan
Pasal 2
Setting Out
Pasal 3
Patok-patok Referensi, Bowplank dan Pengukuran
1. Direksi akan menetapkan 2 (dua) Bench Mark sebagai referensi yang ditetapkan
dilapangan.
Bila Bench Mark belum ada maka pemborong berkewajiban membuat Bench
Mark sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan matrik terhadap Low
Water Spring (LWS).
edangkan ukuran-ukuranya dinyatakan dalam matrik, kecuali bila dinyatakan
lain.
3. Pemborong harus atau wajib membuat bowplank dan memasang patok-patok
pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan pekerjan untuk menjamin ketelitian
bentuk, posisi,arah elevasi dan lain-lain,yang harus dipelihara keutuhan letak
dan ketinggian selama pekerjaan berlangsung.
4. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, bouwplank harus disetujui
Direksi. Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkarkan sebelum
diperintahkan oleh Direksi.
Spesifikasi Teknis 1
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 4
Pekerjaan Persiapan
1. Persiapan lapangan
Untuk tempat kerja, penumpukan bahan-bahan, bangunan gudang, direksi keet
dan lain-lain pemborong harus membersihkan dan membenahi lapangan.
2. Penerangan, pagar dan tanda pengaman
Pemborong harus menyediakan penrangan didaerah kerja, membuat pagar
sementara disekeliling lokasi kerja dan menyediakan tanda –tanda pengaman
yang perlu.
3. Bangunan sementara
Untuk menjamin keamanan bahan dan perlengkapan lain yang dianggap
perlu,pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan tertutup kuat dan
aman dari resiko hilang atau rusak. Dan juga diwajibkan menyediakan barak-
barak untuk pekerja.
4. Kantor direksi dan pemborong
a. Pemborong harus menyediakan kantor direksi lapangan, yang letaknya dekat
dengan kantor pemborong. Kontruksi kantor bersifat sementara, lantai dan
ruang dibuat dari beton rabat ,dinding dari papan. pemborong juga harus
menyadiakan kantor sementara dengan luas dan kualitas minimum sama
dengan kantor direksi.
b. Pemborong juga harus menyediakan listrik dan air secukupnya yang
diperlukan kantor direksi
c. Perlengkapan kantor
Pemborong menyediakan perlengkapan, kantor pemborong dan kantor
direksi, antara lain masing masing adalah :
Kursi meja tamu : Secukupnya
Kursi dan meja rapat : Secukupnya
Kursi dan meja tulis : Secukupnya
Kotak P3K : Secukupnya
Papan tulis : Satu buah
Pemborong diwajibkan menyediakan alat komunikasi agar hubungan antar
direksi, kontraktor dan Site dapat berjalan dengan lancar
d. Pemborong bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan
perlengkapan kantor direksi.
e. Setelah pekerjaan selesai seluruh kantor dan perawatannya harus
dipindahkan dan pemborong berkewajiban untuk membongkar dan
memindahkan bila diminta direksi.
Spesifikasi Teknis 2
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 5
Daerah Kerja dan Jalan Masuk
Pemborong akan diberikan daerah kerja untuki pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi
tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa /pinjam berdasarkan ketentuan yang
berlaku harus membatasi operasinya dilapangan yang betul betul diperlukan untukm
pekerjaan tersebut. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan
bangunan dan jalur pangangkutan material dibuat oleh pemborong dengan
persetujuan direksi.
Pasal 6
Material
1. Material yang dipakai dalam pekerjaan pekerjaan ini diutamakan produksi dalam
negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
2. Jika pemborong mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang
disyaratkan, maka mutunya minimal harus sama dengan yang disyaratkan dalam
dokumen tender sebelum pemesanan bahan harus diberitahukan pada direksi
yang meliputi jenis, kwalitas dan kwantitas bahan yang dipesan untuk
mendapatkan persetujuan.
Pasal 7
Kode, Standart, Sertifikat dan Literature dari Pabrik
Pasal 8
Lalu Lintas
Pasal 9
Cuaca
Spesifikasi Teknis 3
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 10
Peralatan Survey
Pemborong harus menyediakan peralatan yang sewaktu waktu akan dipakai oleh
direksi dan staf, alat alat tersebut harus dietujui ditreksi. Selama pelaksanaan
pekerjaan pemborong wajib menyediakan operator dari peralatan tersebut dan
setelah pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan di kembalikan kepada
pemborong.
Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :
2 buah Theodolit Wild T1 atau yang sejenis
1 Buah Level Wild NA2 atau yang sejenis
1 Buah roll meter 50 meter
Pemborong harus menyediakan perahu (motor Boat) untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan (Survey), pemborong bertanggung jawab atas semua atas peralatan
survey tersebut terhadap perawatan, kerusakan/kehilangan.
Spesifikasi Teknis 4
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
BAB II
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN
Pasal 11
Umum
1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuen-ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan-bahan
bangunan serta persyaratanya akan dicantumkan dibawah ini
2. Bila mana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh,
pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada direksi sepanjang
mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi apa yang disyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuanya secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin
mempergunakan produksi dalam negeri.
Pasal 12
Bahan Agregat Beton
1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir keras,
bersih dari kotoran-kotoran, zat-zat kimia organic dan unnorganik dan yang
dapat merugikan mutu beton atau baja tulangan dan bersudut tajam. Susunan
pembagian butir harus memenuhi persyaratan seperti table prosentase lewat
saringan
Saringan mm
Uk
10 5 2.5 1.2 0.6 0.3 0.15
% 100 99-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10
2. Prosentase berat fraksi butiran-butiran yang lebih halus dari 0.074 mm, kotoran
atau Lumpur tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat keseluruhan, kecuali
ketentuan diatas, semua ketentuan mengenai agregat halus beton (pasir) pada
PBI 1991 harus dipenuhi .
3. Agregat kasar adalah batu pecah (spit) dengan ukuran maximum 3 Cm yang
mempunyai bidang pecah minimal 4 buah dan mempunyai bentuk lebih kurang
seperti kubus.
4. Batu pecah diperoleh dari batu yang keras sesuai dengan persyaratan PBI.
Bersih serta bebas dari kotoran-kotoran yang dapat mempengaruhi kekuatan
dan mutu beton maupun baja. Pembagian butir harus memenuhi ketentuan
seperti table prosentase lewat saringan di bawah ini:
Saringan mm
Uk
30 25 20 15 10 5 2.5
% 100 95-100 - 30-70 - 0-10 0-5
Spesifikasi Teknis 5
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 13
Baja Tulangan
1. Besi untuk tulang beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah baja
dengan mutu U-24 (minimum yield stress 2400 kg/cm2) dan U-32 (minimum yield
stress 3200 kg/cm2 ) dengan diameter pengenal seperti ditetapkan pada gambar
kerja.
2. Untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari atau sama dengan 16 mm,
harus dari jenis baja ulir (deformed bar) U-32 sedangkan diameter yang lebih
kecil dapat dipakai baja polos U-24.
3. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru
dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila direksi memandang
perlu, contoh akan diuji ke laboratorim atas beban pemborong, jumlahnya akan
ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
4. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian sehingga baja tulangan
terhindar dari pengotoran-pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang
dapat menyebabkan baja berkarat dan lain-lain pengaruh luar yang
mempengaruhi mutunya, sebaiknya dapat ditutup terpal- terpal sebelum dan
sesudah pembongkaran.
5. Baja tulangan ditumpuk diatas balok-balok kayu agar tidak langsung
berhubungan dengan tanah.
Pasal 14
Semen
1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah
Portland semen type I yang memenuhi ketentuan dan syara-syarat dalam SII
0013-81.
2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru,
kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan-sobekan.
3. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan terlindung dari
pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah semen ditumpuk didalamnya
diatas panggung kayu minimas 30 cm diatas tanah. Tinggi penumpukan
maksimum 15 lapis, semen yang kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan
harus disingkirkan keluar proyek.
4. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh direksi sebelumnya. Semen yang
mulai mengeras harus segera dikelurkan dari proyek. Urutan pemakaian semen
harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut dilapangan sehingga untuk itu
pemborong memutuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutannya
tiba dilapangan.
5. Semen yang umumnya lebih dari tiga bulan sejak dikeluarkan dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural.
6. Bilamana direksi memandang perlu, pemborong harus melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi
syarat, atas biaya pemborong.
Pasal 15
Bekisting
Spesifikasi Teknis 6
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut
kebutuhan PPKI 1970 Atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang
memenuhi persyaratan.
2. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm. dan toleransi perbedaan tebal
minimum adalah kurang lebih 2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai plywood
tebal minimal 16 mm. Papan bekisting harus kering udara agar tidak menyusut
pada waktu dipakai.
3. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak
dapat diperoleh dipasaran, maka pemborong boleh mengajukan usul perubahan
kepada direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya
minimal sama atau lebih tinggi dari yang disyaratkan. Direksi akan menilai dan
memberikan persetujuan secara tertulis.
4. Untuk konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau kayu
yang lebih tinggi dengan ukuran yang lebih memadai sesuai perhitungan.
Bilamana akan dipergunakan dolken, diameter minimal harus 12 cm. lurus, tidak
banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu ujungnya harus lebih besar
dari 10 cm.
5. Setelah umur beton dilewati, maka harus dilakukan pembongkaran cetakan
beton (bekisting) serta memotong stek tulangan yang muncul kepermukaan
beton dan menutupnya dengan adukan beton.
Pasal 16
Urugan
Material urugan yang boleh digunakan adalah material yang memenuhi syarat besar
butir rata-rata kurang dari 20 % lewat saringan.
Pasal 17
Sumber material Urugan dan Tanah
Spesifikasi Teknis 7
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Dalam hal ini material-material tersebut harus dicampur terlebih dahulu untuk
memenuhi persyaratan diatas sebelum dipakai.
Pasal 18
Batu
1. Batu yang akan dipakai untuk berbagai keperluan dalam pekerjaan ini haruslah
batu pecah, (belah) yang ukurannya disesuaikan dengan keperluan atau gambar
kerja.
2. Batu yang diperlukan untuk konstruksi talud, batu pelindung atau (armor rock)
harus dari batu yang bersifat keras, specific gravity (Gs) minimum 2,6 ton/M 3,
tidak menunjukkan tanda lapuk, bentuk persegi panjang tak beratuan, bergradasi
baik, dengan ukuran sesuai dengan persyaratan, berupa batu belah yang
berasal dari batu kali atau batu gunung. Batu yang tidak bersudut sama sekali
tidak boleh dipakai.
3. Untuk konstruksi pasangan batu kosong bentuk batu sedemikian rupa mengingat
pasanganya tidak menggunakan perekat, sehingga celah-celah yang kosong
dapat dan harus diisi dengan batu yang berukuran lebih kecil, dan disesuaikan
dengan gambar desain atau gambar kerja.
Spesifikasi Teknis 8
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
BAB III
PEKERJAAN BETON BERTULANG
Pasal 19
Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari menyediakan semua peralatan kerja, tenaga kerja, alat-alat
perlengkapan dan pelaksanaan untuk semua pekerjaan beton dan grouting yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan dalam kontrak.
Persyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum dan meliputi
semua pekerjaan beton bertulang seperti balok, lantai, poer dan lain sebagainya,
kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang disyaratkan secara khusus.
Pasal 20
Pekerjaan Bekisting dan Penyangga
Untuk mendapatkan bentuk penampang dan ukuran dari beton seperti dalam
gambar kerja (konstruksi), maka bekisting harus dikerjakan dengan baik, harus rata,
teliti dan kokoh. Bekisting untuk pekerjaan beton pada lantai, balok lantai, poer dan
lain sebagainya dapat memakai kayu atau pelat baja besi. Pengerjaan bekisting
harus sedemikian rupa sehingga hubungan antara papan bekisting terjamin rapat
dan adukan tidak akan merembes keluar.
Konstruksi dari bekisting, seperti sokong-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan ke direksi untuk disetujui. Diameter
minimum dolken adalah 15 cm. dan jarak antara balok pendukung papan bekisting
maksimum 40 cm. Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus
bersih dari kotoran dan kering dari air, agar mendapatkan mutu beton yang
diharapkan sebagai jaminan bahwa bagian dalam bekisting bersih dan tidak ada
genangan air digunakan kompresor. Finishing beton bertulang dalam arti
penambahan-penambahan sejauh mungkin dihindari perataan permukaan beton bila
terpaksa harus dilakukan sesuai petunjuk direksi.
Bekisting balok tidak boleh dibuka, sampai lantai diatasnya sudah selesai dicor dan
telah mengeras.
Pasal 21
Pekerjaan Baja Tulangan
Spesifikasi Teknis 9
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 22
Pekerjaan Percobaan Campuran Beton dan Aduka Beton
1. Mutu beton
Untuk beton bertulang kekuatan yang disyaratakan dalam pekerjaan ini adalah
berdasarkan kekuatan karakteristik. Kekuatan karateristik beton 300 Kg/cm²
dengan pemakaian PC minimum 400 Kg untuk tiap 1 M³ beton, factor air semen
maksimum 0,45 dan Slump beton maksimum 7 cm, untuk ini pemborong harus
membuat Mixed Design dengan persetujuan direksi.
2. Percobaan campuran
Sebelum pelaksanaan pembetonan, pemborong terlebih dahulu harus
mengadakan percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu
karakteristik beton seperti yang disyaratkan dan untuk mengetahui komposisi
campuran beton (Pasir, semen dan batu pecah) Slump yang diperkenankan
adalah 7 cm.
Dalam menentukan atau untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan, harus dilakukan denfan menggunakan
ukuran yang sudah tertentu, baik untuk material betonya maupun ukuran
penggunaan air (ember tertentu) yang mana ukuran tersebut nantinya akan
digunakan selama pelaksanaan konstruksi.
Percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan yaitu :
K > K Syarat ( K = 250 )
Pekerjaan konstruksi pengecoran / beton boleh dilaksanakan tetapi kalau :
K < K Syarat ( K = 250 )
Spesifikasi Teknis 10
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Maka percobaan ini harus terus dilakukan dengan komposisi lain, sampai
mendapatkan mutu beton sesuai dengan yang disyaratkan. Bilamana kekuatan
karakteristik telah dicapai dengan komposisi agregat tersebut diatas dan telah
disetujui oleh direksi harus digunakan dalam pemakaian selanjutnya. Segala
perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap campuran agregat yang telah
disetujui harus mendapat persetujuan direksi. Jumlah sample harus disediakan
oleh pemborong untuk tiap seri pengetesan atau percobaan adalah 20 ( Dua
puluh) buah dan laboratorium tempat percobaan akan ditentukan direksi atau
dengan persetujuan direksi.
Pasal 23
Pekerjaan Pengecoran Beton
1. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus
dihindarkan adanya penghentian pengecoran (cold-joint) kecuali bila sudah
diperhitungkan pada tempat yang aman sebelumnya sudah mendapat
persetujuan direksi.
Pemborong sudah mempersiapkan segala sesuatu (peralatan) untuk
pengamanan, pelindung dan lain-lain yang dapat menjamin kontinuitas
pengecoran.
2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata pemborong harus
memakai mesin pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk
harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari minyak sebelum dipakai.
Setiap campuran beton harus diaduk sehingga merata/homogen dan waktu
pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali pencampuran.
3. Bilamana perlu pemborong diperkenankan untuk menggunakan concrete pump.
Gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor.
Pengangkutan beton tidak dibenarkan dengan ember.
4. Sebelum pengecoran di mulai, semua peralatan, material serta tenaga yang
diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai
dengan rencana yang sebelumnya disetujui direksi. Tulangan jarak, bekisting
dan lain-lain, harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan
pengecoran.
5. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus segera
dipadatkan dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi.
Penggetaran dengan concrete vibrator dapat dibantu dengan penyodokan,
apabila dengan concrete vibrator tidak mungkin dilakukan dan harus
mendapatkan persetujuaan dari direksi terlebih dahulu.
6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat-tempat yang
diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya
mendapatkan persetujuan dari direksi. Penghentian maksimum 2 jam. Untuk
menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan
permukaanya dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungannya dan
sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang akan disambung harus
disiram dengan air semen dengan campuran 1Pc. : 0,45 air.
7. Selama waktu pengerasan beton harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup
dengan karung-karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus
selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
8. Apabila cuaca diragukan, sedangkan pengawas atau direksi menghendaki agar
pengecoran tetap haru berlangsung, maka pihak pemborong harus menyediakan
Spesifikasi Teknis 11
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
alat pelindung atau terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan
dicor. Pengecoran tidak di izinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara
naik diatas 32 º C.
9. Untuk setiap 5 M3 pengecoran, pemborong diwajibkan mengambil contoh
(sample) untuk pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test,
dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI 1991.
Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm. dan factor
air semen maksimum 0,45. Pengambilan-pengambilan contoh diatas sesuai
petunjuk direksi. Kubus-kubus dijaga agar dapat mengeras dengan baik.
10. Mutu beton Kubus beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kekuatan
tekan karakteristik
Di laboratorium yang dapat disetujui direksi dan hasilnya dilaporkan secara
tertulis kepada direksi untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan
mutu beton kurang dari K yang disyaratkan (K-300) maka pemborong diwajibkan
untuk mengajukan rencana dan mengadakan perkuatan/penyempurnaan
konstruksi dengan biaya pemborong.
11. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai
yang disyaratkan pemborong harus mengambil core-sample dari bagian-bagian
konstruksi yang diragukan. Jumlah core sample untuk tiap sample untuk tiap
pemeriksaan adalah tiga buah, dan selanjutnya akan diperiksa dilaboratorium
dengan persetujuan direksi. Hasilnya akan dievaluasi direksi dan bila nilai yang
diperoleh membahayakan konstruksi, harus dilakukan perbaikan konstruksi
tersebut atas biaya pemborong.
Pasal 24
Air Kerja
1. Untuk adukan, maka air yang dipakai harus bebas dari asam, garam, bahan
alkali dan bahan organic yang dapat mengurangi mutu beton.
2. Pengurangan air kerja harus mendapat persetujuan direksi.
3. Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,
maka direksi dapat minta kepada pemborong untuk mengadakan penyelidikan air
secara laboratoris dan penyelidikan tersebut atas tanggungan pemborong.
Pasal 25
Beton Cetak
Spesifikasi Teknis 12
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Spesifikasi Teknis 13
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
17. Unit-unit beton pracetak baru boleh dipindahkan dari tempat pengumpulan
ketempat pemasangannya bila telah berumur paling sedikit 21 hari, atau
betonnya telah mencapai tegangan minimal ( 3 contoh ) 95% dari tegangan
pada usia beton 28 hari.
18. Penempatan elemen-elemen beton pracetak pada tempat yang sebenarnya
harus dengan memakai peralatan yang memadai sehingga elemen beton
pracetak tidak mengalami gaya-gaya yang berlebihan yang dapat menyebabkan
retak-retak rambut, serta agar dapat diletakkan dengan rapi dan rapat satu sama
lainnya sehingga pengecoran beton diatasnya terjamin tidak bocor serta dapat
dilakukan dengan baik.
19. Sebelum dilakukan pengecoran beton ditempat, semua tulangan yang diperlukan
harus sudah terpasang ditempatnya dengan kokoh. Bagian dalam bekisting,
permukaan beton dan tulangan harus dibersihkan dari kotoran yang dapat
menurunkan mutu beton, celah-celah diantara elemen-elemen beton pracetak
dan lain-lain harus ditutup dengan baik, serta kemudian permukaan beton
disiram dengan campuran air semen sampai merata.
Spesifikasi Teknis 14
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
BAB IV
PEKERJAAN PEMANCANGAN DAN REKLAMASI
Pasal 26
Jenis dan Ukuran Tiang Pancang
Jenis dan ukuran tiang pancang dipakai dari jenis pipa beton dengan ukuran 20 cm
x 20 cm
Pasal 27
Ketentuan dan Persyaratan
2. Persyaratan Bahan
a. Kayu
Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan
atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang
yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus
sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras dan bebas dari kerusakan,
mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga.
Pengawetan harus sesuai dengan AASHTO M133 - 04.
Cerucuk kayu harus terbuat dari jenis, diameter dan mutu yang ditunjukkan
dalam Gambar.
b. Beton
Jika beton akan dicor di dalam air, seperti halnya dengan tiang beton cor
langsung di tempat, maka beton harus dicor dengan cara tremi dan harus
mempunyai slump yang tidak kurang dari 15 cm serta kadar semen minimum
400 kg per meter kubik beton.
c. Baja Tulangan
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dari Bagian Baja Tulangan
d. Tiang Pancang Beton Prategang Pracetak
Tiang pancang beton prategang pracetak harus memenuhi ketentuan dari
Bagian Beton Prategang
3. Persyaratan Kerja
Pengajuan Kesiapan Kerja Pekerjaan Pemancangan
Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Penyedia Jasa harus
mengajukan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal sebagai berikut :
a. Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.
b. Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan bersama dengan
peralatan yang akan digunakan.
Spesifikasi Teknis 15
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 28
Pelaksanaan Pekerjaan
1. Umum
Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan
yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan
tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat
harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga
(hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa
diperlukan.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan
yang terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut
beton tidak boleh kurang dari 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos
terhadap air laut atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton tidak boleh kurang
dari 50 mm.
2. Penyambungan
Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan bilamana memungkinkan.
Bilamana perpanjangan tiang pancang tidak dapat dihindarkan, Penyedia Jasa
harus menyerahkan metode penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan. Tidak ada penyambungan tiang pancang sampai metode
penyambungan disetujui secara tertulis dari Direksi Pekerjaan.
Spesifikasi Teknis 16
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
dari pada panjang yang disebutkan dalam Gambar, Direksi Pekerjaan akan
memerintahkan menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih besar
dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjangnya, ditulis
dengan jelas dekat dekat kepala tiang pancang.
Penyedia Jasa dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk
membuat tiang pencang. Penyedia Jasa harus memberitahu secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan atas penggunaan jenis dan pabrik pembuat semen
yang diusulkan. Semen yang demikian tidak boleh digunakan sebelum disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Periode dan ketentuan perlindungan sebelum
pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pasal 29
Pekerjaan Pemancangan
1. Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang
pancang tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah
ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.
Jika elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli,
maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan.
Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh
penggalian diluar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel
dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi
non¬magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Palu, topi
baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang
sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang
Spesifikasi Teknis 18
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan
dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus
dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh
diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari
Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi
tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau
ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai ke dalaman
penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang
dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam
hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih
tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Jika ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok
tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak
melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat
mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk
tiang pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu
pada jenis gravitasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi
pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat
tiang total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton untuk
tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat
tiang total beserta topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap
atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak
kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan
dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus
pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Penyedia Jasa. Energi total
alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang
pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang
beton harus mempunyai energi per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari
pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang
pancang tersebut.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan
harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan
tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada
tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :
1) Jika terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus
ditembus pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang;
2) Jika terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi
yang dalam terjadi pada setiap penumbukan;
3) Jika tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat
penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus
lainnya.
Spesifikasi Teknis 19
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Spesifikasi Teknis 20
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
tercapai, maka pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan
palu sampai penetrasi akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang
pancang harus diisi dengan adukan semen setelah pemancangan selesai.
7. Catatan Pemancangan/Kalendering
Sebuah catatan yang detail dan akurat tentang pemancangan harus disimpan
oleh Direksi Pekerjaan dan Penyedia Jasa harus membantu Direksi Pekerjaan
dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang,
posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam
pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, energi pukulan palu,
panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat
dibayar.
Pu
e f WH
x
W nWp
S (C1 C2 C3)/2 W Wp
Pu
Pa
N
dimana :
Pu = kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa = kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef = Effisiensi palu
W = berat palu atau ram (ton)
n = koefisien restitusi
H = tinggi jatuh palu (m)
H = 2H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan poer (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang tiang
pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
Spesifikasi Teknis 21
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
N : Faktor Keamanan
Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan .
Catatan : untuk poin 7 dan 8 tidak dapat digunakan dalam spesifikasi ini.
Pasal 30
Pekerjaan Reklamasi
1. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan
Timbunan Pilihan Berbutir di atas tanah rawa.
c) Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian.
Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau
pekerjaan
pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena
keterbatasan
ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan
timbunan adalah
faktor yang kritis.
d) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang
(capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan
kurang 2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau
stabilisasi, dan diatas tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi
serupa dimana bahan Timbunan Pilihan dan Biasa tidak dapat
dipadatkan dengan memuaskan.
e) Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus
digunakan untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding
penahan tanah serta daerah kritis lainnya yang memiliki jangkauan
terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar atau bilamana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
f) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang
dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun
bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan
atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses
penyaringan.
g) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam Spesifikasi
ini mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus lapangan
termasuk konsolidasi dan stabilitas lereng.
Spesifikasi Teknis 22
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
2) Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm
dari garis profil yang ditentukan.
d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
3) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-1744-1989: Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan
Alat Konus Pasir.
SNI-03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara
Unifikasi Tanah.
SNI 03-6795-2002: Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah Ekspansif
SNI-03-6797-2002 : Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah
Agregat untuk Konstruksi Jalan
SNI 1966:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks
Plastisitas Tanah.
SNI 1967:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Cair untuk Tanah.
SNI 1742:2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah.
SNI 1743:2008 : Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah.
SNI 3422:2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah.
2. BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui Direksi atau
Konsultan Pengawas
2) Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk
digunakan dalam pekerjaan permanen.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002
atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification
System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan
daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu
sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu
jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan
SNI 03-1744-1989, harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari
Spesifikasi Teknis 23
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Spesifikasi Teknis 24
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
haruslah batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan
Index Plastisitas maksimum 6 % (enam persen).
Spesifikasi Teknis 25
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama
harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat
pada permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat
bergerigi) sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama
sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya
timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup
secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi
permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.
f. Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus
dihampar sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah
persetujuan penggalian oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang
dapat dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5
sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagimana
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pemadatan Timbunan
a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar
air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai
1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan
sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh
bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung
batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga
batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus
dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.2) di bawah.
d. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi
Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu
lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan
dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat
menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f. Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan
bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia
Jasa harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya.
Jika kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali atau
Spesifikasi Teknis 26
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
timbunan pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan
bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai
persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan
penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di tempat dalam
waktu 14 hari, dan pengujianpengujian yang dilakukan di laboratorium di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur
tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan
apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang digunakan dan bahan yang
dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan yang di luar faktor
keamanan.
g. Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan,
tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuk
tempat-tempat tertentu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
menunda pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur
semacam ini sampai saat ketika pelaksanaan selanjutnya boleh
didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau
merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus
termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk “Galian Biasa”, “Timbunan
Biasa”, dan “Timbunan Pilihan”.
h. Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal
gembur tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan
menggunakan pemadat mekanis.
i. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat statis
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
4. JAMINAN MUTU
1) Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang
disyaratkan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang
diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin
terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi
agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa
ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan
yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan
suatu pengujian Nilai Aktif. Direksi Pekerjaan setiap saat dapat
Spesifikasi Teknis 27
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 31
Pasangan Batu
1. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan
dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang
dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua
Spesifikasi Teknis 28
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
2. BAHAN
1) Batu
a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu
setengah kali lebarnya.
2) Adukan
Adukan haruslah adukan semen dengan komposisi 1 pc : 3 psr.
d) Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi
Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang
digunakan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
2) Pemasangan Batu
Spesifikasi Teknis 29
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
3) Penempatan Adukan
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai
merata dan dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan
air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu
juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5
cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh
rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.
c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru
yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas
setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus
dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi
dengan adukan yang baru.
Spesifikasi Teknis 30
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
BAB V
PERSYARATAN LAIN-LAIN DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN
Pasal 40
Persyaratan Lain-Lain
Pasal 41
Spesifikasi Teknis 31
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Perubahan-Perubahan
Pasal 42
Pekerjaan Penyelesaian dan Pembersihan Akhir
Spesifikasi Teknis 32
DINAS PERHUBUNGAN, PEMBANGUNAN DERMAGA
INFORMATIKA DAN SPESIFIKASI TEKNIS KAYU BARI, NANGA KANTOR
KOMUNIKASI DAN PAPAGARANG
Pasal 43
Peraturan Penutup
Spesifikasi Teknis 33