Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Senen
1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Senen adalah salah satu Kecamatan Kotamadya Jakarta
Pusat yang Administratif mempunyai luas wilayah 422,31 Ha, yang dibagi atas enam
kelurahan yaitu Kelurahan Senen, Kelurahan Kwitang, Kelurahan Kenari, Kelurahan
Paseban, Kelurahan Kramat, dan Kelurahan Bungur, 511 RT (Rukun Tetangga) dan
47 RW (Rukun Warga).
Menetapkan prioritas masalah dipandang amat penting, paling tidak ada dua
alasan, yaitu (1) karena keterbatasan sumber daya yang tersedia, sehingga tidak
mungkin menyelesaikan semua masalah, (2) adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya. Penentuan prioritas masalah kesehatan bertujuan untuk
menentukan masalah atau gangguan kesehatan apa yang perlu mendapat perhatian
yang lebih besar daripada masalah kesehatan atau gangguan kesehatan lainnya.
Sedangkan menentukan prioritas program kesehatan adalah menentukan intervesi
kesehatan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
masalah prioritas tersebut.
Contoh teknik skoring adalah PAHO. Teknik ini dikembangkan oleh PAHO
(Pan American Health Organization). Prioritas masalah kesehatan ditentukan
indikator – indikator sebagai berikut :
1. Magnitude (M)
Menunjukkan berapa penduduk yang terkena masalah tersebut. Ini bisa
ditunjukkan oleh prevalensi penyakit tersebut di masyarakat. Dalam hal ini
misalnya, magnitude TBC, DBD dan Imunisasi pada Puskesmas Senen lebih
besar daripada KIA, sehingga dari segi magnitude, TBC, DBD dan Imunisasi
lebih penting daripada KIA.
2. Severity (S)
Menunjukkan tingkat keparahan dampak yang diakibatkan oleh masalah
kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukkan misalnya oleh CFR (case fatality rate)
penyakit yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk
menanggulangi atau mengobatinya. Dalam hal ini, severity TBC jauh lebih besar
daripada DBD dan Imunisasi.
2. Vulnerability (V)
Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang murah dan efektif
untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, DBD lebih vulnerable
dibandingkan TBC, karena DBD dapat dicegah dengan melakukan fogging.
3. Community concern (C)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di
tengah masyarakat. Penyakit Tuberculoccis (TBC) tentu lebih menghebohkan
daripada DBD maupun Imunisasi.
Ada beberapa kelemahan menggunakan cara ini, yaitu : (1) menentukan siapa
yang disebut sebagai ahli atau pakar, (2) orang akan bias terhadap masalah yang
dikuasainya, artinya pakar TBC cenderung memberi skore yang tinggi untuk
masalah tersebut, (3) tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan
memberikan skore atas pertimbangan subyektif.
Selain metode Harlon, cara lain untuk penentuan prioritas masalah program
kesehatan yakni dengan teknik kriteria matriks, paradigma pembangunan berpusat
pada penduduk (people centered development), komitmen global, dan komitmen
nasional.
1. Pernyataan keputusan
Langkah pertama dalam pemecahan masalah adalah penjelasan maksud/
tujuan dari keputusan tersebut. Keputusan dari suatu sistem pemecahan masalah
adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai oleh pengambil keputusan, agar
masalah yang dihadapi dapat dipecahkan.
2. Alternatif pemecahan masalah
Tindakan berbagai alternatif pemecahan masalah atau langkah – langkah
yang dapat diambil dalam pemecahan masalah dengan mengemukakan
keuntungan dan kerugiannya setiap alternatif tersebut. Dalam merumuskan
pemecahan masalah dipergunakan metode Pohon Alternatif, karena metodenya
mudah namun hasilnya relevan.
a. Pohon alternatif adalah teknik untuk mengidentiikasi alternatif pemecahan
masalah atau arah tindakan yang dapat dipakai untuk mewujudkan sasaran
kegiatan tertentu dan meragakan informasi ini dalam format yang sederhana
b. Setiap pohon alternatif untuk setiap jenis kegiatan yang akan diselesaikan/
dipcahkan masalahnya
c. Berdasarkan hasil pnetapan prioritas masalah kesehatan, tetapkan kegiatan
yang akan menjadi prioritas diselesaikan/ dipecahkan masalahnya.
d. Tuliskan kembali yang tercantum pada pohon masalah atau diagram tulang
ikan ( mulai dari akibat sampai dengan masalah spesifik yang akan
diselesaikan masalahnya ) dengan pernyataan kalimat yang positif ( terbalik
pernyataannya).
e. Untuk masalah pokok dan masalah spesifik yang dituliskan hanya akan
diselesaikan masalahnya saja (jadi harus terkait antara masalah pokok
dengan masalah spesifik )
f. Melalui teknik curah pendapat, tim kecil dengan memperhatikan/
mempertimbangkan pada matriks Ragpie, format SWOT, sumber data lain
yang terkait, pengamatan dan pengalaman serta arahan kebijakan
pembangunan nasional dan daerah, serta kesepakatan global, tetapkan tiga
prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka memecahkan
masalah tersebut.
g. Hasil kegiatan ini akan menjadi masukan bagi penyusunan rencana kegiatan
yang akan datang.
3. ANALISIS DATA
1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1.1 Cakupan Kunjungan K1 Ibu Hami di Puskesmas Senen
GRAFIK 1.1
CAKUPAN KUNJUNGAN K1 IBU HAMIL
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
97 100 100 100
100 93.5 92.8 97.2
80
60
40
20
0
Dari grafik 1.1 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 5 kelurahan yang ada
di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen, secara keseluruhan cakupan
kunjungan K1 ibu hamil sudah mencapai target, yakni 97,2% dari target
71,25%. Namun terdapat 3 kelurahan yang cakupannya sudah mencapai 100%
padahal baru menginjak di triwulan ketiga tahun 2007, diantanya yaitu
Kelurahan Kwitang, Kelurahan Bungur, dan Kelurahan Kenari.
1.2 Cakupan Kunjungan K4 Ibu Hami di Puskesmas Senen
GRAFIK 1.2
CAKUPAN KUNJUNGAN K4 IBU HAMIL
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
100 85.8
79.5
80 67.3 69.2
60 60.2 62.4
60
40
20
0
Senen Kwitang Bungur Kenari Kramat Paseban Puskesmas
Cakupan Target 63,75% Kecamatan
GRAFIK1.3
CAKUPAN KUNJUNGAN LINNAKES
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
150
100
50 71
62.4 63 61 62 62 63.5
0
Senen Kwitang Bungur Kenari Kramat Paseban Puskesmas
Kecamatan
Cakupan Target 63,75%
Dalam grafik 1.3 di atas terlihat cakupan kunjungan ibu yang bersalin di
tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen masih kurang, yaitu
63,5% dari target 63,75%. Dari lima kelurahan yang ada, hanya ada satu kelurahan
yang sudah mencapai target, yaitu Kelurahan Kenari dengan capaian 71%.
GRAFIK 1.4
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
65
59.67 60.17 60.31
60 60.45
57.31 58.86
55 59.46
50
Target 63,75%
Cakupan
GRAFIK 2.1
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TBC
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
jumlah
Ekstra Paru
BTA (+)
0 5 10 15 20 25 30
Pada grafik 2.1 di atas terlihat bahwa jumlah penemuan kasus baru TBC di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen sebanyak 35 orang, yaitu 9 orang anak-anak
dan 26 orang dewasa.
GRAFIK 2.2
JUMLAH PASIEN TB PARU
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
120
100
80
60
40
20
0
Senen Kwitang Kenari Paseban Kramat Bungur Jumlah
Suspek 18 34 4 5 15 1 77
Diobati 27 39 7 14 27 2 116
Sembuh 20 28 4 7 22 2 83
Dari grafik 2.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien TB Paru di wilayah
Puskesmas Kecamatan Senen dari bulan Januari sampai dengan September tahun
2007 adalah 77 orang suspek, 116 orang diobati, dan 83 orang sudah sembuh.
GRAFIK 2.3
PERSENTASE CAKUPAN PROGRAM TB PARU
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
80 72.4 70
63.75
70 60
60
50 39.38
40
30 20.51
20
5 6
10
0
CDR CURE RATE KONVERSI ERROR RATE
TARGET 39.38 63.75 60 5
CAKUPAN 20.51 72.4 70 6
GRAFIK 3.1
JUMLAH KASUS DBD DI PUSKESMAS KECAMATAN
SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
140
120
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept jumlah
Senen 2 0 3 6 2 0 0 1 0 14
Kwitang 3 5 4 24 6 5 2 0 0 49
Kenari 3 6 16 16 4 6 2 2 2 57
Kramat 4 13 10 20 7 13 3 0 0 70
Paseban 15 19 32 26 10 19 5 0 0 126
Bungur 5 9 17 24 4 9 1 0 0 69
Dari grafik 3.1 terlihat bahwa kasus DBD di wilayah Puskesmas Kecamatan
Senen yang terbanyak adalah pada bulan Maret dan April. Kelurahan yang paling
banyak kejadian DBD adalah Kelurahan Paseban dengan jumlah 126 kasus dalam
kurun waktu 9 bulan.
GRAFIK 3.2
PELAKSANAAN PSN FOGGING DI PUSKESMAS
KECAMATAN SENEN BULAN JAN-SEPT
TAHUN 2007
247
Sept 0
0
Juli 6
24 Siklus II
Mei 10
93 Siklus I
Maret 62
36
Jan 16
0 50 100 150 200 250 300
Pada Grafik 3.2 menunjukkan bahwa Puskesmas Kecamatan Senen telah
melakukan PSN fogging sebanyak 2 kali dalam bulan Januari sampai dengan Juli
tahun 2007.
GRAFIK 3.2
CAKUPAN KASUS DBD PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JAN-SEPT TAHUN 2007
100 100
100
80
Cakupan PE terhadap Kasus DBD
60
Dari grafik 3.2 di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan PE terhadap kasus
DBD dan cakupan fogging fokus dengan PE (+) di Puskesmas Kecamatan Senen
telah mencapai target 100%.
4) Program Imunisasi
4.1 Cakupan Imunisasi Dasar Lenkap Bayi dan Balita
GRAFIK 4.1
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP BAYI DAN BALITA
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JAN-SEPT TAHUN 2007
120
100
80
60
40
20
0
BCG DPT/H DPT/H DPT/H POL 1 POL 2 POL 3 POL 4 CAMP
B1 B2 B3 AK
TARGET 75 75 71.25 67.5 75 72.75 67.5 67.5 67.5
CAKUPAN 95 89 90.6 90.3 104 103 120 98 116
Dari grafik 4.1 di atas terlihat bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen secara keseluruhan sudah melebihi target,
bahkan untuk cakupan imunisasi polio dan campak sudah lebih dari 100%.
GRAFIK 4.2
CAKUPAN IMUNISASI TT IBU HAMIL
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JAN-SEPT TAHUN 2007
60 60
60 48
50 38.5
40 TARGET
30 18.5
CAKUPAN
20 7.5
10
0
TT1 TT2 DO TT1-TT2
Dari grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa cakupan imunisasi TT ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Senen masih kurang dari target. Sedangkan DO TT1-TT2
sangat tinggi.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
No Upaya Target Pencapaian Masalah
1. KIA/KB
a. Persalinan Nakes 63,75% 63,5% - Cakupan kunjungan Linnakes masih kurang
- Dari 6 puskesmas hanya 1 puskesmas yang mencapai
target
b. Kunjungan Neonatus 63,75% 59,45% Cakupan kunjungan neonatus rendah
2. P2M
a. CDR TB Paru 52,5% 20,51% Cakupan CDR TB Paru sangat rendah
b. IR Kasus DBD 20/100.000 392/100.000 Tingginya kasus DBD
pddk pddk
c. Imunisasi Polio 1 75% 104% Cakupan imunisasi Polio 1 terlampau tinggi
d. Imunisasi Polio 2 72,75% 103% Cakupan imunisasi Polio 2 terlampau tinggi
e. Imunisasi Polio 3 67,5% 120% Cakupan imunisasi Polio 3 terlampau tinggi
f. Imunisasi Campak 67,5% 116% Cakupan imunisasi Campak terlampau tinggi
g. Imunisasi TT1 Ibu Hamil 60% 48% Cakupan imunisasi TT1 bumil masih rendah
h. Imunisasi TT2 ibu Hamil 60% 38,5% Cakupan imunisasi TT2 bumil sangat rendah
i. DO TT1-TT2 Ibu Hamil 7,5% 18,5% Cakupan DO TT1-TT2 sangat tinggi
B. PRIORITAS MASALAH
Menentukan prioritas masalah dengan metode USG
No. Masalah U S G Total Rangking
1. Cakupan kunjungan Linnakes masih 4 3 3 10 III
kurang
2. Cakupan kunjungan neonatus rendah 3 4 3 10 IV
3. Cakupan CDR TB Paru sangat rendah 5 5 5 15 I
4. Tingginya kasus DBD 5 5 4 14 II
5. Cakupan imunisasi Polio 1 sangat tinggi 2 1 2 5 VIII
6. Cakupan imunisasi Polio 2 sangat tinggi 2 1 2 5 IX
7. Cakupan imunisasi Polio 3 sangat tinggi 2 1 2 5 X
8. Cakupan imunisasi Campak sangat 2 1 2 5 XI
tinggi
9. Cakupan imunisasi TT1 bumil masih 3 3 2 8 VI
rendah
10. Cakupan imunisasi TT2 bumil sangat 3 3 2 8 VII
rendah
11. Cakupan DO TT1-TT2 sangat tinggi 3 3 3 9 V
C. MENCARI AKAR PENYEBAB MASALAH
Dari beberapa masalah yang ada, dapat dipilih 5 masalah prioritas, untuk kemudian dianalisa penyebab masalahnya dengan menggunakan
diagram sebab akibat Ishikawa (Diagram Fishbone).
1. Cakupan CDR TB Paru bulan Januari s/d September sangat rendah, yaitu 20,51% dari target 39,38%.
ENVIRONMENT
2. Tingginya angka kasus kejadian DBD di Kecamatan Senen, yaitu 392/100.000 penduduk.
- Upaya promotif dan preventif - Pelaksanaan PJB dan Abatisasi - Kurangnya leaflet/poster
petugas mengenai DBD belum maksimal tentang DBD
masih kurang
IR kasus
DBD
tinggi
392/
100rb Anggapan masyarakat bahwa - Kurangnya kesadaran masyarakat
pddk
berobat ke puskesmas itu mahal untuk segera ke faskes bila ada
MONEY ENVIRONMENT
3. Cakupan kunjungan ibu bersalin di tenaga kesehatan masih kurang, yaitu 63,5% dari target 63,75%
- Kurangnya sosialisasi tentang - Pencatatan dan pelaporan yang - Tidak tersedia Ambulans
persalinan di tenaga kesehatan belum maksimal gratis bagi pengguna jasa
MONEY ENVIRONMENT
4. Cakupan Kunjungan Neonatus rendah, yaitu 59,45% dari target 63,75%
MAN METHOD
MONEY ENVIRONMENT
5. Cakupan DO TT1-TT2 ibu hamil tinggi, yaitu 18,5% dari target 7,5%
MAN MATERIAL
MONEY ENVIRONMENT
D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Prioritas Masalah Pemecahan Ket
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Masalah Terpilih
1. Cakupan CDR TB 1. Tenaga Laboratorium hanya ada 1 1. Penyuluhan TB Paru 1. Pengambilan
Paru sangat rendah 2. Pemberian edukasi tentang tanda dan 2. Pelatihan kader TB spesimen dahak
gejala TB masih kurang 3. Pengambilan spesimen oleh oleh kader
3. Petugas hanya menunggu pasien dating kader
ke puskesmas 4. Survey kontak TB oleh petugas
4. Kurangnya leaflet/poster tentang TB Paru
5. Anggapan masyarakat bahwa berobat ke
puskesmas itu mahal
6. Kurangnya anggaran sosialisasi program
dari pemerintah
7. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
segera ke fasilitas kesehatan bila ada
gejala TB Paru
8. Kurangnya kepedulian masyarakat
terhadap penderita TB Paru
9. Kondisi lingkungan yang lembab dan
tidak bersih
2. Tingginya angka 1. Upaya promotif dan preventif petugas 1. Penyuluhan DBD 1. Pelaksanaan 1R
kasus kejadian mengenai DBD masih kurang 2. Pemantauan Jentik Berkala 1J
DBD 2. Pelaksanaan PJB dan Abatisasi belum 3. PSN-3M
maksimal 4. Pelaksanaan 1R 1J
3. Kurangnya leaflet/poster tentang DBD (1 rumah,1 jumantik)
4. Anggapan masyarakat bahwa berobat kef
askes itu mahal
5. Kurangnya anggaran sosialisasi program
dari pemerintah
6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
segera kef askes bila ada gejala DBD
7. Kondisi lingkungan yang lembab dan
kurang bersih
8. Mobilitas masyarakat yang tinggi
sehingga mempercepat penularan
3. Cakupan kunjungan 1. Kurangnya sosialisasi tentang persalinan 1. Kelas Ibu Hamil 1. Stikerisasi P4K
ibu bersalin di di tenaga kesehatan 2. Home visit ibu hamil
tenaga kesehatan 2. Nakes kurang merangkul dukun sebagai 3. Stikerisasi P4K
masih kurang mitra
3. Anggapan masyarakat bahwa bersalin di
faskes itu mahal
4. Ibu tidak memiliki jaminan kesehatan
5. Pencatatan dan pelaporan yang belum
maksimal
6. Tidak tersedia ambulans gratis bagi
pengguna layanan kesehatan
7. Kurangnya kepedulian masyarakat
sekitar terhadap ibu hamil.
4. Cakupan 1. Pemantauan BBL oleh nakes masih 1. Kelas Ibu Hamil 1. Kelas Ibu Hamil
Kunjungan kurang 2. Home visit BBL
Neonatus rendah 2. Kurangnya anjuran terhadap ibu bersalin
untuk melakukan kunjungan kef askes
setelah bersalin
3. Nakes hanya menunggu pasien
melakukan kunjungan kef askes
4. Home visit hanya dilakukan terhadap
neonatus resti
5. Ibu tidak memiliki jaminan kesehatan
6. Keluarga tidak menganggap bahwa
kunjungan neonatus adalah penting
5. Cakupan DO TT1- 1. Kurangnya sosialisasi mengenai 5. Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi 1. Edukasi Kespro
TT2 ibu hamil pentingnya imunisasi TT ibu hamil calon pengantin bagi Catin
tinggi 2. Kurangnya leaflet/poster tentang 6. Pemberian TT Catin
imunisasi TT 7. Sweeping TT WUS
3. Kurangnya anggaran pemerintah untuk
sosialisasi tentang pentingnya imunisasi
TT
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya imunisasi TT.
E. RENCANA OPERASIONAL
N Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggung Kebutuhan Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
O. Kesehatan Sasaran Jawab Sumber Daya Pelaksanaan Anggaran Kinerja Pembiayaan
1. KIA/KB Kelas Ibu - Menurun Ibu 700 org Bidan 4 orang Jan – Des Rp. 20.160.000,- - Cakupan BOK
Hamil kan hamil Koordinator KN
AKI/AKB Mening
- Meningkat kat
kan cak. - AKI/
KN AKB
menurun
Stikerisasi Mempersiap Ibu 700 org Bidan 2 orang Jan-Des Rp. 2.880.000,- Cakupan BOK
P4K kan hamil Koordinator linnakes
persalinan mening-
yang aman kat
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi
persalinan
2. P2M Pengambil Meningkatk Suspek 52.507 Koordinator 3 orang Jan-Des Rp. 1.440.000,- Cakupan BOK
an an cakupan TB org P2M CDR TB
spesimen CDR TB Paru Paru
oleh kader Paru meningka
t
Pelaksana - Meningkat Rumah 26490 Petugas 2649 org Jan-Des Rp. 26.490.000,- ABJ BOK
an 1R 1J kan tangga KK Kesling meningka
cakupan t
ABJ Kasus
- Menurunk DBD
an kasus menurun
DBD
Edukasi Meningkatk WUS 15172 Koordinator 5 org Jan-Des Rp. 14.400.000,- Cakupan BOK
Kespro an cakupan org P2M TT bumil
bagi Catin TT ibu meningka
hamil t
F. PELAKSANAAN DAN PENGERAKKAN
Pelaksanaan dan penggerakkan program dapat dilakukan melalui
berbagai cara, diantaranya adalah rapat dinas, pengarahan saat apel pegawai,
pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Bulanan, maupun dilakukan melalui forum yang
dibentuk khusus untuk itu. Forum yang dibentuk khusus untuk melakukan
penggerakkan pelaksanaan program/kegiatan dinamakan Lokakarya Mini
Puskesmas. Lokakarya mini dibagi menjadi dua, yaitu lokakarya mini
bulanan dan lokakarya mini tribulanan.
Lokakarya mini bulanan bertujuan untuk menilai sampai seberapa
jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksana
program pada bulan atau periode yang lalu sekaligus pemantauan terhadap
pelaksanaan rencana kegiatan yang akan datang. Lokakarya mini bulanan ini
sebagai wadah koordinasi lintas program. Sedangkan lokakarya mini
tribulanan dilakukan setiap tiga bulan sekali sebagai wadah koordinasi lintas
sektor terkait.
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan SWOT Puskesmas Senen Periode Januari
– September 2007 menujukkan bahwa DBD merupakan salah satu penyakit
paling banyak yang terjadi. Kejadian ini dikarenakan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit DBD masih kurang serta peran serta masyarakat melalui PSN-
3M masih kurang di wilayah Puskesmas Senen.
Berdasarkan analisis PSC, alternatif pemecahan masalah untuk
tatalaksana P2M adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DBD,
TBC, mulai dari tindakan pencegahan, gejala, penyebaran dan pengobatannya
melalui penyuluhan kepada masyarakat, serta lebih menggalakakkan program
PHBS terutama dalam tatanan rumah tangga dan sekolah.
B. SARAN
1. Puskesmas
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tentang DBD Dan TBC
pada dengan penyuluhan di masyarakat.
b. Pelaksanaan program PHBS terutama dalam tatanan rumah tangga dan
sekolah
2. Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebih fokus dalam penanganan penyakit menular terutama TBC , DBD
dengan penyusunan rencana tatalaksana P2M di wilayah Kota Jakarta
melalui lokakarya kepada petugas kesehatan di Puskesmas.