You are on page 1of 42

SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGI

(Tugas Ujian Akhir Semester)

Disusun Oleh :

Rahmanita Sakwati (175130037P)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


PERGURUAN TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA LAMPUNG
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Senen
1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Senen adalah salah satu Kecamatan Kotamadya Jakarta
Pusat yang Administratif mempunyai luas wilayah 422,31 Ha, yang dibagi atas enam
kelurahan yaitu Kelurahan Senen, Kelurahan Kwitang, Kelurahan Kenari, Kelurahan
Paseban, Kelurahan Kramat, dan Kelurahan Bungur, 511 RT (Rukun Tetangga) dan
47 RW (Rukun Warga).

Tabel 1.1 Data Kelurahan di Wilayah Kecamatan Senen


Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Jumlah RW Jumlah RT
Senen 80,90 4 34
Kwitang 46,61 9 81
Kenari 91,00 8 55
Kramat 70,87 8 96
Paseban 71,41 8 115
Bungur 62,64 10 130
Jumlah 422,31 47 511
(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Senen Jak-Pus Tahun 2007)

Batas wilayah Kecamatan Senen adalah sebagai berikut :


Utara :Jalan Pejambon, Jalan Abdurrahman Saleh, Jalan Kalilio
Senen, Kepu Selatan, Gunung Sahari I, II dan Jalan Kalibaru
Timur Raya
Barat : Kali Ciliwung
Timur : Jalan Kereta Api dan Kali Sentiong
Selatan : Jalan Pramuka, Matraman, Jalan Letjen Suprapto
(Tanah Tinggi Barat/Poncol)
Pada dibawah ini menampakkan wilayah Kecamatan senen yang terdiri atas
enam Kelurahan yaitu Kelurahan Senen, Kelurahan Kwitang, Kelurahan Kenari,
Kelurahan Paseban, Kelurahan Kramat, dan Kelurahan Bungur.
Gambar 1.1 Peta wilayah Puskesmas Kecamatan Senen

1.2 Keadaan Demografi


Menurut data dari Dinas Kependudukan DKI jAkarta, jumlah penduduk di
wilayah Kecamatan Senen sebanyak 100.014 Jiwa yang tersebar di enam kelurahan
serta jumlah Puskesmas yang tersedia mencapai enam buah Puskesmas.
Berikut rincian kepadatan penduduk di Kelurahan yang ada di wilayah
Puskemas Kecamatan Senen tahun 2007.

Tabel 1.2 Data Kepadatan Penduduk Di Kecamatan Senen Tahun 2007


Kelurahan KK Jumlah Penduduk Jumlah Kepadatan
Jiwa/Ha
Laki-Laki Perempuan
Senen 1.788 2.913 3.172 6.085 75,21
Kwitang 4.847 7.805 8.832 16.637 356,9
Kenari 3.424 4.115 4.128 8.234 90,58
Kramat 6.304 12.896 12.282 25.151 354,8
Paseban 5.039 10.628 10.538 21.166 296,4
Bungur 5.088 14.620 8.112 22.732 362,8
Jumlah 26.490 52.950 47.064 100.014 236,83
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2007)
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia Tahun 2007
GOL Jumlah Penduduk Jumlah Jumlah Total
USIA WNI WNA laki-laki Perempuan
Lk Pr Lk Pr
0–4 5.266 5.349 - - 5.266 5.349 10.615
5–9 5.020 3.789 - - 5.020 3.789 8.809
10–14 5.141 5.083 - - 5.141 5.083 10.224
15-19 5.476 4.623 2 - 5.478 4.623 10.101
20-24 4.609 4.309 - - 4.609 4.309 8.918
25-29 5.205 4.375 - - 5.205 4.375 9.562
30-34 4.189 3.742 15 11 4.204 3.753 7.957
35-39 5.612 2.725 12 10 5.624 2.735 8.359
40-44 2.803 3.089 5 8 2.808 3.106 5.914
45-49 2.449 2.483 8 11 2.457 2.494 4.951
50-54 2.402 2.730 8 11 2.410 2.741 5.151
55-59 2.060 1.881 6 4 2.066 1.885 3.951
60-64 1.140 1.196 5 5 1.145 1.201 2.346
65-69 974 970 6 2 980 972 1.952
70-74 314 441 6 5 320 446 766
75 ke atas 215 216 2 5 217 221 438
Jumlah 52.875 46.992 75 72 52.950 47.064 100.014
(Sumber: Laporan Bulanan Kecamatan Senen 2007)

1.3 Fasilitas Kesehatan


Kecamatan Senen memiliki beberapa fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan oleh warganya maupun oleh warga di luar wilayah Kecamatan Senen.
Berikut adalah fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Senen

Tabel 1.4 Data Fasilitas Kesehatan (Jaringan dan Jejaring) di Kecamatan


Senen Tahun 2007

Fasilitas Senen Kwitang Kenari Kramat Paseban Bungur Jumlah


Kesehatan
Puskesmas - 1 2 1 1 1 6
RS Umum 1 - 2 - - - 3
RS Swasta - - 1 - 2 - 3
Puskesmas - - - - - - -
Keliling
Posyandu 4 3 8 12 10 10 47
Praktik 5 16 11 8 2 12 54
Dokter
Umum
Praktik - - 1 7 1 - 9
Dokter
Spesialis
Praktik Bidan - 4 - 8 - 1 13
Apotek 5 4 5 2 1 1 18
Dokter 24 - - - - 3 - 3
Jam
Poliklinik 1 4 - 3 - 2 10
RB - - 1 - - - 1
Pemerintah
RB Swasta - - 2 - - - 2
Klinik KB 2 - - - - - 2
(Sumber: Laporan Tahunaan Puskesmas Kecamatan Senen Jak-Pus2007)

Wilayah Kecamatan Senen mempunyai enam puskesmas, terdiri dari satu


puskesmas tingkat kecamatan dan lima puskesmas tingkat kelurahan. Puskesmas
kecamatan terletak di Kelurahan Senen. Puskesmas Kecamatan Senen merupakan
Puskesmas dengan luas bangunan 1500 m2, yang terdiri dari tiga lantai yang baru
selesaidibangun tahun 2000 dan dioperasionalkan sebagai Puskesmas Kecamatan
pada bulan Juli Tahun 2000. Puskesmas Kecamatan Senen dilengkapi dengan unit
rawat inap rumah bersalin. Sedangkan lima puskesmas tingkat kelurahan, yaitu :
a. Puskesmas Kelurahan Kwitang
b. Puskesmas kelurahan Bungur
c. Puskesmas kelurahan Kramat
d. Puskesmas Kelurahan Paseban
e. Puskesmas Kelurahan Kenari

1.4 Upaya Puskesmas


Upaya Kesehatan wakib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitme nasional,regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada diwilayah Indonesia. Upaya
Keesehatan wajib teresebut adalah (Trihono, 2005)
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Pemberantasan penyakit menular (P2M)
f. Pengobatan Dasar
Upaya kesehatan pengembang Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembang dipilih
dari upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni (Trihono, 2005).
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Peningkatan Kesehatan Kerja
e. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi & Mulut
f. Upaya Peningkatan Kesehatan Jiwa
g. Upaya Peningkatan Kesehatan Mata
h. Upaya Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

1.5 Azas Penyelenggaraan Puskesmas


Sebagai saranan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesa,
pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat azas pokok yaitu :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Artinya Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan
yang terjadi di wilayah kerjanya. Dengan adanya azas ini, maka lprogram kerja
puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya sekedar menanti
kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan harus secara aktif memberikan
pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyrakat.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Artinya Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Pokestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Program Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa :Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
Pembinaan Pengobatan Tradisional: Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
3. Azas Keterpaduan
Artinya berupaya memadukan kegiatan yang akan dilaksanakan bukan saja
dnegan program kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program sektor
lain (lintas sentrol). Dengan dilaksanakan azas ini, berbagai manfaat dapat diperoleh,
bagi puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan bagi asyarakat lebih
mudah memperoleh pelayanan kesehatan, seperti Manjemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), Keterpaduan KIA, P2M, Gizi, Promosi Kesehatan, serta program dari
sektor lain (lintas sektoral) seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
4. Azas Rujukan
Jika tidak mampu menangani suatu maslaah kesehatan harus merujuk ke
saranan kesehatan yang lebih mampu. Dikenal dengan adanya dua macam rujukan
yaitu rujukan upaya kesehatan Perorangan dan rujukan upaya kesehatan masyarakat.
Cakupan rujukan pelayann kesehatan masyrakat adalah masalah kesehatan seperti
Kejadian Luar Biasa (KLB), pencemaran lingkungan dan bencana.

2 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Senen


Wilayah Kecamatan Senen mempunyai enam Puskesmas, terdiri dari satu
unit Puskesmas tingkat Kecamatan dan lima unit Puskesmas tingkat Kelurahan.
Puskesmas Kecamatan terletak di Kelurahan Senen. Puskesmas Keacamatan Senen
merupakan puskesmas denagn luas banguann 1.500 m2 , yang terdiri dari tiga lantai
yang baru selesai diabngun tahun 2000 dan dioperasionalakan sebagai Puskesmas
Kecamatan apada bukan juli tahun 2000 yang dilengakpai dengan unit rawat inap
rumah bersalin. Sedangkan lima Puskesmas tingkat Kelurahan yaitu :
1. Puskesmas Kelurahan Kwitang
Dibangun di atas tanah seluas 542 m2 dengan luas bangunan 1500 m2.
2. Puskesmas Kelurahan Bungur
Dibangun di atas tanah seluas 500 m2 dengan luas bangunan 435 m2.
3. Puskesmas Kelurahan Kramat
Dibangun di atas tanah seluas 450 m2 dengan luas bangunan 435 m2.
4. Puskesmas Kelurahan Paseban
Dibangun di atas tanah seluas 700 m2 dengan luas bangunan 640 m2.
5. Puskesmas Kelurahan Kenari
Dibangun di atas tanah seluas 300 m2 dengan luas bangunan 250 m2.
Puskesmas Kecamatan Senen merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang daam kegiatannya membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
Kecamatan Senen. Puskesmas Kecamatan Senen mempunyai visi untuk menjadi
puskesmas yang mampu memberikan pelayann prima

2.3 Misi Puskesmas


1) Menggerakkan Pelayanan Ksehatan yang bermutu dan terpadu kepada
seluruh masyarakat.
2) Menyempurnakan sistem manajemen pelaayanan kesehatan
3) Mengembangkan mutu tenanga kesehatan
4) Mengembangkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
5) pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2.4 Puskesmas Kecamatan Senen mempunyai tujuan untuk :


1) Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
2) Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif
3) Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
4) Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif
5) Mengembangkan pengorganisasian pelayanan kesehatan
6) Mengembangkan sistem pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan
7) Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelayanan kesehatan
8) Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis petugas medis dan
paramedik
9) Meningkatkan kemampuan teknis petugas-petugas non medis
10) Mensosialisasikan paradigma baru

2.5 Tugas Pokok


Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian,
Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.

2.6 Fungsi Puskesmas adalah :


1) Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian
Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan dan pendidikan di
wilayah kerjanya.
2) Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan dan
pelayanan Puskesmas Kelurahan
3) Memberikan pelayanan kesehatan klinis meliputi: loket, rekam medis, klinik
umum, ibu anak, KB, gigi, spesialis, konsultasi remaja, gizi, geriatri, klinik
24 jam
4) Rawat inap, laboratorium klinik, apotek, farmasi komunikasi, radiologi,
optik, serta klinik lainnya sesuai kebutuhan.
5) Mengkoordinasi temu lintas batas, lintas sektoral dalam penanggulangan
masalah kesehatan.
6) Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi kesehatan kader, Posyandu, Karang weda dan lain-lain.
2.7 Kegiatan Puskesmas Senen etrdiri 4 Program, antara lain:
2.7.1 Program peningkatan Kesehatan Masyarakat Kecamatan Senen
A) Upaya Kesehatan wajib yang terdapat di Puskesmas senen antara lain:
 Promosi Kesehatan
 Kesehatan Lingkungan
 Kesehatan Ibu dan Anak
 Keluarga Berencana
 Perbaikan Gizi Masyarakat
 Pemberantasan penyakit menular (P2M)
 Pengobatan Dasar
B) Upaya kesehatan pengembang
 Upaya Kesehatan Sekolah
 Upaya Kesehatan Olahraga
 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
 Upaya Peningkatan Kesehatan Kerja
 Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi & Mulut
 Upaya Peningkatan Kesehatan Jiwa
 Upaya Peningkatan Kesehatan Mata
 Upaya Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut
 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

2.7.2 Program peningkatan Pelayanan Kesehatan


A) Peningkatan pelayann kesehatan puskesmas:
 Pelayanan Puskesmas Siaga 24 Jam
B) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar:
 Pelaksanaan perawatan Kesehatan masyarakat
 Peningkatan Kesehatan Ibu
 Peningkatan Kesehatan Anak
2.7.3 Program penanggulangan keadaan gawat darurat
Upaya peningkatan Pelayanan Siaga Kesehatan  Pelaksanaan
dukungan kesehtan pra RS  Pelayanan abulance dan Kesehatan lapangan.

2.7.4 Program Perbaikan kebijakan dan manajemen Kesehatan


a) Penyusunan Sistem Perancanaan Program Kesehatan
b) Peningkatan Akreditasi dan Pengukuran Mutu
c) Penggerakan dan Penghargaan
d) Penelitian dan Pengembangan mutu
e) Pemeliharaan Jaringan dan SIK Integrasi
f) Peningkatan Promosi Kesehatan

Tabel 1.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Kecamatan Senen


No Jenis Puskesmas Total
Senen Kwitang Kenari Paseban Kramat Bungur
1. Dr. Spesialis 2 - - - - - 2
2. Dr. Umum 5 1 - 1 2 1 10
3. Dr. Gigi 3 1 1 1 - 1 7
4. Apoteker 1 - - - 1 - 2
5. Bidan 4 1 2 1 1 - 9
6. Akper 6 1 1 2 - - 10
7. Perawat 1 2 - - - 2 5
8. Perawat Gigi 1 - - - - - 1
9. Asisten apoteker - 1 - - - - 1
10. Akzi 1 - - - - - 1
11. SPAG 3 - - - - - 3
12. AKL 3 - - - - - 3
13. Ak. Analisis 1 - - - - - 1
14. Pekarya Kes. 5 1 2 2 2 - 12
15. Lain-lain - - - - - - -
Jumlah 36 8 6 7 6 4 67
Dari Tabel 1.5 terlihat bahwa petugas laboratorium/Ak. Analisis hanya ada 1
orang, berarti terdapat kekurangan sumber daya analis kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Senen, dengan jumlah penduduk yang cukup padat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Masalah kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam


ukuran kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Menurut Blum dalam
Sulaeman (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan terdiri dari (1) faktor
lingkungan (environtmen factor) yang meliputi : fisik, biologis, kimiawi, sosial,
budaya, politik, ekonomi dan sebagainya; (2) faktor perilaku kesehatan (health
behaviour factor) yaitu sikap dan gaya hidup; (3) faktor program dan pelayanan
kesehatan (program and health service factor); serta (4) faktor genetika / keturunan
(hereditery factor). Keempat faktor ini saling mempengaruhi.
Masalah kesehatan masyarakat merupakan masalah-masalah yang muncul di
dalam masyarakat berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat itu sendiri. Dalam
menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat, diperlukan manajemen masalah
kesehatan yaitu suatu proses dan upaya untuk mengoptimalkan masukan (input)
sumber daya melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen: perencanaan (P1),
penggerakan dan pelaksanaan (P2), serta pengawasan, pengendalian dan penilaian
(P3) untuk mengatasi kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
menjadi kenyataan dibidang kesehatan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan
pelanggan / klien dan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan organisasi layanan
kesehatan.
Manajemen masalah kesehatan adalah suatu proses dan upaya dalam rangka
pemecahan asalah (problem solving). Pemecahan masalah adalah melakukan apa
yang kita ketahui dan kuasai ke dalam tindakan (putting what you know and what
you can do into action). Pemecahan masalah dilakukan melalui tahapan-tahapan
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle).
Siklus manajemen masalah kesehatan sendiri terdiri dari (1) analisis Situasi;
(2) identifikasi Masalah dan Penyebabnya; (3) Penentuan Prioritas Masalah; (4)
Alternatif Pemecahan Masalah dan Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah; (5)
Penetapan Tujuan; (6) Pembuatan Rencana Operasional (P1); (7) Penggerakan dan
Pelaksanaan (P2); (8) Monitoring, Controlling dan Evaluating (Pengawasan,
Pengendalian, Penilaian/P3).

Gambar 1. Siklus Manajemen Masalah Kesehatan


(Sumber: Sulaeman, 2014)

Siklus pemecahan masalah terdiri dari (1) penetapan masalah kesehatan


masyarakat, (2) memilih masalah kesehatan masyarakat prioritas, (3) memilih
alternatif intervensi, (4) pembuatan rencana kerja (plan of action), (5) implementasi
intervensi (pelaksanaan POA), (6) monitoring dan evaluasi.

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah


(Sumber: Sulaeman, 2014)

Menetapkan prioritas masalah dipandang amat penting, paling tidak ada dua
alasan, yaitu (1) karena keterbatasan sumber daya yang tersedia, sehingga tidak
mungkin menyelesaikan semua masalah, (2) adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya. Penentuan prioritas masalah kesehatan bertujuan untuk
menentukan masalah atau gangguan kesehatan apa yang perlu mendapat perhatian
yang lebih besar daripada masalah kesehatan atau gangguan kesehatan lainnya.
Sedangkan menentukan prioritas program kesehatan adalah menentukan intervesi
kesehatan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
masalah prioritas tersebut.

Menurut Sulaeman (2014) ada beberapa cara untuk menentukan prioritas


masalah kesehatan, antara lain teknik skoring, teknik non skoring, dan
mempertimbangkan trend/ kebijakan. Teknik skoring yaitu memberikan nilai
(skore) terhadap masalah kesehatan masyarakat dengan menggunakan ukuran
(parameter) seperti :

1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah


2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet
need)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit)
5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availability)

Contoh teknik skoring adalah PAHO. Teknik ini dikembangkan oleh PAHO
(Pan American Health Organization). Prioritas masalah kesehatan ditentukan
indikator – indikator sebagai berikut :

1. Magnitude (M)
Menunjukkan berapa penduduk yang terkena masalah tersebut. Ini bisa
ditunjukkan oleh prevalensi penyakit tersebut di masyarakat. Dalam hal ini
misalnya, magnitude TBC, DBD dan Imunisasi pada Puskesmas Senen lebih
besar daripada KIA, sehingga dari segi magnitude, TBC, DBD dan Imunisasi
lebih penting daripada KIA.
2. Severity (S)
Menunjukkan tingkat keparahan dampak yang diakibatkan oleh masalah
kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukkan misalnya oleh CFR (case fatality rate)
penyakit yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk
menanggulangi atau mengobatinya. Dalam hal ini, severity TBC jauh lebih besar
daripada DBD dan Imunisasi.
2. Vulnerability (V)
Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang murah dan efektif
untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, DBD lebih vulnerable
dibandingkan TBC, karena DBD dapat dicegah dengan melakukan fogging.
3. Community concern (C)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di
tengah masyarakat. Penyakit Tuberculoccis (TBC) tentu lebih menghebohkan
daripada DBD maupun Imunisasi.

Ada beberapa kelemahan menggunakan cara ini, yaitu : (1) menentukan siapa
yang disebut sebagai ahli atau pakar, (2) orang akan bias terhadap masalah yang
dikuasainya, artinya pakar TBC cenderung memberi skore yang tinggi untuk
masalah tersebut, (3) tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan
memberikan skore atas pertimbangan subyektif.

Teknik selanjutnya adalah dengan teknik non skoring. Dengan menggunakan


teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu disebut “Nominal
Group Technique” (NGT). Ada dua macam NGT, yaitu Delphi Technique dan
Delbeq Technique.

Delphi technique yaitu masalah – masalah didiskusikan oleh sekelompok


orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan otoritas masalah yang disepakati bersama. Adapun caranya adalah
pertama mengidentifikasi masalah yang hendak/perlu diselesaikan, selanjutnya
membuat kuesioner dan menetapkan para ahli, kuesioner dikirim kepada para ahli,
kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif
solusi penyelesaian masalah, pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh
respon yang muncul, kemudian menetapkan skala prioritas alternatif solusi yang
dianggap terbaik.

Delbeq Technique diperkenalkan oleh Andre Delbeque. Adapun caranya


adalah sebagai berikut : peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang
berjumlah 6 – 8 orang. Kemudian dituliskan masalah yang akan ditentukan
prioritasnya dalam white board. Masing – masing orang menuliskan peringkat
prioritas masalah. Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling
kecil berarti mendapat peringkat tinggi.

Salah satu metode penentuan prioritas masalah program kesehatan yakni


dengan menggunakan metode Harlon. Metode ini memperhitungkan empat aspek
yaitu : besar masalah, berat/tingkat kegawatan, kemudahan penanggulangan, dan
pearl factor. Metode ini mudah dan hasilnya relevan. Pearl faktor terdiri dari
beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program
dilaksanakan. Faktor – faktor tersebut meliputi :

1. P: Propriate (kesesuaian dengan program nasional/ program daerah/ kesepakatan


dunia)
2. E : Economic (secara ekonomi kegiatan tersebut, murah untuk dilaksanakan)
3. A : Acceptability (dapat diterima oleh masyarakat, pemerintah daerah)
4. R : Resources ( tersedianya sumber daya untuk menunjang kegiatan tersebut)
5. L : Legality ( dasar/ landasan secara hukum/ etika kedokteran/ kesehatan)

Selain metode Harlon, cara lain untuk penentuan prioritas masalah program
kesehatan yakni dengan teknik kriteria matriks, paradigma pembangunan berpusat
pada penduduk (people centered development), komitmen global, dan komitmen
nasional.

Untuk menentukan prioritas masalah suatu penyakit di masyarakat,


diperlukan data yang lengkap mengenai jumlah populasi, jumlah kasus baru dan
kasus lama akibat suatu penyakit di masyarakat, jumlah kematian akibat suatu
penyakit, fasilitas yang tersedia di pelayanan kesehatan, pendapat masyarakat
mengenai suatu penyakit, dan proses pengobatan suatu penyakit.
Apabila penyebab timbulnya masalah telah diuraikan dengan baik dan telah
dipilih penyebab masalah dominan, maka pengambil keputusan akan menetapkan
alternatif – alternatif pemecahan masalah. Untuk mengambil keputusan yang baik
dibutuhkan urutan tindakan sebagai berikut :

1. Pernyataan keputusan
Langkah pertama dalam pemecahan masalah adalah penjelasan maksud/
tujuan dari keputusan tersebut. Keputusan dari suatu sistem pemecahan masalah
adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai oleh pengambil keputusan, agar
masalah yang dihadapi dapat dipecahkan.
2. Alternatif pemecahan masalah
Tindakan berbagai alternatif pemecahan masalah atau langkah – langkah
yang dapat diambil dalam pemecahan masalah dengan mengemukakan
keuntungan dan kerugiannya setiap alternatif tersebut. Dalam merumuskan
pemecahan masalah dipergunakan metode Pohon Alternatif, karena metodenya
mudah namun hasilnya relevan.
a. Pohon alternatif adalah teknik untuk mengidentiikasi alternatif pemecahan
masalah atau arah tindakan yang dapat dipakai untuk mewujudkan sasaran
kegiatan tertentu dan meragakan informasi ini dalam format yang sederhana
b. Setiap pohon alternatif untuk setiap jenis kegiatan yang akan diselesaikan/
dipcahkan masalahnya
c. Berdasarkan hasil pnetapan prioritas masalah kesehatan, tetapkan kegiatan
yang akan menjadi prioritas diselesaikan/ dipecahkan masalahnya.
d. Tuliskan kembali yang tercantum pada pohon masalah atau diagram tulang
ikan ( mulai dari akibat sampai dengan masalah spesifik yang akan
diselesaikan masalahnya ) dengan pernyataan kalimat yang positif ( terbalik
pernyataannya).
e. Untuk masalah pokok dan masalah spesifik yang dituliskan hanya akan
diselesaikan masalahnya saja (jadi harus terkait antara masalah pokok
dengan masalah spesifik )
f. Melalui teknik curah pendapat, tim kecil dengan memperhatikan/
mempertimbangkan pada matriks Ragpie, format SWOT, sumber data lain
yang terkait, pengamatan dan pengalaman serta arahan kebijakan
pembangunan nasional dan daerah, serta kesepakatan global, tetapkan tiga
prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka memecahkan
masalah tersebut.
g. Hasil kegiatan ini akan menjadi masukan bagi penyusunan rencana kegiatan
yang akan datang.

Untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah kesehatan digunakan teknik


analisis pilihan prioritas pemecahan masalah yaitu untuk memilih satu dari beberapa
penyebab masalah atau memilih satu dari beberapa alternatif pemecahan masalah.
Teknik analisis pilihan prioritas pemecahan masalah yang lazim digunakan antara
lain teknik USG dan CARL.
Setelah dipilih prioritas penyakit yang paling utama dan dipilih solusi
alternatif yang paling sesuai, tahap selanjutnya adalah membuat plan of action.
Rencana tindakan dapat dibuat dengan menggunakan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, dan Threat). Strength dan weakness merupakan faktor-
faktor yang berasal dari intra organisasi. Sedangkan opportunity dan threat berasal
dari luar organisasi.
Untuk selanjutnya dilakukan implementasi dari rencana yang telah dibuat
berdasarkan analisis masalah tersebut. Implementasi ini merupakan sebuah proses
kegiatan yang dilakukan di masyarakat untuk menangani prioritas masalah penyakit
kemudian dilakukan solusi terhadap masalah tersebut berdasarkan analisis masalah
yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah dilakukan kegiatan untuk menangani masalah penyakit yang ada,
kemudian dilakukan evaluasi dan monitoring yang berguna untuk menilai kegiatan
yang telah dilaksanakan sebelumnya apakah berjalan sesuai dengan rencana dan
untuk menilai apakah kegiatan yang berlangsung dapat memenuhi tujuan dari
pelaksanaan kegiatan tersebut. Selain itu monitoring berperan penting di dalam
keberlangsungan program dan kegiatan yang sudah berjalan agar tetap terus
terlaksana sampai mencapai tujuan yang diinginkan.
BAB III
ANALISA DATA

3. ANALISIS DATA
1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1.1 Cakupan Kunjungan K1 Ibu Hami di Puskesmas Senen

GRAFIK 1.1
CAKUPAN KUNJUNGAN K1 IBU HAMIL
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
97 100 100 100
100 93.5 92.8 97.2
80
60
40
20
0

Dari grafik 1.1 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 5 kelurahan yang ada
di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen, secara keseluruhan cakupan
kunjungan K1 ibu hamil sudah mencapai target, yakni 97,2% dari target
71,25%. Namun terdapat 3 kelurahan yang cakupannya sudah mencapai 100%
padahal baru menginjak di triwulan ketiga tahun 2007, diantanya yaitu
Kelurahan Kwitang, Kelurahan Bungur, dan Kelurahan Kenari.
1.2 Cakupan Kunjungan K4 Ibu Hami di Puskesmas Senen

GRAFIK 1.2
CAKUPAN KUNJUNGAN K4 IBU HAMIL
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007

100 85.8
79.5
80 67.3 69.2
60 60.2 62.4
60
40
20
0
Senen Kwitang Bungur Kenari Kramat Paseban Puskesmas
Cakupan Target 63,75% Kecamatan

Dari grafik 1.2 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan cakupan


kunjungan K4 di Puskesmas Kecamatan Senen di triwulan ketiga tahun 2007 sudah
mencapai target, yakni 69,2% dari target 63,75%. Namun ada 3 kelurahan yang
cakupannya masih kurang, yaitu Kelurahan Senen dengan capaian 60%, Kelurahan
Kenari 60,2%, dan Kelurahan Kramat 62,4%.

1.3 Cakupan Kunjungan LINNAKES di Puskesmas Senen

GRAFIK1.3
CAKUPAN KUNJUNGAN LINNAKES
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007

150
100
50 71
62.4 63 61 62 62 63.5
0
Senen Kwitang Bungur Kenari Kramat Paseban Puskesmas
Kecamatan
Cakupan Target 63,75%
Dalam grafik 1.3 di atas terlihat cakupan kunjungan ibu yang bersalin di
tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Kecamatan Senen masih kurang, yaitu
63,5% dari target 63,75%. Dari lima kelurahan yang ada, hanya ada satu kelurahan
yang sudah mencapai target, yaitu Kelurahan Kenari dengan capaian 71%.

1.4 Cakupan Kunjungan Neonatus di Puskesmas Senen

GRAFIK 1.4
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007

65
59.67 60.17 60.31
60 60.45
57.31 58.86
55 59.46

50
Target 63,75%
Cakupan

Cakupan Target 63,75%

Dari grafik 1.4 dapat disimpulkan bahwa cakupan kunjungan neonatus di


wilayah Puskesmas Kecamatan Senen masih rendah, yaitu hanya 59,45% dari target
63,75%. Capaian kunjungan neonatus dari seluruh kelurahan sangat rendah.
2) Program P2M
2.1 Program TBC dipuskesmas Senen

GRAFIK 2.1
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TBC
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007

jumlah

Ekstra Paru

BTA (-), Ro (+)

BTA (+)

0 5 10 15 20 25 30

BTA (+) BTA (-), Ro (+) Ekstra Paru jumlah


Dewasa 20 4 2 26
Anak 0 9 0 9

Pada grafik 2.1 di atas terlihat bahwa jumlah penemuan kasus baru TBC di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen sebanyak 35 orang, yaitu 9 orang anak-anak
dan 26 orang dewasa.

2.2 Jumlah Pasien TBC dipuskesmas Senen

GRAFIK 2.2
JUMLAH PASIEN TB PARU
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007

120
100
80
60
40
20
0
Senen Kwitang Kenari Paseban Kramat Bungur Jumlah
Suspek 18 34 4 5 15 1 77
Diobati 27 39 7 14 27 2 116
Sembuh 20 28 4 7 22 2 83
Dari grafik 2.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien TB Paru di wilayah
Puskesmas Kecamatan Senen dari bulan Januari sampai dengan September tahun
2007 adalah 77 orang suspek, 116 orang diobati, dan 83 orang sudah sembuh.

2.3 Presentase cakupan program TB Paru

GRAFIK 2.3
PERSENTASE CAKUPAN PROGRAM TB PARU
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007

80 72.4 70
63.75
70 60
60
50 39.38
40
30 20.51
20
5 6
10
0
CDR CURE RATE KONVERSI ERROR RATE
TARGET 39.38 63.75 60 5
CAKUPAN 20.51 72.4 70 6

Dari grafik 2.3 dapat dilihat cakupan CDR TB Paru di Puskesmas


Kecamatan Senen masih rendah, yaitu hanya 20,51% dari target 39,38%.
Sedangkan cakupan Cure rate dan konversi TB Paru sudah mencapai target.
3) Program Pemberantasan Penyakit DBD
3.1 Program TBC dipuskesmas Senen

GRAFIK 3.1
JUMLAH KASUS DBD DI PUSKESMAS KECAMATAN
SENEN
BULAN JANUARI S.D SEPTEMBER TH. 2007
140
120
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept jumlah
Senen 2 0 3 6 2 0 0 1 0 14
Kwitang 3 5 4 24 6 5 2 0 0 49
Kenari 3 6 16 16 4 6 2 2 2 57
Kramat 4 13 10 20 7 13 3 0 0 70
Paseban 15 19 32 26 10 19 5 0 0 126
Bungur 5 9 17 24 4 9 1 0 0 69

Dari grafik 3.1 terlihat bahwa kasus DBD di wilayah Puskesmas Kecamatan
Senen yang terbanyak adalah pada bulan Maret dan April. Kelurahan yang paling
banyak kejadian DBD adalah Kelurahan Paseban dengan jumlah 126 kasus dalam
kurun waktu 9 bulan.

3.2 Pelaksanaan PSN Fogging di Puskesmas Kecamatan Senen

GRAFIK 3.2
PELAKSANAAN PSN FOGGING DI PUSKESMAS
KECAMATAN SENEN BULAN JAN-SEPT
TAHUN 2007
247
Sept 0
0
Juli 6
24 Siklus II
Mei 10
93 Siklus I
Maret 62
36
Jan 16
0 50 100 150 200 250 300
Pada Grafik 3.2 menunjukkan bahwa Puskesmas Kecamatan Senen telah
melakukan PSN fogging sebanyak 2 kali dalam bulan Januari sampai dengan Juli
tahun 2007.

3.2 Cakupan Kasus DBD di Puskesmas Kecamatan Senen

GRAFIK 3.2
CAKUPAN KASUS DBD PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JAN-SEPT TAHUN 2007
100 100
100

80
Cakupan PE terhadap Kasus DBD
60

40 Cakupan Fogging Fokus dengan


20 PE (+)
Cakupan Fogging Fokus…
0 Cakupan PE terhadap…
target
cakupan

Dari grafik 3.2 di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan PE terhadap kasus
DBD dan cakupan fogging fokus dengan PE (+) di Puskesmas Kecamatan Senen
telah mencapai target 100%.

4) Program Imunisasi
4.1 Cakupan Imunisasi Dasar Lenkap Bayi dan Balita

GRAFIK 4.1
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP BAYI DAN BALITA
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JAN-SEPT TAHUN 2007

120
100
80
60
40
20
0
BCG DPT/H DPT/H DPT/H POL 1 POL 2 POL 3 POL 4 CAMP
B1 B2 B3 AK
TARGET 75 75 71.25 67.5 75 72.75 67.5 67.5 67.5
CAKUPAN 95 89 90.6 90.3 104 103 120 98 116
Dari grafik 4.1 di atas terlihat bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap di
wilayah Puskesmas Kecamatan Senen secara keseluruhan sudah melebihi target,
bahkan untuk cakupan imunisasi polio dan campak sudah lebih dari 100%.

4.2 Cakupan Imunisasi TT Ibu hamil

GRAFIK 4.2
CAKUPAN IMUNISASI TT IBU HAMIL
PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
BULAN JAN-SEPT TAHUN 2007
60 60
60 48
50 38.5
40 TARGET
30 18.5
CAKUPAN
20 7.5
10
0
TT1 TT2 DO TT1-TT2

Dari grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa cakupan imunisasi TT ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Senen masih kurang dari target. Sedangkan DO TT1-TT2
sangat tinggi.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
No Upaya Target Pencapaian Masalah
1. KIA/KB
a. Persalinan Nakes 63,75% 63,5% - Cakupan kunjungan Linnakes masih kurang
- Dari 6 puskesmas hanya 1 puskesmas yang mencapai
target
b. Kunjungan Neonatus 63,75% 59,45% Cakupan kunjungan neonatus rendah
2. P2M
a. CDR TB Paru  52,5% 20,51% Cakupan CDR TB Paru sangat rendah
b. IR Kasus DBD 20/100.000 392/100.000 Tingginya kasus DBD
pddk pddk
c. Imunisasi Polio 1 75% 104% Cakupan imunisasi Polio 1 terlampau tinggi
d. Imunisasi Polio 2 72,75% 103% Cakupan imunisasi Polio 2 terlampau tinggi
e. Imunisasi Polio 3 67,5% 120% Cakupan imunisasi Polio 3 terlampau tinggi
f. Imunisasi Campak 67,5% 116% Cakupan imunisasi Campak terlampau tinggi
g. Imunisasi TT1 Ibu Hamil 60% 48% Cakupan imunisasi TT1 bumil masih rendah
h. Imunisasi TT2 ibu Hamil 60% 38,5% Cakupan imunisasi TT2 bumil sangat rendah
i. DO TT1-TT2 Ibu Hamil 7,5% 18,5% Cakupan DO TT1-TT2 sangat tinggi
B. PRIORITAS MASALAH
Menentukan prioritas masalah dengan metode USG
No. Masalah U S G Total Rangking
1. Cakupan kunjungan Linnakes masih 4 3 3 10 III
kurang
2. Cakupan kunjungan neonatus rendah 3 4 3 10 IV
3. Cakupan CDR TB Paru sangat rendah 5 5 5 15 I
4. Tingginya kasus DBD 5 5 4 14 II
5. Cakupan imunisasi Polio 1 sangat tinggi 2 1 2 5 VIII
6. Cakupan imunisasi Polio 2 sangat tinggi 2 1 2 5 IX
7. Cakupan imunisasi Polio 3 sangat tinggi 2 1 2 5 X
8. Cakupan imunisasi Campak sangat 2 1 2 5 XI
tinggi
9. Cakupan imunisasi TT1 bumil masih 3 3 2 8 VI
rendah
10. Cakupan imunisasi TT2 bumil sangat 3 3 2 8 VII
rendah
11. Cakupan DO TT1-TT2 sangat tinggi 3 3 3 9 V
C. MENCARI AKAR PENYEBAB MASALAH
Dari beberapa masalah yang ada, dapat dipilih 5 masalah prioritas, untuk kemudian dianalisa penyebab masalahnya dengan menggunakan
diagram sebab akibat Ishikawa (Diagram Fishbone).
1. Cakupan CDR TB Paru bulan Januari s/d September sangat rendah, yaitu 20,51% dari target 39,38%.

MAN METHOD MATERIAL

- Tenaga lab kurang - Petugas hanya menunggu pasien - Kurangnya leaflet/poster


- Pemberian edukasi tentang datang ke puskesmas tentang TB Paru
Cakupan tanda gejala TB masih kurang
CDR TB
Paru
rendah
- Anggapan masyarakat bahwa - Kurangnya kesadaran masyarakat
20,51%
berobat ke puskesmas itu mahal untuk segera ke faskes bila ada
- Kurangnya anggaran sosialisasi gejala TB Paru
- Program dari pemerintah -

Kurangnya kepedulian masyarakat


terhadap penderita TB Paru
- Kondisi lingkungan yang lembab
dan tidak bersih
MONEY

ENVIRONMENT
2. Tingginya angka kasus kejadian DBD di Kecamatan Senen, yaitu 392/100.000 penduduk.

MAN METHOD MATERIAL

- Upaya promotif dan preventif - Pelaksanaan PJB dan Abatisasi - Kurangnya leaflet/poster
petugas mengenai DBD belum maksimal tentang DBD
masih kurang
IR kasus
DBD
tinggi
392/
100rb Anggapan masyarakat bahwa - Kurangnya kesadaran masyarakat
pddk
berobat ke puskesmas itu mahal untuk segera ke faskes bila ada

- Kurangnya anggaran sosialisasi


gejala DBD program dari pemerintah - kondisi lingkungan yang lembab
dan kurang bersih
- Mobilitas tinggi sehingga
mempercepat penularan

MONEY ENVIRONMENT
3. Cakupan kunjungan ibu bersalin di tenaga kesehatan masih kurang, yaitu 63,5% dari target 63,75%

MAN METHOD MATERIAL

- Kurangnya sosialisasi tentang - Pencatatan dan pelaporan yang - Tidak tersedia Ambulans
persalinan di tenaga kesehatan belum maksimal gratis bagi pengguna jasa

- Nakes kurang merangkul layanan kesehatan


dukun sebagai mitra
Cakupan
Linnakes
kurang
63,5% - Anggapan masyarakat bahwa - kurangnya rasa kepedulian masyarakat
bersalin di faskes itu mahal sekitar terhadap ibu hamil

- Ibu tidak memiliki jaminan


kesehatan

MONEY ENVIRONMENT
4. Cakupan Kunjungan Neonatus rendah, yaitu 59,45% dari target 63,75%

MAN METHOD

- Pemantauan BBL oleh - Nakes hanya menunggu pasien


Nakes masih kurang melakukan kunjungan ke faskes

- Kurangnya anjuran thd bulin - Home visit hanya dilakukan


untuk melakukan kunjungan terhadap neonatus resti
Cakupan ke faskes setelah bersalin.
Kunj.
Neonatus
rendah
59,45%
- Ibu tidak memiliki jaminan - Keluarga tidak menganggap bahwa
kesehatan kunjungan neonatus adalah penting

MONEY ENVIRONMENT
5. Cakupan DO TT1-TT2 ibu hamil tinggi, yaitu 18,5% dari target 7,5%

MAN MATERIAL

- Kurangnya sosialisasi - Kurangnya leaflet/poster


mengenai pentingnya tentang imunisasi TT
imunisasiTT bagi ibu hamil

- Petugas tidak menanyakan


Cakupan Status TT pada ibu hamil
DO TT1-TT2
tinggi 18,5%

- Kurangnya anggaran - Kurangnya pengetahuan masyarakat


Pemerintah untuk sosialisasi tentang pentingnya imunisasi TT
Tentang pentingnya imunisasi
TT

MONEY ENVIRONMENT
D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Prioritas Masalah Pemecahan Ket
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Masalah Terpilih
1. Cakupan CDR TB 1. Tenaga Laboratorium hanya ada 1 1. Penyuluhan TB Paru 1. Pengambilan
Paru sangat rendah 2. Pemberian edukasi tentang tanda dan 2. Pelatihan kader TB spesimen dahak
gejala TB masih kurang 3. Pengambilan spesimen oleh oleh kader
3. Petugas hanya menunggu pasien dating kader
ke puskesmas 4. Survey kontak TB oleh petugas
4. Kurangnya leaflet/poster tentang TB Paru
5. Anggapan masyarakat bahwa berobat ke
puskesmas itu mahal
6. Kurangnya anggaran sosialisasi program
dari pemerintah
7. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
segera ke fasilitas kesehatan bila ada
gejala TB Paru
8. Kurangnya kepedulian masyarakat
terhadap penderita TB Paru
9. Kondisi lingkungan yang lembab dan
tidak bersih
2. Tingginya angka 1. Upaya promotif dan preventif petugas 1. Penyuluhan DBD 1. Pelaksanaan 1R
kasus kejadian mengenai DBD masih kurang 2. Pemantauan Jentik Berkala 1J
DBD 2. Pelaksanaan PJB dan Abatisasi belum 3. PSN-3M
maksimal 4. Pelaksanaan 1R 1J
3. Kurangnya leaflet/poster tentang DBD (1 rumah,1 jumantik)
4. Anggapan masyarakat bahwa berobat kef
askes itu mahal
5. Kurangnya anggaran sosialisasi program
dari pemerintah
6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
segera kef askes bila ada gejala DBD
7. Kondisi lingkungan yang lembab dan
kurang bersih
8. Mobilitas masyarakat yang tinggi
sehingga mempercepat penularan
3. Cakupan kunjungan 1. Kurangnya sosialisasi tentang persalinan 1. Kelas Ibu Hamil 1. Stikerisasi P4K
ibu bersalin di di tenaga kesehatan 2. Home visit ibu hamil
tenaga kesehatan 2. Nakes kurang merangkul dukun sebagai 3. Stikerisasi P4K
masih kurang mitra
3. Anggapan masyarakat bahwa bersalin di
faskes itu mahal
4. Ibu tidak memiliki jaminan kesehatan
5. Pencatatan dan pelaporan yang belum
maksimal
6. Tidak tersedia ambulans gratis bagi
pengguna layanan kesehatan
7. Kurangnya kepedulian masyarakat
sekitar terhadap ibu hamil.
4. Cakupan 1. Pemantauan BBL oleh nakes masih 1. Kelas Ibu Hamil 1. Kelas Ibu Hamil
Kunjungan kurang 2. Home visit BBL
Neonatus rendah 2. Kurangnya anjuran terhadap ibu bersalin
untuk melakukan kunjungan kef askes
setelah bersalin
3. Nakes hanya menunggu pasien
melakukan kunjungan kef askes
4. Home visit hanya dilakukan terhadap
neonatus resti
5. Ibu tidak memiliki jaminan kesehatan
6. Keluarga tidak menganggap bahwa
kunjungan neonatus adalah penting
5. Cakupan DO TT1- 1. Kurangnya sosialisasi mengenai 5. Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi 1. Edukasi Kespro
TT2 ibu hamil pentingnya imunisasi TT ibu hamil calon pengantin bagi Catin
tinggi 2. Kurangnya leaflet/poster tentang 6. Pemberian TT Catin
imunisasi TT 7. Sweeping TT WUS
3. Kurangnya anggaran pemerintah untuk
sosialisasi tentang pentingnya imunisasi
TT
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya imunisasi TT.
E. RENCANA OPERASIONAL
N Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggung Kebutuhan Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
O. Kesehatan Sasaran Jawab Sumber Daya Pelaksanaan Anggaran Kinerja Pembiayaan
1. KIA/KB Kelas Ibu - Menurun Ibu 700 org Bidan 4 orang Jan – Des Rp. 20.160.000,- - Cakupan BOK
Hamil kan hamil Koordinator KN
AKI/AKB Mening
- Meningkat kat
kan cak. - AKI/
KN AKB
menurun
Stikerisasi Mempersiap Ibu 700 org Bidan 2 orang Jan-Des Rp. 2.880.000,- Cakupan BOK
P4K kan hamil Koordinator linnakes
persalinan mening-
yang aman kat
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi
persalinan
2. P2M Pengambil Meningkatk Suspek 52.507 Koordinator 3 orang Jan-Des Rp. 1.440.000,- Cakupan BOK
an an cakupan TB org P2M CDR TB
spesimen CDR TB Paru Paru
oleh kader Paru meningka
t

Pelaksana - Meningkat Rumah 26490 Petugas 2649 org Jan-Des Rp. 26.490.000,- ABJ BOK
an 1R 1J kan tangga KK Kesling meningka
cakupan t
ABJ Kasus
- Menurunk DBD
an kasus menurun
DBD
Edukasi Meningkatk WUS 15172 Koordinator 5 org Jan-Des Rp. 14.400.000,- Cakupan BOK
Kespro an cakupan org P2M TT bumil
bagi Catin TT ibu meningka
hamil t
F. PELAKSANAAN DAN PENGERAKKAN
Pelaksanaan dan penggerakkan program dapat dilakukan melalui
berbagai cara, diantaranya adalah rapat dinas, pengarahan saat apel pegawai,
pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Bulanan, maupun dilakukan melalui forum yang
dibentuk khusus untuk itu. Forum yang dibentuk khusus untuk melakukan
penggerakkan pelaksanaan program/kegiatan dinamakan Lokakarya Mini
Puskesmas. Lokakarya mini dibagi menjadi dua, yaitu lokakarya mini
bulanan dan lokakarya mini tribulanan.
Lokakarya mini bulanan bertujuan untuk menilai sampai seberapa
jauh pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksana
program pada bulan atau periode yang lalu sekaligus pemantauan terhadap
pelaksanaan rencana kegiatan yang akan datang. Lokakarya mini bulanan ini
sebagai wadah koordinasi lintas program. Sedangkan lokakarya mini
tribulanan dilakukan setiap tiga bulan sekali sebagai wadah koordinasi lintas
sektor terkait.

G. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Pengawasan puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan
internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan oleh puskesmas
sendiri, baik oleh kepala puskesmas, tim audit internal, maupun penanggung
jawab dan pelaksana program. Adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh
instansi dari luar, antara lain Dinas Kesehatan kabupaten/kota, instansi lain
selain Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dan/atau masyarakat.
Pengendalian dilakukan secara berjenjang oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kepala puskesmas, maupun penanggung jawab program.
Kegiatan pengendalian harus dilakukan secara terus menerus. Jika terdapat
ketidaksesuaian, maka harus dilakukan upaya perbaikan.
H. EVALUASI
Evaluasi program selama satu tahun dilakukan dengan Penilaian Kinerja
Puskesmas yng dilaksanakan oleh puskesmas dan kemudian hasilnya
diverifikasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

2. Kegiatan surveillens untuk program yang sesuai :


1. Surveilans Kesehatan Masyarakat
2. Surveilans Epidemiologi
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan SWOT Puskesmas Senen Periode Januari
– September 2007 menujukkan bahwa DBD merupakan salah satu penyakit
paling banyak yang terjadi. Kejadian ini dikarenakan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit DBD masih kurang serta peran serta masyarakat melalui PSN-
3M masih kurang di wilayah Puskesmas Senen.
Berdasarkan analisis PSC, alternatif pemecahan masalah untuk
tatalaksana P2M adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DBD,
TBC, mulai dari tindakan pencegahan, gejala, penyebaran dan pengobatannya
melalui penyuluhan kepada masyarakat, serta lebih menggalakakkan program
PHBS terutama dalam tatanan rumah tangga dan sekolah.

B. SARAN
1. Puskesmas
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tentang DBD Dan TBC
pada dengan penyuluhan di masyarakat.
b. Pelaksanaan program PHBS terutama dalam tatanan rumah tangga dan
sekolah
2. Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebih fokus dalam penanganan penyakit menular terutama TBC , DBD
dengan penyusunan rencana tatalaksana P2M di wilayah Kota Jakarta
melalui lokakarya kepada petugas kesehatan di Puskesmas.

You might also like