You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK

DI WISMA ISOLASI WANITA I PANTI SOSIAL TERSNA WREDA


NATAR, LAMPUNG SELATAN.

Nama Kelompok : Kelompok IV


Tingkat : III Reguler
Lahan Praktik : Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda Natar, Lampung
Selatan
Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2014
Nama Wisma : Isolasi Wanita I
Pimpinan Panti :
Dikelola Oleh : Susilawati dan Siti
A. PENGKAJIAN
1. Karakteristik Penghuni
a. Berdasarkan umur
Karakteristik umur Jumlah Prosentase
< 60 - 0%
60 – 70 3 33,3 %
71 – 90 4 44,5 %
> 90 2 22,2 %
Jumlah 9 100 %

b. Berdasarkan pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
Tidak sekolah 2 22,2 %
Tidak tamat SD 5 55,6 %
Tidak tamat amat SMP 2 22,2 %
Tamat SMP -
Tamat SMA -
Jumlah 9 100 %

c. Berdasarkan agama
Agama Jumlah Prosentase
Muslim 9 100 %
Non Muslim - -
Jumlah 9
2. Data khusus
a. Biologis
1) Keadaan kesehatan
5 Besar Keluhan Lansia Jumlah Prosentase
Nyeri persendian 5 31,25 %
Gangguan fungsi pendengaran 1 6,25%
Penglihatan kabur 2 12,5 %
Tidak senang berinteraksi 1 6,25 %
Kelemahan otot kaki 7 43,75 %

Jumlah 16 100 %

Dari hasil pengkajian didapatkan beberapa lansia yaitu sekitar 6 orang mengeluh pegal
dan nyeri pada daerah pinggang, tangan dan kaki. Biasanya mereka merasa pegal dan nyeri
pada saat istirahat (tidur), sebagian lansia mengatakan pegal dan nyeri tersebut saat atau
setelah melakukan aktivitas. Dan 7 diantaranya memiliki masalah gangguan mobilitas fisik
karena kelemahan otot kaki.

2) Pola makan dan minum


Frekuensi makan 3 x sehari. Para lansia biasa makan diatas tempat tidur. Menu makanan
pagi, siang dan sore hari selalu berganti setiap hari biasanya terdiri dari nasi, sayur dan lauk.
Para lansia kadang-kadang membeli makanan sendiri di luar seperti roti, kadang-kadang para
lansia mendapat makanan tambahan (snack) seperti bubur kacang, roti, gorengan, buah-
buahan baik dari pengurus panti ataupun dari para relawan.
Sebagian sekitar 7 lansia minum sebanyak 4 – 6 mug kecil dalam sehari (1 mug kecil = 200
ml). Sekitar 2 lansia yang memakai mug besar dan dalam sehari mereka minum 1 – 2 mug (1
mug besar = 600 ml). Hasil observasi kelompok di dapat mukosa bibir dan kulit lansia
lembab.

3) Pola tidur
Para lansia tidur siang setelah habis makan siang dan tidur malam ketika habis sholat magrib,
terdapat 3 lansia yang mengaku gelisah dan sering terbangun pada malam hari. 2 diantaranya
mengaku sering terbangu karena kondisi badan yang sakit-sakit.

4) Kebersihan diri
Penampilan sebagian besar penghuni wisma Melati tampak bersih dan rapih. Setiap lansia
mandi dibantu oleh pengasuh dari sembilan lansia hanya 3 lansia yang mandi sehari 3 kali
dan sisanya hanya mand pada pagi hari dengan alasan tidak kuat menahan suhu yang dingin
terutasa akhir akhir ini musim penghujan. Para lansia mengganti bajunya hanya 1 kali sehari
saat pagi saja.
b. Psikologis dan sosial
1) Kebiasaan buruk kelompok
Satu lansia mempunyai kebiasaan meminum air kamar mandi dan bang air kecil disembarang
tempat dan menggangu penghuni lainnya.
2) Keadaan emosi
Ada satu lansia yang bila di ajak bicara jawabannya tidak sesuai tema yang sedang
dibicarakan, sehingga sering kali jadi bahan tertawaan sesama lansia.
3) Pengambilan keputusan
Di wisma Melati tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil keputusan. Masing –
masing berhak menentukan yang terbaik bagi dirinya. Bila ada anggota wisma yang sakit,
maka lansia yang lain hanya melaporkan kepada petugas wisma.
4) Rekreasi
Kegiatan rekreasi yang dilakukan anggota wisma antara lain menonton TV, atau bercakap –
cakap di ruang dari masing masing tempat tidur. Penghuni pansti isolasi wanita I memiliki
keterbatasan gerak sehingga pengasuh sulit untuk mengadakan program rekreasi ke tempat
selai panti.
5) Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan oleh petugas yang datang ke panti setiap
hari kamis pagi. Jika obatnya habis para lansia mencari obat yang ditawarkan oleh padagang
yang sering berkunjung ke asrama.
6) Ketergantungan obat
Sebagian lansia yang sering menggunakan obat warung saat mempunyai keluhan kesehatan.
Mereka merasa keluhannya berkurang tetapi tidak mengetahui akibat kebiasaan ini pada
kesehatannya. Pengaturan minum obat selanjutnya diserahkan kepada pengurus wisma.
7) Kecacatan
Di wisma Melati tidak ada lansia yang mengalami kecacatan.
8) Keadaan ekonomi
Semua lansia di wisma isolasi wanita I tidak ada yang mempunyai tunjangan pensiun, mereka
hanya mendapatkan uang santunan dari panti ataupun uang yang diberikan oleh pengunjung
dan donatur.
9) Kegiatan organisasi sosial
Sebagian besar tidak dapat mengikuti kegiatan sosial yang diadakn panti dikarenakan
keterbatasan gerak yang dimiliki lansia.
10) Hubungan antara anggota kelompok
Sebagian besar lansia di dalam kelompok mementingkan kepentingan pribadi masing –
masing dan cenderung membiarkan dan tidak perduli satu sama lain. Lansia – lansia sering
berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi kelompok.
11) Hubungan di luar kelompok
Sebagian besar lansia menyatakan jarang berkunjung dan berhubungan dengan lansia yang
tinggal di wisma yang lain.
12) Hubungan dengan anggota keluarga
Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa mengunjungi lansia kapan
saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi semua lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh
keluarga karena sanak keluarganya sudah tidak ada.
c. Spiritual
1) Ketaatan beribadah
Semua lansia di wisma isolasi wanita I beragama Islam dan namun sebagian lansia sudah
tidak mampu menjalankan ibadah shalat 5 waktu, hanya 1 orang lansia yang mengaku
menjalankanibdah shalat dan hanya 3 hari sekali di waktu subuh.
2) Keyakinan tentang kesehatan
Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi pada manusia. Beberapa
lansia sering mengeluh pegal dan nyeri, biasanya jika hal itu terjadi mereka biasanya
menggunakan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang terasa sakit. Cara tersebut
cukup mengurangi rasa sakit.

d. Kultural
1) Adat yang mempengaruhi kesehatan
Lansia di wisma kebanyakan berasal dari pulau jawa hanya 1 orang yang berasal dari
lampung, dan tidak ada adat istiadat yang mempengaruhi kesehatan.
2) Tabu – tabu
Tidak ada pantangan budaya yang dianut oleh lansia di wisma

e. Keadaan lingkungan dalam


1) Penerangan
Di ruangan ataupun kamar mandi mendapatkan penerangan yang cukup baik menggunakan
lampu neon. Cahaya waktu siang pun masuh ke ruangan tanpa menyilaukan atau kekurangan
cahaya.
2) Kebersihan dan kerapihan
Secara umum kondisi ruangan cukup bersih dan rapi, kamar mandi dan wc cukup bersih.
Setiap hari wisma dibersihkan oleh pengasuh dan semenak ada mahasiswa maka kebersihan
wishma dibantu oleh para mahasiswa.
3) Sirkulasi udara
Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma terdapat cukup ventilasi danjendela
yang selalu dibuka setiap pagi.

f. Keadaan lingkungan dan halaman


1) Pemanfaatan halaman
Halaman wisma dimanfaatkan untuk penghijauan, dan untuk membersihkan halaman
pengasuh dan mahhasswa bertanggung jawab atas kebersihannya.
2) Pembuangan air limbah
Semua limbah dari kamar mandi dan WC dialirkan melalui saluran tertutup dan di teruskan
tempat pembuangan air.
3) Pembuangan sampah
Sampah yang ada di wisma kebanyakan sampah organik dan dihalaman wisma terdapat
tempat penampungan sampah yang akan dibakar jika sore hari.
B. Analisa Data

Data Diagnosa Keperawatan

Data Subjektif Gangguan rasa nyaman : nyeri


Beberapa lansia mengeluh pegal dan nyeri pada sendi di wisma Isolasi wanita I
pinggang, tangan dan kaki. b.d kurangnya motivasi : proses
Mereka mengatakan belum tahu cara yang tepat degenerasi/penurunan fungsi
untuk mengatasi pegal dan nyeri. muskuluskeletal
Mereka mengatakan pegal dan nyeri yang dirasakan dimanifestasikan dengan
muncul pada saat istirahat (tidur) sebagian lansia 31,25% lansia mengeluh nyeri
mengatakan pegal dan nyeri tersebut saat atau setelah dan pegal pada daerah pinggang
melakukan aktivitas. dan ekstremitas
Jika timbul nyeri mereka menggunakan minyak kayu
putih atau balsem pada daerah yang pegal atau nyeri.
Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit atau pegal
yang dialami.
Data Objektif
5 orang dari 9 orang lansia di Wisma isolasi wnita I
menderita rematik atau 31,25 %.

Data Subjektif Resiko cedera pada lansia di


Sekitar 2 orang lansia mengeluh penglihatannya wisma isolasi wanita I b.d
kabur atau sekitar 6,25 %, kurang pengetahuan tentang
gangguan penglihatan
Data Objektif (penglihatan kabur) dan cara
Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman. perawatannya dengan
. dimanifestasikan 6,25 % lansia
mengalami penglihatan kabur.

Data Subjektif Ganguan mobilitas fisik b.d


7 orang lansia di wisma mengeluh tidak dapat kelemahan otot (proses
beraktifitas dan lemas pada kaki degeneratif)

Data Objektif
7 lansia hanya duduk dan tidur di tempat tidurnya.
C. DAFTAR MASALAH
Dari keluhan – keluhan diatas didapatkan maslah keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sendi
2. Risiko cedera
3. Gangguan mobilitas fisik

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang


Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI RASIONAL
mandiri
- kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
- berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
- biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
- dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
- anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu
air kompres, air mandi
- berikan masase yang lembut

kolaborasi
beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil
salisilat (aspirin)
-membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program
- matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
- pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera
sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pada sendi
- Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
- Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
- Meningkatkan relaksasi, mengurangi
- tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan
vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
Tujuan:
Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.
b.Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi :
· Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata.
Rasional : Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien
· Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Rasional : Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien.
· Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata
· Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Rasional : Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi.
· Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki
kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Rasional : Pengumpulan Informasi dalam pencegahan komplikasi

3. Gangguan mobilitas fisisk b/d kelemahan otot.


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI
• Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
• Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
• Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi,berdiri dan berjalan.
• Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untukmenggunakan alat bantu.
• Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
• Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
• Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
• Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
• Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
• untuk menekan inflamasisistemik akut
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK LANSIA
DI WISMA ISOLASI WANITA I PANTI SOSIAL TERSNA WREDA
NATAR, LAMPUNG SELATAN

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

TK III REGULER

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2013/2014
Lember Pengesahan

Judul : asuhan keperawatan kelompok dengan reumatik di Wisma Isolasi Wanita I Panti
Sosial Tresna Wherda Natar Lampung Selatan

Kelas : TK III REGULER

Anggota: 1. Tesi Noviana

2. Tetu Hendarto

3. Vivi Alifiya

4. vivin Sabrina P. S.

5. Welly Anggara

6. Yesi Agraini

7. Yusita Eka Yuliana

You might also like