You are on page 1of 39

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KASUS

DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS MARET 2018


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS KEDOKTERAN KOMUNITAS KASUS INFEKSI

OLEH :
Hayat Hamzah Dawi 111 2015 1098
M. Ardiansyah Madaria 111 2015 2166

SUPERVISOR :
dr. Hj. Hermiaty, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018

1
LAPORAN KASUS INFEKSI

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A

Umur : 1 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Bangsa/suku : Indonesia/Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan :-

Alamat : Jl.Kajenjeng dalam perum Antang blok 6/111 Makassar

Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2018

ANAMNESIS

Keluhan utama : Buang Air Besar encer

Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak 1 hari yang lalu, konsistensi encer, tidak ada ampas, lendir,
maupun darah. Frekuensi > 10 kali satu hari. Disertai demam juga sejak 1 hari
yang lalu bersamaan dengan berak-berak, demam tidak terlalu tinggi, pola demam
naik turun. Batuk (-), sesak (-), mual (+), muntah (+), sakit perut; terutama perut
bagian bawah (+), perut kembung (+). Sejak berak-berak, pasien merasa lemah
dan nafsu makannya menurun. Buang air kecil lancar.

Ibunya menceritakan bahwa pada 1 hari yang lalu pasien baru saja makan
bubur saring yang instan . Keesokan harinya, pasien mulai berak encer. Riwayat
berobat : -

2
Riwayat penyakit sebelumnya :

Riwayat penyakit saluran pencernaan (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat alergi lainnya (-)

Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat hiperkolesterol/hiperlipidemia (-)

Riwayat penyakit saluran pencernaan (+), dispepsia.

Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat penyakit ginjal (-)

Riwayat alergi (-)

PEMERIKSAAN FISIS

Tanda vital :

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : afebris

Pemeriksaan fisis

BB : 8 kg TB : 90 cm

Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)

3
Leher : T.a.k

Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Cor : SI/II murni, reguler

Abdomen : Nyeri tekan (-)

Peristaltik (+) kesan meningkat

Ekstremitas : T.a.k

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

DIAGNOSIS

Diare akut

PENATALAKSANAAN
 Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah :
Cotrimoxazole 480 mg syr 2x1cth
Metoclopramide HCl 5 mg syr 3x1 cth
Curcuma syr 3x1 cth
 Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :
1. Menjaga kebersihan rumah, serta cara penyediaan makanan dan
pembelian makanan dari sumber yang bersih
2. Makan secara teratur, mengkonsumsi makanan berserat tinggi,
bervitamin, dan memperbanyak minum air putih.
3. Minum air yang telah dimasak (dari sumber yang bersih)
4. Mengurangi aktivitas yang menyebabkan mudah lelah.
5. Mengontrol kesehatan secara teratur.

4
HASIL WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar
pasien dan hubungan antara lingkungan dengan penyakit yang diderita. Dengan
demikian pasien dan keluarga dapat memahami bagaimana pengaruh lingkungan
terhadap suatu penyakit dan sebaliknya bagaimana suatu penyakit dapat
mempengaruhi lingkungan.

Profil Keluarga

An A adalah anak kedua dari dua bersaudara. Sejak lahir tinggal di


Jl.Kajenjeng dalam perum Antang blok 6/111 Makassar.

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga

Ayah A adalah seorang wiraswasta, sedangkan ibunya adalah Ibu Rumah


Tangga. Di Makassar, keluarganya tinggal di satu rumah batu dengan 4 kamar
tidur, 1 buah kamar mandi dan WC, dapur, ruang keluarga, ruang tamu, dan teras.
Kakak pertama masih duduk di SD. Menurut ibunya, kebutuhan sehari-harinya
dan keluarganya cukup terpenuhi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Setelah kunjungan rumah diketahui bahwa kedua orang tua pasien tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, maupun alergi. Tetapi
kakek dan nenek Azka dari pihak ayah, menderita diabetes mellitus. Sementara
riwayat dispepsia terjadi pada ibunya.

Pola Konsumsi Makanan

Ibu Pasien mengakui bahwa pola makan Azka sehari-hari tidak teratur dan
tidak seimbang. Pasien kadang-kadang terlambat makan, terutama jika pergi
bermain. Dalam menu makanan sehari-hari juga tidak selalu ada sayur, dan jarang
makan buah. Meski demikian, dia juga menyadari bahwa penyediaan dan
membeli makanan dari tempat yang tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya
bisa menyebabkan penyakit termasuk diare yang dideritanya.

5
Psikologi dalam Hubungan dengan Keluarga

Hubungan pasien dengan keluarganya sangat dekat dan komunikasi


berjalan dengan lancar. Pasien juga selalu melakukan aktivitas bersama keluarga
jika ada hari libur.

Lingkungan Tempat Tinggal

Karena lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat kerja kedua orang
tua Azka maka sejak lahir tinggal di Antang. Di sana, Pasien tinggal dengan ibu
bapak dan saudaranya. Luas kamarnya di dalam rumah itu cukup untuk kebutuhan
ruang per orang berdasarkan aktivitas dasar manusia, yaitu minimal 9 m2, atau
minimal 10 m2 menurut standar WHO. Kamar tersebut terisi 1 buah tempat tidur
dan 1 buah lemari.

Kamar saudara Pasien berada dibatasi oleh dinding setinggi 1,5 meter
yang berjarak kurang 1 meter dari pintu kamar. Dan lebih kurang 2-3 meter dari
pintu kamar rumah berdiri sebuah banguan berlantai dua. Jadi dapat dibayangkan
bahwa tidak terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang baik pada daerah
yang berada di antara kedua bangunan tersebut.

Karena letak kamarnya, ruang dalam kamar tetap tidak terjadi pertukaran
udara yang baik dan tidak mendapat cahaya matahari langsung meski persyaratan
untuk ventilasi dan pencahayaan sudah memenuhi syarat, yaitu jendela lebih
kurang 20% dari luas lantai ruangan dan ventilasi lebih kurang 5% dari luas lantai
ruangan. Karena pencahayaan yang kurang baik itulah, pencahayaan pada siang
hari mengandalkan penerangan dari lampu. Saudara pasien juga mengaku pada
siang hari ruangan terasa panas dan pengap. Sumber air untuk kebutuhan mandi
dan mencuci diperoleh dari sumur bor, air PAM untuk memasak, dan air galon
untuk minum.

Lingkungan tempat tinggal pasien baik di dalam dan di sekitar tempat


tinggalnya juga kurang terjaga kebersihannya. Dapur yang walaupun sering
dipakai tampak tidak rapi. Di sekitar rumah tidak ada tempat sampah sehingga

6
kotoran dibiarkan begitu saja setelah disapu. Air selokan di depan rumah tidak
mengalir karena tersumbat oleh sampah. Tidak heran bila banyak terlihat lalat jika
ada sedikit sisa makanan yang terserak di tepi-tepi rumah.

Pada malam hari juga kadang-kadang ada nyamuk dalam kamar pasien.
Menurut ceritanya, sudah pernah kakak kandungnya terserang demam berdarah 2
bulan yang lalu. Kakaknya sempat dirawat di rumah sakit.

Gambar 1. Tampak depan rumah Gambar 2. Ruang Tamu

Gambar 3. Kamar Tidur Gambar 4. Dapur

Gambar 5. Kamar Mandi

7
Keadaan Pasien

 Keluhan : Diare dan sakit perut mulai berkurang

 Pemeriksaan fisis :

Tekanan darah :-

Pernapasan : 18 x/mnt

Nadi : 78 x/mnt

Suhu : afebris

Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)

Leher : tidak ada kelainan

Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Cor : SI/II murni, reguler

Abdomen : Nyeri tekan (-)

Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas : tak ada kelainan

 Penatalaksanaan nonfarmakologis yang diberikan berupa saran untuk :

1. Makan secara teratur dan mengonsumsi makanan yang mengandung


serat tinggi serta vitamin, terutama vitamin C yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Menjaga kebersihan rumah, serta mengkonsumsi atau membeli


makanan dari sumber yang bersih.

3. Istirahat yang cukup

4. Mengontrol kesehatan secara teratur.

8
DISKUSI

Pasien atas nama A mengalami diare, mual, muntah dan nyeri pada
abdomen sejak 1 hari sebelum berobat ke poliklinik. Beliau juga merasa lemah
dan demam dengan pola naik turun sejak 2 hari sebelum berobat ke poliklinik,
walaupun pada pemeriksaan di poliklinik dan pada kunjungan rumah tidak
ditemukan febris. Kemungkinan pasien terinfeksi melalui makanannya sebab
sehari setelah pasien mengkonsumsi masakan bubur saring instan yang dibuat
oleh ibunya.

Dari kondisi rumah setelah dilakukan kunjungan 2 kali, maka dapat


diketahui bahwa rumah yang dihuni pasien dapat dikatakan kurang higienis, hal
ini tampak dari gambar tampak keadaan dapur dan meja makan kurang bersih
serta barang bekas yang tertumpuk samping rumah sehingga mengundang lalat
yang bisa saja hinggap di makanan atau minuman yang dikonsumsi pasien dan
keluarganya. Hal inilah yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
diare yang dialami pasien, di samping makanan jajanan yang tidak jelas
kebersihannya. Walaupun demikian, setelah ditanyakan pada orang tua pasien,
mereka telah mengetahui mengenai penyakit ini serta faktor-faktor penyebabnya,
tetapi terkadang karena kesibukannya, mereka lupa dan tidak sempat
memperhatikan kondisi tersebut.

Adapun terapi yang diberikan yaitu Cotrimoxazol sebagai antibiotik,


Metoclopramid sebagai obat muntah, dan Curcuma sebagai vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Metoklopramid merupakan salah satu
antimuskarinik yang banyak digunakan untuk mengobati atau mencegah mual
atau muntah. Walaupun demikian Medicines Evaluation Board (MEB) di Belanda
membatasi penggunaan metoklopramid pada anak-anak karena meningkatnya
jumlah laporan gejala ekstrapiramidal pada pemakaian metoklopramid pada anak-
anak. MEB mengatakan metoklopramid hanya digunakan untuk pengobatan mual
dan muntah berat yang tidak diketahui penyebabnya, atau jika pengobatan dengan
obat lain tidak efektif atau tidak memungkinkan. MEB mengatakan ada alternatif

9
lain yang lebih baik daripada metoklopramid, misalnya, domperidon yang
merupakan pilihan dalam mengobati mual muntah setelah operasi pada anak-anak.
Domperidon juga merupakan obat pilihan dalam mengobati migrain pada anak-
anak (indikasi yang disetujui di Belanda) karena risiko efek ekstrapiramidal lebih
rendah dibandingkan dengan Metoklopramid. Mirip dengan itu, antagonis reseptor
5-HT3 (misal:ondansetron) merupakan obat pilihan pertama untuk mual yang
disebabkan oleh kemoterapi yang emetogenik karena efikasi yang lebih baik dan
kejadian efek samping yang lebih sedikit daripada metoklopramid. Pemberian
metoclopramid pada penanganan pasien ini, dikarenakan oleh terbatasnya jenis
obat di poli umum tersebut, walaupun demikian tetap memperhatikan dosis yang
aman untuk anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemberian probiotik seperti Lacto


B. dalam pengobatan diare ternyata sangat efektif dalam mengurangi durasi diare
sehingga pasien anak dapat cepat sembuh. Sementara pada penanganan pasien ini
tidak diberikan mengingat pada tempat pengobatan pasien yaitu di poli umum
tidak ditemukan adanya probiotik ini, selain itu pada saat kunjungan pertama,
kondisi pasien sudah mulai membaik. Selain pengobatan farmakologis dibutuhkan
upaya nonfarmakologis berupa memberi motivasi kepada pasien untuk tetap sabar
dan tidak putus asa dalam diri dari penyakitnya saat ini. Memberikan saran
mengenai pola hidup sehat, antara lain makan makanan yang terjamin kebersihan
dan kesehatannya, cukup, dan teratur; dan istirahat yang cukup. Di samping itu,
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah serta terkait dengan pencegahan
demam berdarah, mengingat di rumahnya sudah pernah ada keluarganya yang
menderita demam berdarah. Serta senantiasa mengontrol kesehatan secara teratur
ke poliklinik atau rumah sakit.

Mengingat di tempat tinggal pasien terdapat riwayat penderita DBD, maka perlu
dilakukan suatu upaya untuk mengatasi nyamuk, antara lain :

 Tidak membiarkan air tergenang di tempat yang terbuka, menutup semua


tangki dan tempat penyimpanan air.

10
 Memperlakukan air buangan dengan benar.

 Menjaga kebersihan kamar, lingkungan rumah, dan lingkungan sekitar tempat


kost.

 Memotong daun pisang yang tua secara teratur karena nyamuk suka
berkumpul disana.

11
DIARE AKUT

A. Defenisi

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung


singkat, dalam beberapa jam sampai 7 hari atau 14 hari.

B. Etiologi

Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri,


parasit, dan virus. Penyebab lainnya adalah toksin dan obat, nutrisi enteral
diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal, atau berbagai
kondisi lainnya.

C. Patofisiologi

Diare akut infeksi terutama ditularkan secara fekal oral hal ini
disebabkan masukan minuman atau makan yang terkontaminasi tinja ditambah
dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, atau bahkan
disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi dari orang ke orang
melalui aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(Clostridium difficile), atau melalui aktivitas seksual.

Faktor penentu terjadinya diare adalah faktor agent dan host. Faktor
host adalah kemampuan pertahanan tubuh seseorang terhadap
mikroorganisme, berupa daya tahan tubuh atau lingkungan lmen saluran
cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup
lingkungan mikroflora usus.

Faktor yang mempengaruhi patogenesis diare antara lain daya


penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan agent memproduksi toksin
yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman yang dapat
membentuk koloni. Patogenesis diare terbagi dua yaitu :

12
1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus,


namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklik AMP
di dalam sel dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, natrium, dan kalium. Bakteri
yang termasuk golongan ini di antaranya adalah enterotoksigenik E. coli
(ETEC) dan S. aureus. Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air
seperti cucian beras dan meninggalkan dubur secara deras dan banyak
(voluminous). Keadaan ini disebut diare sekretorik isotonik voluminal.

2. Bakteri enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan


ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur
lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini di antaranya
adalah enteroinvasive E. coli (EIEC), S. paratyphi B, S. enteriditis,
Shigella, dan Yersinia.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit, menyebabkan kerusakan


berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan vili yang penting untuk
penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G. lambdia). Sementara
mekanisme yang disebabkan oleh virus masih belum jelas. Kemungkinan
dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga
mengganggu absorbsi air dan elektrolit. Sel-sel kripti berproliferasi dan
menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu,
terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi
laktosa, yang akhirnya memperlama diare.

13
D. Manifestasi Klinis

Pasien diare akut akibat infeksi sering mengalami mual, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut, demam, dan diare. Kekurangan cairan
menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor
kulit menurun, serta suara menjadi serak. Asidosis metabolikakan
menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan
Kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (>
120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur, pasien geliah,
muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan
kalium dapat menyebabkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun
sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi
dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut.

Secara umum, diare karena infeksi akut dibagi menjadi golongan


koleriform yaitu diare yang terutama terdiri atas cairan saja, dan golongan
disentriform yaitu diare yang didapatkan lendir kental dan kadang-kadang
darah.

E. Penatalaksanaan

Pada pasien anak, penatalaksanaan diare akut terdiri atas :

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

Yang paling penting adalah memperhatikan gejalanya, jika diare


yang menyebabkan dehidrasi ringan dan sedang, maka berikan cairan per
oral seperti oralit (bisa di rumah) kemudian observasi 4 jam untuk
menentukan tindakan selaanjutnya. Untuk dehidrasi berat, masuk rumah
sakit, beri infus i.v (Ringer laktat, ringer asetat) tergantung umur dan BB.

2. Jenis makanan yang dikonsumsi tetap (lunak keras)

3. Terapi medikamentosa (antibiotik)  hanya diberikan jika diketahui


bakteri penyebab :

14
 Shigellosis : Kotrimoxazole, 2 x 1, 5-10 mg/kgBB

Asam Nalidiksat, 4 x 1, BB x 55 mg

 Amoebiasis : Metronidazole, 3 x 1, 30-50 mg/kgBB (lebih baik untuk


amoeba jaringan daripada amoeba intestinalis, sehingga dosis untuk
intestinalis 50 mg/kgBB.

 Kolera : Tetrasiklin

4. Terapi definitif

Pemberian edukasi untuk pencegahan mengenai pola hidup


bersih dan sehat, baik diri dan lingkungan tempat tinggal.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, dkk. Diare akut. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta:


Media Aesculapius, 2000. h. 500-4.

2. Daldiyono. Diare. Dalam : Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: CV. Sagung


Seto, 1990.

3. Badan POM. Informasi Efek Samping Obat Pusat MESO Nasional Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Dalam : Buletin Berita MESO. Volume 25
No.2 November 2007.

4. Supraptini, Gambaran Rumah Sehat di Indonesia Berdasarkan Analisis Data


SUSENAS 2001 DAN 2004. Dalam Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 53 No.4
2-2007

5. Kurniawan, A. dkk. Strongyloides Stercoralis sebagai Penyebab Diare pada


Penderita AIDS. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 55, No. 10,
Oktober 2005

6. Buku Catatan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, Diare Akut, Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2002

7. Budi, Setia S. Diare Akut pada Anak. Tinjauan Pustaka, dalam Jurnal Medika
Nusantara Vol.27 No.2 April-Juni 2006. Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
FKUH/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo-Makassar.

8. Gunawan Shirly, Peran Probiotik pada Diare Akut Anak. Dalam Jurnal Ebers
Papyrus- Vol.13 No.3 September 2007

9. Budi Santoso, N. dkk, Diare Rotavirus pada Anak Dibawah Usia 3 Tahun
yang Dirawat di RSU DR. Saiful Anwar Malang Tahun 2005 (Preliminary
Study). Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unibraw/RSU dr.Saiful Anwar
Malang, Lab. Mikrobiologi FK Unibraw. Dalam Jurnal Kedokteran Brawijaya
Vol.XX No.2, Agustus 2004.

16
10. Hegar, Badriul,dkk. Karakteristik Mikroorganisme Saluran Cerna pada Anak
dengan Diare Akut. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Dalam Majalah Kedokteran Indonesia Vol.54, No.9, September 2004.

17
BAB I
PROFIL KELUARGA SEHAT

I. IDENTITAS
Nama : Tn. SL
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa /suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Jl.Kajenjeng dalam perum Antang blok 6/109

II. ANGGOTA KELUARGA


I. Identitas
Nama : Ny. J
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubungan keluarga : Orang tua (ibu)

II. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubungan keluarga : Istri Tn. SL

18
III. Identitas
Nama : An. AB
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Hubungan keluarga : Anak

III. PROFIL KELUARGA


Tn. SL tinggal di sebuah rumah yang didiaminya bersama mertua,
istri, dan anak laki-lakinya. Bapak Ny. M sudah meninggal, sehingga ibu Ny.
M tinggal bersama mereka.

IV. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


Tn. SL adalah seorang wiraswasta sedangkan istrinya adalah IRT.
Kondisi rumah yang ditempati oleh Ny. MR terbilang cukup baik, dengan
kondisi rumah batu berlantai keramik, 2 lantai, dengan 4 kamar tidur, sekitar
rumah yaitu bagian samping kanannya berbatasan dengan rumah batu dan
samping kirinya berbatasan dengan jalan. Meskipun berada di lingkungan
perumahan yang cukup padat, tetapi rumah Ny. MR cukup memiliki
pekarangan yang luas dan rimbun karena ditanami pohon mangga, pohon
pepaya, dan beberapa tanaman-tanaman hias. Ny. MR menempati sebuah
kamar dengan luas sekitar 2,5 x 2 m2. Perabot tertata rapi dan kebersihan
kamar cukup memuaskan. Rumah itu memiliki 3 kamar mandi yang terletak
di dekat dapur, di lantai 2, dan di dalam kamar Ny. MR. Kondisi kamar
mandi dan dapur cukup bersih. Ventilasi dan pencahayaan cukup memadai
serta memenuhi syarat. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan
memasak diperoleh dari air PAM, dan air galon untuk minum. Septic tank
terletak di belakang rumah dan tertutup dengan baik. Rumah Ny. MR juga

19
dilengkapi saluran pembuangan air di depan rumah, hanya saja saluran
pembuangannya belum terlalu baik sehingga airnya tergenang

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Menurut Tn. SL, dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang bermakna, hanya dirinya yang sering sakit kepala namun dari
hasil pemeriksaan tidak menunjukkan kondisi yang serius.

VI. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA


Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi dengan menu
makanan sederhana seperti nasi, tempe, tahu, ikan, telur, sayur, dan
sebagainya yang diolahnya sendiri atau di pesan pada katering rumahan.

VII. PSIKOLOGI DALAM HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA


Hubungan Tn, SL dengan keluarganya sangat dekat dan
komunikasi berjalan dengan lancar dan selalu melakukan aktivitas bersama.

VIII. LINGKUNGAN
Lingkungan tempat tinggal terbilang cukup padat. Kebersihan
lingkungan rumah terjaga, lingkungan rumah tetangga sekitar rumah Ny. MR
juga cukup terjaga, meskipun masih ada beberapa rumah yang tidak terlalu
memperhatikan kebersihan lingkungan rumahnya. Jalanan di depan rumah
dalam keadaan baik.

Gambar 1. Tampak Depan rumah

20
Gambar 2. Ruang tamu Gambar 3. Ruang tidur

Gambar 4. Kamar Mandi Gambar 5. Dapur

Gambar 9. Saluran Air

BAB II

21
SYARAT RUMAH SEHAT

I. RUMAH SEHAT MENURUT WINSLOW


Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa
perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya
kejadian penyakit dalam masyarakat.1

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow1:

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.Sebaiknya
tetap berkisar antara 18-20oC.suhu ruangan ini tergantung pada:
– Suhu udara luar
– Pergerakan udara
– Kelembaban udara
– Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-
conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam


hari.Yang ideal adalah penerangan listrik.diusahakan agar ruangan-
ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap


segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup
mempunyai jendela.Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas
lantai.Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat
mengalir bebas bila jendela dibuka.

22
d. Harus cukup mempunyai isolasi suara

Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara


yang berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari
sumber-sumber suara yang gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah,
lapangan terbang, stasiun bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa
keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga
yang tinggal di rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus
mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak
terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana
semua anggota keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang
untuk menerima tamu.
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-
tempat lain, terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terytama yang menggunakan gas.
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang
baik.

23
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti:
nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

II. BAHAN BANGUNAN


a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari
semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin
atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang
mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di
sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah
dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.2,3
b. Dinding: tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi
tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan,
lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup,
maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan
ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.2,3
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di
pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)

24
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan.Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama.Tetapi perlu
diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang
baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut
ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada
ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan
kayu.2

III. VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang
berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
tetap dalam kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain
untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.

25
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara
penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau
mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai
berikut: 2
 Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai
ruangan.
 Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang
mengalir keluar ruangan.
 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,
yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower
atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya.
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan
kerja.

IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak.Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah,
terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.

26
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan
akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke
dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di
sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari
dinding).Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi
dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca.Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan
melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya, kemudian
menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

V. LUAS BANGUNAN RUMAH


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia di dalam rumah.Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur,
makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.
Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan
beberapa ketentuan sebagai berikut: 2
 kebutuhan luas per jiwa
 kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

27
 kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3
m2 untuk setiap orang.2,3
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:

1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya
penyakit. Penularan penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya
TBC akan mudah terjadi di antara penghuni rumah. Dari penelitian
berjudul Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang, yang dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban
rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan penghuni rumah dengan
kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable suhu tidak memiliki
hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis pada anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus
dibagi dalam jumlah yang banyak. Misalnya air.Walaupun kwalitasnya
baik, tapi karena pemakainya banyak maka kwantitasnya menjadi
kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari
tidak mandi. Hal ini akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit

28
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit
penykait dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih
mudah terjadi, misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan penyakit-
penyakit saluran pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga
mempunyai kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu.
Hal ini akan menyebabkan tiap anggota keluarga, teruama anak-anak
muda tida suka tinggal di rumah, yang akan memudahkan timbulnya
kejahatan dan kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah tangga
yang tidak harmonis. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di
samping menyebabkan perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak
baik juga menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai
berikut2,3:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga

Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah sehat
yang digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran
Rumah Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data SUSENAS 2001 dan
2004.5

29
VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH
SEHAT
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam perencanaan
rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan di daerah
tropis.Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya internasional
tentang arsitektur ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan
2005, serta 25 asas tentang Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesünder
Wohnen durchbiologisches Bauen. Neubeuren 1982).6

30
Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari, maka
planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang dibangun
seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan belum pernah
sepenting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak
lingkungan sebagai dasar kehidupannya.6

Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan


lingkungan, manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai standar
rumah ekologis yang sehat.6

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan


sebagai paru-paru hijau
Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari
wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi 300 m,
serta utilitas dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata kota
kontemporer. Alun-alun sebagai taman/hutan kota merupakan ruang
beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi kualitaskehidupan dalam kota.
Letak dan pengaturan penghijauan dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota
tersebut. Di wilayah kota lama sering terjadi kekurangan lahan hijau seperti
jaringan penghubung (biotop interconnection) dengan penghijauan berbentuk
bahu jalan yang ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar.
Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam
kota dengan produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi
manusia, mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas iklim
mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan kemudian menguap
kembali, dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi
lereng gunung terhadap tanah longsor.6

2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis


Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir
menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga
yang bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti

31
yang lain membuktikan bahwa setiap materi juga mengandung semacam
kesadaran. Manusia merupakan penengah di antara akal dan materi, karena ia
menjadi satu-satunya makhluk yang memiliki badan material dan kerohanian.
Dengan demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-
benda yang tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya.

Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut,


maka di dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:

– sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung fluoresensi


– semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral,
pembumian)
– menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat menyalurkan
medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di atasnya
– mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari keadaan
standby
– memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
– menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam (hand
phone), juga
– orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah dan
patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa perhatian pada
jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan orang yang sedang tidur.6

3. Menggunakan bahan bangunan alamiah


Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan
macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan
baru.Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan
bahan bangunan guna mengkonstruksikan gedung.Maraknya penemuan
bahan bangunan baru juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi
lingkungan dan fisika bangunan.Membangun berarti suatu usaha untuk
menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru

32
menuntut para ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut,
karena tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan
tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal
selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang
menyeluruh.rantai bahan bangunan.6

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam


bangunan
Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup
di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.Orientasi bangunan
ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin.Sebagai kompromi letak
gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap
arah angin.Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga
menguntungkan bagi penerapan ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar
matahari yang Letak gedung terhadap arah angin yang paling paling
menguntungkan bila memilih arah dari menguntungkan bila memilihi arah
tegak lurus timur ke barat terhadap arah angin itu Ruang di sekitar bangunan
sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara.6

5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang


mampu mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan
kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung
terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut).
Selanjutnya harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air
(higroskopis) dan yang menolak air. Bahan bangunan yang berpori dapat
mengisap air dengan berbagai cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan
makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah
dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan
bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan
angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang),
oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang

33
melalui trasraam yang tidak kedap air). Kelebihan kelembapan apapun dalam
iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang
mempengaruhi kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis
dan asma.6

6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi


bangunan dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan
merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya,
karena lapisan yang kedap air tidak ada.6

7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai


bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan
akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan
bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan
minimal 60 tahun), bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang
tahan hanya sekitar 5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya
(life span).6

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan


harmonis
Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam
perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika.Proporsi dan
keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk
arsitektur.Oleh karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung ilmu
proporsi. Pengertian proporsi dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang
maupun bentuk proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan
penganutnya.6

34
9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari
lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber
alam dan energi tidak terbarukan.Oleh karena itu bahan bangunan harus
dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang
eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah,
serta rantai bahan secara holistis harus dipertimbangkan.Masalah padatnya
penduduk dan ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan
kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah.
Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh
rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah dasar etika
lingkungan.6

10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara


luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan
patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan
perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang
merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat dihindarkan.6

35
BAB III
PEMBAHASAN

Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal


yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai
tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Rumah yang sehat
merupakan rumah yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga
dapat bekerja secara produktif.

Adapun tabel hasil observasi penilaian terhadap rumah yang dimiliki oleh
Ny. RM untuk dikategorikan sebagai rumah sehat :

No. Variabel yang dinilai Cek Skor


1. Lokasi
a. tidak rawan banjir √ 3
b. rawan banjir
2. Kepadatan hunian
a. tidak padat (>8m2/orang) √ 3
b. padat (<8m2/orang)
3. Lantai
a. Semen ubin, keramik, kayu √ 3
b. Tanah
4. Pencahayaan
a. cukup √ 3
b. tidak cukup
5. Ventilasi
a. ada ventilasi √ 3
b. tidak ada

36
6. Air bersih
a. air dalam kemasan
b. ledeng/PAM √ 3
c. mata air pelindung
d. sumum pompa tangan
e. sumur terlindung
f. sumur tidak terlindung
g. mata air tidak terlindung
h. lain-lain
7. Pembuangan kotoran (kakus)
a. leher angsa √ 3
b. plengsengan
c. cemplung/cubluk
d. kolam ikan/sungai/kebun
e. tidak ada
8. Septic tank
a. septic tank dengan jarak >10 meter dari sumber √ 3
air minum
b. lainnya
9. Kepemilikan WC
a. sendiri √ 3
b. bersama
c. tidak ada
10. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. saluran tertutup √ 3
b. saluran terbuka
c. tanpa saluran
11. Saluran got
a. mengalir lancar
b. mengalir lambat

37
c. tergenang √ 1
d. tidak ada got
12. Pengelolaan sampah
a. diangkut petugas √ 3
b. ditimbun
c. dibuat kompos
13. Polusi udara
a. tidak ada gangguan polusi √ 3
b. ada gangguan
14. Bahan bakar masak
a. listrik, gas √ 3
b. minyak tanah
c. kayu bakar
d. arang/batu bara
Total 40

Berdasarkan 14 parameter yang dipakai sebagai parameter rumah sehat


didapatkan bahwa rumah yang dimiliki oleh Ny. RM memenuhi syarat kesehatan
baik yakni : ventilasi, pencahayaan alami, lokasi, kepadatan hunian, lantai, dan
polusi udara. Hanya saja, saluran got dari rumah Ny. RM perlu diperbaiki
sehingga airnya bisa mengalir dan tidak tergenang.

Adapun status kesehatan yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga dalam
kondisi sehat dan didukung oleh lingkungan yang sehat pula. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan
seseorang.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya


Bakti; 2000. Hal.105-8.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007. p. 167-172
3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from :
URL: http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm
4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat.
[online]. 2009. Available fromURL:
http://www.panda.org/downloads/general/lpr2004.pdf
5. Supraptini.Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis
Data Susenas 2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan
Badan Litbangkes; 2004.hal 1-12
6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah
dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh
Kabupaten Sumedang. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu
Keperawatan; 2007.
7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005.
Available from : URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan
Tengah. 2005. hal 1-5
9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan
Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas
Kesehatan Subdin Promosi Dan Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21
10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia.
[online]. 2009. Available fromURL: http://www.redaksi@persit-
kckjaya.org

39

You might also like