You are on page 1of 16

SIMPLE !

Jalani hidup dengan simpel, sederhana, gak neko-neko :D

Apabila meng-copy apapun dari blog ini, tolong sertakan kredit/sumber dari blog ini! Harap
dimengerti ya. Selamat Datang & Terima kasih atas kunjungannya :)

Rabu, 08 Mei 2013


Sejarah Lahirnya (Perkembangan) Sosiologi di Eropa dan Indonesia.

A. Perkembangan Sosiologi Di Eropa


Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda
yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte
dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan
dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang
diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap
metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi
yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada
saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia
menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar
tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology”
dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik
yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam
sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895,
menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya
berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh
diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah
besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik
suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The
American Journal of Sociology memulai publikasinya pada tahun 1895 dan The American
Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan
dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari
para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi
politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah
sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat
sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya
edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau
riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan
industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect
of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi
pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset
dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang
didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak
agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang
nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.
Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology) yang sampai kini
pikirannya masih dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber,
dan Emile Durkheim. Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang
pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka
juga digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik, ekonomi, antropologi, dan
sejarah.

B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia


Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah
mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia.
Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari
Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari
golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam
bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan
sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan
kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman
Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda
yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van
Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di
dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non
sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu
dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain
Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan
dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang Dunia ke dua diselenggarakan
oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih
sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat
filsafat Sosial dan Teoritis, berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese,
Bierens de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut
malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah berpendapat
bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di
dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana
Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948)
pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
UGM . Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena
sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada
Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam
Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Kemudian
pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara para mahasiswa dan sarjana
untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang
memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku tersebut
berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian
elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat
Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia yang
memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku-
bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en
problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor
Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah
mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda.
Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit
pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta
pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian
terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan
pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi
terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan
politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mngkhususkan
sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas
Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya,
oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara
sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing
manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk
yang mencakup berates suku.
Diposkan oleh MPP di 23.20
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Sosiologi, Tugas

 ► 2012 (51)

 ► 2011 (113)

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.


Beranda Sosiologi & Antropologi Pendidikan Budaya Sekilas Info Pupun SosAnt 09 Home
Saeful Romadhona Perkembangan Sosiologi di Eropa dan di Indonesia 08.16 Saeful R No
comments Perkembangan Sosiologi di Eropa Setelah mengetahui bahwa sosiologi merupakan
sebuah ilmu pengetahuan, Anda mungkin bertanya bagaimana perkembangan sosiologi hingga
mencapai bentuknya seperti sekarang. Sosiologi awalnya menjadi bagian dari fllsafat sosial. Ilmu
ini membahas tentang masyarakat. Namun saat itu, pembahasan tentang masyarakat hanya
berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik
sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya,
pembahasan tentang masyarakat meningkat pada cakupan yang lebih mendalam yakni
menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma yang harus ditaati oleh
seluruh anggota masyarakat. Sejak itu, berkembanglah satu kajian baru tentang masyarakat yang
disebut sosiologi. Menurut Berger dan Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri
sendiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap sudah
seharusnya demikian nyata dan benar (threats to the taken for granted world). L. Laeyendecker
mengidentifikasi ancaman tersebut meliputi: 1. terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri
dan revolusi Prancis, 2. tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15, 3. perubahan di bidang
sosial dan politik, 4. perubahan yang terjadi akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin
Luther, 5. meningkatnya individualisme, 6. lahirnya ilmu pengetahuan modern, 7.
berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri. Menurut Laeyendecker, ancaman-ancaman
tersebut menyebabkan perubahan-perubahan jangka panjang yang ketika itu sangat
mengguncang masyarakat Eropa dan seakan membangunkannya setelah terlena beberapa abad.
Auguste Comte, seorang filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan tersebut tidak saja bersifat
positif seperti berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negatif.
Salah satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat.
Menurut Comte, konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan
(normless) bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam
masyarakat Prancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnya Revolusi Prancis, masyarakat
Prancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak lagi
mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang
dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat. Oleh karena itu, Comte menyarankan
agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala sosial.
Namun, Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah
ilmu. la hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah sosiologi. Sosiologi
baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi
sosiologi melalui bukunya Rules of Sociological Method. Meskipun demikian, atas jasanya
terhadap lahirnya sosiologi, Auguste Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi. Meskipun
Comte menciptakan istilah sosiologi, Herbert Spencer-lah yang mempopulerkan istilah tersebut
melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer mengembangkan sistem
penelitian tentang masyarakat. la menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia
dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat.
Menurut Comte, suatu organ akan lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena ada
diferensiasi (proses pembedaan) di dalam bagian-bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagai
sebuah sistem yang tersusun atas bagian-bagian yang saling bergantung sebagaimana pada
organisme hidup. Evolusi dan perkembangan sosial pada dasarnya akan berarti jika ada
peningkatan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari
homogen ke heterogen dari kondisi yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku Spencer
tersebut terbit, sosiologi kemudian berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Perkembangan Sosiologi di Indonesia Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah
berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan, para pujangga dan tokoh bangsa Indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur
sosiologi dalam ajaran-ajaran mereka. Sri Paduka Mangkunegoro IV, misalnya, telah
memasukkan unsur tata hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda (intergroup
relation) dalam ajaran Wulang Reh. Selanjutnya, Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai
peletak dasar pendidikan nasional Indonesia banyak mempraktikkan konsep - konsep penting
sosiologi seperti kepemimpinan dan kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman Siswa
yang didirikannya. Hal yang sama dapat juga kita selidiki dari berbagai karya tentang Indonesia
yang ditulis oleh beberapa orang Belanda seperti Snouck Hurgronje dan Van Volenhaven sekitar
abad 19. Mereka menggunakan unsur-unsur sosiologi sebagai kerangka berpikir untuk
memahami masyarakat Indonesia. Snouck Hurgronje, misalnya, menggunakan pendekatan
sosiologis untuk memahami masyarakat Aceh yang hasilnya dipergunakan oleh pemerintah
Belanda untuk menguasai daerah tersebut. Dari uraian di atas terlihat bahwa sosiologi di
Indonesia pada awalnya, yakni sebelum Perang Dunia II hanya dianggap sebagai ilmu pembantu
bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, sosiologi belum dianggap cukup penting
untuk dipelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan, yang terlepas dari ilmu-ilmu
pengetahuan yang lain. Secara formal, Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshogeschool) di Jakarta
pada waktu itu menjadi saru-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan mata kuliah
sosiologi di Indonesia walaupun hanya sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Namun,
seiring perjalanan waktu, mata kuliah tersebut kemudian ditiadakan dengan alasan bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di
dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Dalam pandangan mereka, yang perlu
diketahui hanyalah perumusan peraturannya dan sistem-sistem untuk menafsirkannya.
Sementara, penyebab terjadinya sebuah peraturan dan tujuan sebuah peraturan dianggap tidaklah
penting. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Adalah Soenario Kolopaking yang pertama kali
memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik
Yogyakarta (sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM). Akibatnya, sosiologi
mulai mendapat tempat dalam insan akademisi di Indonesia apalagi setelah semakin terbukanya
kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di luar negeri sejak tahun 1950.
Banyak para pelajar Indonesia yang khusus memperdalam sosiologi di luar negeri, kemudian
mengajarkan ilmu itu di Indonesia. Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali
diterbitkan oleh Djody Gondokusumo dengan judul Sosiologi Indonesia yang memuat beberapa
pengertian mendasar dari sosiologi. Kehadiran buku ini mendapat sambutan baik dari golongan
terpelajar di Indonesia mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku ini seakan
mengobati kehausan mereka akan ilmu yang dapat membantu mereka dalam usaha memahami
perubahan-perubahan yang terjadi demikian cepat dalam masyarakat Indonesia saat itu. Selepas
itu, muncul buku sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diktat
kuliah sosiologi yang ditulis oleh seorang mahasiswa. Selanjutnya bermunculan buku-buku
sosiologi baik yang tulis oleh orang Indonesia maupun yang merupakan terjemahan dari bahasa
asing. Sebagai contoh, buku Social Changes in Yogyakarta karya Selo Soemardjan yang terbit
pada tahun 1962. Tidak kurang pentingnya, tulisan-tulisan tentang masalah-masalah sosiologi
yang tersebar di berbagai majalah, koran, dan jurnal. Selain itu, muncul pula fakultas ilmu sosial
dan politik berbagai universitas di Indonesia di mana sosiologi mulai dipelajari secara lebih
mendalam bahkan pada beberapa universitas, didirikan jurusan sosiologi yang diharapkan dapat
mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia. Posted in: Sosiologi
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Posting Lebih
Baru Posting Lama Beranda 0 komentar: Poskan Komentar Warna Background Pilih Warna
Kesukaan Sobat Read more: Cara Mengganti Background Blog
http://ojelhtc.blogspot.com/2011/12/cara-mengganti-background-blog.html#ixzz1hZhkaFGh
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike Saeful Disqus
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More RSS FeedSubscribe to Our RSS
feed! Follow Us on Twitter!Follow Us on Twitter! Jam About Me Foto saya Saeful R Brebes,
Jawa Tengah, Indonesia Lihat profil lengkapku Followers Welcome Guys Twitter Dapatkan
Widget Ini Total Tayangan Laman 13278 Pengunjung widget Labels Budaya Pendidikan
Sosiologi Archives ► 2014 (1) ► 2013 (1) ▼ 2011 (15) ► Desember (9) ▼ November (4)
Perkembangan Sosiologi di Eropa dan di Indonesia Legenda Lutung Kasarung Sosiologi
Pembangunan Model-model Pembelajaran ► Oktober (2) SosAnt 09 Christi Natalia
Kusharnanto Tintund Minds AMIN-SUYUTHI-MAN Dimas Eko M Riza Pahlevi SOSIOLOGI
UJUNG TOMBAK IPS....... Isnaeni Dominikus Senandung Awan Rizal Yogi Rizma Lia Christy
PUTRI_Sos@nt galeri sosial ku... sosant nafis Mila Fadhilah Aqil Baihaqi Puji Wulan Anik
Rahmawati MENTARI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI Natalia Sosiologi & Antropologi
^^ Tika sosiologi obat galau . News of Education Sosilogy Antropology Sos-Ant Zone's Tinta
Sosiologi Charisma Nanang Smarthomes khoir Anggit pendidikan tanpa batas Napak Tilas Adit
Mahluk Sosial Jendela Dunia Sociology . . . nanik bersama pendidikan sosant Spido Fenomena
Sosial Percikan iLmu Sosial... LUMBUNG ILMU SOSIAL Copyright © 2011 Pupun SosAnt 09
| Powered by Blogger Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium
Blogger Themes | Press Release Distribution

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

 Skip to navigation
 Skip to main content
 Skip to primary sidebar
 Skip to secondary sidebar
 Skip to footer

SOSIOLOGI Universitas Syiah Kuala 2010


VIVA SOCIUS-LOGOS

 Home
 About Sosiologi USK 2010
 Bingkai Foto
 Download

Facebook RSS Feed


← Laporan Kegiatan Bakti Sosial 2010
Konformitas Dan Penyimpangan →

Pertumbuhan Sosiologi di Eropa Pada


Abad ke-19
Apr 20

Posted by Admin

14 Votes

1. Tokoh-tokoh yang terkait pada perkembangan sosiologi di eropa abad ke 19

Pada tahun 1842 Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak
Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena
ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi
dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial
berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan
antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi
dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang
perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat
oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.
Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tonnies,
George Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari Eropa). Masing-
masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat
berguna untuk perkembangan Sosiologi di eropa pada abad ke 19.

Pada tahun 1876 Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan
pendekatan Analogi Organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu
organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Lalu disusul oleh
filosof Amerika Lester F. Ward pada tahun 1883 yang mempublikasikan Dynamic Sosiology.
Karl Marx (1818-1883) memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis yang menganggap
konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Meskipun
ramalan Marx tidak pernah terwujud namun pemikiran Marx mengenai startifikasi sosial dan
konflik tetap berpengaruh terhadap pemikiran sejumlah ahli besar sosiologi. Sebagimana halnya
dengan para tokoh sosiologi lainnya,pemikiran marx pun diarahkan pada perubahan sosial besar
yang melanda Eropa Barat sebagai dampak perkembangan pembagian kerja, khususnya yang
terkait dengan kapitalisme.

Emile Durkheim (1858-1917) seorang ilmuwan perancis, pada tahun 1895 ia berhasil
melembagakan sosiologi sebagai disiplin ilmu /akademis. Emile memperkenalkan pendekatan
fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat
sekaligus memelihara keteraturan sosial.

Ferdinand Tonnies pada tahun 1887 ia memiliki teori penting yang akhirnya berhasil
membedakan konsep tradisional dan modern dalam suatu organisasi sosial, yaitu Gemeinschaft
(yang diartikan sebagai kelompok atau asosiasi) dan Gesellschaft (yang diartikan sebagai
masyarakat atau masyarakat modern-istilah Piotr Sztompka).

George Simmel seorang filosof dari jeman pada tahun 1908, ia memusatkan perhatiannya pada
proses interaksi yang dianggapnya sebgai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembangannya.
Selanjutnya ia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkannya dengan besar
kecilnya kelompok. Simmel berpandangan bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian
seseorang tergantung pada jaringan hubungan social yang dimilikinya yaitu pada keanggotaan
kelompoknya.

Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman) yang berupaya menelusuri


nilai kepercayaan tujuan dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia atau tindakan sosial.
Salah satu bukunya yang terkenal ialah The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism yang
diterbitkan pada tahun 1904. Didalam bukunya itu ia mengemukakan tesisnya yang terkenal
mengenai keterkaitan antara Etika protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Nah
dari sini dapat dilihat bahwa sumbangan Weber bagi sosiologi disamping sumbangan
pemikirannya berupa usaha menjelaskan proses perubahan jangka panjang yang melanda eropa
barat ialah, usahanya untuk mendefinisikan dan menjabarkan pokok bahasan sosiologi.

Sedangkan Pitirim Sorokin adalah tokoh sosiologi termuda yang membantu perkembangan
sosiologi di Eropa. Ia lebih menekankan penelitiannya mengenai teori siklus perubahan sosial.
Sorokin memusatkan perhatiannya pada tingkat budaya, dengan menekankan pada arti, nilai,
norma dan symbol sebagai kunci untuk memahami kenyataan sosial-budaya. Sorokin juga
menekankan adanya saling ketergantungan antara pola-pola budaya. Ia percaya bahwa
masyarakat adalah suatu sistem interaksi dan kepribadian individual.

1. Substansi Teori (Pokok bahasan Sosiologi)

Pada abad ke 19, tokoh-tokoh yang terkait pada pertumbuhan sosiologi mengatakan bahwa
Sosiologi adalah ilmu yang menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar
penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah,
sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup
kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia.
Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang
terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara
di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan
manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi
pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu
ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah,
dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan
antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Hal-hal pokok didalam sosiologi meliputi Fakta sosial, Tindakan Sosial, Khayalan Sosiologis,
dan Realitas Sosial. Fakta Sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada
di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam,
dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah
aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa
dan mengendalikan individu (murid).

Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku


orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial,
tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian
orang lain, merupakan tindakan sosial.

Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun
yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu
memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat
untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues).
Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan
hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya
memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah
individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota
tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran
tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan
objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.

1. Orang-orang yang sepaham dan mengimplementasikannya

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi
sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Dua ahli yang sepaham dengan
teori pertumbuhan sosiologi Eropa abad ke 19 ialah Harry M. Johnson dan Soerjono Soekanto.
Bahkan mereka menyebutkan cirri-ciri sosiologi ialah sebagai berikut:

 Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulasi (menduga-duga).
 Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di
lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun
secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
 Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki,
diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
 Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah
tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Lalu mereka mengimplementasikannya sehingga Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan


meliputi:

 Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
 Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang
membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
 Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan
terapan.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret.
Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat
secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
 Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-
prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan
struktur masyarakat manusia.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut
metode yang digunakan.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-
gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

Selain itu mereka juga membedakan objek sosiologi menjadi 4 objek, yaitu:

 Objek Material,meliputi kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara


manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

 Objek Formal, ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat.
Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

 Objek budaya, satu faktor yang dapat mempengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

 Objek Agama, pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam
hubungan sosail masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang
mempengaruhi hubungan manusia.
Leave a Reply



 Blogroll
o Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HIMASIO)
o Sosiologi 2011
 weblink
o DETaK Unsyiah
o Pema Unsyiah
o Universitas Syiah Kuala
 Serambi Indonesia
o An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.


Search for:

 Archives
o June 2012 (5)
o March 2012 (1)
o November 2011 (1)
o October 2011 (1)
o August 2011 (1)
o May 2011 (2)
 Total Pageview
o 81,591 Pengunjung

Create a free website or blog at WordPress.com. The Mystique Theme.

Follow

Follow “SOSIOLOGI Universitas Syiah Kuala 2010”

Get every new post delivered to your Inbox.

Build a website with WordPress.com

Ensikloblogia

Blog Kumpulan Sumber Ilmu untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Umum

 Home
 About
 Sitemap
 Contact Us
 Privacy Policy
 Dsiclaimer

Home» Sosiologi» Perkembangan Sosiologi di Eropa

Perkembangan Sosiologi di Eropa


Posted by Ensikloblogia on Rabu, 16 Maret 2016

Setelah mengetahui bahwa sosiologi adalah sebuah ilmu pengetahuan, maka kita pasti akan
bertanya-tanya bagaimana perkembangan sosiologi hingga bisa seperti saat ini. sosiologi pada
awalnya menjadi bagian dari filsafat sosial. Ilmu ini membahas tentang masyarakat.
Namun, pada saat itu pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar sekitar hal-hal yang
menarik perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik sosial, dan kekuasaan
dalam kelas-kelas penguasa.

Dalam perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat meningkat pada cakupan


yang lebih mendalam yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma
yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Sejak saat itu, berkembanglah suatu kajian
baru tentang masyarakat yang disebut sosiologi.

Menurut Berger dan Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena
adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap sudah seharusnya demikian
nyata dan benar (threats to the taken for granted world). L. Laeyendecker mengidentifikasi
ancaman tersebut meliputi :

1. Terjadi dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi Perancis.


2. Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15.
3. Perubahan di bidang sosial dan politik.
4. Perubahan yang terjadi akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin Luther.
5. Meningkatnya individualisme.
6. Lahirnya ilmu pengetahuan moderen.
7. Berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri.

Menurut Laeyendecker, ancaman-ancaman tersebut menyebabkan perubahan-perubahan jangka


panjang yang ketika itu sangat mengguncang masyarakat Eropa dan seakan membangunkannya
setelah terlena beberapa abad.

Auguste Comte, seorang filsuf Perancis, melihat perubahan-perubahan tersebut tidak saja bersifat
positif seperti berkembangnya demokratisasi di dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negatif
salah satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas di dalam masyarakat.

Menurut Comte, konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan
(normless) bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam
masyarakat Perancis ketika itu.

Setelah pecahnya Revolusi Perancis, masyarakat Perancis dilanda konflik antarkelas. Comte
melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan
akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial
masyarakat.

Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan
menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum
yang mengatur gejala-gejala sosial.
Namun, Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi suatu
ilmu. Ia hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah sosiologi.

Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan
metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sociological Method. Meskipun demikian, atas
jasanya terhadap lahirnya sosiologi, ia tetap disebut sebagai bapak sosiologi.

Meskipun Comte menciptakan istilah sosiologi, Herbert Spencerlah yang menyatakan istilah
tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer mengembangkan
sistem penelitian tentang masyarakat.

Ia menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar
tentang evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat. Menurut Comte, suatu organ akan
lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena adanya differensiasi di dalam bagian-
bagiannya.

Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang tersusun atas bagian-bagian yang saling
bergantung bagaimana organisme hidup. Evolusi dan perkembangan sosial pada dasarnya akan
berarti jika ada peningkatan differensiasi dan intergrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu
transisi dari homogen ke heterogen dari kondisi sederhana ke kondisi yang kompleks. Setelah
buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian berkembang pesat ke seluruh Indonesia.

Demikianlah penjelasan mengenai perkembangan sosiologi di Eropa. Semoga tulisan ini


bermanfaat untuk kita semua.

Related Posts
 Ciri-Ciri Sosiologi dan Metode-Metode Sosiologi
 Pengertian Nilai Menurut Para Ahli
 Pengertian Interaksi Sosial, Macam-Macam Interaksi Sosial dan Ciri Interaksi Sosial
 Pengertian Norma dan Jenis-Jenis Norma
 Macam-Macam Agen-Agen Sosialisasi atau Media Sosialisasi dan Peranannya

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Recent Post
 Pengertian Protein, Sumber Protein, Fungsi Protein dan Metabolisme Protein
 Fungsi Lemak, Sumber Lemak, Macam-Macam Lemak dan Metabolisme Lemak
 Fungsi Karbohidrat dan Metabolisme Karbohidrat sebagai Zat Makanan yang
Dibutuhkan Tubuh
 Pengertian Interaksi Sosial, Macam-Macam Interaksi Sosial dan Ciri Interaksi
Sosial
 Pengertian Norma dan Jenis-Jenis Norma

Popular Posts
 Peran Lembaga Penunjang di Pasar Modal
 Pengertian Bank Notes sebagai Jasa-Jasa Bank Lainnya
 Pengertian Safe Deposit Box (SDB) dan Manfaat Safe Deposit Box bagi Nasabah dan
Bank
 Pengertian Inkaso, Warkat-Warkat Inkaso, dan Keuntungan Inkaso
 Pengertian Cek dan Jenis-Jenis Cek (Cheque)
 Macam-Macam Lembaga Keuangan Internasional : Bank Dunia, IMF, Bank
Pembangunan Asia dan Bank Pembangunan Islam
 Pengertian Travellers Cheque atau Cek Wisata dan Keuntungannya
 Jenis-Jenis Transaksi Valuta Asing (Valas)
 Jenis-Jenis Kantor Bank
 Jenis-Jenis Kartu Kredit serta Keuntungan dan Kerugian Kartu Kredit

Label
 Bank dan Keuangan
 Biologi
 Ekonomi
 Geografi
 Hukum
 Lembaga Pembiayaan
 Politik
 Sosiologi

Copyright © 2014. Ensikloblogia. All Rights Reserved


Links: YOUR LINK1 - YOUR LINK2 - YOUR LINK3 HERE!
New Johny Wuss Template by CB Blogger. Powered by Blogger
Original Theme by Mastemplate

You might also like