You are on page 1of 15

ANATOMI DAN FISIOLOGI

PENDENGARAN

Pembimbing:
dr. Eka Dian Safitri, Sp.THT

Disusun Oleh:
Rofifati ‘Ainy (2014730084)

KEPANITERAAN KLINIK STASE THT

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Eka Dian Safitri,
Sp.THT, selaku pembimbing dalam penyusunan laporan ini, sehingga ini dapat diselesaikan
dengan baik. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatan telinga
hidung dan tenggorok, khususnya pada topik ”Anatomi dan fisiologi pendengaran”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga bermanfaat.

Jakarta, Desember 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia menangkap informasi dari lingkungan sekitar yang berupa rangsangan untuk

dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Rangsangan tersebut nantinya akan ditangkap

oleh alat-alat tubuh yang memiliki fungsi khusus tertentu bernama indera. Alat indera pada

pada manusia terdiri dari 5 alat indera, yaitu mata,hidung, telinga, kulit, dan lidah. Dengan

adanya alat indera ini, manusia dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan. Oleh karena

itu alat-alat indera sangat dibutuhkan oleh kita. Tanpa alat indera sebagai reseptor dalam tubuh,

kita tidak mungkin menyadari perubahan suhu, kita juga tidak mungkin mendengar atau

melihat sesuatu.

Rangsangan dari lingkungan luar dapat berupa gelombang suara. Alat indera yang

berperan dalam hal ini adalah telinga. Telinga merupakan salah satu organ yang dapat

mendeteksi suara dari luar. Selain sebagai alat indera pendengaran, telinga juga berfungsi

sebagai alat keseimbangan. Dengan tugas dan fungsi yang sangat penting dari telinga ini, maka

melalui tugas ini akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi pendengaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah, telinga dalam. Bagian luar dan

tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, di

mana energi suara mengalami penguatan dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua sistem

sensorik berbeda: koklea, yang mengandung reseptor untuk mengubah gelombang suara

menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar; dan aparatus vestibularis, yang penting

bagi sensasi keseimbangan.

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga

luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri

dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf

S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang

telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat

= Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.

Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian

dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit

dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami

modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok

yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan

serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi. Pada

sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat)

2
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian

dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Gambar 2.1 dan 2.2 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam.

3
2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

 Batas luar : Membran timpani

 Batas depan : Tuba eustachius

 Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)

 Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

 Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )

 Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),

tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran

Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya

berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi

oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis

lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan

secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo.

Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang

menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4

kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak

lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-

depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.

4
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar

kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada

inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria

yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat

dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara.

maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah

yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan

telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Gambar 2.3 : Membran Timpani

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba

auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane

5
tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.

Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk

mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka

dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan

yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.

2.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas,

skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli

dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala

vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala

media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,

dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar

dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

Organ corti adalah organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf sebagai respons

terhadap getaran membran basilar. Organ corti terletak pada permukaan serabut basilar dan

membran basilar. Reseptor sensorik yang sebenarnya di dalam organ corti adalah dua tipe sel

saraf yang khusus, yang disebut dengan sel rambut: baris tunggal sel rambut interna berjumlah

sekitar 3500 dengan diameter 12 mikrometer, dan tiga sampai empat baris sel rambut eksterna

6
berjumlah sekitar 12000 dengan diameter hanya 8 mikrometer. Bagian dasar dan samping sel

rambut bersinaps dengan jaringan ujung saraf koklearis. Sekitar 90-95% ujung ini berakhir di

sel-sel rambut dalam, yang memperkuat peranan khusus sel ini dalam mendeteksi suara.

Koklea

Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia panjangnya

35 mm. Koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya.

Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam

koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri

dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis

membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian

atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat

ini dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani

berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea

kearah perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan

kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:

1. membran reissner bagian atas

7
2. lamina spiralis membranasea bagian bawah

3. dinding luar koklea

Saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang berisi

endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis. Disini, terdapat stria

vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.

Gambar 2.4 : Koklea

Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada membarana basilaris

(lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya membrane basilaris dari basis

koklea sampai keatas bertambah dan lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan frekuensi

tinggi berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian atas

(ujung) dari koklea.

8
GAMBAR 2.5 : Organ korti

Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane tektoria.

Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan dengan alat persepsi pada alat

korti. Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung

rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi kortilimf. Duktus

koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus reunions. Bagian dasar

koklea yang terletak pada dinding medial cavum timpani menimbulkan penonjolan pada

dinding ini kearah cavum timpani. Tonjolan ini dinamakan promontorium.

Vestibulum

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga berisi

perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang berhubungan

dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam

vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane sakkulus dan utrikulus.

Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain dengan perantaraan

duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus yang berakhir pada

suatu lilpatan dari duramater, yang terletak pada bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini
9
dinamakan sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu.

Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel penunjang

yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli. Sedangkan pada utrikulus,

dinamakan macula utrikuli.

Kanalis semisirkularis

Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu sama

lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang terbenam dalam perilimfe.

Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai

tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis (lateralis).

Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania media dan

tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis

semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung yang

tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara

pada vestibulum sebagai krus komunis.

Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis semisirkularis ossea.

Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf. Didalam kanalis semisirkularis

membranasea terdapat endolimf. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat

sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla.

Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada Krista ampularis

yang menempati 1/3 dari lumen ampulla. Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ

yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga

dapat menutup seluruh ampulla.

10
2.1.4 Fisiologi pendengaran

Fungsi telinga adalah mengubah energi suara mekanik menjadi sinyal bioelektrik.

Dengan dua telinga yang berfungsi baik, suara dapat dilokalisasi karena gelombang suara

mencapai masing-masing telinga dengan perbedaan waktu dan intensitas yang sedikit.

Gelombang suara menggetarkan membran timpani dan dihantarkan ke sepanjang rangkaian

ossicular padat menuju ke fenestra vestibuli (ovalis). Gelombang ini membuat perilimfe

bergerak di dalam koklea dan menghasilkan getaran ritmik pada membrana basilaris, yang

merangsang sel-sel rambut di neuroepitelium dan membentuk tahapan untuk oenghantaran

sinyal bioelektrik.

Transfer energi suara dari medium gas (udara) ke medium cair (endolimfe)

menyebabkan kehilangan energi netto. Untuk mengatasi kehilanan ini, membran timpati dan

ossicula menyediakan sistem transformer (pengubah) yang berupa suatu aksi hidrolik

(berdasarkan rasio luas bagian getar membran timpani dan luas lempeng kaki stapes) dan

sistem pengungkit (ossicular). Ketika gelombang bunyi melintas dari udara ke cairan, terjadi

kehilangan 30dB, tetapi telinga tengah mengembalikan 27 dB dengan aksi pengubahan ini.

Adanya sebuah jendela di kedua sisi mebran basilaris memungkinkan gelombang tekanan

melintasi suatu cairan yang relatif tidak dapat dikompresi yang terperangkap di dalam sebuah

ruang tulang (koklea), sehingga fenestra koklea bertindak sebagai sebuah katup penetral.

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah

diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
11
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan

membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran

(area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar 2.6 : Fisiologi Pendengaran


12
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, ed. 2014. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-7.
Jakarta:Badan Penerbit FKUI; 2014.
2. Adams GL, Boeis LR, Hilger PA, ed. 2003. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
3. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.

13

You might also like