You are on page 1of 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTRITIS REMATHOID
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :
1. Pipit Widowati P1337420216091
2. Yuga Nurwinantu P1337420216092
3. Maryunah P1337420216093
4. Nurul Okty P. P1337420216094
5. Yunita Pangesti P1337420216095
6. Syah Amri Yahya P1337420216096
7. Arindita Inke Putri O. P1337420216098

Tingkat : III C

Dosen Pengampu : Taat Sumedi, S.Kep. NS. MH

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2018
ARTRITIS REMATHOID

A. DEFINISI
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa,
Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Artritis Reumatoid adalah
suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif
dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Reumatoid arthritis klasik

pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2. Reumatoid arthritis defisit

pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

3. Probable Reumatoid arthritis

pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

4. Possible Reumatoid arthritis

pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

B. ETIOLOGI

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi


beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan


faktor Reumatoid

2. Gangguan Metabolisme

3. Genetik

4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,


namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi),
faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;

1. Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah


2-3:1.

2. Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun


penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)

3. Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

4. Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

C. PATOFISIOLOGI

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)


terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.


Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan


adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan
sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

D. PATHWAY
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
ARTRITIS REUMATOID

E. MANIFESTASI KLINIS

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :


1. Nyeri persendian

2. Bengkak (Reumatoid nodule)

3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4. Terbatasnya pergerakan

5. Sendi-sendi terasa panas

6. Demam (pireksia)

7. Anemia

8. Berat badan menurun

9. Kekuatan berkurang

10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas

2. Adanya nyeri tekan

3. Deformitas bertambah pembengkakan

4. Kelemahan

5. Depresi

Gejala Extraartikular :
1. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis

2. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis

3. Pada lympa : Lhymphadenopathy

4. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

5. Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita


artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat
yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat
bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan


menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di


tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.

3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.

4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini
dapat dilihat pada radiogram.

5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan


perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.

6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada


sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di
sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-
nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-
nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.

7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang


organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada


tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini
aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi
dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-
minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang
dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi
(kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan


energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi
dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari.
Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi
dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri,
pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran
klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala
sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi,
berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada
persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang
serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris.
Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang
umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada


penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat
reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba
panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga
atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas
jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi
yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan
menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius
terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada
pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak
setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan
terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat
terjadi berulang

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

F. KOMPLIKASI

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya


prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang


disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

5. Terjadi splenomegali.

6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar


kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan


ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga


sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia


dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan


irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar


dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan


perkembangan panas.

7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)


atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis


yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada


penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi
sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju
endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal
penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4
menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus
(ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning
gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen
(Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen
akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi
yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS


REUMATOID

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi adalah:

1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan


2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.

3. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

1. Istirahat

2. Latihan fisik

3. Panas

4. Pengobatan

a) Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar


salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml

b) Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran


cerna terhadap terapi obat

c) Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600


mg/hari  mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing
sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.

d) Garam emas

e) Kortikosteroid

5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih


Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:

a) Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk


mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.

b) Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

c) Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan


tangan.

d) Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran


pada persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan


penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer,
dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis


terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini
akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu
diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat
yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat
anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer &
Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid


arthritis menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium
penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan
penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit
tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-


hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air
hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati,
kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan
olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan
makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak
memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama
yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat
efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi


(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.

b) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi


sinovial

§ Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

§ Catat bila ada krepitasi

§ Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

c) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

§ Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

§ Ukur kekuatan otot

d) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

e) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

2. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup


tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean
ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan

- Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?

- Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?

- Riwayat keluarga dengan RA

- Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun

- Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

2. Pola Nutrisi Metabolik

- Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak


mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)

- Riwayat gangguan metabolic

3. Pola Eliminasi

- Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

4. Pola Aktivitas dan Latihan

- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit

- Jenis aktivitas yang dilakukan

- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas

- Tidak mampu melakukan aktifitas berat


5. Pola Istirahat dan Tidur

- Apakah ada gangguan tidur?

- Kebiasaan tidur sehari

- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur

- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?

6. Pola Persepsi Kognitif

- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?

- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

- Bagaimana hubungan dengan keluarga?

- Apakah ada perubahan peran pada klien?

9. Pola Reproduksi Seksualitas

- Adakah gangguan seksualitas?

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

11. Pola Sistem Kepercayaan

- Agama yang dianut?

- Adakah gangguan beribadah?

- Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan


B. ANALISA DATA

Analisa data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisa
data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematis,
penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social,
akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan enis responden, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan.

Tujuan analisa menurut Sofian Effendi dalam bukunya Metode Penelitian


Survei (1987 : 231) adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasi.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,


penurunan, kekuatan otot.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan


dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

D. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

Nyeri berhubungan Setelah - Kaji keluhan nyeri, catat - Membantu dalam menentukan
dengan agen dilakukan lokasi dan intensitas kebutuhan manajemen nyeri dan
pencedera, distensi tindakan (skala 0-10). Catat faktor- keefektifan program
jaringan oleh keperawatan faktor yang mempercepat
- Matras yang lembut/ empuk,
akumulasi cairan/ selama 3x24 jam dan tanda-tanda rasa sakit
bantal yang besar akan mencegah
proses inflamasi, diharapkan tidak non verbal.
pemeliharaan kesejajaran tubuh
destruksi sendi. ada Keluhan
- Berikan matras/ kasur yang tepat, menempatkan stress
nyeri, dengan
keras, bantal kecil,. pada sendi yang sakit. Peninggian
kriteria :
Tinggikan linen tempat linen tempat tidur menurunkan
-Menunjukkan tidur sesuai kebutuhan. tekanan pada sendi yang
nyeri hilang/ terinflamasi/nyeri
- Tempatkan/ pantau
terkontrol
penggunaan bantl, karung - Mengistirahatkan sendi-sendi yang
-Terlihat rileks, pasir, gulungan sakit dan mempertahankan posisi
dapat trokhanter, bebat, brace. netral. Penggunaan brace dapat
tidur/beristiraha menurunkan nyeri dan dapat
- Dorong untuk sering
t dan mengurangi kerusakan pada sendi
mengubah posisi,. Bantu
berpartisipasi
untuk bergerak di tempat - Mencegah terjadinya kelelahan
dalam aktivitas
tidur, sokong sendi yang umum dan kekakuan sendi.
sesuai
sakit di atas dan bawah, Menstabilkan sendi, mengurangi
kemampuan.
hindari gerakan yang gerakan/ rasa sakit pada sendi
-Mengikuti menyentak.
- Panas meningkatkan relaksasi
program
farmakologis - Anjurkan pasien untuk otot, dan mobilitas, menurunkan
yang mandi air hangat atau rasa sakit dan melepaskan kekakuan
diresepkan mandi pancuran pada di pagi hari. Sensitivitas pada panas
waktu bangun dan/atau dapat dihilangkan dan luka dermal
-
pada waktu tidur. dapat disembuhkan
Menggabungk
Sediakan waslap hangat
an - Meningkatkan relaksasi/
untuk mengompres sendi-
keterampilan mengurangi nyeri
sendi yang sakit beberapa
relaksasi dan
kali sehari. Pantau suhu - Meningkatkan realaksasi,
aktivitas
air kompres, air mandi, mengurangi tegangan otot/ spasme,
hiburan ke
dan sebagainya. memudahkan untuk ikut serta dalam
dalam
terapi
program - Berikan masase yang
kontrol nyeri. lembut - Sebagai anti inflamasi dan efek
analgesik ringan dalam mengurangi
- Ajarkan teknik non
kekakuan dan meningkatkan
farmakologi (relaksasi,
mobilitas.
distraksi, relaksasi
progresif) - Rasa dingin dapat menghilangkan
nyeri dan bengkak selama periode
- Beri obat sebelum
akut
aktivitas/ latihan yang
direncanakan sesuai
petunjuk.

- Kolaborasi: Berikan
obat-obatan sesuai
petunjuk (mis:asetil
salisilat)

- Berikan kompres dingin


jika dibutuhkan

Gangguan mobilitas Setelah - Evaluasi/ lanjutkan - Tingkat aktivitas/ latihan


fisik berhubungan dilakukan pemantauan tingkat tergantung dari perkembangan/
dengan deformitas tindakan inflamasi/ rasa sakit pada resolusi dari peoses inflamasi
skeletal, nyeri, keperawatan sendi
- Istirahat sistemik dianjurkan
penurunan, selama 3x24
- Pertahankan istirahat selama eksaserbasi akut dan seluruh
kekuatan otot. jam
tirah baring/ duduk jika fase penyakit yang penting untuk
diharapkan
diperlukan jadwal mencegah kelelahan
mobilitas fisik
aktivitas untuk mempertahankan kekuatan
baik dengan
memberikan periode
kriteria : - Mempertahankan/ meningkatkan
istirahat yang terus
fungsi sendi, kekuatan otot dan
ü Mempertahan menerus dan tidur malam
stamina umum. Catatan : latihan
kan fungsi hari yang tidak
tidak adekuat menimbulkan
posisi dengan terganmggu.
kekakuan sendi, karenanya aktivitas
tidak
- Bantu dengan rentang yang berlebihan dapat merusak
hadirnya/
gerak aktif/pasif, sendi
pembatasan
demikiqan juga latihan
kontraktur. - Menghilangkan tekanan pada
resistif dan isometris jika
jaringan dan meningkatkan
ü Mempertahan memungkinkan
sirkulasi.
kan ataupun
- Ubah posisi dengan
meningkatkan - Mempermudah perawatan diri dan
sering dengan jumlah
kekuatan dan kemandirian pasien. Tehnik
personel cukup.
fungsi dari pemindahan yang tepat dapat
Demonstrasikan/ bantu
dan/ atau mencegah robekan abrasi kulit
tehnik pemindahan dan
kompensasi
penggunaan bantuan - Meningkatkan stabilitas
bagian tubuh
mobilitas, mis, trapeze ( mengurangi resiko cidera ) dan
ü Mendemonstra memerptahankan posisi sendi yang
- Posisikan dengan bantal,
sikan tehnik/ diperlukan dan kesejajaran tubuh,
kantung pasir, gulungan
perilaku yang mengurangi kontraktor
trokanter, bebat, brace
memungkinka
- Mencegah fleksi leher
n melakukan - Gunakan bantal
aktivitas kecil/tipis di bawah leher. - Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas
- Dorong pasien
mempertahankan postur - Menghindari cidera akibat
tegak dan duduk tinggi, kecelakaan/ jatuh
berdiri, dan berjalan
- Berguna dalam memformulasikan
- Berikan lingkungan program latihan/ aktivitas yang
yang aman, misalnya berdasarkan pada kebutuhan
menaikkan kursi, individual dan dalam
menggunakan pegangan mengidentifikasikan alat
tangga pada toilet,
- Menurunkan tekanan pada
penggunaan kursi roda.
jaringan yang mudah pecah untuk
- Kolaborasi: konsul mengurangi risiko imobilitas
dengan fisoterapi.
- Mungkin dibutuhkan untuk
- Kolaborasi: Berikan menekan sistem inflamasi akut
matras busa/ pengubah
tekanan.

- Kolaborasi: berikan
obat-obatan sesuai
indikasi (steroid).

Gangguan Citra Setelah - Dorong pengungkapan - Berikan kesempatan untuk


Tubuh / Perubahan dilakukan mengenai masalah mengidentifikasi rasa takut/
Penampilan Peran tindakan tentang proses penyakit, kesalahan konsep dan
berhubungan keperawatan harapan masa depan. menghadapinya secara langsung.
dengan perubahan selama 3x24
- Diskusikan arti dari - Mengidentifikasi bagaimana
kemampuan untuk jam
kehilangan/ perubahan penyakit mempengaruhi persepsi
melaksanakan diharapkan
pada pasien/orang diri dan interaksi dengan orang lain
tugas-tugas umum, gangguan citra
peningkatan tubuh terdekat. Memastikan akan menentukan kebutuhan
penggunaan energi, berkurang bagaimana pandangaqn terhadap intervensi/ konseling lebih
ketidakseimbangan dengan pribadi pasien dalam lanjut.
mobilitas. criteria: memfungsikan gaya
- Isyarat verbal/non verbal orang
hidup sehari-hari,
ü Mengungkapk terdekat dapat mempunyai pengaruh
termasuk aspek-aspek
an mayor pada bagaimana pasien
seksual.
peningkatan memandang dirinya sendiri.
rasa percaya - Diskusikan persepsi
- Nyeri konstan akan melelahkan,
diri dalam pasienmengenai
dan perasaan marah dan
kemampuan bagaimana orang terdekat
bermusuhan umum terjadi.
untuk menerima keterbatasan.
menghadapi - Dapat menunjukkan emosional
- Akui dan terima
penyakit, ataupun metode koping
perasaan berduka,
perubahan maladaptive, membutuhkan
bermusuhan,
pada gaya intervensi lebih lanjut.
ketergantungan.
hidup, dan
- Membantu pasien untuk
kemungkinan - Perhatikan perilaku
mempertahankan kontrol diri, yang
keterbatasan menarik diri, penggunaan
dapat meningkatkan perasaan harga
menyangkal atau terlalu
ü Menyusun diri.
memperhatikan
rencana
perubahan. - Meningkatkan perasaan harga diri,
realistis untuk
mendorong kemandirian, dan
masa depan. - Susun batasan pada
mendorong berpartisipasi dalam
perilaku mal adaptif.
terapi.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku - Mempertahankan penampilan
positif yang dapat yang dapat meningkatkan citra diri.
membantu koping.
- Memungkinkan pasien untuk
- Ikut sertakan pasien merasa senang terhadap dirinya
dalam merencanakan sendiri. Menguatkan perilaku
perawatan dan membuat positif. Meningkatkan rasa percaya
jadwal aktivitas. diri.

- Bantu dalam kebutuhan - Pasien/orang terdekat mungkin


perawatan yang membutuhkan dukungan selama
diperlukan. berhadapan dengan proses jangka
panjang/ ketidakmampuan.
- Berikan bantuan positif
bila perlu. - Mungkin dibutuhkan pada sat
munculnya depresi hebat sampai
- Kolaborasi: Rujuk pada
pasien mengembangkan kemapuan
konseling psikiatri, mis:
koping yang lebih efektif.
perawat spesialis
psikiatri, psikolog.

- Kolaborasi: Berikan
obat-obatan sesuai
petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan.

Defisit perawatan Setelah - Diskusikan tingkat - Mungkin dapat melanjutkan


diri berhubungan dilakukan fungsi umum (0-4) aktivitas umum dengan melakukan
dengan kerusakan tindakan sebelum timbul awitan/ adaptasi yang diperlukan pada
musculoskeletal, keperawatan eksaserbasi penyakit dan keterbatasan saat ini
penurunan selama 3x24 potensial perubahan yang
- Mendukung kemandirian
kekuatan, daya jam sekarang diantisipasi.
fisik/emosional
tahan, nyeri pada diharapkan
- Pertahankan mobilitas,
waktu bergerak, klien dapat - Menyiapkan untuk meningkatkan
kontrol terhadap nyeri
depresi. mengatur kemandirian, yang akan
dan program latihan.
kegiatan meningkatkan harga diri
sehari-hari, - Kaji hambatan terhadap
- Berguna untuk menentukan alat
dengan partisipasi dalam bantu untuk memenuhi kebutuhan
criteria hasil: perawatan diri. individual. Mis; memasang kancing,
Identifikasi /rencana menggunakan alat bantu memakai
ü Melaksanakan
untuk modifikasi sepatu, menggantungkan pegangan
aktivitas
lingkungan. untuk mandi pancuran
perawatan diri
pada tingkat - Kolaborasi: Konsul - Mengidentifikasi masalah-masalah
yang dengan ahli terapi yang mungkin dihadapi karena
konsisten okupasi. tingkat kemampuan actual
dengan
- Kolaborasi: Atur - Mungkin membutuhkan berbagai
kemampuan
evaluasi kesehatan di bantuan tambahan untuk persiapan
individual
rumah sebelum situasi di rumah
ü Mendemonstra pemulangan dengan
sikan evaluasi setelahnya.
perubahan
- Kolaborasi : atur konsul
teknik/ gaya
dengan lembaga lainnya,
hidup untuk
mis: pelayanan perawatan
memenuhi
rumah, ahli nutrisi.
kebutuhan
perawatan
diri.

ü Mengidentifik
asi sumber-
sumber
pribadi/
komunitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan
perawatan
diri.

E. EVALUASI

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil


yang diinginkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan, tahap
akhir proses keperawatan.

Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya,
dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
dilakukan perubahan intervensi (Tarwono, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:


Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed.,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.
Jakarta : EGC

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku


Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit bag 2. Jakarta: EGC

You might also like