Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia's World Malaria Report 2005,Pada
akhir 2004, sekitar 3,2 milyar orang tinggal di daerah beresiko penularan
malaria di 107 negara dan teritori. Antara 350 dan 500 juta episode klinis
malaria terjadi setiap tahun. Setidaknya satu juta kematian terjadi setiap tahun
karena malaria. Sekitar 60% dari kasus malaria di seluruh dunia dan lebih dari
80% dari kematian di seluruh dunia malaria terjadi di Afrika selatan Sahara.
Malaria masih menjadi masalah kesehatan besar dengan 300-500 juta kasus
per tahun dilaporkan.
Malaria adalah masalah potensial di hampir semua daerah di luar pusat-
pusat metropolitan utama di Indonesia. Hal ini lebih efektif dan sehat untuk
lebih mengandalkan langkah-langkah anti-nyamuk dari pada obat anti-parasit.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
Indonesia, khususnya diluar Jawa dan Bali, di Indonesia transmigrasi dan
daerah lain yang didatangi penduduk baru di daerah non endemik sering
terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan kematian. Lebih dari setengah
penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria,
sehingga beresiko tertular malaria. Sekarang ada beberapa kasus dilaporkan
malaria di daerah wisata yang sebelumnya bebas dari penyakit. (Chairuddin
Meuraxa, 2004)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian malaria?
2. Apa etiologi malaria?
3. Bagaimana patofisiologi malaria?
1
4. Apa saja manifestasi klinis dari malaria?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang malaria?
6. Bagaimana penatalaksanaan malaria?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien malaria?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian malaria!
2. Untuk mengetahui etiologi malaria!
3. Untuk mengetahui patofisiologi malaria!
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari malaria!
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang malaria!
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan malaria!
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien malaria!
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Malaria adalah sebagai penyakit berbahaya yang disebabkan oleh
parasit dari nyamuk Anopheles. Jika nyamuk Anopheles yang terinfeksi
menggigit Anda, parasit Plasmodium penyebab malaria dapat ditularkan dan
dilepaskan ke dalam aliran darah Anda. Setelah Anda terkena malaria, Anda
akan terus menggigil dan demam yang terjadi dalam siklus yang berlangsung
selama 2-3 hari dalam satu waktu.
Pada malam hari, nyamuk yang terinfeksi parasit ini lebih banyak
beredar dan menggigit. Jika seseorang sudah terkena gigitan nyamuk, parasit
pun akan langsung masuk ke aliran darah.
3
C. Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)
dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksul (skizogoni) dalam badan
hospes vertebra termasuk manusia.
1. Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase
jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang
biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses
ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase.
Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran
darah, disebut sporulasi. Pada plasmodium Vivax dan plasmodium ovale,
sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat
mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit
membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-
merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit
berubah bentuk menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit
dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
2. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini
mengalami pematangan menjadi mikro dam makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookosta. Bila ookosta
pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk
Patogenesis malaria ada 2 cara;
a. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia
4
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam
darah manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir
melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital)
D. Manifestasi klinis
5
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi
cepat tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik).
Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak
sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1
jam
b. Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka
penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas
seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai
dengan rasa mual atau muntah – muntah. Nadi penderita menjadi kuat
kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan bisa
meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
c. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai
membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun
dengan cepat kadang – kadang sampai dibawah normal. Biasanya
penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah
tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih
bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronis. Limpa mengalami
kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh:
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reducedsurvival time)
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sum-sum tulang (diseritropoesis).
6
4. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria Laten
adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila
parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium
eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
5. Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps
dapat bersifat:
a. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang
berkembang biak.
b. Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat muncul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
ke darah dan berkembang biak.
E. Pemeriksaan Penunjang
7
selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa
200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak
ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal
dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit
10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50
merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b. Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis
plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per
1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk
menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan
pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa
laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil
yang cukup baik.
c. Tes antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein
II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan
khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi
untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode
ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah
dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi
dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif
salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal
sebagai tes cepat (Rapid test).
8
d. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai
tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi
adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana
parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap
sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-
metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test,
immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
e. Pemeriksaan PCR (polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi
DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :
a. kuinin (kina)
b. mepakrin
c. klorokuin, amodiakuin
d. proguanil, klorproguanil
e. Primakuin
f. pirimetamin
g. sulfon dan sulfonamide
h. kuinolin methanol
i. antibiotic
9
Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria
terhadap obat antimalaria, maka obat antimalaria dapat juga dibagi dalam
5 golongan yaitu :
a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit
stadium praeritrositik dalam hati sehingga mencegah parasit masuk
dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat profilaksis kausal.
Obatnya adalah proguanil, pirimetamin.
b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus
eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk
pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, obatnya adala
primakuin.
c. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik,
yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinik.
Obat ini digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat
spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh stadium gametosit
P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale, tetapi tidak efektif untuk
gametosit P. Falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau
amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin yang mempunyai efek
terbatas.
d. Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual
termasuk gametosit P. Falcifarum. Obatnya adalah primakuin
sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin,
klorokuin atau amodiakuin sebagai gametositosida untuk P. Vivax,
P. Malariae dan P. Ovale.
e. Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit
dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam
nyamuk Anopheles. Obat – obat yang termasuk golongan ini adalah
primakuin dan proguanil.
1) Obat malaria falsiparum
Malaria falsiparum (malaria ganas) disebabkan oleh jenis parasit
bernama plasmodium falciparum.
10
a. Di Indonesia, pengobatan lini pertama malaria falsiparum adalah
menggunakan kombinasi obat artesunate, amodiakuin, dan
primakuin. Ketiganya bertujuan untuk membunuh plasmodium
falciparum pada stadium atau bentuk yang berbeda-beda. Obat ini
biasanya diberikan secara oral (melalui mulut). Pengobatan lini
pertama ini selanjutnya akan dilihat efektif atau tidak selama 3
hari setelah minum obat pertama kali. Pengobatan dikatakan
efektif jika tidak ditemukan parasit stadium aseksual lagi dan
gejala yang timbul semakin membaik pada konsultasi selanjutnya.
Pengobatan dikatakan tidak efektif apabila pada waktu
pemeriksaan kondisi tubuh semakin memburuk, dan masih
ditemukan plasmodium aseksual positif dalam darah.
b. Lini kedua pengobatan malaria falciparum dilakukan dengan
kombinasi kina, doksisiklin atau tetrasiklin, dan primakuin. Obat-
obatan ini diberikan secara oral selama 7 hari ke depan. Kina akan
diberikan melalui infus jika penderita malaria sudah mengalami
sakit berat. Jika tidak tersedia doksisiklin maka dapat digantikan
dengan tetrasiklin dengan frekuensi pemberian dalam sehari lebih
banyak dibandingkan saat menggunakan doksisiklin. Kedua jenis
obat ini tidak diperbolehkan untuk anak di bawah umur 8 tahun
dan juga ibu hamil. Kedua kelompok usia ini akan mendapatkan
pengobatan khusus.
2) Obat malaria vivaks dan malaria ovale
Malaria jenis ini umumnya termasuk kategori malaria ringan. Yang
paling sering terjadi di Indonesia dalam buletin jendela data dan
informasi kesehatan adalah malaria vivaks. Malaria ovale lebih jarang
terjadi.
a. Lini pertama pengobatan malaria jenis ini adalah dengan
kombinasi obat klorokuin dan primakuin. Sama seperti malaria
falsiparum, jika setelah 3 hari mengonsumsi obat lini pertama tidak
efektif maka akan dilanjutkan pengobatan ini kedua.
11
b. Pengobatan lini kedua dilanjutkan dengan peningkatan dosis
primakuin.
3) Obat malaria malariae
Pengobatan malaria jenis ini cukup diberikan dengan klorokuin sekali
sehari selama 3 hari ke depan dan diikuti dengan pemeriksaan kembali
setelah 3 hari. Klorokuin dapat membunuh plasmodium malariae
berbentuk aseksual maupun seksual di dalam tubuh.
2. Pencegahan
a. Perorangan
1) Menghindar dari gigitan nyamuk (biasanya menjelng matahari
terbenam hingga menjelang fajar ), dengan :
a) Menggunakan kelambu atau kasa anti nyamuk
b) Penggunaan repellent
c) Memakai pakaian yang menutupi lengan dan kaki
2) Obat profilaksis bila memasuki daerah endemis malaria bagi para
pengunjung atau turis domestik atau mancanegara (2 minggu
sebelumnya-4 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria)
a) Klorokuin 5 mg/kg, 1x setiap minggu
b) Pirimetamin 0,5-0,75 mg/kg atau sulfadoksin 10-15 mg/kg, 1X
setiap minggu (untuk umur >6bulan)
3) Mencegah atau membasmi tempat perindukan nyamuk.
b. Komunitas
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan .
2) Penanggulangan penularan malaria secara berkesinambungan.
3) Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengetahuan malaria.
G. Pengkajian keperawatan
1. Pemeriksaan fisik
a. Keletihan, kelemahan, malaise
b. Takikardi, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
12
c. Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan
cepat( fase demam ) kulit hangat, diuresis ( diaphoresis) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab ( vaso kontriksi ), hipovolemia,
penurunan aliran darah.
d. Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
e. Distensi abdomen
f. Anoreksia mual dan muntah
g. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan penuruna
masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
h. Sakit kepala, pusing dan pingsan
i. Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma
j. Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan
k. Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas
H. Diagnosa keperawatan
I. Rencana keperawatan
Dx 1 :
13
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi
dan catat masukan makanan klien.
Berikan makanan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur
Diskusikan yang disukai klien dan masukkan dalam diet murni
Observasi dan catat kejadian mual/ muntah dan gejala lain yang
berhubungan
Dx 2 :
Dx 3 :
Dx 4 :
14
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
A. Jurnal 1
TINDAKAN PENCEGAHAN MALARIA DI DESA SUDOROGOKE
KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO (2018)
Oleh : Restu Alami, Retno Adriyani
15
Kebiasaan pemakaian obat anti nyamuk pada saat tidur malam sudah baik,
diketahui bahwa sebagian besar responden yang menderita malaria (65%) dan
tidak menderita malaria (80%) sudah terbiasa menggunakan obat anti nyamuk
saat tidur malam. Artinya, masyarakat sudah mulai menyadari bahwa
pemakaian obat anti nyamuk saat tidur malam dapat mengurangi
kemungkinan gigitan nyamuk.
Penggunaan repellent juga merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
gigitan nyamuk. Pemakaiannya sangat mudah terutama jika akan beraktivitas
di luar rumah malam hari. diketahui bahwa sebagian besar responden yang
menderita malaria (60%), tidak pernah menggunakan repellent saat keluar
rumah malam hari.
Simpulan : Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa tindakan pencegahan malaria yang meliputi kebiasaan
berada di luar rumah malam, kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk saat
tidur malam, kebiasaan tidak memakai repellent saat beraktivitas di luar
rumah malam di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo.
B. Jurnal 2
UJI KERENTANAN NYAMUK Anopheles spp TERHADAP
LAMBDACYHALOTRIN 0,05% DI DAERAH DATARAN TINGGI
(Studi di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo)
Oleh : Shella Intania, M. Arie Wuryanto, Ari Udijono, Lintang Dian
Saraswati
16
digunakan adalah nyamuk Anopheles spp betina yang dipilih secara purposive
sampling dengan beberapa kriteria yaitu (1) nyamuk Anopheles spp berjenis
kelamin betina, (2) nyamuk berasal dari pembiakan larva yang diperoleh dari
Kecamatan Kaligesing, (3) nyamuk dalam posisi kenyang, dan (4) umur
nyamuk seragam. Penentuan status kerentanan nyamuk dihitung
menggunakan Rumus Abbots. Tingkat kerentanan ditentukan berdasarkan
persentase kematian nyamuk uji setelah pengamatan selama 24 jam dengan
kriteria yaitu :
a. kematian <90% resisten
b. kematian 90-<98% tolera
c. kematian 98-100% rentan
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat beberapa parasit yang
dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax,
malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes
definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3
tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung
nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra
mekanik. Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak hingga
menyebabkan kematian.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat Melakukan penyuluhan secara
intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara
mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk
pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti
nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara
menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan
vektor malaria. Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah
seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan
nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti
nyamuk waktu tidur.
18