You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia's World Malaria Report 2005,Pada
akhir 2004, sekitar 3,2 milyar orang tinggal di daerah beresiko penularan
malaria di 107 negara dan teritori. Antara 350 dan 500 juta episode klinis
malaria terjadi setiap tahun. Setidaknya satu juta kematian terjadi setiap tahun
karena malaria. Sekitar 60% dari kasus malaria di seluruh dunia dan lebih dari
80% dari kematian di seluruh dunia malaria terjadi di Afrika selatan Sahara.
Malaria masih menjadi masalah kesehatan besar dengan 300-500 juta kasus
per tahun dilaporkan.
Malaria adalah masalah potensial di hampir semua daerah di luar pusat-
pusat metropolitan utama di Indonesia. Hal ini lebih efektif dan sehat untuk
lebih mengandalkan langkah-langkah anti-nyamuk dari pada obat anti-parasit.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
Indonesia, khususnya diluar Jawa dan Bali, di Indonesia transmigrasi dan
daerah lain yang didatangi penduduk baru di daerah non endemik sering
terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan kematian. Lebih dari setengah
penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria,
sehingga beresiko tertular malaria. Sekarang ada beberapa kasus dilaporkan
malaria di daerah wisata yang sebelumnya bebas dari penyakit. (Chairuddin
Meuraxa, 2004)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian malaria?
2. Apa etiologi malaria?
3. Bagaimana patofisiologi malaria?

1
4. Apa saja manifestasi klinis dari malaria?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang malaria?
6. Bagaimana penatalaksanaan malaria?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien malaria?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian malaria!
2. Untuk mengetahui etiologi malaria!
3. Untuk mengetahui patofisiologi malaria!
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari malaria!
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang malaria!
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan malaria!
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien malaria!

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Malaria adalah sebagai penyakit berbahaya yang disebabkan oleh
parasit dari nyamuk Anopheles. Jika nyamuk Anopheles yang terinfeksi
menggigit Anda, parasit Plasmodium penyebab malaria dapat ditularkan dan
dilepaskan ke dalam aliran darah Anda. Setelah Anda terkena malaria, Anda
akan terus menggigil dan demam yang terjadi dalam siklus yang berlangsung
selama 2-3 hari dalam satu waktu.

B. Etiologi dan Cara penularan

Parasit Plasmodium vivax, P. malariae, P. falciparum dan P.ovale;


parasit golongan sporozoa. Infeksi campuran jarang terjadi di daerah endemis

Penyebab utama malaria adalah Plasmodium. Meskipun ada banyak


jenis dari parasit ini, tetapi yang menyebabkan malaria hanya ada lima.
Khusus di Indonesia, ada dua jenis parasit Plasmodium, yakni Plasmodium
falciparum serta Plasmodium vivax.

Pada malam hari, nyamuk yang terinfeksi parasit ini lebih banyak
beredar dan menggigit. Jika seseorang sudah terkena gigitan nyamuk, parasit
pun akan langsung masuk ke aliran darah.

Selain melalui gigitan nyamuk, parasit ini pun mampu menyebar


melalui transfusi darah atau jarum suntik yang digunakan bergantian.

Beberapa gejala yang timbul setelah parasit beredar dalam darah


adalah sakit kepala, demam tinggi, berkeringat, mengigil serta nyeri otot,
bahkan muntah dan diare. Namun, apabila tidak segera ditangani, maka hal
ini bisa berdampak negatif pada pernapasan hingga kegagalan fungsi organ
tubuh.

3
C. Patofisiologi

Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)
dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksul (skizogoni) dalam badan
hospes vertebra termasuk manusia.
1. Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase
jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang
biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses
ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase.
Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran
darah, disebut sporulasi. Pada plasmodium Vivax dan plasmodium ovale,
sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat
mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit
membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-
merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit
berubah bentuk menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit
dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
2. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini
mengalami pematangan menjadi mikro dam makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookosta. Bila ookosta
pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk
Patogenesis malaria ada 2 cara;
a. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia

4
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam
darah manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir
melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital)

D. Manifestasi klinis

Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah


endemik malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah:
1. Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang
berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah
merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya
merozoit – merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk
bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada malaria terdiri dari tiga :
a. Stadium dingin

5
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi
cepat tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik).
Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak
sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1
jam
b. Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka
penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas
seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai
dengan rasa mual atau muntah – muntah. Nadi penderita menjadi kuat
kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan bisa
meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
c. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai
membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun
dengan cepat kadang – kadang sampai dibawah normal. Biasanya
penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah
tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih
bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronis. Limpa mengalami
kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh:
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reducedsurvival time)
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sum-sum tulang (diseritropoesis).

6
4. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria Laten
adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila
parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium
eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
5. Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps
dapat bersifat:
a. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang
berkembang biak.
b. Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat muncul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
ke darah dan berkembang biak.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita


tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian
ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratif maupun preventif.
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit
malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali
dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria.
Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria
dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui :
a. Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk
menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak
dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya
untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu
untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan

7
selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa
200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak
ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal
dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit
10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50
merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b. Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis
plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per
1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk
menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan
pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa
laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil
yang cukup baik.
c. Tes antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein
II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan
khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi
untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode
ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah
dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi
dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif
salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal
sebagai tes cepat (Rapid test).

8
d. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai
tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi
adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana
parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap
sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-
metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test,
immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
e. Pemeriksaan PCR (polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi
DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :
a. kuinin (kina)
b. mepakrin
c. klorokuin, amodiakuin
d. proguanil, klorproguanil
e. Primakuin
f. pirimetamin
g. sulfon dan sulfonamide
h. kuinolin methanol
i. antibiotic

9
Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria
terhadap obat antimalaria, maka obat antimalaria dapat juga dibagi dalam
5 golongan yaitu :
a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit
stadium praeritrositik dalam hati sehingga mencegah parasit masuk
dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat profilaksis kausal.
Obatnya adalah proguanil, pirimetamin.
b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus
eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk
pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, obatnya adala
primakuin.
c. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik,
yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinik.
Obat ini digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat
spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh stadium gametosit
P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale, tetapi tidak efektif untuk
gametosit P. Falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau
amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin yang mempunyai efek
terbatas.
d. Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual
termasuk gametosit P. Falcifarum. Obatnya adalah primakuin
sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin,
klorokuin atau amodiakuin sebagai gametositosida untuk P. Vivax,
P. Malariae dan P. Ovale.
e. Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit
dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam
nyamuk Anopheles. Obat – obat yang termasuk golongan ini adalah
primakuin dan proguanil.
1) Obat malaria falsiparum
Malaria falsiparum (malaria ganas) disebabkan oleh jenis parasit
bernama plasmodium falciparum.

10
a. Di Indonesia, pengobatan lini pertama malaria falsiparum adalah
menggunakan kombinasi obat artesunate, amodiakuin, dan
primakuin. Ketiganya bertujuan untuk membunuh plasmodium
falciparum pada stadium atau bentuk yang berbeda-beda. Obat ini
biasanya diberikan secara oral (melalui mulut). Pengobatan lini
pertama ini selanjutnya akan dilihat efektif atau tidak selama 3
hari setelah minum obat pertama kali. Pengobatan dikatakan
efektif jika tidak ditemukan parasit stadium aseksual lagi dan
gejala yang timbul semakin membaik pada konsultasi selanjutnya.
Pengobatan dikatakan tidak efektif apabila pada waktu
pemeriksaan kondisi tubuh semakin memburuk, dan masih
ditemukan plasmodium aseksual positif dalam darah.
b. Lini kedua pengobatan malaria falciparum dilakukan dengan
kombinasi kina, doksisiklin atau tetrasiklin, dan primakuin. Obat-
obatan ini diberikan secara oral selama 7 hari ke depan. Kina akan
diberikan melalui infus jika penderita malaria sudah mengalami
sakit berat. Jika tidak tersedia doksisiklin maka dapat digantikan
dengan tetrasiklin dengan frekuensi pemberian dalam sehari lebih
banyak dibandingkan saat menggunakan doksisiklin. Kedua jenis
obat ini tidak diperbolehkan untuk anak di bawah umur 8 tahun
dan juga ibu hamil. Kedua kelompok usia ini akan mendapatkan
pengobatan khusus.
2) Obat malaria vivaks dan malaria ovale
Malaria jenis ini umumnya termasuk kategori malaria ringan. Yang
paling sering terjadi di Indonesia dalam buletin jendela data dan
informasi kesehatan adalah malaria vivaks. Malaria ovale lebih jarang
terjadi.
a. Lini pertama pengobatan malaria jenis ini adalah dengan
kombinasi obat klorokuin dan primakuin. Sama seperti malaria
falsiparum, jika setelah 3 hari mengonsumsi obat lini pertama tidak
efektif maka akan dilanjutkan pengobatan ini kedua.

11
b. Pengobatan lini kedua dilanjutkan dengan peningkatan dosis
primakuin.
3) Obat malaria malariae
Pengobatan malaria jenis ini cukup diberikan dengan klorokuin sekali
sehari selama 3 hari ke depan dan diikuti dengan pemeriksaan kembali
setelah 3 hari. Klorokuin dapat membunuh plasmodium malariae
berbentuk aseksual maupun seksual di dalam tubuh.
2. Pencegahan
a. Perorangan
1) Menghindar dari gigitan nyamuk (biasanya menjelng matahari
terbenam hingga menjelang fajar ), dengan :
a) Menggunakan kelambu atau kasa anti nyamuk
b) Penggunaan repellent
c) Memakai pakaian yang menutupi lengan dan kaki
2) Obat profilaksis bila memasuki daerah endemis malaria bagi para
pengunjung atau turis domestik atau mancanegara (2 minggu
sebelumnya-4 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria)
a) Klorokuin 5 mg/kg, 1x setiap minggu
b) Pirimetamin 0,5-0,75 mg/kg atau sulfadoksin 10-15 mg/kg, 1X
setiap minggu (untuk umur >6bulan)
3) Mencegah atau membasmi tempat perindukan nyamuk.
b. Komunitas
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan .
2) Penanggulangan penularan malaria secara berkesinambungan.
3) Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengetahuan malaria.

G. Pengkajian keperawatan

1. Pemeriksaan fisik
a. Keletihan, kelemahan, malaise
b. Takikardi, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

12
c. Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan
cepat( fase demam ) kulit hangat, diuresis ( diaphoresis) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab ( vaso kontriksi ), hipovolemia,
penurunan aliran darah.
d. Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
e. Distensi abdomen
f. Anoreksia mual dan muntah
g. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan penuruna
masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
h. Sakit kepala, pusing dan pingsan
i. Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma
j. Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan
k. Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas

H. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


asupan makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi. Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan penurunan system kekebalan tubuh; prosedur
tindakan invansif
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.

I. Rencana keperawatan

Dx 1 :

13
 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi
dan catat masukan makanan klien.
 Berikan makanan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
 Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur
 Diskusikan yang disukai klien dan masukkan dalam diet murni
 Observasi dan catat kejadian mual/ muntah dan gejala lain yang
berhubungan

Dx 2 :

 Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh


 Amati adanya menggigil dan diaforosis
 Memantau tanda – tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk
memperbaiki masa terapi
 Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk
 Dapatkan spesimen darah

Dx 3 :

 Pantau suhu pasien ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil


 Pantau suhu lingkungan
 Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
 Berikan antipiretik
 Berikan selimut pendingin

Dx 4 :

 Pertahankan tirah baring dengan aktivitas keperawatan


 Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat
perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi
 Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer 3

14
BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

A. Jurnal 1
TINDAKAN PENCEGAHAN MALARIA DI DESA SUDOROGOKE
KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO (2018)
Oleh : Restu Alami, Retno Adriyani

Latar Belakang : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tentang


pencegahan Malaria di Desa Sudorogoke Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo
Metode penelitian : Penelitian ini bersifat observasionaldengan pendekatan
case control. Besarnyasampel terdiri dari 20 kelompok kasus dan 20
kelompok kontrol. Sampel kelompokkasus merupakan orang yang tinggal di
Desa Sudorogo dan dinyatakan positifmalaria berdasarkan pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis. Sampel kelompok kontrol adalah orang
yang tinggal di Desa Sudorogo dan dinyatakan negatif malaria berdasarkan
pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis. Pengambilan sampel
dilakukan dengan simple random sampling.
Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa iketahui bahwa
sebagian besar responden yang menderita malaria yaitu 19 orang (95%) dan
responden yang tidak menderita malaria (70%) mempunyai kesamaan dalam
hal terbiasa berada di luar rumah saat malam hari.
Kebiasaan pemakaian kelambu diwilayah penelitian masih belum merata.
Sebagian besar responden yang menderita malaria tidak pernah menggunakan
kelambu saat tidur malam, yaitu sebanyak 11 orang (55%), sedangkan pada
kelompok control sebagian besar responden (85%) sudah membiasakan
menggunakan kelambu pada saat tidur malam. Berdasarkan penelitian ini
orang yang tidak menggunakan kelambu pada saat tidur malam mempunyai
risiko untuk menderita malaria sebesar 6,926 kali dibandingkan dengan orang
yang terbiasa menggunakan kelambu saat tidur malam.

15
Kebiasaan pemakaian obat anti nyamuk pada saat tidur malam sudah baik,
diketahui bahwa sebagian besar responden yang menderita malaria (65%) dan
tidak menderita malaria (80%) sudah terbiasa menggunakan obat anti nyamuk
saat tidur malam. Artinya, masyarakat sudah mulai menyadari bahwa
pemakaian obat anti nyamuk saat tidur malam dapat mengurangi
kemungkinan gigitan nyamuk.
Penggunaan repellent juga merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
gigitan nyamuk. Pemakaiannya sangat mudah terutama jika akan beraktivitas
di luar rumah malam hari. diketahui bahwa sebagian besar responden yang
menderita malaria (60%), tidak pernah menggunakan repellent saat keluar
rumah malam hari.
Simpulan : Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa tindakan pencegahan malaria yang meliputi kebiasaan
berada di luar rumah malam, kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk saat
tidur malam, kebiasaan tidak memakai repellent saat beraktivitas di luar
rumah malam di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo.

B. Jurnal 2
UJI KERENTANAN NYAMUK Anopheles spp TERHADAP
LAMBDACYHALOTRIN 0,05% DI DAERAH DATARAN TINGGI
(Studi di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo)
Oleh : Shella Intania, M. Arie Wuryanto, Ari Udijono, Lintang Dian
Saraswati

Latar Belakang : Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang kerentanan


nyamuk Anopheles spp terhadap lambdacyhalotrin 0,05% di daerah dataran
tinggi (Studi di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo)

Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi


experimental dengan rancangan static group comparison design. Sampel yang

16
digunakan adalah nyamuk Anopheles spp betina yang dipilih secara purposive
sampling dengan beberapa kriteria yaitu (1) nyamuk Anopheles spp berjenis
kelamin betina, (2) nyamuk berasal dari pembiakan larva yang diperoleh dari
Kecamatan Kaligesing, (3) nyamuk dalam posisi kenyang, dan (4) umur
nyamuk seragam. Penentuan status kerentanan nyamuk dihitung
menggunakan Rumus Abbots. Tingkat kerentanan ditentukan berdasarkan
persentase kematian nyamuk uji setelah pengamatan selama 24 jam dengan
kriteria yaitu :
a. kematian <90% resisten
b. kematian 90-<98% tolera
c. kematian 98-100% rentan

Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap


nyamuk Anopheles spp yang dipapar insektisida Lambdacyhalothrin 0,05%
selama 60 menit, menunjukkan bahwa knock down nyamuk terjadi pada
semua pengulangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata rata jumlah
knock down nyamuk akan meningkat seiring dengan lamanya waktu paparan
yang diberikan. Hal ini sesuai dengan penelitian status kerentanan nyamuk
Anopheles sundaicus yang dilakukan oleh Nunung di Garut, yang
menunjukkan bahwa semakin lama nyamuk dipapar oleh suatu insektisida,
maka akan semakin besar pula jumlah knock down time nyamuk tersebut.

Simpulan : Dapat disimpulkan bahwa rata rata knock down nyamuk


Anopheles spp terhadap insektisida Lambdacyhalothrin 0,05% selama 60
menit masa paparan sebanyak 20 nyamuk (80%). Sedangkan rata rata
kematian nyamuk setelah 24 jam masa holding sebanyak 17,5 nyamuk (70%).
Nyamuk Anopheles spp di daerah dataran tinggi di Kecamatan Kaligesing,
Kabupaten Purworejo resisten terhadap insektisida Lambdacyhalothrin 0,05%
dengan kematian kurang dari 80%.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat beberapa parasit yang
dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax,
malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes
definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3
tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung
nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra
mekanik. Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak hingga
menyebabkan kematian.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat Melakukan penyuluhan secara
intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara
mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk
pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti
nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara
menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan
vektor malaria. Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah
seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan
nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti
nyamuk waktu tidur.

18

You might also like