You are on page 1of 6

a. Menurut Lachman, hal.

1300

1) Zat Antibakteri

Zat antibakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukkan dalam formulasi .

produk yang dikemas dalam vial dosis ganda, dan seringkali dimasukkan dalam

formulasi yang akan disterilkan dengan proses marginal atau dibuat secara aseptis.

Persyaratan aktifitas, kestabilan, dan keefektifan zat antibakteri dalam preparat

paranteral telah diulas dalam kertas kerja yang telah dipublikasi.

2) Antioksidan

Antioksidan dimasukkan dalam banyak formulasi untuk melindungi suatu zat

terapeutis yang mudah mengalami oksidasi, terutama pada kondisi dipercepat dengan

sterilisasi panas, dan bisa berfungsi paling tidak dengan 2 cara, yakni (1) dengan

oksidasi secara istimewa (zat pereduksi) dan dengan demikian digunakan perlahan-

lahan, atau (2) dengan memblokir suatu reaksi rantai oksidatif dimana zat-zat tersebut

biasanya tidak dikonsumsi. Disamping itu, senyawa- senyawa tertentu beraksi smergts,

meningkatkan keefektifan antioksidan, terutama anti oksidan yang memblokir reaksi

oksidasi. Empat golongan senyawa berguna dalam hal ini, karena membentuk

kompleks dengan katalis yang jika tidak diikat akan mempercepat reaki oksidasi.

Karena ada perbedaan dalam cara kerjanya, kadang-kadang digunakan kombinasi dari

zat ini.

3) Steril (Lachman, hal. 1292 )

Sediaan ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat-obat yang terbagi

karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kedalam bagian

tubuh yang paling efisien, yakni membuat kulit dan mukosa sediaan tersebut harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai

tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa.

b. Menurut PTM, hal. 123

Karena ini bersifat suatu tuntutan sediaan paranteral harus disiapkan dengan

hati-hati pada kondisi lingkungan yang terkontrol dan juga dikemas pada keadaan tadi,

untuk point yang digunakan produk harus.

1) Bebas dari mikroorganisme, steril atau penyiapan dari bahan bahan steril dibawah

kondisi yang meminimalkan terkontaminasi dengan mikroorganisme ( proses aseptis).

2) Secara khusus bebas dari bakteri endotoksin dan bahan pirogen lainnya.

3) Harus bebas dari bahan eksitioreus atau bahan asing yang tidak larut.

c. Menurut SDF, hal. 37

1) Sterilitas

Semua bentuk sediaan yang diberikan secara paranteral, larutan optalmic dan

beberapa alat medis yang digunakan dalam hubungannya dengan pemberian bahan

yang harus steril, bebas dari semua mikroorganisme hidup. Kebebasan dari

mikroorganisme dijamin pada awalnya dan pembuatan prod uk dengan proses

sterilisasi yang kemudian pengemasan prod uk dalam suatu bentuk yang meyakinkan

penyimpanan dari sifat ini, istilah steril adalah mutlak dan seharusnya tidak pemah

digunakan atau betul-betul dipertimbangkan dalam suatu relatif baik sebagian, atau

hampir steril. Juga diharapkan bahwa dalam penanganan berikutnya dari produk

selama pemberian, tehnik aseptik dari manipulator akan menjamin pengeluaran

berlanjut dari mikroorganisme hidup. Tehnik aseptik yang tepat untuk penyiapan dan

pemberian larutan steril.


2) Bebas dari bahan partikulat

Bahan partikulat mengacu pada bahan yang bergerak, tidak larut dan kehadirannya

tanpa sengaja ada dalam sediaan paranteral. Adanya bahan partikulat dalam larutan

paranteral harus diperhatikan sejak adanya gambaran rute pemberian walaupun rute

paranteral dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan metode efektif dari

pemberian namun dipercaya bahwa bahan-bahan dari luar yang tidak disengaja dapat

berbahaya. Komposisi dari bahan partikulat yang tidak diinginkan bervariasi. Dalam

beberapa hal komposisi ini berasal dari berbagai materi mengingat yang lain meliputi

sumber khusus tersendiri. Bahan dari luar yang ditemukan pada sediaan paranteral

meliputi selulosa, serat buatan, gelas, karet, logam, partikel plastik, bahan kimia yang

tidak larut, koral, diatom, ketombe dan sejenisnya Secara teoritis mungkin meliputi

bahan dari lingkungan dimana produk tersebut dipasarkan.

3) Pengaruh Biologis

Kejernihan, atau ketidakhadiran bahan partikel yang tampak selalu dipertimbangkan

sebagai penyesuaian untuk produk paranteral bagaimanapun, awalnya konsep utama

alasan psikologi, misalnya pengaruh larutan terhadap bahan yang tampak terhadap

pasien yang menerima injeksi atau memberi gambaran kesimpulan injeksi yang beredar

dipasaran dengan bahan-bahan yang mengapung pada larutan. Walaupun bukti yang

dikumpulkan saat ini langsung pengukurannya yang menggunakan larutan produk

harus menghilangkan partikel didalamnya. Mungkin saja bahwa bahan partikel dalam

larutan intravena tidak berbahaya, khususnya untuk pasien usia lanjut yang menerima

infus volume besar dan untuk pasien dirumah sakit.

4) Tidak mengandung bahan bakteriostatik (SDF hal.163 )


Karena pemberian cairan infus dalam volume besar bahan bakteriostatik tidak

pernah terkandung untuk mencegah toksisitas yang ditimbulkan akibat dari jumlah

bahan bakteriostatik yang diberikan.

d. Menurut Scoville's, hal. 152 dan 154

1) Isotonis

Larutan yang mempunyai tekanan osmotik yang sarna dengan cairan dikatakan

bahwa yang isotonik dengan yang lainnya jika suatu larutan yang digunakan berkontak

dengan sel air akan masuk kedalam sel karena perbedaan osmotik dari larutan

disekitamya. Demonstrasi dengan tekanan osmotik menunjukkan bahwa kedua larutan

dengan tonisitas yang tidak sarna yang dipisahkan oleh suatu larutan semi permeabel,

cairan atau pelarut yang digunakan dari larutan yang mempunyai tonisitas yang mudah

ditarik melewati membran menjadi kelarutan yang mempunyai konsentrasi yang lebih

tinggi jadi meningkatkan volume larutan akhir (berkonsentrasi tinggi). Dalarn sistem

dengan larutan dengan konsentrasi rendah disebut hipotonik dibanding larutan yang

konsentrasinya lebih kuat dan cairan yang pekat dibuat menjadi hipertonik

dibandingkan dengan yang lain. Ketika dua larutan memiliki tekanan osmotik yang

sarna tidak akan terjadi sesuatu pada alat-alat eksperimen, menunjukkan bahwa daya

tanggap untuk transpor cairan dalam keadaan awal telah diabaikan. Setiap larutan

dikatakan menjadi isotonis yaitu jika mempunyai tonisitas yang sarna.

2) Larutan Hipotonik dan Hipertonik

Jika larutan hipotonik mengalami kontak dengan sel maka cairan akan masuk

kedalam sel karena perbedaan tekanan larutan. Pada sisi lain membran plasma sel

merupakan unit yang tertutup sehingga pemasukan air banyak kedalam sel akan
menghasilkan pembengkakan dan selanjutnya hal ini menimbulkan rasa sakit. Sebagai

tambahan hal ini sangat mungkin menghasilkan atau menyebabkan terjadinya

pemisahan sel (hemolisis) yang menyebabkan kerusakan perman en jika larutan

hipertonik digunakan cairan akan tertarik dari sel dan sel menjadi berkerut atau keriput

dan tidak berfungsi secara normal. Ketika menimbulkan rasa nyeri, kerusakannya tidak

permanen sel akan kembali normal dengan segera setelah larutan hipertonis masuk

kedalam cairan tubuh.

e. Menurut R. Voight, hal. 462

1) Persesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan yang nyata-nyata terdapat,

tidak ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui perusakan secara kimia dari

obat dan sebagainya.

2) Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan suatu pengambilan

steril, melainkan juga menolak interaksi bahan obat, materi bimbing.

3) Tersatukan tanpa reaksi. Untuk itu yang bertanggung jawab terutama : bebas kuman,

bebas pirogen bahan pelarut yang netral secara fisiologis, isotonis, isohidris dan bebas

bahan terapung.

4) Bebas pirogen

Oleh karena pirogenitas dalam persyaratan yang tetap masih menunjukkan

ketahanan yang tinggi, maka pembuatan larutan yang bebas pirogen tidak perlu

dirumitkan tetapi diperhatikan terutama pengotoran yang menyebabkan pirogen,

maupun dalam air destillasi yang telah tersirnpan lama dalam bahan obat dan bahan

penolong, tangki untuk pembuatan larutan paranteral (injeksi) atau tempat yang
diperuntukkan untuk penyimpanan dan akhirnya timbul pada alat semprot, kanul (pipa)

dan selang infus. Akibatnya timbul pengaturan yang ketat. Oleh karena itu hendaklah

dijaga, bahwa suatu pembuatan injeksi atau larutan infus harus bebas pirogen dan

harus pasti, bahwa apirogenitas untuk pemakaian dipersyaratkan. Hanya apabila dari

sudut Farmasi dan Kedokteran, syarat apirogenitas tidak perlu ditambahkan maka

pembuatan bebas pirogen dikesampingkan, tetapi bila pada penggunaan paranteral

pada pasien menimbulkan hipertermi ( panas/menggigil) dan sensasi maka perlu dapat

dihentikan dan diganti yang bebas pirogen.

f. Menurut RPS

1) Bebas bahan partikulat

Bahan partikel berbahaya jika mengandung partikel tidak larut karena dapat

menghambat aliran kapiler (RPS,hal.1545). Walaupun bahan tarnbahan tidak lebih dari

50 partikel Iml yang sama atau lebih besar dari 10 mm dan tidak lebih dari 5 partikel/ml

yang sarna atau lebih besar dari 25/ml dalam ukuran yang seimbang (RPS, hal.1570).

2) Bebas pirogen

Walaupun sediaan telah steril, walaupun sediaan telah steril tetapi tetap harus

bebas pirogen karena pirogen dapat timbul dari produksi pertumbuhan mikroorganisme

yang telah mati yang tahan terhadap panas dan jika tidak didepirogenesasikan dapat

menyebabkan reaksi demam pada manusia ( RPS,hal. 1550 )

You might also like