You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Kebutuhan
Gangguan Manajemen Nyeri” .Salawat berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara
langsung maupun tidak langsung .
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini.

Jombang, 12 November 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nyeri ................................................................................................
2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri .......................................................................
2.3 Penanganan Nyeri ..............................................................................................
2.4 Distraksi .............................................................................................................
2.5 Relaksasi ............................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................
3.2 Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah
meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi
manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak
seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi
peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang. Tingginya
angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin tinggi, dan salah
satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur , yang termasuk dalam
kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan
harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri setelah
operasi.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput juga
kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi banyak pula
ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru dan bagaimana
pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan
dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Pemberian
analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan
salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi
penanggulangan nyeri, disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve
Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan
mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah 2 persepsi
kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri (Potter & Perry, 2005). Pemberian analgesik dan pemberian narkotik
untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan
diagnosa (Sjamsuhidajat, 2005). Perawat berperan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien dalam
memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri (Lawrence, 2002).
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
farmakologi dan manajemen non farmakologi.

1
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan tindakan
eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen
nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan diafragma, teknik
relaksasi progresif, guided imagery, dan meditasi, beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri
pasca operasi (Brunner & Suddart, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nyeri?
2. Apa faktor yang mempengaruhi nyeri?
3. Bagaimana penanganan nyeri?
4. Apa yang dimaksud dengan distraksi?
5. Apa yangdimaksud dengan relaksasi?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian nyeri
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi nyeri
c. Untuk mengetahui penanganan nyeri
d. Untuk mengetahui distraksi
e. Untuk mengetahui relaksasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nyeri


Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial
sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh
rangsangan yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut
nosisepsion. Nosisepsion merupakan langkah awal proses nyeri. Respon neurologik
yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang lain disebut
nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment
adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik
maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu
keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal.
(Sudoyo, 2006).

2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Arti nyeri
Bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial kultural, lingkungan, dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks
pada fungsi evaluatif kognitio. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi

3
peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan
atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagianya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah,
bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti: arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia dan lain-lain.
5. Skala Nyeri
Reaksi yang dialami oleh pasien mempunyai ukuran tersendiri dari 0-10 dengan
tingkatan sebagai berikut :
a. Skala Normal
b. Skala ringan
c. Skala sedang
d. Skala berat
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
a. skala intensitas nyeri deskritif
b. Skala identitas nyeri numeric
c. Skala analog visual
d. Skala nyeri menurut bourbanis

2.3 Penanganan Nyeri


1. Dengan perilaku kognitif
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,
yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989).
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang
tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman
mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),
Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara Perlahan-lahan

4
udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan dan
merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas beberapa kali dengan
irama normal.
Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan
membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk
mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat
Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan
perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks,
pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien
dapat bernapas dangkal dan cepat.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau
stress
b. Menurunkan nyeri otot
c. Menolong individu untuk melupakan nyeri
d. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
e. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
f. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

2.4 Distraksi
Distraksi adalah Gangguan yang berarti mengalihkan perhatian kita pada
sesuatu.
Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau
mendengarkan radio untuk mengalihkan pikiran kita dari
kekhawatiran/cemas/suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang sedang kita alami.
Misalnya: rasa sakit, Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit
ringan atau Distraksi berguna ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti
sakit. Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran , kita dapat berfokus
pada yang lain sehingga pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita.
1. Teknik Distraksi
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori

5
bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima
input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri
ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri
secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu
indera saja (Tamsuri, 2007).
2. Jenis-jenis distraksi:
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.
b. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung
serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai
dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi
pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan
tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
(Tamsuri, 2007).
c. Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu
objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui
hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan
nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat
(dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan
dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga
terbentuk pola pernafasan ritmik.Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan
klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan
lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan
melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

6
d. Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,
melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko,
menulis cerita.

e. Cara menggunakan Distraksi


Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita harus fokus dapat digunakan
untuk melakukan distraksi.
Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri
sendiri, berdoa, atau mengulangi pernyataan seperti "Saya dapat
mengatasinya." Atau Disraksi dapat eksternal, seperti menjahit,
membuat/menggambar lukisan dll.

2.5 Relaksasi
Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa dari
hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”.
Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa;
dimana “si pemalas” secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-malasan
adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas.
Dengan Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh
untuk memudahkan kita sampai pada posisi rileks yang dikehendaki; sekaligus
dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang dibutuhkan
syaraf-syaraf tertentu. Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk
mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan, yaitu bagian otak yang mengurusi
masalah emosi dan imajinasi manusia.
1. Teknik relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik
relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan
dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang

7
nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang.
Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenic.
Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak berisiko.
Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan dirinya
berada didalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan napas dan
detakan jantung. Langkah-langkah latihan relaksasi autogenic adalah sebagai
berikut:
a. Persiapan sebelum memulai latihan
1) Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.
2) Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.
3) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil
katakandalam hati ‘saya damai dan tenang’.
b. Langkah 1 : merasakan berat
1) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat.
Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur,
ringan, sehingga terasa sangat ringan sekali sambil katakana ‘saya merasa
damai dan tenang sepenuhnya’.
2) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki.
c. Langkah 2 : merasakan kehangatan
1) Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh dan rasakan hawa hangatnya
aliran darah, seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan
dalam diri ‘saya merasa senang dan hangat’.
2) Ulangi enam kali.
3) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.
d. Langkah 3 : merasakan denyut jantung
1) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.
2) Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang.
Sambil katakana ‘jantungnya berdenyut dengan teratur dan tenang’.
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
e. Langkah 4 : latihan pernapasan
1) Posisi kedua tangan tidak berubah.
2) Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’

8
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
f. Langkah 5 : latihan abdomen
1) Posisi kedua tangan tidak berubah. Rasakan pembuluh darah dalam perut
mengalir dengan teratur dan terasa hangat.
2) Katakan dalam diri ‘darah yang mengalir dalam perutku terasa hangat’.
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
g. Langkah 6 : latihan kepala
1) Kedua tangan kembali pada posisi awal.
2) Katakan dalam hati ‘kepala saya terasa benar-benar dingin’
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
h. Langkah 7 : akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan)
lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil
membuka mata.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang menyeluruh, hal ini
karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu
kita tidak boleh hanya terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi juga
menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek
kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non
farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila
digunakan sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam
rangka mengatasi/ penanganan nyeri pasien. Pasien adalah individu-individu yang
berbeda yang berrespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun
tidak bisa disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya.
3.2 Saran
Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai
upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu pengkajian
harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran
yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan. Vol:2.


Jakarta: EGC.
Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
http://ariasandyhasim.blogspot.co.id/2018/11/distraksi-dan-relaksasi-management-
nyeri.html

11

You might also like