You are on page 1of 10

Rabu, 15 Oktober 2014

laporan pendahuluan hepatitis c


KONSEP DASAR
HEPATITIS C

A. Pengertian
1. Menurut Harnawatiaj :
a. Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti : kimia atau obat atau agen penyakit infeksi
(Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
b. Hepatitis adalah keadaan radang/cisera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alcohol (Patofisiologi untuk
keperawatan, 2000; 145)
2. Hepatitis merupakan semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai
dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, B,C, D, E, F, dan G.
3. Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis
C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi
banyak sel lainnya.
4. Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada seseorang selama puluhan tahun dan perlahan-lahan
merusak organ hati (lever). Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya
mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala-gejala khusus.
4.
B. Etiologi
Menurut Soemohardjo dan Gunawan (1999:1), penyebab hepatitis C adalah virus hepatitis tipe C, agen hepatitis C
berupa virus dengan ukuran 50 nm (nano meter). Masa inkubasinya sangat bervariasi, 2 - 26 minggu, bisa juga lebih.Dua
puluh tahun lalu, VHC lebih dikenal sebagai virus non-A, non-B (penyakitnya pun lalu disebut hepatitis non-A, non-B).
Baru pada tahun 1989 virus ini diidentifikasi dan pada tahun 1990 tes antibodi (anti-VHC) mulai dilakukan di seluruh dunia
guna membantu menyingkap penderita hepatitis C ini.
Penularan VHC pada dasarnya sama seperti VHB, tapi dalam kenyataan di negara berkembang seperti Indonesia,
VHC tidak hanya ditemukan di lingkungan masyarakat dengan tingakt sosio- ekonomi lemah, tetapi di semua lapisan
masyarakat. "Selain faktor higienitas, tertukar atau saling pinjam barang pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, dapat menjadi
penyebab lain, walaupun penularannya tidak semudah virus hepatitis B," tambah Sulaiman.
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe
utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya.
Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan penelitian belum dapat
membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan
penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.

C. Patofisiologi
Hati merupakan salah satu target organ virus hepatitis pada manusia. Diduga hati merupakan tempat utama bahkan
mungkin tempat satu-satunya bagi replika virus hepatitis.
Menurut Underwood (1999), mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptor-reseptor spesifik yang
terletak pada membran sel hepar. Setelah perlekatan tersebut, virus melakukan penetrasi dan memasukkan sitoplasma sel
hepar. Di dalam sitoplasma, sel hepar virus melepaskan kapsulnya dan terbentuk nukleo kapsid. Selanjutnya nukleokapdis
menembus dinding sel hati sampai memasuki inti hati tersebut. Di dalam inti sel hati, asam nukleat virus akan keluar dari
nukleokapsid dan menempel pada DNA. DNA akan merangsang hepar untuk membentuk protein dan asam nukleat bagi
virus. Pada akhirnya terbentuk virus baru dan akibat nekrosis sel-sel hati, maka virus baru akan dilemparkan ke dalam
peredaran darah.
Gejala ikterus pada hepatitis timbul sebagai akibat adanya obstruksi duktus bilser maupun kerusakan sel-sel
parenkim, sehingga terdapat peningkatan bilirubin direk maupun indirek. Bukti lain menandakan adanya obstruksi bilser
adalah peningkatan serum alkali fosfatase,s-nukleotidase atau glutamil transpeptidase. Pelepasan enzim-enzim dari hati yang
rusak ke dalam aliran darah ikut menentukan luasnya infeksi.
Transaminase serum digunakan untuk tujuan ini, SGPT memberi petunjuk lebih khusus dari infeksi sel hati
dibanding SGOT sebab adanya kelainan pada sel-sel lain seperti eritrosit, sel otot skeletal dan miokard juga menyebabkan
peningkatan dari SGOT. Peningkatan waktu protrombin dapat disebabkan oleh ketidak mampuan sel-sel hati membentuk
protein yang diperlukan bagi pembekuan disertai adanya penurunan absorpsi vitamin K atau keduanya.
Adanya obstruksi dapat mengurangi ekskresi garam empedu ke usus halus, dimana biasanya digunakan untuk
absorpsi lemak termasuk vitamin K yang dapat larut dalam lemak.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan
berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – masing stadium menurut Arif Mansjoer,dkk (1999) adalah sebagai
berikut :
Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah,
demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
1. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh
tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
2. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak –
anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda.

E. Komplikasi
1. Kanker hepatoseluler
2. Gagal hati
3. Anemia aplastik
4. Sitosis
5. Hepatitis berat
6. Nekrosis hepatik masif
7. Status karier (infeksi virus persisten tanpa gejala)
8. Penyakit hati kronik (pada 50% pasien dengan hepatitis C)

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri dari :
1. Istirahat
1.Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat
penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk
2. Diet
Penderita juga dianjurkan melakukan diet dengan gizi seimbang. Makanan berkarbohidrat tinggi, berprotein atau berlemak
tinggi memang tidak dilarang secara khusus, tapi hendaknya dibatasi. Demikian juga garam. Pengurangan konsumsi garam
dimaksudkan untuk mencegah akumulasi cairan dalam rongga peritoneal serta mencegah pembengkakan pergelangan kaki.
Penderita juga tidak dilarang mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral sepanjang belum terjadi kerusakan hati. Untuk
mengkonsumsi obat apa pun dan melakukan olahraga, hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter.
3. Medikamentosa
Seperti VHB, VHC juga dicoba dibasmi dengan interferon alfa-2b. Dokter biasanya memberikannya seminggu tiga kali
selama enam bulan. Setelah enam bulan diobati, menurut ahli AS, 40% menunjukkan perbaikan kadar ALT (serum alanine
aminitransferase). Namun dari angka tersebut, 60% kambuh kembali setelah pemberian interferon dihentikan. Jadi, hanya
sekitar 10 - 15% yang benar-benar dikatakan sembuh.
"Timing pemberian interferon harus tepat," tegas Sulaiman. "Kalau virusnya sedang 'ngumpet', akan percuma hasilnya. Jadi,
sewaktu dites virusnya sedang aktif (kadar SGOT-SGPT tinggi), bisa langsung 'ditembak' dengan interferon. Dengan begitu
hasilnya menjadi lebih responsif. Sebab, pada saat tepat ini imun tubuh menyadari bahwa virus sebagai musuh, bukan
teman."
Penderita bisa saja diobati untuk kedua kalinya. Efek sampingan sementara dari pemakaian interferon antara lain adanya rasa
seperti sakit flu, depresi, sakit kepala, dan nafsu makan berkurang. Efek sampingan seperti gejala flu ini sebenarnya bisa
dikurangi dengan minum obat penurun panas.
Interferon memang bukan tanpa efek sampingan lain karena, selain efek sampingan sementara, dikhawatirkan dapat
mendesak sumsum tulang sehingga timbul masalah pada sel darah putih dan platelet (trombosit). Sebab itu, selagi mendapat
pengobatan interferon, jumlah sel darah putih, platelet, dan enzim hati perlu terus dipantau. Sebenarnya, biopsi hati
(pengambilan jaringan hati tanpa pembedahan) perlu dilaksanakan sebelum pengobatan, agar tingakt kerusakan hati
diketahui dengan tepat.

G Pathway Keperawatan
Menurut Nanda 2006 : Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006, Definisi dan fasilitasi

Intoleransi
aktivitas

Resiko Infeksi

Perub. Nutrisi krng


Dr. keb

Kekurangan
cairan

Nyeri

anoreksia

Mual muntah

demam

hipotalamus

lemah

hipertermi

Sal gastrointestinal

Berkembangnya kompleks
komplemen yg bersirkulasi dlm serum
Hbs Ag-Anti HBS

Daya than tbuh trun

Hepar membesar
Terjadi peradangan hepar

Virus menginfeksi hati

Tahap ikterik

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN HEPATITIS C

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien hepatitis menurut Doenges, Moorhouse dan Gessler (1999:534) adalah :
1. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
a. Pernahkan menerima tranfusi darah, infus dan suntikan
b. Bagaimana kebiasaan makan sehari-hari. Makan-makanan tertentu (misalnya kerang mentah dari air yang terpolusi)
c. Apakah pasien pernah mengalami infeksi pada saluran pernafasan atas
d. Apakah ada anggota keluarga atau lingkungan yang menderita hepatitis.
e. Kontak dengan individu yang diketahui menderita hepatitis
f. Praktik sanitasi yang meragukan (misalnya minum air yang tidak murni)
g. Mengkonsumsi obat hepatotoksik (misal: salisilat, sulfanamid, agens antineoplastik, asetamonifen, antikonvulsan)
h. Observasi adanya manifestasi hepatitis

2. Pemeriksaan fisik
Data tergantung pada penyebab dari beratnya kerusakan atau gangguan hati.
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : terjadi kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b. Sirkulasi
Tanda : terjadi bradikardi (hiperbilirubinemia berat, ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
c. Eliminasi
Gejala : adanya gejala diare atau konstipasi, feses warna tanah liat, urine gelap, adanya atau berulangnya hemodialisa.

d. Makanan atau cairan


Gejala : anoreksia (nafsu makan hilang), penurunan berat badan atau meningkat (oedema), mual, muntah.
Tanda : asites
e. Neurosensori
Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, miargia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritis).
Tanda : otot tegang, gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : tidak minat atau enggan merokok pada perokok
h. Keamanan
Gejala : adanya tranfusi darah atau produk darah
Tanda : demam, urtikaria, lesi mekulopapular, eritema tak beraturan, eksasebasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema
pasmar, ginekomastia, splenomegali, dan pembesaran nodus servikal posterior.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
a. Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan
enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak,
meningkat pada kerusakan sel hati.
b. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopenia
c. Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
f. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
g. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada
berbagai gangguan hati.
h. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
i. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting
untuk sintesis protombin.
j. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
k. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini
menyebabkan kenaikan retensi BSP.
l. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
m. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
n. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia
dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005. 2006. Definisi dan Klasifikasi) :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (melalui muntah dan diare)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan malabsorpsi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (hepatomegali)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya virus hepatitis ( pertahanan primer tidak adekuat)
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi (anak yang sakit), kurang pengetahuan.
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
C. INTERVENSI
Dx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (melalui muntah dan diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang
adekuat.
NOC : Fluid balance, Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC : Fluid Management, Aktivitas keperawatan
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor vital sign dan status hidrasi
3. Monitor status nutrisi dan dorong masukan oral, berikan minum dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu
tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau haluaran dan turgor kulit.
4. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
5. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
6. Atur kemungkinan transfusi darah

Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan malabsorpsi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien dapat adekuat
NOC : Status gizi : Asupan makanan, cairan dan zat gizi
1. Makanan oral, pemberian makanan lewat selang atau nutrisi parenteral total
2. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
4. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
NIC : Pengelolaan Nutrisi, aktivitas keperawatan :
1. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Tentukan makanan kesukaan pasien
3. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan, anjurkan untuk makan rendah lemak dan protein selama fase akut.
4. Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat
5. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering dan disajikan selagi hangat.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai untuk pasien.
7. Kolaborasi medis dalam pemberian Total Parenteral Nutrition (TPN)

Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (hepatomegali)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri dapat berkurang atau hilang.
NOC : Pain level, Kriteria hasil
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
3. Kegelisahan atau keteganganotot
4. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10
NIC : Penatalaksanaan nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factor presipitasinya
2. Observasi ketidaknymanan non verbal
3. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan
cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru
4. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
5. Anjurkan pasien untuk istirahat
6. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic
Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya virus hepatitis ( pertahanan primer tidak adekuat)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi terhadap pasien maupun orang lain.
NOC : Pengendalian risiko, Kriteria hasil :
1. Terbebas dari gejala an tanda-tanda infeksi
2. Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan
3. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi risiko
4. Menggambarkan factor yang menunjang penularan infek
NIC : Pengendalian infeksi, aktivitas keperawatan :
1. Lakukan tindakan kewaspadaan umum untuk mencegah penyebaran infeksi, lakukan tehnik isolasi dan batasi/awasi
pengunjung sesuai indikasi
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat untuk mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
3. Gunakan popok sekali pakai superabsorbant untuk menampung feses.
4. Usahakan untuk menjaga bayi atau anak kecil untuk tidak meletakan tangannya atau benda-benda di area yang
terkontaminasi
5. Jelaskan pada anak dan keluarga tentang cara-cara umum penyebaran hepatitis D dan prosedur isolasi pada pasien atau orang
terdekat.
6. Ajarkan anak dan keluarga tindakan pengendalian infeksi.
7. Kolaborasi medis dalam pemberian obat sesuai indikasi (contoh: interferon alfa 2b, antibiotok gram negative/bakteri aerob)

Dx 5 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi (anak yang sakit), kurang pengetahuan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Pasien (keluarga) memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya dan
mampu memberikan perawatan
NOC : Integritas keluarga, kriteria hasil :
1. Keluarga dapat berpartisipasi dalam membuat keputusan berhungan dengan perawatan setelah rawat inap.
2. Memahami penyakit anak dan pengobatannya
3. Saling memberikan dukungan pada anak dari seluruh anggota keluarga.
NIC : Peningkatan integritas keluarga, aktivitas keperawatan :
1. Beri dukungan pada keluarga dan fasilitasi komunikasi terbuka di antara anggota keluarga.
2. Berikan pemahaman kepada keluarga mengenai penyakit anak, pengobatan dan perawatannya dirumah
3. Bantu keluarga untuk berfokus pada anaknya dibandingkan dengan penyakit atau ketidakmampuannya.
4. Berikan penguatan yang positif terhadap pengguanaan mekanisme koping yang efektif
5. Beritahukan kepada keluarga tentang pemberian obat apapun tanpa persetujuan praktisi karena hati mungkin tidak mampu
mendetoksikasi obat secara keseluruhan.
Dx 6 : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan diharapkan pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami kelemahan.
NOC : Konservasi energi, kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
NIC : Management Energi
1. Tirah baring pada pasien dan bantu segala aktivitas sehari-hari, atur periode istirahat dan aktivitas.
2. Monitor terhadap tingkat kemampuan aktivitas, hindari aktivitas yang berlebihan untuk menjaga hepatitic Blood Flow
3. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleransi
4. Monitor kadar enzim serum untuk mengkaji kemampuan aktivitas
5. Monitor tanda-tanda vital dan atur perubahan posisi.
6. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
D. EVALUASI

Kriteria Skala
Dx 1
1. Mempertahankan urine output 4 1 : berat
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine 2 : substansial
normal, HT normal 3 : sedang
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh 4 4 : ringan
dalam batas normal 5 : tidak ada ganguan
4
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas, turgor kulit, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
Dx 2
1. Makanan oral, pemberian 4 1 : tidak adekuat
makanan lewat selang atau nutrisi 2 : ringan
parenteral total 4 3 : sedang
2. Mempertahankan berat badan 4 : kuat
dalam batas normal 4 5 : adekuat total
3. Melaporkan keadekuatan tingkat
energi
4. Toleransi terhadap diet yang
dianjurkan
Dx 3
1. Nyeri berkurang atau hilang 4 1 : ekstrim
2. Ekspresi nyeri lisan atau pada 5 2 : berat
wajah 4 3 : sedang
5 4 : ringan
3. Kegelisahan atau keteganganotot
5 : tidak ada gangguan
4. Mempertahankan tingkat nyeri
pada skala 0-10
Dx 4
1. Terbebas dari gejala an tanda- 5 1 : tidak pernah
tanda infeksi 5 2 : jarang
2. Menghindari pajanan terhadap 3 : kadang-kadang
ancaman kesehatan 5 4 : sering
5 : selalu
3. Mengubah gaya hidup untuk
5
mengurangi risiko
4. Menggambarkan factor yang
menunjang penularan infeksi
Dx 5
1. Keluarga dapat berpartisipasi 5 1 : tidak pernah
dalam membuat keputusan berhungan 2 : jarang
dengan perawatan setelah rawat inap. 3 : kadang-kadang
2. Memahami penyakit anak dan 5 4 : sering
pengobatannya 5 : selalu
5
3. Saling memberikan dukungan
pada anak dari seluruh anggota keluarga.
Dx 6
1. Berpartisipasi dalam aktivitas 4 1 : tidak pernah
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan 2 : jarang
darah, nadi, dan RR 3 : kadang-kadang
2. Mampu melakukan aktivitas 4 4 : sering
secara mandiri. 5 : selalu

DAFTAR PUSTAKA
Akbar,N. 2000. Hepatitis 100 kali lebih menularkan dibanding HIV/ AIDS. Terdapat pada "http://suarakarya-online.com.Diakses" Diakses
Pada tanggal 20 Juni 2008.

Betz, Cecily L. 2002. Buku saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth.J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.


Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Volume 2
Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta :


Media Aesculapius.

Mulyono,D. 2004. Bahaya Hepatitis. Terdapat pada "http://www.rumahsakitmitra keluargagroup.htm.diakses" pada tanggal 20 Juni 2008.
NANDA,2001. Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi 2001-2001. Penerjemah Mahasiswa PSIK-B UGM : Yogyakarta

.No Name. 2005. Waspadai Serangan Hepatitis (online). Terdapat pada http:/www.dinkesjatim.co.id.diakses pada tanggal 20 Juni 2008.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.

You might also like