You are on page 1of 15

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT SAKIT DAN DIRAWAT

PADA ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Personality Development
dengan dosen Ibu Lia Juniarni, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.Kep.J

disusun oleh:
Devi Sri Nurtiana (043-315-15-1-004)
Dila Fadilah (043-315-15-1-005)
Muhamad Ma’sum (043-315-15-1-017)
Pelia Oktiani Syifa (043-315-15-1-019)
Ridhwansyah Maulana Azhar (043-315-15-1-021)
Santi Susanti (043-315-15-1-025)
Siti Halimatu Sadiah (043-315-15-1-026)
Utami Nur Ulsiyah (043-315-15-1-030)

KELAS A
S1 KEPERAWATAN
STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya dapat terselesaikannya
makalah yang berjudul “perubahan perilk akibat sakit dan dirawat pada anak
prasekolah dan sekolah”.
Makalah ini berisi tentang perubahan perilaku akibat sakit dan dirawat pada
suatu rumah sakit pada anak prasekoah dan sekolah. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang hospitalisasi yang disajikan berdasarkan
berbagai sumber informasi dan referensi.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun disadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang dihadapi dapat teratasi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa STIKEP
PPNI JABAR. Diharapkan saran dan kritik demi perbaikan pembuatan makalah
dimasa yang akan datang.

Bandung, Desember 2015


Tim Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1 Stressor Umum Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah ........................... 6
2.2 Stressor Umum Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah ................................ 9
2.3 Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah .......................... 10
2.4 Peran Perawat pada Asuhan Keperawatan Anak Usia Prasekolah dan
Sekolah ......................................................................................................................... 12
2.5 Terapi Bermain pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah ......................... 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit yang
bertujuan untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan adanya
beberapa perubahan psikis pada anak.
Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis
pada anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan
mudah mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya
maupun lingkungannya. Anak usia prasekolah sangat rentang dengan stres
dikarenakan kemampuan anak untuk mengatasi stres masih terbatas, emosi mulai
berkembang namun anak sebagai individu belum mampu mengolahnya secara tepat.
Anak usia prasekolah (umur 3-6 tahun) menerima keadaan masuk rumah sakit
dengan sedikit ketakutan. Selain itu ada sebagian anak yang menganggapnya
sebagai hukuman sehingga timbul perasaan malu dan bersalah.
Dengan adanya perubahan perilaku pada anak prasekolah dan sekolah
apabila dirawat dirumah sakit, keluarga juga harus berperan untuk membuat
suasana nyaman, tenang dan membuat si anak merasa kalau berada dirumah
sakit seperti diingkungan bermain. Pada ruang perawatan anak perilaku
caring harus di aplikasikan perawat dalam setiap aktifitasnya, karena untuk
menolong anak ketika dalam keadaan sakit memerlukan kemampuan khusus
dan kepedulian yang besar. Untukitu, perawat memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosialnya. Diharapkan dengan perilaku caring yang
dimiliki perawatdapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi
kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana stressor umum hospitalisasi pada anak usia prasekolah ?
2. Bagaimana stressor umum hospitalisasi pada anak usia sekolah ?
3. Bagaimana perkembangan pada anak usia prasekolah dan sekolah?
4. Bagaimana peran perawat pada asuhan keperawatan pada anak usia
prasekolah dan sekolah ?
5. Bagaimana terapi bermain pada anak usia prasekolah dan sekolah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui stressor umum hospitalisasi pada anak usia prasekolah.
2. Untuk mengetahui stressor umum hospitalisasi pada anak usia sekolah.
3. Untuk mengetahui perkembangan pada anak usia prasekolah dan sekolah.
4. Untuk mengetahui peran perawat pada asuhan keperawatan pada anak usia
prasekolah dan sekolah.
5. Untuk mengetahui terapi bermain pada anak usia prasekolah dan sekolah.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Bagi anak
Sebagai masukan untuk melakukan dan menentukan kebijakan selanjutnya
dalam mengatasi masalah hospitalisasi.
2. Bagi orang tua dan keluarga
Agar orang tua dan keluarga dapat mengatasi dampak dari hospitalisasi
bagi anak dan keluarganya.
3. Bagi lingkungan sosial
Sebagai bahan informasi tentang pentingnya peran serta lingkungan sosial
untuk ikut serta dalam mengatasi permasalahan hospitalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Stressor Umum Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah


Stressor merupakan kondisi fisik, lingkungan dan social yang merupakan
penyebab dari kondisi stress.
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi
dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan
masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini,
2004). Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis
yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun
(Supartini, 2004). Menurut Sacharin (1996), anak usia prasekolah sebagian
besar sudah dapat mengerti dan mampu mengerti bahasa yang sedemikian
kompleks. Selain itu, kelompok umur ini juga mempunyai kebutuhan khusus,
misalnya, menyempurnakan banyak keterampilan yang telah diperolehnya.
Pada usia ini, anak membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk proses
tumbuh kembangnya. Biasanya anak mempunyai lingkungan bermain dan
teman sepermainan yang menyenangkan. Anak belum mampu membangun
suatu gambaran mental terhadap pengalaman kehidupan sebelumnya sehingga
dengan demikian harus menciptakan pengalamannya sendiri (Sacharin, 1996).
Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain
itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa
kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang, dan
menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang
dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2004).
Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi stres atau tertekan. Sebagai
akibatnya, anak merasa gugup dan tidak tenang, bahkan pada saat
menjelang tidur. Anak usia sekoalah sering merasa terkekang selama dirawat
di rumah sakit. Hal ini disebabkan adanya pembatasan aktivitas anak
sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Anak yang sangat cemas
dapat bereaksi agresif dengan marah dan berontak.
Stres hospitalisasi pada anak di ruang anak RS Baptis Kediri
ditunjukkan dengan anak menangis, suka mengeluh, tampak ketakutan dan sedih,
tidak mau berpisah dengan keluarga, terkadang ada penurunan nafsu makan.
Diketahui bahwa sebagian besar anak yang berusia 2 sampai kurang dari 3 tahun
yang berjenis kelamin laki – laki dan perempuan mengalami stres sedang ini
dikarenakan anak masih belum bisa mengungkapkan apa yang dirasakan karena
anak masih mulai pengembangan kemampuan berbahasa dan anak masih mulai
belajar mengembangkan emosi selain itu kemungkinan karena adanya faktor lain,
misalnya dari faktor internal karena karakter anak, kondisi fisik anak, dan dari
faktor eksternal karena kondisi lingkungan rumah sakit yang tidak seperti
dirumah karena adanya petugas yang akan melakukan tindakan dan pola asuh
orang tua. Gangguan Pola Tidur pada Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak
Rumah Sakit Baptis Kediri
Berdasarkan hasil penelitian Gangguan Pola Tidur pada Anak Usia
Prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan bahwa anak
usia prasekolah dengan kualitas tidur yang buruk yaitu lebih dari 50%.
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Anak
usia prasekolah umumnya membutuhkan 7-8 jam/hari untuk tidur. pola asuh
orang tua yang sangat disiplin sehingga membuat anak bersikap baik atau menurut pada
orang tua selama dalam perawatan dan anak dapat mengontrol dirinya dengan
baik, selain itu anak sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan Rumah Sakit
selain itu mayoritas orang tua selalu berada didekat anak sehingga anak merasa
lebih aman dan nyaman selama dalam proses perawatan di Rumah Sakit. Anak
akan merasa asing apabila berada di tempat yang sama sekali belum pernah
ditemuinya demikian sebaliknya, anak akan merasa lebih tenang karena sebelumnya
pernah menjumpai tempat perawatan seperti di rumah sakit.
2.2 Stressor Umum Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah
Pada masa anak sekolah adalah suatu tahapan perkembangan dalam siklus
kehidupan manusia yang berada pada usia 6-12 tahun. Pada usia anak sekolah
stressor yang dihadapi saat anak dirawat di rumah sakit adalah lingkungan
yang baru dan asing, pengalaman yang menyakitkan dengan petugas,
prosedur tindakan keperawatan, diagnostic dan terapi, berpisah dengan orang
tua dalam arti sementara. Kondisi ini akan menyebabkan anak mengalami
kecemasan. Menurut wong (2001), kecemasan yang terjadi pada anak usia
sekolah selama hospitalisasi dapat disebabkan karena:
a. Kecemasan karena perpisahan
Anak usia sekolah lebih merasa cemas karena berpisah dengan sekolah
dan aktivitas sehari-hari mereka dibandingkan cemas karena berpisah
dengan orang tua, reaksi yang umum terjadi pada anak usia sekolah
karena perpisahan adalah merasa sendiri, bosan, merasa terisolasi dan
depresi.
b. Kehilangan control
Bagi anak usia sekolah, aktivitas yang dibatasi seperti bed rest,
penggunaan kursi roda, kehilangan privasi serta kebiasaan rutin di rumah
sakit akan menghilangkan kekuatan diri dan identitas diri anak. Reaksi
yang mungkin muncul pada anak usia sekolah adalah perasaan depresi,
menunjukan rasa permusuhan dan frustasi.
c. Luka pada tubuh dan rasa sakit atau nyeri
Anak usia sekolah telah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang
mereka alami dan menunjukan lokasi nyeri tersebut. Respon yang
ditunjukan diantaranya : trauma saat dilakukan prosedur tindakan yang
menyebabkan nyeri, perilaku mengulur waktu dengan berkata “tunggu
sebentar” atau “saya belum siap”, menggit bibir dan memegang sesuatu
dengan erat.
2.3 Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah
2.3.1 Perkembangan Anak Usia Praskolah
a. Teori Perkembangan Psikososial
Menurut Ericson (1963) sesuai dengan tahapan teori psikososial
Ericson anak prasekolah berada pada tahap inisiatif vs rasa bersalah
(3-6 tahun). Anak mengembangkan inisiatif pada saat mencoba dan
merencanakan hal-hal baru. Perilaku memulai anak ditandai sebagai
perilaku yang kuat, imajinatif dan intrusive. Terjadi perkembangan
perasaan bersalah dan intifikasi dengan berlawanan dengan orang
tua. Anak mesti belajar memulai aktivitas tanpa merusak hal-hal
orang lain.
b. Teori Perkembangan Psikoseksual
Sesuai dengan tahap teori psikososial freud, anak prasekolah
yang sensitive. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Seringkali anak penasaran
dengan pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan perbedaan ini.
Orang tua harus bijak dalam memberikan penjelasan sesuai dengan
kemampuan kognitifnya agar anak dapat pemahaman yang benar
untuk memahami identitas gender, anak sering meniru ibu atau
bapaknya misalnya dengan memakai pakaian mereka.
c. Teori Perkembangan Menurut Piaget (1952)
Prinsip ini menyebutkan bahwa perkembangan bergantung
pada program genetic seseorang dan bahwa setiap aspek atau
bagian memiliki waktunya sendiri untuk berpengaruh. Teori ini
menempatkan manusia dalam peran belajar yang aktif adalah hal
penting memahami bagaimana anak belajar.
2.3.2 perkembangan anak usia sekolah
a. Teori perkembangan menurut Freud
Tahap laten adalah tahap perkembangan Freudian yang ke 4, yang
berlangsung usia antara 6-12 tahun; anak menekan semua minat
dalah hal seksualitas serta mengembangkan keterampilan social dan
intelektual aktif. Aktifitas ini dapat menyalurkan sebagian besar
energy anak kedalam bidang-bidang kehidupan emosional yang
aman dan dapat membantu anak untuk melupakan konflik yang
sangat mengganggu ditahap falik.
b. Teori perkembangan menurut Ericson
Masa sekolah ditandai adanya kecenderungan industry inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa
ini anak sangat aktif memperlajari apa saja yang ada di
lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar tetapi dipihak lain karena keterbatasan-
keterbatasan kemampuan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan
kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
c. Tahap perkembangan menurt plaget
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini anak sudah mulai
menggunakan aturan yang jelas dan logis
2.4 Peran Perawat pada Asuhan Keperawatan Anak Usia Prasekolah dan
Sekolah
1. Sebagai pendidik (educator)
Pendidik membantu perubahan perilaku dalam suatu keluarga, mulai dari
perilaku yang tidak sehat menjadi prilaku yang sehat. Perawat sebagai
pendidik agar mengadakan perubahan pola berfikir ,tingkah laku klien,
keluarga dan masyarakat.
2. Sebagai penesehat (Counselor)
Dengan kemampuan berkomunikasi terapeutik maka perawat memiliki
peran membantu memecahkan masalah dalam keluarga.
3. Sebagai innovator
Peran perawat sebagai pembaharu karena perawat memiliki kreatifitas,
inisiatif, cepat tanggap terhadap lingkungan keluarga.
4. Sebagai pembela (advocate)
Perlindungan terhadap hak-hak keamanan dalam pelayanan kesehatan,
perawat berperan untuk membela hak-hak suatu keluarga sehingga lebih
mempermudah keluarga dalam mencapai kesehatan.
2.5 Terapi Bermain pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu
mengekspresikannya secara verbal. Dengan demikian, permainan adalah
media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat
atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan
pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan
permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan
teman kelompok bermainnya.
Mainan untuk Usia Sekolah
6-8 TAHUN
Kartu,boneka,robot,buku,alat olah raga,alat untuk melukis,mencatat,sepeda.
8-12 TAHUN
Buku,mengumpulkan perangko,uang logam,pekerjaan tangan,
kartu,olah raga bersama,sepeda,sepatu roda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada anak usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit dapat
menyebabkan terjadinya perubahan psikis. Anak akan merasa cemas, stress
dan tertekan dan lingkungan yang tidak nyaman.
Pada anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit dapat menyebabkan
kecemasan. Kecemasan yang terjadi pada anak usia sekolah selama
hospitalisasi yaitu : kecemasan karena perpisahan, kehilangan control dan luka
pada tubuh atau nyeri yang dirasanya.
Perkembangan anak usia prasekolah dan sekolah meliputi perkembangan
psikososial, psikoseksual perkembangan fissik, perkembangan moran dan
spiritual.
Peran perawat dalam hal ini sangat dibutuhkan peran perawat meliputi
sebagai pendidik, penasehat, innovator dan pembela.
Stress yang dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diatasi dengan terapi bermain dengan melakukan permainan anak akan
terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

3.2 Saran
Adapun saranya adalah sebagai berikut.
1. Bagi orang tua
Supaya lebih memotivasi anak agar anak dapat beradaptasi dengan orang
yang baru dia kenal.
2. Bagi perawat
Agar lebih bisa membujuk si anak dengan cara-cara alternatif.
DAFTAR PUSTAKA

http://pemenuhankebutuhanseksual.blogspot.co.id/2014/11/stressor-umum-
hospitalisasi-pada-anak.html

You might also like