Professional Documents
Culture Documents
Disusun dan Diajukan Guna Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat Mengikuti Ujian Sekolah
Oleh :
Nama : Zunitasari K I
TAHUN 2018/2019
PENGESAHAN
Karya tulis ini telah diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional di SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019
pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
NIP.-- NIP.
MOTTO
3. “ Dari annas bin malik berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: barang siapa keluar rumah
untuk menuntut ilmu maka ia dalam jihad fisabilillah hingga kembali”. (HR.Bukhori)
4. Berlelah- lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Jika engkau tak tahan
lelahnya belajar, engkau akan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi’i)
5. Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan meraka
yang senantiasa berusaha. (Bachruddin Jusuf Habibie)
6. Sebelum menyerah, pikirkan dulu alasan mengapa kau tidak menyerah selama sebelum ini
(Fiersa Besari)
8. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
(QS. Al-Insyirah,6-8)
PERSEMBAHAN
Saya sampaikan terima kasih sudah membimbing penulis dalam pembuatan Karya Tulis
dengan judul “Analisis Afiksasi Dalam Karya Satra Angkatan 66” dengan sangat baik
2. Orang Tua
Saya sampaikan terima kasih telah setia dan berbaik hati mendampingi penulis dalam
pembuatan Karya Tulis ini, dan juga telah mendo’akan penulis sehingga pembuatan Karya
Saya sampaikan terima kasih kepada saudara/i dari awal hingga detik terakhir pembuatan
Karya Tulis ini yang senantiasa selalu mendukung, memberi semangat, dan motivasi dalam
Saya haturkan terima kasih kepada teman-teman dari awal hingga akhir pembuatan Karya
Tulis ini kalian selalu mendukung, memberi masukan, memotivasi, dan senantiasa
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
pertolongan dan petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar.
Penyusunan Karya Tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
mengikuti Ujian Sekolah serta Ujian Nasional SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2018/2019.
Karya Tulis yang berjudul Analisis Afiksasi Dalam Karya Satra Angkatan 66 ini tersusun
atas bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material dan spiritual, petunjuk-petunjuk teknis,
kemudahan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah Karya Tulis ini dapat dibuat dan
selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan Penguasa Alam yang
2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta doa yang
tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa
yang paling khusyuk selain doa yang terucap dari orang tua. Ucapan terima kasih takkan
pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti
3. Ibu Umi Faizah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta, yang telah
membimbing penulis dengan sangat baik dalam membuat Karya Tulis ini, sehingga penulis
5. Bapak Drs. M. Syukur, selaku Wali Kelas XII MIPA 1 yang selalu menyemangati dan
6. Saudara saya, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya
7. Sahabat dan Teman-teman saya, tanpa semangat, dukungan dan bantuan sahabat dan
teman-teman semua takkan mungkin saya sampai di sini, terima kasih untuk canda tawa,
tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis
Akhirnya penulis menyadari bahwa, penulisan Karya Tulis ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini. penulis berharap semoga Karya tulis ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis dan pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Unsur-unsur ini juga tidak bias berdiri Bahasa adalah bahasa yang terpenting
di kawasan republic kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada
ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang dasar kita
mengandung pasal khusus yang menyatakan bahwa bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia”. Namun, disamping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa
1) jumlah penuturnya,
3) Peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap
bernilai. Jika kita menggunakan patokan pertama, maka bahasa Indonesia sebagai
bahasa ibu, jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa Jawaa tau Sunda. Akan
tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya
tersebut dapat kita simpulkan bahasa adalah suatu alat komunikasi antara masyarakat
yang berupa lambing bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang mengandung
arti. Timbulnya bunyi yang digetarkan oleh alat ucap manusia itu merangsang, member
motivasi kepada pendengar untuk mengungkap isi atau arti yang terkandung baik
tersurat maupun tersirat. Oleh karena itu, bahasa merupakan suatu yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, yang tidak dapat ditinggalkan. Afiks (imbuhan) yang dipakai
prefiks, sufiks, konfiks, dan yang tidak begitu produktif lagi infiks. Prefiks yang
sering juga dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan dimuka dasar. Sufiks
yang juga dinamakan akhiran diletakkan dibelakang dasar. Konfiks adalah gabungan
prefix dan sufiks yang mengapit dasar kata dan membentuk satu kesatuan. Infiks
yang juga dinamakan sisipan adalah bentuk afiks yang ditempatkan ditengah dasar
kata
Dalam bahasa Indonesia terdapat verbal meng-, per-, danber-. Di samping itu terdapat pula
prefiks di-, danter-yang menggantikan meng- pada jenis klausa atau kalimat tertentu.
Jumlah sufiks hanya dua yakni; kan-dani-. Prefix dan sufiks dapat membentuk konfiks jika
kedua syarat berikut terpenuhi. Pertama keterpaduan antara prefix dan sufiks bersifat mutlak
artinya kedua afiks itu secara serentak dilekatkan pada dasar katanya
Telah diuraikan di atas, kata-kata berimbuhan (berafiks) dapat dibagiatas kata-kata yang
mengundang prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan
yang lebih berhubungan satu dengan yang lain, yaitu mula-mula prefiks, sufiks, kemudian
konfiks dan akhiran infiks. Prefiks atau awalan adalah suatu unsur yang secara structural
diikatkan didepan sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Untuk memperlihatkan hubungan
tersebut secara konkrit, maka dapatlah diberikan contoh berikut; mempercepat terdiri dari
awalan me + N (Nasalisasi) + per + kata dasar cepat. Dalam hubungan bentuk percepatan,
maka kata cepat sekaligus adalah kata dasar dan menjadi bentuk dasar bagi kata percepat.
Sedangkan dalam bentuk mempercepatN + percepat adalah bentuk dasar dari mempercepat.
Hubungan antara semua awalan dengan kata dasar itu adalah hubungan struktural, yaitu
Batasan morfologi adalah suatu ilmu bahasa yang mempelajari tentang seluk beluk bentuk
kata. Sedangkan batasan proses morfologi adalah proses pembentukan suatu kata yang
sudah ada menja dibentuk yang lain. Macam proses morfologi adalah proses afiksasi, proses
reduplikasi, proses komposium, morfem yang unik (Badudu J.S. 1980: 66).Proses afiksasi
adalah proses pembentukan kata yang terjadisetelah kata-kata tersebut diulang. Proses
digabungkan dengan kata-kata lain, sehingga dapat menimbulkan artibaru dan morfemarti
selama tidak bergabung dengan kata lain serta berfungsi menyatakan tempat. Bagian dari
tatabahasa yang membicarakan bentuk kata disebut morfologi. Pengertian tentang bentuk
belum jelas bila kita belum mengetahui lebih lanjut tentang wujudnya dan apa yang akan
menjadi ciri-cirinya. Semua arus ujaran yang sampai ketelinga kita terdengar sebagai suatu
rangkaian kesatuan. Bila kita berusaha memotong-motong suatu arus ujaran yang sederhana
seperti :
Pekerjaan mereka memuaskan. Maka potongan-potongan (segmen) yang akan kita dapat,
dalah Pekerjaan, mereka dan memuaskan. Unsur mereka di satu pihak dapat dipecahkan lagi
berikut :
2. Saya belum puas. Sebaliknya unsur-unsur pe-an, dan me-kan tidak bisa langsung
sendiri, selalu harus diikatkan kepada unsur-unsur lain sepertipuas, kerjadan lain-lain.
Untuk ikut serta dalam membina sebuah kalimat unsur-unsur pe-an,dan me-kan pertama-
Disini penulis tidak akan membahas semua proses morfologi stetapi hanya akan membahas
tentang proses afiksasi. Pembicaraan dalam bagian inihanya yang bersangkutan dengan
pembentukan kata, khususnyape-, pe -an, dan per-an. Yang perlu dicatat dalam
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia adalah bahwa afiks-afiks itu membentuk satu
sistem yang menyebabkan kejadian kata dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi pembentukan
kata dengan imbuhanpe-, pe -an, dan per -an terkadang menimbulkan penafsiran. Sebagai
contoh imbuhan pe-pe-an dan per-an berfungsi membentuk kata benda, seperti dalam kata
“main”. “Main” termasuk kata dasar dalam kelas kata kerja, akan tetapi bila kata “main”
diberikan imbuhan “pe” akan membentuk kata “pemain”. Kata “pemain” termasuk dalam
kata benda. Pada kenyataanya tidak semua pelajar atau mahasiswa mengetahui bahwa
imbuhanpe-, pe -an dan per –an berfungsi sebagai pembentuk kata benda. Oleh Karena itu
sering terjadi kesalahan penafsiran tentang fungsi maupun arti dari imbuhan pe-, pe-andan
per-an.Dari berbagai uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu Kajian tentang
imbuhan pe, pe –an, dan per –an dalam “Rumah di BawahKabut” Kumpulan Cerpen BOBO
Nomor 46. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis konten atau
analisisisi. Analisis ini akan menghasilkan deskripsi objektif yang bersifat kualitatif
mengenailisi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis konten diskriptif yang
menganalisis tentang isi dan analisis konten inferensial yang menganalisis tentang makna
(DarmiyatiZuchdi. 1993: 19). Disini penulis ingin menganalisis dari isi buku kumpulan
cerpen bobo nomor 46 tentang fungsi dan makna imbuhan pe-, pe-an, per–an.Alasan
mengapa menggunakan karya sastra angkatan 66 karena karya satra angkatan 66 bentuk
Hal inilah yang mendorong penulis untuk memilih judul “ANALISIS AFIKSASI DALAM
1.3 PembatasanMasalah
Dalam karya tulis ini penulis membatasi masalah pada makna kata, Artiafiksasi,ciri.
3. Mengetahui ciri kata imbuhan yang biasanya terdapat dalam karya satra.
4. Mengetahui perbedaan jenis dari afiks yang terdapat dalam karya satra.
dengan mencari referensi yang mendukung baik dari buku, jurnal, artikel di majalah,
BAB I Pendahuluan
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Makna
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang
kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda
mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan.
Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam
Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna
dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna
sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
1. Maksud pembicara;
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia;
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara
Bloomfied mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus
dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait
dengan hal tersebut, Aminuddin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara
bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian
makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan
bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan
dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna
1. Makna Denotatif
Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan
pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotatif digunakan
dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan
gagasannya. Agar gagasan yang disampaikan tidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa,
dan tidak berupa kiasan Maskurun. Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara
eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan
observasi, hasil pengukuran dan pembatasan. Makna denotatif didasarkan atas penunjukan
yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotatif adalah
makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa
kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan
Contoh :
2. Makna Konotatif
Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai
emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi
pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang
dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman,dan kriteria-kriteria tambahan
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau
kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung
makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang
diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif. Kata-kata yang bersal
dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan
dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar
bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari
segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena
Contoh :
1) Pria itu dituduh sebagai kambing hitam pada kasus tersebut. (kambing hitam: orang
2) Sikapnya kepadaku membuat aku makan hati karenanya. (makan hati: dongkol,
kecewa)
3) Si tangan panjang itu berhasil ditangkap dan dibawa langsung ke kantor polisi. (tangan
panjang: pencuri)
3. Makna Leksikal
Makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal
berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata
yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Contoh :
Wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung yang terbuat dari porselen dan
digunakan sebagai tempat meletakkan nasi dan lauk pauk yang hendak dimakan.
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah
gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil
peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan
adalah alat.
Contoh :
1) Kaca
Dalam kbbi. kaca diartikan sebagai benda yang keras dan bening yang biasanya mudah
pecah. Saat kata ini digramatikalisasi, maka kata ini pun mengalami perubahan bentuk dan
Berkaca: kata ini merupakan hasil perubahan kata kaca yang diberi imbuhan ber. Adapun
makna kata ini adalah memakai kaca, becermin, atau mengambil suatu contoh teladan.
Berkaca-Kaca: kata ini merupakan hasil perubahan kata kaca yang mengalami proses
pengulangan kata, terutama proses pegulangan kata berimbuhan. Adapun makna kata ini
Kaca Buram: kata ini merupakan hasil perubahan kata kaca yang digabungkan dengan
kata buram .
5. Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia
berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak
pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif,
Contoh :
1) Orang-orang yang menerima amplop dari pengusaha pada akhirnya ditangkap oleh
pihak berwenang.
2) Maksud dari “amplop” adalah uang suap, berbeda dari makna denotasi dari kata
menerima uang suap dari pengusaha pada akhirnya ditangkap oleh pihak berwenang.”
1) Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah
bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna
kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif
2) Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan
konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang,
kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman
sejarah.
3) Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah
satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung
akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada waktu
komunikasi itu.
4) Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam
berbahasa.
5) Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari
mendengarkan(parera,1991:72).
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna
6. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang
sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan
tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah
yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
7. Makna Referensial
Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata,
kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa
benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu
lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung
berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa
makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar
bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis
komponen.
Contoh :
1) Bupati Tegalsari telah memutuskan akan membangun hunian sementara untuk tempat
Kata “hunian” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti dari kata “hunian”
Kata “komputer” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti dari kata
“komputer” adalah alat elektronik otomatis yang dapat digunakan untuk menghitung
atau mengolah data secara cermat sesuai dengan yang diinstruksikan, kemudian dapat
Makna piktorikal menurut Shipley adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar
ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan
manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna
kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang
hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Ngapak kathā. Dalam
bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng"
Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".
1) Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan
realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
konversasi, bahasa
2) Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
bebas
3) Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau
Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri
sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam
bahasa Sanskerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah morfem
sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Menurut Chaer, kata adalah satuan
bahasa yang memiliki satu pengertian ; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah
spasi, dan mempunyai satu arti. Kata dapat juga disebut morfem bebas. Ramlan, menyatakan
bahwa kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai
satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa 11suku, dan suku itu terdiri dari satu atau
beberapa fonem. Dari penuturan diatas dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan terbesar
dari morfologi.Menurut kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata dasar dan dasar kata. Kata
dasar adalah satuan terkecil yang menjadi asal atau permulaan sesuatu kata kompleks. Dasar kata
adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan
yang lebih besar ataukompleks. Berdasarkan penda-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
pengertian kata adalah satuan bebas yang dibatasi oleh spasi pada kedua sisinya yang
mempunyai.
Contoh :
Dalam BI terdapat kata kakus. Orang yang mendengar atau membaca kata kakus, akan
terbayang hal-hal yang berhubungan dengan kakus, misalnya baunya, warna kotoran yang
masuk kedalam kakus. Pendengar atau pembaca jijik, mual, dan kalau kita dengar ketika kita
sedang makan, dan kemungkinan besar kita akan berhenti makan. Makna kata kakus dengan
2. Jenis kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan,
kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata
turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau
imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks
atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan
baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1) Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
2) Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
3. Pelengkap (berumah)
3) Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4) Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang
5) Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
7) Kata tugas atau partikel adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan
(karena),
3. artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya
the),
5. partikel penegas.
Nurlina, dkk., menyebutkan kata (word), yaitu satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,
terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Menurut Chaer, kata adalah satuan bahasa
yang memiliki satu pengertian ; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi,
dan mempunyai satu arti. Kata dapat juga disebut morfem bebas. Ramlan, menyatakan bahwa
kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan
fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa 11suku, dan suku itu terdiri dari satu atau
beberapa fonem. Dari penuturan diatas dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan
terbesar dari morfologi.Menurut Tarigan, kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata dasar dan
dasar kata. Kata dasar adalah satuan terkecil yang menjadi asal atau permulaan sesuatu kata
kompleks. Dasar kata adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar
tersebut di atas dapat disimpulkan pengertian kata adalah satuan bebas yang dibatasi oleh spasi
3. Klasifikasi Kata
Tujuh kategori kata tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi kata, yaitu kelas
terbuka dan kelas tertutup, Kata yang tergolong dalam kelas terbuka dapat berkembang atau
justru berkurang seiring waktu. Penambahan kata dalam kelas terbuka dapat terjadi karena
proses morfologi dari kata tersebut, misalnya karena afiksasi. Kelas kata yang termasuk dalam
kelas terbuka adalah nomina, ajektifa, verba dan adverbia. Berlawanan dengan kelas kata
sebelumnya, kelas tertutup tidak dapat membentuk kata baru, oleh karena itu jumlah kata dalam
kelas ini tidak pernah bertambah atau berkurang. Contoh dari kelas kata yang tergolong dalam
Makna kata adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman,dan criteria-kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual atau makna yang sebenarnya, umum, apa adanya,
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks
(imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi sangat
produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena bahasa
Indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi, artinya sistem bahasa Indonesia yang pada
proses pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan cara menempelkan unsur atau bentuk
lainnya.
Pembentukan kata dalam proses afiksasi, afikslah yang menjadi dasar untuk pembentuk
kata. Afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan
kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru. Ida Bagus, Afiks merupakan bentuk terikat yang dapat
ditambahkan pada awal, akhir atau tengah kata. Ahli lain mengatakan, afiks adalah bentuk
terikat yang jika ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Afiks
ialah morfem yang harus dilekatkan pada morfem yang lain untuk membentuk kata yang
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa afiks adalah suatu satuan gramatikal yang
memiliki kemampuan melekat pada bentuk lain untuk membentuk kata yang berfungsi dalam
Setiap afiks adalah bentuk terikat. Artinya, dalam tuturan biasa, bentuk tersebut tidak dapat
berdiri sendiri dan secara gramatis harus selalu melekat pada bentuk lain. Dalam proses afiksasi
sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.
Hal yang perlu dicatat dalam afiksasi adalah proses pembubuhan afiks mengakibatkan bentuk
dasar (1) mengalami perubahan bentuk, (2) menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata
atau bila telah berstatus kata berganti kategori, (3) berubah makna.
Afiks ialah satuan gramatik terikat yang bukan merupakan bentuk dasar, tidak mempunyai
makna leksikal, dan hanya mempunyai makna gramatikal, serta dapat dilekatkan pada bentuk
asal atau bentuk dasar untuk membentuk bentuk dasar dan atau kata baru. Sebagai contoh,
satuan gramatik {meN-}, {di-}, {ter-}, {ke-an}, {se-nya}, {memper-}, {memper-i}, {ber-an} dan
sebagainya. Karena satuan-satuan gramatik ini merupakan bentuk terikat dan tidak mempunyai
makna leksikal dan hanya akan mempunyai makna gramatikal setelah digabung dengan satuan
gramatik lain.
Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan mengubah
makna gramatikalnya. Dasar yang dimaksud pada penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja,
Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk
dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata.
Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.
Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam
linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru.
Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat
Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut
terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah
baik berkategori verba, berkategori nomina maupun berkategori ajektiva. Dalam hal ini akan
penggabungan antara morfem-morfem untuk membentuk kata baru dan menghasilkan makna
gramatikal yang baru yaitu dengan menempelkan atau menambahkan unsur selainnya.
Kemudian di perjelas oleh yasin afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk
baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Maka dapat di
simpulkan afiksasi ialah sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan penambahan
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di
akhir, di tengah, atau gabungan di antara tiga imbuhan itu - untuk membentuk kata baru yang
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi).
Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk
membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan.
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks
(imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Misalnya
mengimbuhahkan ber- pada bentuk dasar komunikasi menjadi berkomunikasi, buat menjadi
berbuat, tanggungjawab menjadi bertanggung jawab, bekas menjadi berbekas, sepeda motor
menjadi bersepeda motor. Pengimbungan meN- pada bentuk dasar coba menjadi mencoba, adu
karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah proses
unsur selainnya. Proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan),
pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contohdapat
dilihat pada kata-kata: temudan lempar. Jika Kata-kata itu dibubuhi afiks, akan menjadi
penemu, temuan, penemuan,demikian pula terhadap kata lempar. Perubahan bentuk kata
diiringi dengan berubahnya makna, misalnya: temu muka berhadapan muka; tatap muka),
menemukan). Jadi, proses pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan
menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan – imbuhan tersebut bisa diletakkan di awal
(prefiks), di tengah/sisipan (infiks), akhir (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks) kata dasar.
1. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini terdiri atas lebih dari satu morfem
2. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini mempunyai makna gramatikal atau makna
gramatis.
3. Kata berimbuhan ialah bahwa dalam proses terjadinya kata-kata itu terjadi pula
1. Prefiksasi
Prefiks adalah imbuhan yang secara structural dilekatkan pada awal sebuah kata
dasar atau bentuk dasar. Prefiks dalam bahasa Indonesia antar lain: ber-, meN-, di-,
per, pe-, ke-, ter-, dan se-. Prefiks serapan atau baru antara lain: a-, tak-, ante-, purba-,
prae, pra-, anti-, anu-, serba-, maha-, dan tuna-. Proses prefiksasi adalah penambahan
prefik atau awalan pada kata dasar.
Contoh:
ber-+lari=berlari
meN-+tangis=menangis
2. Infiksasi
Infiks adalah imbuhan yang secara structural dilekatkan di tengah sebuah kata atau
bentuk dasar, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan vocal
berikutnya. Infiks dalam bahasa Indonesia adalah: -er-, -el-, dan -em-. Proses infiksasi
adalah penambahan infiks atau sisipan pada kata dasar atau bentuk dasar.
Contoh:
-em-+tali=temali
3. Sufiksasi
Sufiks atau akhiran adalah imbuhan yang secara structural dilekatkan pada akhir
sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa Indonesia antar lain: -kan, -
i, -an, -nya, -man, -wan, -wati, -nda, dan –anda. Sufiks serapan dari bahasa Arab
adalah –idan –ah, contohnya pada kata hewani dan ilmiah. Sufiks dari bahasa Barat
adalah –isme, -is, -if, dan –al. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks atau akhiran
Contoh:
Duduk+-kan=dudukkan
Sastra+-wan=sastrawan
4. Konfiksasi
Konfiks adalah imbuhan yang terdiri atas dua bagian yang diletakkan pada awal
dan akhir kata dasar atau bentuk dasar. Konfiks dalam bahasa Indonesia adalah: per-
an, ke-an, danber-an. Proses konfiksasi adalah penambahan prefix dan sufiks secara
bersamaan.
Contoh:
Ke-an+adil=keadilan
Ber-an+datang=berdatangan
beberapa imbuhan sekaligus pada sebuah kata dasar dengan tetap mempertahankan
identitasnya masing-masing. Berbeda dengan konfiks yang kedua bagiannya hanya
memiliki satu fungsi dan satu makna gramatikal saja. Gabungan afiks dalam bahasa
Indonesia antara lain: meN- kan, di- kan, memper-kan, diper-kan, meN-i, di-i,
5. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks merupakan kombinasi dari afiks-afiks yang telah saya jelaskan
SIAPAKAH ENGKAU
a. Prefiks :
1) Memakan
2) Terkejut
3) Menutupi
4) Mencoba
5) Mendengar
6) Berlebih
7) Tertolong
8) Menggelepar
b. Infiksasi : -
c. Sufiksasi :
1) Wajahnya
d. Konfiksasi
1) Kehadiranya
2) Mengawasi
3) Kenyataan
4) Kesadaran
e. Makna kata
1) Memakan : Me-makan
2) Terkejut : Ter-kejut
3) Menutupi : Me-nutup-i
4) Mencoba : Men-coba
lainya.
5) Mendengar : Men-dengar
6) Berlebih : Ber-lebih
Nabi Adam merasa curiga yang berlebihan terhadap apa yang di
lakukanya.
7) Tertolong : Ter-tolong
8) Menggelepar : Meng-gelepar
9) Wajahnya : Wajah-nya
Nabi Adam sadar tentang hal itu setelah beliau memkan buah
tersebut.
Karya Kirdjomuljo
kami kehilangan
seperti biasa:
a. Prefix
1) Menangis
2) Mengais
3) Mengepul
4) Berbunga
b. Infifiksasi : -
c. Sufiksasi
1) jauhnya
2) dadanya
d. Konfiksasi
1) Kejauhan
2) kemuraman
3) kekeringan
4) kehilangan
e. Makna kata
1) Menangis : Me-nangis
yang mendalam.
2) Mengais : Me-ngais
3) Mengepul : Me-ngepul
4) Berbunga : Ber-bunga
6) Dadanya : Dada-nya
7) Kejauhan : Ke-jauh-an
jauh.
8) Kemuraman : Ke-muram-an
9) Kekeringan : Ke-kering-an
4.1 Kesimpulan
1. Afiksasi adalah suatu kata imbuhan yang sering digunakan setiap dalam
membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal
maupun kompleks.
3. Imbuhan adalah bunyi – bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk
4. Dalam pembuatan suatu karya satra harus benar – benar memperhatikan ejaan
menghsilkan kata atau kalimat yang rancu,dan tidak menghasilkan kata yang
benar.
memperhatikan dan membedakan antara macam afiksasi yang satu dengan yang
lainya.
4.2.Saran
Untuk kesempurnaan dan tercapainya suatu karya satra, penulis memberikan
saran diantaranya :
http://www.materikelas.com/contoh-afiksasi-sufiks-prefiks-konfiks-infiks-dan-kombinasi-afiks/
http://berkas-kuliah.blogspot.com/2013/02/pengertian-ciri-dan-jenis-afiks-dan.html
http://jaddung.blogspot.com/2017/10/pengertian-macam-macam-dan-contoh-afiksasi.html
http://www.materibelajar.id/2016/10/pengertian-dan-5-contoh-afiksasi-sufiks.html
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/afiksasi-imbuhan.html