You are on page 1of 45

ANALISIS AFIKSASI DALAM KARYA SASTRA ANGKATAN 66

Disusun dan Diajukan Guna Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat Mengikuti Ujian Sekolah

dan Ujian Nasional di SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019

Oleh :

Nama : Zunitasari K I

Kelas : XII MIPA 1

Nomor Induk : 03474

SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

TAHUN 2018/2019
PENGESAHAN

Karya tulis ini telah diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat untuk mengikuti

Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional di SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019

pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Kepala SMA Al Islam 1 Surakarta Pembimbing,

Umi Faizah, S.Pd Dra. Purwaningsih

NIP.-- NIP.
MOTTO

1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya (Terjemahan


QS. Al Baqarah:286)

2. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Terjemahan QS. Al Insyirah: 5-6)

3. “ Dari annas bin malik berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: barang siapa keluar rumah
untuk menuntut ilmu maka ia dalam jihad fisabilillah hingga kembali”. (HR.Bukhori)

4. Berlelah- lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Jika engkau tak tahan
lelahnya belajar, engkau akan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi’i)

5. Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan meraka
yang senantiasa berusaha. (Bachruddin Jusuf Habibie)

6. Sebelum menyerah, pikirkan dulu alasan mengapa kau tidak menyerah selama sebelum ini
(Fiersa Besari)

7. Bersusah susahlah dahulu, lalu kemudian bertsenang senang ( penulis )

8. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk

urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah,6-8)
PERSEMBAHAN

Karya tulis ini dipersembahkan kepada

1. Guru Pendamping Dra. Purwaningsih, S.Pd

Saya sampaikan terima kasih sudah membimbing penulis dalam pembuatan Karya Tulis

dengan judul “Analisis Afiksasi Dalam Karya Satra Angkatan 66” dengan sangat baik

hingga Karya Tulis ini terselesaikan dengan memuaskan.

2. Orang Tua

Saya sampaikan terima kasih telah setia dan berbaik hati mendampingi penulis dalam

pembuatan Karya Tulis ini, dan juga telah mendo’akan penulis sehingga pembuatan Karya

Tulis ini berjalan dengan baik dan lancar.

3. Saudara dan Saudari

Saya sampaikan terima kasih kepada saudara/i dari awal hingga detik terakhir pembuatan

Karya Tulis ini yang senantiasa selalu mendukung, memberi semangat, dan motivasi dalam

pembuatan Karya Tulis ini.

4. Teman-teman kelas XII MIPA 1 SMA Al-Islam 1 Surakarta Th. 2018/2019

Saya haturkan terima kasih kepada teman-teman dari awal hingga akhir pembuatan Karya

Tulis ini kalian selalu mendukung, memberi masukan, memotivasi, dan senantiasa

berjuang bersama dalam pembuatan Karya Tulis ini.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

pertolongan dan petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar.

Penyusunan Karya Tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat

mengikuti Ujian Sekolah serta Ujian Nasional SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran

2018/2019.

Karya Tulis yang berjudul Analisis Afiksasi Dalam Karya Satra Angkatan 66 ini tersusun

atas bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material dan spiritual, petunjuk-petunjuk teknis,

kemudahan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah Karya Tulis ini dapat dibuat dan

selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan Penguasa Alam yang

meridhoi dan mengabulkan segala doa.

2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta doa yang

tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa

yang paling khusyuk selain doa yang terucap dari orang tua. Ucapan terima kasih takkan

pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti

dan cintaku untuk kalian Bapak Ibuku.

3. Ibu Umi Faizah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta, yang telah

memberikan kesempatan untuk menyusun Karya Tulis ini.


4. Ibu Dra. Purwaningsih, S.Pd, selaku pembimbing Karya Tulis yang telah membina dan

membimbing penulis dengan sangat baik dalam membuat Karya Tulis ini, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan baik.

5. Bapak Drs. M. Syukur, selaku Wali Kelas XII MIPA 1 yang selalu menyemangati dan

mengingatkan untuk segera menyelesasikan Karya Tulis ini.

6. Saudara saya, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya

untuk keberhasilan Karya Tulis ini.

7. Sahabat dan Teman-teman saya, tanpa semangat, dukungan dan bantuan sahabat dan

teman-teman semua takkan mungkin saya sampai di sini, terima kasih untuk canda tawa,

tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis

yang telah terukir selama ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa, penulisan Karya Tulis ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini. penulis berharap semoga Karya tulis ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis dan pembaca sekalian.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii

HALAMAN MOTTO ................................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................... v

DAFTAR ISI.............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................. 3

1.4 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3

1.5 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Makna Kata ............................................................................................... 5

2.2 Pengertian Afiksasi.................................................................................... 13

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Ciri Kata Berimbuhan ............................................................................... 21

3.2 Jenis Afiksasi............................................................................................. 23


3.3 Perubahan Makna Kata Karya Sastra ........................................................ 25

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan ................................................................................................... 27

4.2 Saran .......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Unsur-unsur ini juga tidak bias berdiri Bahasa adalah bahasa yang terpenting

di kawasan republic kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada

ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia

menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang dasar kita

mengandung pasal khusus yang menyatakan bahwa bahasa Negara adalah bahasa

Indonesia”. Namun, disamping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa

Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa nusantara

yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.

Penting tidaknya suatu bahasa didasari patokan yang berikut:

1) jumlah penuturnya,

2) Luas penyebarannya dan

3) Peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap

bernilai. Jika kita menggunakan patokan pertama, maka bahasa Indonesia sebagai

bahasa ibu, jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa Jawaa tau Sunda. Akan

tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya

dalam deretan jumlah penutur bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama.Dariuraian

tersebut dapat kita simpulkan bahasa adalah suatu alat komunikasi antara masyarakat

yang berupa lambing bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang mengandung
arti. Timbulnya bunyi yang digetarkan oleh alat ucap manusia itu merangsang, member

motivasi kepada pendengar untuk mengungkap isi atau arti yang terkandung baik

tersurat maupun tersirat. Oleh karena itu, bahasa merupakan suatu yang sangat penting

dalam kehidupan manusia, yang tidak dapat ditinggalkan. Afiks (imbuhan) yang dipakai

untuk menurunkan verba empat macamnya yakni :

prefiks, sufiks, konfiks, dan yang tidak begitu produktif lagi infiks. Prefiks yang

sering juga dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan dimuka dasar. Sufiks

yang juga dinamakan akhiran diletakkan dibelakang dasar. Konfiks adalah gabungan

prefix dan sufiks yang mengapit dasar kata dan membentuk satu kesatuan. Infiks

yang juga dinamakan sisipan adalah bentuk afiks yang ditempatkan ditengah dasar

kata

Dalam bahasa Indonesia terdapat verbal meng-, per-, danber-. Di samping itu terdapat pula

prefiks di-, danter-yang menggantikan meng- pada jenis klausa atau kalimat tertentu.

Jumlah sufiks hanya dua yakni; kan-dani-. Prefix dan sufiks dapat membentuk konfiks jika

kedua syarat berikut terpenuhi. Pertama keterpaduan antara prefix dan sufiks bersifat mutlak

artinya kedua afiks itu secara serentak dilekatkan pada dasar katanya

Telah diuraikan di atas, kata-kata berimbuhan (berafiks) dapat dibagiatas kata-kata yang

mengundang prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan

yang lebih berhubungan satu dengan yang lain, yaitu mula-mula prefiks, sufiks, kemudian

konfiks dan akhiran infiks. Prefiks atau awalan adalah suatu unsur yang secara structural

diikatkan didepan sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Untuk memperlihatkan hubungan

tersebut secara konkrit, maka dapatlah diberikan contoh berikut; mempercepat terdiri dari
awalan me + N (Nasalisasi) + per + kata dasar cepat. Dalam hubungan bentuk percepatan,

maka kata cepat sekaligus adalah kata dasar dan menjadi bentuk dasar bagi kata percepat.

Sedangkan dalam bentuk mempercepatN + percepat adalah bentuk dasar dari mempercepat.

Hubungan antara semua awalan dengan kata dasar itu adalah hubungan struktural, yaitu

bahwa semua unsure itu merupakan bagian dari kata mempercepat

Batasan morfologi adalah suatu ilmu bahasa yang mempelajari tentang seluk beluk bentuk

kata. Sedangkan batasan proses morfologi adalah proses pembentukan suatu kata yang

sudah ada menja dibentuk yang lain. Macam proses morfologi adalah proses afiksasi, proses

reduplikasi, proses komposium, morfem yang unik (Badudu J.S. 1980: 66).Proses afiksasi

adalah proses pembentukan kata yang terjadisetelah kata-kata tersebut diulang. Proses

komposiumadalah proses pembentukan kata yang terjadisetelah kata-kata tersebut

digabungkan dengan kata-kata lain, sehingga dapat menimbulkan artibaru dan morfemarti

selama tidak bergabung dengan kata lain serta berfungsi menyatakan tempat. Bagian dari

tatabahasa yang membicarakan bentuk kata disebut morfologi. Pengertian tentang bentuk

belum jelas bila kita belum mengetahui lebih lanjut tentang wujudnya dan apa yang akan

menjadi ciri-cirinya. Semua arus ujaran yang sampai ketelinga kita terdengar sebagai suatu

rangkaian kesatuan. Bila kita berusaha memotong-motong suatu arus ujaran yang sederhana

seperti :

Pekerjaan mereka memuaskan. Maka potongan-potongan (segmen) yang akan kita dapat,

yaitu potongan-potongan yang merupakan kesatuan yang langsung membina kalimatitua

dalah Pekerjaan, mereka dan memuaskan. Unsur mereka di satu pihak dapat dipecahkan lagi

menjadi: kerja dan pe-an,serta puas dan me-kan.Unsur-unsur kerja


Dan puas dapat pula dengan langsung membina kalimat seperti tampak pada contoh

berikut :

1. Kerja itu belum selesai.

2. Saya belum puas. Sebaliknya unsur-unsur pe-an, dan me-kan tidak bisa langsung

membina sebuah kalimat.

sendiri, selalu harus diikatkan kepada unsur-unsur lain sepertipuas, kerjadan lain-lain.

Untuk ikut serta dalam membina sebuah kalimat unsur-unsur pe-an,dan me-kan pertama-

tama harus digabungkan dengan unsure puas dan kerja.

Disini penulis tidak akan membahas semua proses morfologi stetapi hanya akan membahas

tentang proses afiksasi. Pembicaraan dalam bagian inihanya yang bersangkutan dengan

pembentukan kata, khususnyape-, pe -an, dan per-an. Yang perlu dicatat dalam

pembentukan kata dalam bahasa Indonesia adalah bahwa afiks-afiks itu membentuk satu

sistem yang menyebabkan kejadian kata dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi pembentukan

kata dengan imbuhanpe-, pe -an, dan per -an terkadang menimbulkan penafsiran. Sebagai

contoh imbuhan pe-pe-an dan per-an berfungsi membentuk kata benda, seperti dalam kata

“main”. “Main” termasuk kata dasar dalam kelas kata kerja, akan tetapi bila kata “main”

diberikan imbuhan “pe” akan membentuk kata “pemain”. Kata “pemain” termasuk dalam

kata benda. Pada kenyataanya tidak semua pelajar atau mahasiswa mengetahui bahwa

imbuhanpe-, pe -an dan per –an berfungsi sebagai pembentuk kata benda. Oleh Karena itu

sering terjadi kesalahan penafsiran tentang fungsi maupun arti dari imbuhan pe-, pe-andan

per-an.Dari berbagai uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu Kajian tentang

imbuhan pe, pe –an, dan per –an dalam “Rumah di BawahKabut” Kumpulan Cerpen BOBO
Nomor 46. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis konten atau

analisisisi. Analisis ini akan menghasilkan deskripsi objektif yang bersifat kualitatif

mengenailisi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis konten diskriptif yang

menganalisis tentang isi dan analisis konten inferensial yang menganalisis tentang makna

(DarmiyatiZuchdi. 1993: 19). Disini penulis ingin menganalisis dari isi buku kumpulan

cerpen bobo nomor 46 tentang fungsi dan makna imbuhan pe-, pe-an, per–an.Alasan

mengapa menggunakan karya sastra angkatan 66 karena karya satra angkatan 66 bentuk

kebahasaan menarik untuk di baca.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk memilih judul “ANALISIS AFIKSASI DALAM

KARYA SASTRA ANGKATAN 66” .

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan tentanga fiksasi.

2. Apa saja ciri cirri dari afiksasi.

3. Apa saja jenis dari afiksasi.

4. Bagaimana analisis karya sastra angkatan 66 pada karya.

1.3 PembatasanMasalah

Dalam karya tulis ini penulis membatasi masalah pada makna kata, Artiafiksasi,ciri.

Kata imbuhan,jenis afiksasi,perubahan makna kata pada karya sastra.

1.4 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui arti makna kata secara keseluruhan.

2. Memahami pengertian afiksasi dari berbagai sudut.

3. Mengetahui ciri kata imbuhan yang biasanya terdapat dalam karya satra.
4. Mengetahui perbedaan jenis dari afiks yang terdapat dalam karya satra.

5. Membantu dalam menentukan perubahan makna kata dalam karya satra.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karyatulis ini, penulis menggunakann metode kepustakaan. Yaitu

dengan mencari referensi yang mendukung baik dari buku, jurnal, artikel di majalah,

dll. Dan menjadikannya sebagai data pendukung atau landasan teori.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Pembatasan Masalah

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Metode Pengumpulan Data

1.6 Sistematika Penulisan

BAB II Landasan Teori

2.1 Makna Kata

2.2 Pengertian Afiksasi

BAB III Pembahasan

3.1 Ciri Kata Imbuhan

3.2 Jenis Kata Afiks

3.3 Perubahan Makna Kata Pada Karya Sastra


BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Makna Kata

1. Makna

adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang

kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda

mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan.

Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam

Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna

dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna

sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. Maksud pembicara;

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau

kelompok manusia;

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara

ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa

Bloomfied mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus

dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait

dengan hal tersebut, Aminuddin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara
bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling

dimengerti.

Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian

makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara

pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan

bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan

dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna

dari kata itu

1. Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan

pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotatif digunakan

dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan

gagasannya. Agar gagasan yang disampaikan tidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus

menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotatif.

Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa,

dan tidak berupa kiasan Maskurun. Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara

eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan

observasi, hasil pengukuran dan pembatasan. Makna denotatif didasarkan atas penunjukan

yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotatif adalah

makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa
kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan

adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.

Contoh :

1) Tadi siang, aku memakan hati ayam di rumah makan itu.

2) Kemarin, aku melihatnya memakai kemeja tangan panjang.

2. Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai

emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi

pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang

dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan

kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.

Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-

tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman,dan kriteria-kriteria tambahan

yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.

Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau

kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung

makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang

diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif. Kata-kata yang bersal

dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan

dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar

bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari
segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena

rangsangan aspek bentuk kata tertentu.

Contoh :

1) Pria itu dituduh sebagai kambing hitam pada kasus tersebut. (kambing hitam: orang

yang dianggap bersalah)

2) Sikapnya kepadaku membuat aku makan hati karenanya. (makan hati: dongkol,

kecewa)

3) Si tangan panjang itu berhasil ditangkap dan dibawa langsung ke kantor polisi. (tangan

panjang: pencuri)

3. Makna Leksikal

Makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal

berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata

yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).

Contoh :

1) Piring (menurut kbbi.kemendikbud.go.id)

Wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung yang terbuat dari porselen dan

digunakan sebagai tempat meletakkan nasi dan lauk pauk yang hendak dimakan.

Barang yang bulat pipih menyerupai piring.


4. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah

gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil

peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan

adalah alat.

Contoh :

1) Kaca

Dalam kbbi. kaca diartikan sebagai benda yang keras dan bening yang biasanya mudah

pecah. Saat kata ini digramatikalisasi, maka kata ini pun mengalami perubahan bentuk dan

makna, di mana perubahan tersebut adalah:

Berkaca: kata ini merupakan hasil perubahan kata kaca yang diberi imbuhan ber. Adapun

makna kata ini adalah memakai kaca, becermin, atau mengambil suatu contoh teladan.

Berkaca-Kaca: kata ini merupakan hasil perubahan kata kaca yang mengalami proses

pengulangan kata, terutama proses pegulangan kata berimbuhan. Adapun makna kata ini

adalah berkilau seperti kaca atau berlinang-linang.

Kaca Buram: kata ini merupakan hasil perubahan kata kaca yang digabungkan dengan

kata buram .

5. Makna Asosiatif

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia

berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak

pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif,

makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.

Contoh :

1) Orang-orang yang menerima amplop dari pengusaha pada akhirnya ditangkap oleh

pihak berwenang.

2) Maksud dari “amplop” adalah uang suap, berbeda dari makna denotasi dari kata

“amplop” yang berarti tempat surat.

3) Sehingga arti sebenarnya dari kalimat tersebut adalah “Orang-orang yang

menerima uang suap dari pengusaha pada akhirnya ditangkap oleh pihak berwenang.”

1) Makna Kolokatif

Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah

bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna

kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif

memiliki makna yang sebenarnya.

2) Makna Reflektif

Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan

konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang,

kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman

sejarah.
3) Makna Stilistika

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan

lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah

satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung

akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada waktu

komunikasi itu.

4) Makna Afektif

Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam

berbahasa.

5) Makna interpretatif

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari

pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau

mendengarkan(parera,1991:72).

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna

donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.

6. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang

sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan

berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna

tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah

yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
7. Makna Referensial

Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata,

kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa

benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu

lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada

sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.

Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung

berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa

makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar

bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis

komponen.

Contoh :

1) Bupati Tegalsari telah memutuskan akan membangun hunian sementara untuk tempat

tinggal para pendatang yang telah mempunyai pekerjaan.

Kata “hunian” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti dari kata “hunian”

adalah tempat tinggal atau kediaman yang dihuni.

2) Di zaman modern ini, hampir semua pekerjaan dapat dipersingkat menggunakan

robot berbasis komputer.

Kata “komputer” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti dari kata

“komputer” adalah alat elektronik otomatis yang dapat digunakan untuk menghitung

atau mengolah data secara cermat sesuai dengan yang diinstruksikan, kemudian dapat

memberikan hasil pengolahan, serta dapat menjalankan sistem multimedia.


8. Makna Piktorikal

Makna piktorikal menurut Shipley adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar

ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan

manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna

kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang

hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang

berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.

Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Ngapak kathā. Dalam

bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng"

Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".

Beberapa definisi mengenai kata menurut KBBI:

1) Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan

realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa

konversasi, bahasa

2) Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang

bebas

3) Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau

beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)

Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri

sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam

bahasa Sanskerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah morfem

atau gabungan morfem.


Nurlina, dkk. (2004: 8), menyebutkan kata (word), yaitu satuan bahasa yang dapat berdiri

sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Menurut Chaer, kata adalah satuan

bahasa yang memiliki satu pengertian ; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah

spasi, dan mempunyai satu arti. Kata dapat juga disebut morfem bebas. Ramlan, menyatakan

bahwa kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai

satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa 11suku, dan suku itu terdiri dari satu atau

beberapa fonem. Dari penuturan diatas dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan terbesar

dari morfologi.Menurut kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata dasar dan dasar kata. Kata

dasar adalah satuan terkecil yang menjadi asal atau permulaan sesuatu kata kompleks. Dasar kata

adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan

yang lebih besar ataukompleks. Berdasarkan penda-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan

pengertian kata adalah satuan bebas yang dibatasi oleh spasi pada kedua sisinya yang

mempunyai.

Contoh :

Dalam BI terdapat kata kakus. Orang yang mendengar atau membaca kata kakus, akan

terbayang hal-hal yang berhubungan dengan kakus, misalnya baunya, warna kotoran yang

masuk kedalam kakus. Pendengar atau pembaca jijik, mual, dan kalau kita dengar ketika kita

sedang makan, dan kemungkinan besar kita akan berhenti makan. Makna kata kakus dengan

segala bayangannya ada di dalam otak kita.

2. Jenis kata

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan,

kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata
turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau

imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks

atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan

baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar

yang berbeda membentuk suatu arti baru.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

1) Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala

yang dibendakan, misalnya buku, kuda.

2) Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,

misalnya baca, lari.

1. Verba transitif (membunuh),

2. Verba kerja intransitif (meninggal),

3. Pelengkap (berumah)

3) Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.

4) Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang

bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.

5) Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.

1. Orang pertama (kami),

2. Orang kedua (engkau),

3. Orang ketiga (mereka),

4. Kata ganti kepunyaan (-nya),

5. Kata ganti penunjuk (ini, itu)


6) Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau

menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.

1. Angka kardinal (duabelas),

2. Angka ordinal (keduabelas)

7) Kata tugas atau partikel adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan

peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:

1. preposisi (kata depan) (contoh: dari),

2. konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat

(karena),

3. artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya

the),

4. interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan

5. partikel penegas.

Nurlina, dkk., menyebutkan kata (word), yaitu satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,

terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Menurut Chaer, kata adalah satuan bahasa

yang memiliki satu pengertian ; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi,

dan mempunyai satu arti. Kata dapat juga disebut morfem bebas. Ramlan, menyatakan bahwa

kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan

fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa 11suku, dan suku itu terdiri dari satu atau

beberapa fonem. Dari penuturan diatas dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan

terbesar dari morfologi.Menurut Tarigan, kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata dasar dan

dasar kata. Kata dasar adalah satuan terkecil yang menjadi asal atau permulaan sesuatu kata
kompleks. Dasar kata adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar

pembentukan bagi satuan yang lebih besar ataukompleks. Berdasarkan pendapat-pendapat

tersebut di atas dapat disimpulkan pengertian kata adalah satuan bebas yang dibatasi oleh spasi

pada kedua sisinya yang mempunyai arti

3. Klasifikasi Kata

Tujuh kategori kata tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi kata, yaitu kelas

terbuka dan kelas tertutup, Kata yang tergolong dalam kelas terbuka dapat berkembang atau

justru berkurang seiring waktu. Penambahan kata dalam kelas terbuka dapat terjadi karena

proses morfologi dari kata tersebut, misalnya karena afiksasi. Kelas kata yang termasuk dalam

kelas terbuka adalah nomina, ajektifa, verba dan adverbia. Berlawanan dengan kelas kata

sebelumnya, kelas tertutup tidak dapat membentuk kata baru, oleh karena itu jumlah kata dalam

kelas ini tidak pernah bertambah atau berkurang. Contoh dari kelas kata yang tergolong dalam

kelas tertutup adalah pronomina, preposisi dan konjungsi.

Makna kata adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-

tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman,dan criteria-kriteria tambahan yang

dikenakan pada sebuah makna konseptual atau makna yang sebenarnya, umum, apa adanya,

tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan.

2.2 Pengertian afiksasi

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks

(imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi sangat

produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena bahasa
Indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi, artinya sistem bahasa Indonesia yang pada

proses pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan cara menempelkan unsur atau bentuk

lainnya.

Pembentukan kata dalam proses afiksasi, afikslah yang menjadi dasar untuk pembentuk

kata. Afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan

kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk

membentuk kata atau pokok kata baru. Ida Bagus, Afiks merupakan bentuk terikat yang dapat

ditambahkan pada awal, akhir atau tengah kata. Ahli lain mengatakan, afiks adalah bentuk

terikat yang jika ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Afiks

ialah morfem yang harus dilekatkan pada morfem yang lain untuk membentuk kata yang

berfungsi dalam ujaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa afiks adalah suatu satuan gramatikal yang

memiliki kemampuan melekat pada bentuk lain untuk membentuk kata yang berfungsi dalam

ujatan dan akan mengubah makna gramatikalnya.

Setiap afiks adalah bentuk terikat. Artinya, dalam tuturan biasa, bentuk tersebut tidak dapat

berdiri sendiri dan secara gramatis harus selalu melekat pada bentuk lain. Dalam proses afiksasi

sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.

Hal yang perlu dicatat dalam afiksasi adalah proses pembubuhan afiks mengakibatkan bentuk

dasar (1) mengalami perubahan bentuk, (2) menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata

atau bila telah berstatus kata berganti kategori, (3) berubah makna.
Afiks ialah satuan gramatik terikat yang bukan merupakan bentuk dasar, tidak mempunyai

makna leksikal, dan hanya mempunyai makna gramatikal, serta dapat dilekatkan pada bentuk

asal atau bentuk dasar untuk membentuk bentuk dasar dan atau kata baru. Sebagai contoh,

satuan gramatik {meN-}, {di-}, {ter-}, {ke-an}, {se-nya}, {memper-}, {memper-i}, {ber-an} dan

sebagainya. Karena satuan-satuan gramatik ini merupakan bentuk terikat dan tidak mempunyai

makna leksikal dan hanya akan mempunyai makna gramatikal setelah digabung dengan satuan

gramatik lain.

Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan mengubah

makna gramatikalnya. Dasar yang dimaksud pada penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja,

baik sederhana maupun kompleks yang dapat diberi afiks apapun.

Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk

dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata.

Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.

Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam

linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru.

Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat

ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata.

Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut

terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah

proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan atau

menambahkan unsur selainnya.


Menurut A. Chaer afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan

baik berkategori verba, berkategori nomina maupun berkategori ajektiva. Dalam hal ini akan

dibahas afiksasi berkategori verba.

Dari penjelasan-penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah

penggabungan antara morfem-morfem untuk membentuk kata baru dan menghasilkan makna

gramatikal yang baru yaitu dengan menempelkan atau menambahkan unsur selainnya.

Kemudian di perjelas oleh yasin afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk

baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Maka dapat di

simpulkan afiksasi ialah sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan penambahan

afiks tersebut biasa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar

Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di

akhir, di tengah, atau gabungan di antara tiga imbuhan itu - untuk membentuk kata baru yang

artinya berhubungan dengan kata yang pertama.

Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi).

Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk

membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan.

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks

(imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Misalnya

mengimbuhahkan ber- pada bentuk dasar komunikasi menjadi berkomunikasi, buat menjadi

berbuat, tanggungjawab menjadi bertanggung jawab, bekas menjadi berbekas, sepeda motor

menjadi bersepeda motor. Pengimbungan meN- pada bentuk dasar coba menjadi mencoba, adu

menjadi mengadu, pertanggungjawabkan menjadi mempertanggung jawabkan.


Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut terjadi

karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah proses

dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan atau menambahkan

unsur selainnya. Proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan),

pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contohdapat

dilihat pada kata-kata: temudan lempar. Jika Kata-kata itu dibubuhi afiks, akan menjadi

penemu, temuan, penemuan,demikian pula terhadap kata lempar. Perubahan bentuk kata

diiringi dengan berubahnya makna, misalnya: temu muka berhadapan muka; tatap muka),

penemu(orang yang menemukan); temuan(hasil menemukan); penemuan(proses atau cara

menemukan). Jadi, proses pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan

ketelitian karena jika salah, akan menjadikanmakna yang tidak komunikatif


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ciri Kata Imbuhan


Imbuhan adalah bunyi – bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk mengubah atau

menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan – imbuhan tersebut bisa diletakkan di awal

(prefiks), di tengah/sisipan (infiks), akhir (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks) kata dasar.

Jenis – jenis imbuhan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda – beda.

Ciri – ciri kata imbuhan :

1. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini terdiri atas lebih dari satu morfem

(polimorfemis) dan salah satu atau lebih morfemnya berupa afiks.

2. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini mempunyai makna gramatikal atau makna

gramatis.

3. Kata berimbuhan ialah bahwa dalam proses terjadinya kata-kata itu terjadi pula

perubahan kelas kata dari bentuk dasarnya.

3.2 Macam - Macam Afiksasi

Afiksasi terdiri dari beberapa macam seperti berikut :

1. Prefiksasi

Prefiks adalah imbuhan yang secara structural dilekatkan pada awal sebuah kata

dasar atau bentuk dasar. Prefiks dalam bahasa Indonesia antar lain: ber-, meN-, di-,

per, pe-, ke-, ter-, dan se-. Prefiks serapan atau baru antara lain: a-, tak-, ante-, purba-,

prae, pra-, anti-, anu-, serba-, maha-, dan tuna-. Proses prefiksasi adalah penambahan
prefik atau awalan pada kata dasar.

Contoh:

ber-+lari=berlari

meN-+tangis=menangis

di- + makan = dimakan

Agus terpilih sebagai ketua panitia kurban.

Pedagang batu tahun ini sangat laku keras.

Budi sekelas dengan Iman.

2. Infiksasi

Infiks adalah imbuhan yang secara structural dilekatkan di tengah sebuah kata atau

bentuk dasar, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan vocal

berikutnya. Infiks dalam bahasa Indonesia adalah: -er-, -el-, dan -em-. Proses infiksasi

adalah penambahan infiks atau sisipan pada kata dasar atau bentuk dasar.

Contoh:

-em-+tali=temali

-er- + gigi = gerigi

Rafi dan Ahmad sedang asyik bermain gelembung sabun.

Telunjuk ayah tergores gergaji saat memotong kayu.

Seruling milik Ahmad terbuat dari bambu.

3. Sufiksasi

Sufiks atau akhiran adalah imbuhan yang secara structural dilekatkan pada akhir

sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa Indonesia antar lain: -kan, -

i, -an, -nya, -man, -wan, -wati, -nda, dan –anda. Sufiks serapan dari bahasa Arab
adalah –idan –ah, contohnya pada kata hewani dan ilmiah. Sufiks dari bahasa Barat

adalah –isme, -is, -if, dan –al. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks atau akhiran

pada kata dasar atau bentuk dasar.

Contoh:

Duduk+-kan=dudukkan

Sastra+-wan=sastrawan

Buka bacaan yang dibawa Usma itu milik Zia.

Agus sangat menyukai asinan yang dibeli ibu.

Hotman Paris adalah seorang kritikus politik yang terkenal.

4. Konfiksasi

Konfiks adalah imbuhan yang terdiri atas dua bagian yang diletakkan pada awal

dan akhir kata dasar atau bentuk dasar. Konfiks dalam bahasa Indonesia adalah: per-

an, ke-an, danber-an. Proses konfiksasi adalah penambahan prefix dan sufiks secara

bersamaan.

Contoh:

Ke-an+adil=keadilan

Ber-an+datang=berdatangan

Pengaturan jam kerja telah ditetapkan dalam undang-undang.

Pertunjukan sulap itu berhasil menarik banyak perhatian.

Kekayaan Haji Soleh sudah tidak terhitung lagi jumlahnya.

Konfiks berbeda dengan gabungan afiks. Gabungan afiks yaitu penggunaan

beberapa imbuhan sekaligus pada sebuah kata dasar dengan tetap mempertahankan
identitasnya masing-masing. Berbeda dengan konfiks yang kedua bagiannya hanya

memiliki satu fungsi dan satu makna gramatikal saja. Gabungan afiks dalam bahasa

Indonesia antara lain: meN- kan, di- kan, memper-kan, diper-kan, meN-i, di-i,

memper-i, diper-i, danber-kan.

5. Kombinasi Afiks

Kombinasi afiks merupakan kombinasi dari afiks-afiks yang telah saya jelaskan

diatas. Kombinasi afiks: pemer-, keber-an, kese-an, keter-an, pember-an, penye-an,

perse-an, dan perseke-an.

Contoh kalimat kombinasi afiks:

Keberhasilan harus diraih dengan usaha yang keras.

(daribentukber- + dasar [D]).

Keterlibatan Jayus dalam kasus narkoba membuat ia sakau.

(daribentukter- + dasar [D]).

Daerah kumuh perlu dipugar untuk penyerasian dengan daerah sekitarnya.

(dari bentuk menye-kan).

3.3 Perubahan Makna Kata Pada Karya Sastra

SIAPAKAH ENGKAU

Karya sastra Sapardi Djoko Damono

Aku adalah Adam

Yang telah memakan buah apel itu

Adam yang tiba – tiba sadar kehadiranya sendiri

Terkejut dan merasa malu


Aku adalah Adam yang kemudian mengerti

Baik dan buruk, dan mencoba lolos

Dari dosa ke lain dosa

Adam yang selalu mengawasi diri sendiri

Dengan rasa curiga

Dan berusaha menutupi wajahnya

Akulah tak lain Adam yang menggelepar

Dalam jaring waktu dan tempat

Tak tertolong lagi dari kenyataan

Firdaus yang hilang

Lantaran kesadaran dan curiga yang berlebih

Aku adalah Adam

Yang mendengar suara Tuhan

Selamat berpisah, Adam

Analisis karya sastra :

a. Prefiks :

1) Memakan

2) Terkejut

3) Menutupi

4) Mencoba

5) Mendengar

6) Berlebih

7) Tertolong
8) Menggelepar

b. Infiksasi : -

c. Sufiksasi :

1) Wajahnya

d. Konfiksasi

1) Kehadiranya

2) Mengawasi

3) Kenyataan

4) Kesadaran

e. Makna kata

1) Memakan : Me-makan

Nabi Adam memakan buah apel.

2) Terkejut : Ter-kejut

Nabi Adam dengan kelauanya sendiri.

3) Menutupi : Me-nutup-i

Nabi Adam menutupi wajahnya karena menahan rasa malu.

4) Mencoba : Men-coba

Nabi Adam berusaha pindah dari perbutan satu ke perbuatan

lainya.

5) Mendengar : Men-dengar

Nabi Adam mendengarkan perkataan Allah.

6) Berlebih : Ber-lebih
Nabi Adam merasa curiga yang berlebihan terhadap apa yang di

lakukanya.

7) Tertolong : Ter-tolong

Nabi Adam tak tertolong sehingga terjerumus kedalam kegelapan.

8) Menggelepar : Meng-gelepar

Nabi Adam merasa sudah tau mau berbuat apa lagi.

9) Wajahnya : Wajah-nya

Karena merasa malu maka nabi adam menutupi wajanya.

10) Kehadiranya : Ke-hadiran-nya

Beliau merasa tidak sadar bahwa dia ada di tempat tersebut.

11) Mengawasi : Meng-awasi

Nabi Adam membatasi dirinya menjaga dirinya agar tidak

terjerumus ke lembah hitam.

12) Kenyataan : Ke-nyata-an

Nabi Adam melakukan hal itu sesuai kenyataan.

13) Kesadaran : Ke-sadar-an

Nabi Adam sadar tentang hal itu setelah beliau memkan buah

tersebut.

Buat Saudara Kandung

Karya Kirdjomuljo

Ke manakah engkau, saudara

Orang-orang lemah dan lading-ladang tidak berbunga


dan anjing, yang mengais siang hari

malam-malam menangis panjang sekali

lengun lembu di kejauhan

Menyebar kabar kemuraman

Sebuah dusun yang tenggelam

Kampung merana kekeringan

cinta, wajah-wajah menengadah rawan:

kami kehilangan

dan kota mengepul debu

di dadanya oto dan radio menderu

seperti biasa:

ke sana kita, saudara

Sudah sekian ketika

Ladang – ladang tidak berbunga

Orang – orang lemah dan mereka

Hanya bisa berkata lewat caya mata:

Ke manakah engkau, saudara

Jalan sudah begini jauhnya

Analisis karya sastra:

a. Prefix
1) Menangis

2) Mengais

3) Mengepul

4) Berbunga

b. Infifiksasi : -

c. Sufiksasi

1) jauhnya

2) dadanya

d. Konfiksasi

1) Kejauhan

2) kemuraman

3) kekeringan

4) kehilangan

e. Makna kata

1) Menangis : Me-nangis

Dia yang menangisi saudaranya sendiri di karenakan merindu

yang mendalam.

2) Mengais : Me-ngais

Dia yang mencari saudaranya sendiri.

3) Mengepul : Me-ngepul

Ketika itu mulai muncul hal hal yang tidak di inginkan.

4) Berbunga : Ber-bunga

Dia yang merasa hatinya tak berbahagia lagi.


5) Jauhnya : Jauh-nya

Dia sudah mencari saudaranya kemana mana tetapi tetap saja

belum bisa bertemu.

6) Dadanya : Dada-nya

Dia sudah tidak bisa menahan lagi akan kehadiran saudaranya.

7) Kejauhan : Ke-jauh-an

Dia yang merasa bahwa jaraknya dengan saudaranya sangat

jauh.

8) Kemuraman : Ke-muram-an

Munculah kabar tak baik.

9) Kekeringan : Ke-kering-an

Kampung terlanda kekeringan yang parah.

10) Kehilangan : Ke-hilang-an

Mereka kehilangan sosok saurdara kandung yang di sayangi.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Afiksasi adalah suatu kata imbuhan yang sering digunakan setiap dalam

pembuatan kata atau kalimat,sehingga dapat disimpulkan bahwa sangat penting

untuk memahami tentang afiksasi.

2. Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan

membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal

maupun kompleks.

3. Imbuhan adalah bunyi – bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk

mengubah atau menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan – imbuhan

tersebut bisa diletakkan di awal (prefiks), di tengah/sisipan (infiks), akhir

(sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks) kata dasar. Jenis – jenis imbuhan

tersebut mempunyai fungsi yang berbeda – beda.

4. Dalam pembuatan suatu karya satra harus benar – benar memperhatikan ejaan

dalam afiksasi,karena apabila mengunakan afiksasi tidak benar maka akan

menghsilkan kata atau kalimat yang rancu,dan tidak menghasilkan kata yang

benar.

5. Afiksasi memiliki beberapa macam bentuk maka penulis harus bisa

memperhatikan dan membedakan antara macam afiksasi yang satu dengan yang

lainya.
4.2.Saran
Untuk kesempurnaan dan tercapainya suatu karya satra, penulis memberikan

saran diantaranya :

1. Penulis harus bisa memahami apa arti dari afiksasi.

2. Setiap akan membuat suatu karya satra maka harus memperhatikan

penggunaan afiksasi di dalamnya.

3. Penggunaan kata imbuhan tidak digunakan sembarangan, melainkan da

beberapa aturan tersendiri agar tidak menghasilkan kata yang rancu.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.materikelas.com/contoh-afiksasi-sufiks-prefiks-konfiks-infiks-dan-kombinasi-afiks/

http://berkas-kuliah.blogspot.com/2013/02/pengertian-ciri-dan-jenis-afiks-dan.html

http://jaddung.blogspot.com/2017/10/pengertian-macam-macam-dan-contoh-afiksasi.html

http://www.materibelajar.id/2016/10/pengertian-dan-5-contoh-afiksasi-sufiks.html

http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/afiksasi-imbuhan.html

You might also like