You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
beserta karunia-Nyakepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “BATU SALURAN KEMIH”

Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang.

Kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan kami mengharapkan makalah ini
dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Solok, 23 Januari 2019

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. iii
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... iii
C. Tujuan ........................................................................................................................................ iii
BAB II..................................................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 1
A. Tinjauan Teoritis Batu Saluran Kemih ...................................................................................... 1
1. Definisi........................................................................................................................................ 1
2. Etiologi........................................................................................................................................ 1
3. Manifestasi Klinis ....................................................................................................................... 1
4. Patofisiologi ................................................................................................................................ 2
5. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................................. 3
6. Web Of Caution .......................................................................................................................... 4
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS .................................................................................. 5
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................................................................. 5
2. Diagnosis Keperawatan............................................................................................................... 5
3. Intervensi Keperawatan............................................................................................................... 6
4. Evaluasi ....................................................................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu saluran kemih adalah batu yang terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu
uretra, dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu saluran kemih ini bisa terdiri
dari batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, dan batu jenis lainnya yang di
dalamnya terkandung batu sistin, batu xanthin, dan batu silikat. Penyebab tersering
terjadinya batu saluran kemih adalah sumbatan pada saluran kemih baik itu terjadi
secara herediter maupun karena faktor dari luar. (Purnomo, 2011).
Penyakit batu saluran kemih ini sudah di kenal sejak zaman babilonia dan
zaman mwsir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah di temukannya batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang di seluruh dunia tidak
terkecuali penduduk di indonesia . angka kejadian penyakit ini tidak di berbagai
belahan dunia. Di negara-negara berkembang banyak di jumpai penyakit batu saluran
kemih bagian atas, hal ini dapat di sebabkan oleh pengaruh status gizi dan aktivitas-
aktivitas pasien sehari-hari.(Purnomo, 2011).

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tinjauan teoritis batu saluran kemih ?
b. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis batu saluran kemih ?

C. Tujuan
a. Mengetahui tinjauan teoritis batu saluran kemih
b. Mengetahui asuhan keperawatan teoritis batu saluran kemih.

iii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Batu Saluran Kemih

1. Definisi
Batu saluran kemih(BSK) adalah penyakit di mana di dapatkan batu di
dalam saluran air kemih, yang di mulai dari kaliks sampai dengan uretra
anterior (RSU Dr. Soetomo Surabaya, 1994).
Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan
nefrolithiasis merujuk pada penyakit ginjal. Urolithiasis merujuk pada batu
dalam system perkemihan. Batu atau kalkuli di bentuk di dalam saluran kemih
mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di
dalam urin (Nursalam, 2006).

2. Etiologi

1. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada
usia 35-50 tahun) dan jenis kelamin (lebih banyak pada pria).
2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air
(bila jumlah air dan mineral kalsium pada air yang di minum kurang), diet
banyak urin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam ), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).
3. Gangguan aliran kencing (urine).
4. Infeksi saluran kemih.
5. Kekurangan cairan (seperti pada penderita diare dan kekurangan cairan).

3. Manifestasi Klinis
Keluhan :
1. Nyeri pinggang (kemeng) pada sudut kostovetebral.
2. Nyeri kolik, dari pinggang menjalar ke depan dan ke arah genitalia disertai
mual dan muntah.
3. Hematuria, baik mikroskopik maupun makroskopik.

1
4. Disuria karena infeksi.
5. Demam di sertai menggigil.
6. Retensi urin pada batu uretra atau leher buli-buli
7. Dapat tanpa keluhan (“silent stone”).
8. Nyeri pinggang (kemeng) pada sudut kostovetebral.
9. Nyeri kolik, dari pinggang menjalar ke depan dan ke arah genitalia disertai
mual dan muntah.
10. Hematuria, baik mikroskopik maupun makroskopik.
11. Disuria karena infeksi.
12. Demam di sertai menggigil.
13. Retensi urin pada batu uretra atau leher buli-buli
14. Dapat tanpa keluhan (“silent stone”).

4. Patofisiologi
Pembentukan BSK melibatkan banyak faktor kecuali pada
hiperparatiroidi, batu asam urat dan truvit maka gambaran klinik dapat di
ketahui.
Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya aliran urin dan
menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urin dan menurunnya
volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urin
adalah gejala abnormal yang umum terjadi. Selain itu, berbagai kondisi
pemicu terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi
faktor utama bekal identifikasi penyebab urolithiasis.
Batu yang berbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter paling
mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi :
a. Sambungan ureteropelvik
b. Titik ureter menyilang pembuluh darah iliaka
c. Sambungan ureterovesika.

Perjalanan batu dari ginjal ke saluran kemih sampai dalam kondisi


statis menjadikan modal awal dari pengambilan keputusan untuk
tindakan pengangkatan bat. Batu yang masuk pada pelvis akan
membentuk pola poligentes yang disebut batu staghorn.

2
5. Pemeriksaan Penunjang
Fisik :
1. Mungikin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
2. Nyeri tekan/ketok pada pinggang/daerah konstovertebral.
3. Batu uretra anterior bisa di raba.

Laboratorium :

1. Urinalisis :
a. Proteinuria
b. Hematuria
c. Lekosituria
d. Ca + +, PO 4 dan asam urat dalam urine.
2. Pembiakan urin dapat positif (10 koloni/ml urine), bila (+) dilakukan tes
sensitivitas.
3. Darah lengkap, kreatinin serum, BUN, asam urat, kalsium dan fosfor.
Klirens kreatinin (apabila BSK pada kedua ginjal).
4. Analisis batu.

Radiologis :

1. Foto polos abdomen : 80% BSK radio-opaq, kalau perlu tomografi (polos).
2. IVP : dapat menentukan dengan tepat letak batu terutama batu-batu yang
radiolusen ( kalau perlu + tomografi )
3. Retrograte pielografi (PRG) : pada kasus-kasus dimana IVP tidak jelas.
4. USG pada gagal ginjal, baik kronis maupunakut untuk melihat
hidronefrosis, BSK non-opaq.
5. Radioisotop untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus
adanya sumbatan pada gagal ginjal.
6. Pielografi Antegrat dengan cara perkutan, terutama bila RPG gagal.
7. CT scan untuk BSK non-opaq, tetapi biasanya dengan USG sudah cukup
jelas.
8. NRI untuk BSK sangat terbatas penggunaanyya.
9. Sistoskopi untuk buli-bli, sekaligus RPG.

3
6. Web Of Caution
Hiperkalsiuria
Hiperoksaluria
Penurunan jumlah air kemih
Faktor diet

Pengendapan partikel-partikel jenuh (kristal dan matrik) dalam nukleus

Kelainan kristaluria pertumbuhan kristal

Batu saluran kemih

Obstruksi

Nyeri saat kencing Kencing tiba-tiba berhenti Pasien meningkat

Nyeri pada pinggang Pancaran miksi kecil kurang mengetahui

retensi urin penyakit prosedur pembedahan

Perubahan
eliminasi

Nyeri akut urin Kurang


pengetahuan
Resiko
infeksi

Hidronefrosis

Komplikasi

Atopi ginjal
Urosepsis

Destruksi ginjal

Kerusakan fungsi ginjal permanen

4
Gagal ginjal
kronik

Pembedahan

Nyeri pada luka operasi Terdapat luka operasi Kelemahan Ps bertanya-tanya

Ps tampak meringis terpasang kateter ps tampak pucat tentang keadaannya

Nyeri akut Pusing Ps tampak cemas, gelisah

Resiko
infeksi

Intoleransi Kurang pengetahuan ansietas


Gangguan pola eliminasi
aktivitas
urin

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian Keperawatan

a. Kaji riwayat batu ginjal pada anggota keluarga, riwayat dehidrasi,


imobilitas jangka lama dan riwayat terapi
b. Kaji lokasi nyeri dan radiasi, tingkat nyeri berdasarkan skala 1-10.
Amati adanya gejala seperti adanya mual, muntah, diare, dan distensi
abdomen.
c. Monitor tanda vital dan gejala sumbatan: demam, menggigil, dan
gejala infeksi saluran kemih
d. Amati tanda dan gejala sumbatan, frekuensi berkemih yang sering
namun dalam jumlah sedikit, oliguria, dan anuria

2. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi, sumbatan, dan abrasi saluran kemih


oleh migrasi batu ditandai dengan:
a) DS: laporan adanya nyeri
b) DO : ekspresi wajah meringis, menahan sakit, dan nyeri pinggang
(kemeng) pada sudut kostovetebral. Nyeri kolik, dari pinggang
5
menjalar ke depan dan ke arah kemaluan disertai mual dan muntah,
hematuria baik mikroskopik maupun makroskopi, disuria karena
infeksi, demam disertai mengigil, dan retensi urine pada batu uretra
atau leher buli-buli
c) Pemeriksaan fisik: teraba ginjal yang mengalami
hidronefrosis/obstruktif, nyeri tekan/ketok pinggang/ daerah
konstovertebral, dan batu uretra anterioi bisa diraba.
d) Laboratorium: urinalisis (proteinuria, hematuria, leukosituria, Ca ++,
PO4 , dan asam urat dalam urine
e) Pembiakan urine dapat positif (10 koloni/ml urine)
f) Radiologis foto polos abdomen: IVP terdapat batu pada saluran kemih,
dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu yang
radiolusen (kalau perlu + tomografi, USG pada gagal ginjal kronis
terdapat hydronefrosis, dan BSK non-opaq)

2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan blokade aliran urine oleh batu
ditandai dengan:
a) DS : Laporan adanya gangguan dalam berkemih
b) DO : sering berkemih dalam jumlah sedikit, oliguria, dan anuria
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dorongan dan gesekan pada
saluran kemih.
4. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
5. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (sistoskopi atau
penggunaan kateter).

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis keperawatan 1
Tujuan : kontrol nyeri
a. Berikan obat analgesik narkotik (biasanya IV dan IM) hingga penyebab nyeri
dihilangkan
b. Monitor pasien dengan ketat dalam hal peningkatan nyeri dan gejala yang
menunjukkan ketidakadekuatan analgesik
c. Bantu pasien untuk mengatur posisi yang memberikan rasa nyaman

6
d. Kaji kembali nyeri menggunakan skala nyeri
e. Berikan antiemitiik (IM atau supositoria) jika ada muntah

Diagnosa keperawatan 2

Tujuan : penatalaksanaan aliran urine

a. Berikan cairan melalui oral atau IV untuk mengurangi konsentrasi kristal urine
dan amati output urine
b. Monitor output urine total dan pola berkemih pasien. Laporkan adanya oliguri
dan anuria
c. Saring setiap urine untuk mendapatkan batu
d. Bantu pasien berjalan jika memungkinkan, sebab ambulasi membantu batu
keluar melalui saluran kemih
e. Kaji warna, kekeruhan, dan bau urine
f. Kaji tanda vital dan monitor demam serta gejala sepsis (takikardia dan
hipotensi).

Diagnosa keperawatan 3

Tujuan :

a. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset, frekuensi,


kualitas intensitas atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai advis dokter dan monitoring respon
pasien.
c. Observasi ekspresi klien secara non verbal agar mengetahui tingkat nyeri

Diagnosa keperawatan 4

Tujuan :

a. Monitor intake dan output


b. Monitor penggunaan obat antikolinergik
c. Monitor derajat distensi bladder
d. Lakukan perawatan parineal dan perawatan selang kateter
e. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.

7
Diagnosa keperawatan 5

Tujuan :

a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan


b. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
c. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih
d. Tingkatkan intake nutrisi
e. Dorong klien untuk memenuhi intake cairan
f. Berikan terapi antibiotik.

4. Evaluasi
a. Laporan mengenai nyeri berkurang
b. Output urine cukup dengan BJ rendah

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batu saluran kemih(BSK) adalah penyakit di mana di dapatkan batu di dalam
saluran air kemih, yang di mulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior (RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 1994).

Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis


merujuk pada penyakit ginjal. Urolithiasis merujuk pada batu dalam system
perkemihan. Batu atau kalkuli di bentuk di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke
kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urin (Nursalam,
2006).

B. Saran
Mengingat betapa berperannya perawat dalan menangani kasus
pneumothoraks , maka dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu
menerapkan isi dari masalah. Penulis menyadari makalah ini belumlah mencapai
kesempurnaan maka disarankan kepada pembaca untuk membaca referensi lain
mengenai pneumothoraks.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam & Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Perkemihan. Jakata : Salemba Medika.

Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto

Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

10

You might also like