You are on page 1of 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bernapas merupakan proses vital bagi makhluk hidup. Seluruh makhluk

hidup bernapas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia.

Manusia bernapas untuk memenuhi kebutuhan kadar oksigen yang diperlukan

oleh tubuhnya (Iqbal, 2016). Pernapasan tersusun atas organ yang berbeda, tidak

menutup kemungkinan organ ini dapat mengalami masalah yang bisa

mengganggu proses pernafasan baik itu ringan ataupun berat yang biasanya akan

menyebabkan seseorang mengalami sesak napas. Gangguan ini akan

menyebabkan kesulitan bernapas pada penderitanya dan dalam jangka waktu

yang panjang gangguan ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh si

penderitanya. Salah satu gangguan pernapasan yang paling umum ditemukan

ialah asma.

Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas

berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan

penyempitan pada saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan

rongga dada (Amanda, 2012). World Health Organization (2013) menyebutkan

bahwa telah tercatat sebanyak 300 juta orang dari segala usia dan latar belakang

etnis di seluruh dunia menderita asma. Jumlah penderita asma dikhawatirkan akan

terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025 dan diperkirakan

sebanyak 250.000 orang meninggal setiap tahun disebabkan oleh asma (Lestari

1
2

dan Hartini, 2014). Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti.

Menurut diagnosis dokter yang didapat dari hasil wawancara pada semua umur,

penyakit asma berada pada urutan pertama di Indonesia dengan angka kejadian

4,5 %. Salah satu asma yang paling sering terjadi ialah asma bronkial.

Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan banyak sel dan elemen selularnya. Inflamasi kronik menyebabkan

peningkatan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik

berulang berupa mengi atau wheezing, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk,

terutama pada malam hari atau dini hari. Asma bronkial merupakan penyakit yang

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia,

diderita oleh anak - anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan

sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang yang diakibatkan oleh

sesak napas yang datang secara tiba-tiba.

Sesak napas atau Dispnea adalah keadaan sulit bernapas dan merupakan

gejala utama dari penyakit kardiopulmonal. Seseorang yang mengalami sesak

napas sering mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Sampai

saat ini kematian disebabkan oleh serangan asma seperti sesak napas, mengi, dan

lain-lain, yang seharusnya tidak perlu terjadi masih saja tetap ditemukan,

meskipun perkembangan dalam hal pengobatan sudah demikian majunya.

Kematian pada penderita asma pada dasarnya terjadi karena kesalahan klinikus

sendiri seperti kegagalan mengenai serangan asma akut terutama yang berat,

membuat program penatalaksanaan yang tidak tepat atau pengobatan yang tidak

memadai. Gejala serangan asma dapat terjadi sangat ringan, singkat, dan sembuh
3

spontan. Namun sebaliknya dapat pula terjadi sangat berat, berlangsung lama,

sehingga sulit ditanggulangi. Faktor yang mempengaruhi prevalensi penyakit

asma antara lain usia, jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi dan faktor lingkungan.

Faktor - faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, derajat

asma dan juga kematian akibat penyakit asma.

Adanya permasalah fungsi paru yang menyebabkan sesak napas

dibutuhkan usaha untuk memperbaiki masalah tersebut, salah satunya dengan

terapi atau tindakan posisi semi fowler. Semi fowler adalah salah satu jenis posisi

yang diberikan pada pasien dimana pasien diposisikan setengah duduk dengan

sudut kemiringan 30-400 dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi daripada

badan dan bagian belakang kepala bias diberikan sandaran seperti bantal. Posisi

semi fowler pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan telah dilakukan

sebaggai salah satu cara terbaik untuk mengurangi sesak napas (Bare, 2010).

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menurunkan konsumsi oksigen dan

menormalkan ekspansi paru yang maksimal serta mempertahankan kenyamanan

(Azis & Musrifatul, 2012).

Pemberian posisi semi fowler pada pasien sesak napas telah dilakukan

sebagai salah satu cara untuk mengurangi sesak napas. Keefektifan dari tindakan

tersebut dapat dilihat dari respiratory rates yang menunjukkan angka normal yaitu

16x24x permenit pada usia dewasa (Ruth, 2010). Pelaksanaan asuhan

keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu sendiri dengan menggunakan

tempat tidur orthopedik dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga daerah
4

punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi

sesak napas pada pasien (Burn, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, ditemukan masalah bahwa pasien yang

mengalami kondisi sesak napas, bisa dibantu dengan memberikan posisi semi

fowler dimana posisi ini dapat meringankan tingkat sesak yang ditimbulkan dan

memberikan kondisi nyaman agar selanjutnya bisa dilakukan penanganan secara

farmakologis. Sehingga penulis ingin meneliti tentang “Survey Gambaran Klinis

Kegawatdaruratan pada Pasien Asma di IGD RSUD Wangaya Denpasar”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Survey Gambaran Klinis Kegawatdaruratan pada Pasien

Asma di IGD RSUD Wangaya Denpasar ?

1.3 Tujuan Studi Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum tentang gambaran klinis kegawatdaruratan

pada pasien asma


1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan gawatdarurat pada pasien

asma
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan gawatdarurat pada pasien

asma
c. Mampu menyusun rencana keperawatan gawatdarurat pada pasien asma
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan gawatdarurat pada pasien

asma
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan gawatdarurat pada pasien asma

1.4 Manfaat Studi Kasus


5

Adapun manfaat studi kasus :

a. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam melakukan perawatan

gawatdarurat pada pasien asma

b. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi

terapan bidang keperawatan gawatdarurat pada pasien asma

c. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasi tindakan keperawatan

gawatdarurat pada pasien asma

d. Bagi instansi kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan institusi pelayanan

kesehatan memberikan asuhan keperawatan gawatdarurat pada pasien asma

You might also like