You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mencari abnormalitas pada pasien (Wijaya et al, 2014). Berikut merupakan

pengkajian kegawatdaruratan pada pasien asma.

a. Pengkajian Primer (primary survey)

Pengkajian primer merupakan pengkajian awal yang dilakukan pada pasien

yang membutuhkan identifikasi yang cepat dan tindakan segera pada masalah yang

mengancam kehidupan (Hoyt & Thomas, 2007). Pengkajian menggunakan format

ABCDE yaitu (Airway, Breathing, Circulation, Disability dan Exposure) (Mosby,

2013). Berikut merupakan pengkajian ABCDE yang umumnya ditemukan pada

pasien asma adalah sebagai berikut :

1) Airway (Jalan napas)

Penilaian kelancaran airway dilakukan untuk mengevaluasi kepatenan

jalan napas meliputin pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas seperti

adanya sputum yang menghambat jalan napas, adanya benda asing

(stridor), adanya cairan pada saluran napas (gurgling) dan kondisi lidah

jatuh ke belakang (snooring) (Musliha, 2010).

6
7

2) Breathing (Pernapasan)

Penilaian pernapasan pada pasien asma yaitu mengevaluasi adanya henti

napas, teratur atau tidaknya irama napas dan penggunaan otot bantu

napas (Perry & Potter, 2010). Khusus untuk pasien asma, gangguan

pernapasan yang paling sering ditemukan adalah takipnea atau napas

cepat (Nurarif, 2015)

3) Circulation (Sirkulasi)

Pada pasien asma, tekanan darah dapat normal atau meningkat,

hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, kulit dan membran mukosa

pasien akan pucat bahkan bisa terjadi sianosis atau kebiruan, penurunan

turgor kulit (Saunders, 2007; Musliha, 2010)

4) Disability (Kelemahan)

Pada tahap ini perlu dilakukan pengkajian neurologis atau tingkat

kesadaran pasien secara cepat. Hal yang dikaji seperti mengamati reaksi

pupil dan respon terhadap rangsangan berupa suara atau nyeri. (Mack,

2013). Khusus untuk pasien asma, pengkajian disabiliti baru bisa

ditemukan apabila pasien telah mengalami penurunan kesadaran akibat

penurunan suplai oksigen ke otak

5) Exposure (Pembukaan)

Kaji apakah ditemukan adanya nyeri, deformitas, krepitasi, laserasi dan

perubahan warna kulit serta kelainan pada ekstrimitas (Noor, 2016)


8

b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)

Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABCDE yang ditemukan

pada pengkajian primer diatasi (Wijaya et al, 2014). Pengkajian sekunder meliputi

pengkajian subjektif dan objektif dengan teknik SAMPLE dari riwayat keperawatan

(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,

riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.

a. Pengkajian Subjektif dengan SAMPLE

1) Symptom

Gejala yang muncul pada asma berupa sesak napas, napas cepat,

gelisan, nyeri dada, keterbatasan rentang gerak, kelemahan dan

penurunan turgor kulit (Noor, 2016).

2) Alergi

Kaji adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan atau makanan

tertentu bahkan alergi terhadap hewan

3) Medication

Kaji adanya riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu sebelumnya

4) Past Medical History

Kaji adanya riwayat penyakit kronis lain sebelumnya seperti

diabetes mellitus, jantung dan lainnya

5) Last Meal

Kaji makanan dan minuman terakhir yang dikonsumsi pasien

6) Even Leading Injury


9

Kaji mengenai mekanisme cedera atau peristiwa yang

menyebabkan terjadinya cedera sebelumnya

b. Objektif (Pemeriksaan Fisik)

1) Tanda-tanda vital dengan mengukur :

a) Tekanan darah

b) Irama dan kekuatan nadi

c) Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan

d) Suhu tubuh

2) Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :

a) Pengkajian kepala, wajah

b) Periksa rambut, kulit kepala dan wajah

c) Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan

lunak, adakah perdarahan serta benda asing.

d) Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir

Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau

keluaran lain seperti cairan otak.

3) Pengkajian dada

Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :

a) Kelainan bentuk dada

b) Pergerakan dinding dada

c) Amati penggunaan otot bantu nafas

d) Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan,

sianosis, abrasi dan laserasi


10

4) Pengkajian Abdomen dan Pelvis

Hal-hal yang perlu dikaji :

a) Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen

b) Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi,

abrasi, distensi abdomen dan jejas

c) Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas

d) Nadi femoralis

e) Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)

f) Distensi abdomen

5) Pengkajian Ekstremitas

Hal-hal yang perlu dikaji :

a) Tanda-tanda injuri eksternal

b) Nyeri

c) Pergerakan

d) Sensasi keempat anggota gerak

e) Warna kulit

f) Denyut nadi perifer

6) Pengkajian Tulang Belakang

Bila tidak terdapat asma, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji

a) Deformitas

b) Tanda-tanda jejas perdarahan

c) Jejas

d) Laserasi
11

e) Luka

7) Pengkajian Psikosossial

Meliputi :

a) Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan

b) Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus

seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh

ataupun anggota keluarga

c) Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang

dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat

dan hiperventilasi.

c. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Noor (2016), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien

asma diantaranya meliputi :

1. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan

hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan

hiperkapnia (PCO2 naik)

2. Sinar X yang berfungsi untuk menentukan adanya faktor pemberat pada

asma seperti radang pada paru-paru

3. Spirometri untuk mengkaji kerusakan/faal paru-paru

4. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kadar hemoglobin

dimana biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan, melihat WBC

untuk melihat kadar sel darah putih guna mengetahui adanya infeksi
12

2.1.2 Diagnosis Keperawatan

Masalah yang lazm muncul pada klien asma menurut NANDA (2015)

adalah sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus dalam jumlah berlebih

2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan dan

deformitas dinding dada

3. Kerusakan pertukaran gas b.d retensi karbon dioksida

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju

metabolik, dispnea dan kelemahan otot

5. Ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita

2.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien dengan asma menurut

NANDA (2015) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan


No Diagnosis Tujuan Intervensi
1. Ketidakefektifan - Respiratory status : Airway suction
bersihan jalan pasa ventilation - Auskultasi suara
- Respiratory status : napas sebelum dan
Definisi : Airway patency sesudah suction
ketidakmampuan - Vital sign status - Informasikan kepada
untuk membersihkan Kriteria hasil : keluarga tentang
sekresi atau obstruksi - Mendemonstrasikan suctioning
dari saluran batuk efektif dan - Monitor status
pernapasan untuk suara napas yang oksigen pasien
mempertahankan bersih - Minta klien napas
kebersihan jalan napas - Menunjukkan jalan dalam sebelum
Batasan napas yang paten suction dilakukan
karakteristik : - Tanda-tanda vital - Berikan O2 dengan
- Tidak ada batuk dalam rentang menggunakan nasal
- Suara napas normal kanul
tambahan - Gunakan alat yang
- Perubahan steril setiap
frekuensi napas melakukan tindakan
13

- Sianosis Airway Management


- Sesak napas - Buka jalan napas,
- Gelisah gunakan teknik chin
- Sputum dalam lift atau jaw thrust
jumlah berlebih - Posisikan klien
Faktor-faktor yang untuk
berhubungan : memaksimalkan
1. Lingkungan ventilasi
- Perokok - Pasang mayo bila
- Menghirup asap perlu
berbahaya - Lakukan fisioterapi
2. Obstruksi jalan dada bila perlu
napas - Auskultasi suara
- Spasme jalan napas napas, catat adanya
- Mokus dalam suara napas
jumlah berlebih tambahan
- Materi asing di - Lakukan suction bila
jalan napas perlu
- Sekresi dalam - Berikan
bronki bronkodilator bila
3. Fisiologis perlu
- Jalan napas alergik
- Hiperplasi dinding
bronkial
- Infeksi
2. Ketidakefektifan - Respiratory status : Airway management
pola napas ventilation - Auskultasi suara
- Respiratory status : napas, catat adanya
Definisi : inspirasi Airway patency suara napas
dan ekspirasi yang - Vital sign status tambahan
tidak memberi Kriteria hasil : - Posisikan klien
ventilasi - Mendemonstrasikan untuk
Batasan batuk efektif dan memaksimalkan
karakteristik : suara napas yang ventilasi
- Perubahan bersih - Buka jalan napas,
kedalaman - Menunjukkan jalan gunakan teknik chin
pernapasan napas yang paten lift atau jaw thrust
- Perubahan - Tanda-tanda vital - Pasang mayo bila
ekskursi dada dalam rentang perlu
- Bradipnea normal - Lakukan fisioterapi
- Penurunan tekanan dada bila perlu
ekspirasi - Lakukan suction bila
- Penurunan perlu
kapasitas vital - Berikan
- Dispnea bronkodilator bila
perlu
14

- Peningkatan Terapi oksigen


diameter anterior - Bersihkan mulut,
posterior hidung dan trakea
- Pernapasan cuping - Pertahankan jalan
hidung napas paten
- Ortopnea - Pertahankan posisi
Faktor yang pasien yang nyaman
berhubungan : Monitor tanda vital
- Ansietas - Monitor TD, nadi,
- Posisi tubuh suhu dan RR
- Deformitas tulang - Catat adanya
- Keletihan fluktuasi tekanan
- Hiperventilasi darah
- Gangguan - Monitor suara paru
muskuloskeletal - Monitor suhu, warna
- Obesitas dan kelembaban
- nyeri kulit

3. Kerusakan - Respiratory status : Airway management


pertukaran gas gas exchange - Auskultasi suara
- Respiratory status : napas, catat adanya
Definisi : kelebihan ventilation suara napas
atau defisit pada - Vital sign status tambahan
oksigenasi dan/atau Kriteria hasil : - Buka jalan napas,
eliminasi karbon - Mendemonstrasikan gunakan teknik chin
dioksida pada peningkatan lift atau jaw thrust
membran alveolar- ventilasi dan - Posisikan klien
kapiler oksigenasi yang untuk
Batasan adekuat memaksimalkan
karakteristik : - Memelihara ventilasi
- pH darah arteri kebersihan paru- - Pasang mayo bila
abnormal paru dan bebas dari perlu
- pH arteri abnormal tanda-tanda distress - Lakukan fisioterapi
- Pernapasan pernapasan dada bila perlu
abnormal - Mendemonstrasikan - Lakukan suction bila
- Warna kulit batuk efektif dan perlu
abnormal suara napas yang - Berikan
- Sianosis bersih, tidak ada bronkodilator bila
- Penurunan karbon sianosis dan dispnea perlu
dioksida - Tanda-tanda vital Respiratory
- Dispnea dalam rentang monitoring
- Gelisah normal - Monitor rata-rata
- Takikardi kedalaman, irama
Faktor-faktor yang dan usaha respirasi
berhubungan : - Catat pergerakan
dada, amati
15

- Perubahan kesimetrisan,
membran alveolar penggunaan otot
- Ventilasi perfusi tambahan
- Monitor suara napas
tambahan
- Monitor pola napas
seperti bradipnea,
takipnea, kusmaul
- Asukultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
4. Ketidakseimbangan - Nutritional status : Nutrition
nutrisi kurang dari food and intake management
kebutuhan tubuh - Nutritional staus : - Kaji adanya alergi
Nutrient intake makanan
Definisi : Asupan - Weight control - Kolaborasi dkengan
nutrisi tidak cukup Kriteria hasil ahli gizi untuk
untuk memenuhi - Adanya peningkatan menentukan jumlah
kebutuhan metabolik berat badan sesuai kalori dan nutrisi
Batasan dengan tujuan - Anjurkan pasien
karakteristik : - Berat badan ideal untuk meningkatkan
- Kram abdomen sesuai dengan tinggi intake Fe
- Nyeri abdomen badan - Anjurkan pasien
- Berat badan 20% - Mampu untuk meningkatkan
atau lebih dibawah mengidentifikasi protein dan vitamin C
berat badan ideal kebutuhan nutrisi - Berikan makanan
- Kerapuhan kapiler - Tidak ada tanda mal yang terpilih dan
- Kurang makan nutrisi sudah
- Kurang informasi dikonsultasikan ke
- Membran mukosa ahli gizi
pucat - Berikan informasi
- Tonus otot menurun tentang kebutuhan
Faktor yang nutrisi
berhubungan : Nurtrition monitoring
- Faktor biologis - BB pasien dalam
- Faktor ekonomi batas normal
- Ketidakmampuan - Monitor adanya
untuk mengabsorbsi penurunan berat
nutrien badan
- Faktor psokologis - Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor mual dan
muntah
16

- Monitor kadar
albumin dan total
protein, Hb and Ht
5. Ansietas - Anxiety self control Anxiety reduction
- Anxiety level (Penurunan
Definisi : Perasaan - Coping kecemasan)
tidak nyaman atau Kriteria hasil : - Identifikasi tingkat
khawatiran yang - Klien mampu kecemasan
samar disertai respon mengidentifikasi dan - Gunakan pendekatan
autonom, perasaan mengungkapkan yang menenangkan
takut yang disebabkan gejala cemas - Nyatakan dengan
oleh antisipasi - Mengidentifikasi, jelas harapan
terhadap bahaya. mengungkapkan dan terhadap pelaku
Batasan menunjukkan teknik pasien
karakteristik : untuk mengontrol - Jelaskan semua
1. Perilaku cemas prosedur dan apa
- Penurunan - TTV dalam batas yang dirasakan
produktivitas normal selama prosedur
- Gerakan yang - Dorong keluarga
irrelevan untuk menemani
- Gelisah - Dorong pasien untuk
- Insomnia mengungkapkan
- Kontak mata yang perasaan, ketakutan
buruk dan persepsi
- Agitasi - Berikan obat untuk
- Tampak waspada mengurangi
2. Afektif kecemasan
- Gelisah, distres
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaan yang
tidak adekuat
- Bingung
- Menyesal
3. Fisiologis
- Wajah tegang
- Tremor
- Suara bergetar
4. Simpatik
- Anoreksia
- Diare, mulut
kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar
17

- Peningkatan
tekanan darah
- Peningkatan
reflek
Sumber : NANDA (2015)

2.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang akan diberikan adalah sesuai dengan

intervensi yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.5 Evaluasi Keperawatan

Penilaian atau evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah

diberikan, untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang di peroleh, apabila tidak

berhasil perlu di susun rencana tindak lanjut dan untuk mengetahui perkembangan

kondisi pasien setelah diberikan asuhan keperawtan.

2.2 Konsep Dasar Asma

2.2.1 Definisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan

karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan

peradangan, dimana penyempitan ini bersifat berulang namun reversibel.

(NANDA, 2015).

2.2.2 Etiologi

Etiologi asma menurut NANDA (2015) adalah dari berbagai penelitian

patologi dan etiologi, penyebab asma belum diketahui secara pasti, akan tetapi

hanya menunjukkan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran napas

yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor, tumor, dolor dan fungsio laesea
18

(Sudoyo et al dalam NANDA, 2015). Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat

berupa infekti (infeksi virus RSV), iklim atau perubahan mendadak suhu dan

tekanan udara, inhalan yang berupa debu, kapuk, sisa-sisa serangga mati, bulu

binatang, asap dan lain sebagainya, obat-obatan seperti aspirin dan emosi.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala asma bervariasi sesuai dengan derajat bronkospasme. Pada

tabel berikut merupakan klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahannya yang

diperoleh dari NANDA (2015)

Tabel 2.2 Derajat Keparahan Asma


Gejala Ringan Sedang Berat Gagal napas
yang mungkin
terjadi
1. Dispnea Sesak saat Sesak saat Sesak saat Saat istirahat
beraktivitas berbicara beristirahat
2. Bicara Dalam kalimat Dalam frasa Dalam kata- Diam
kata
Tanda
1. Posisi tubuh Mampu Lebih suka Tidak mampu Tidak mampu
berbaring duduk berbaring berbaring
2. Frekuensi Meningkat Meningkat Sering kali > >30 kali/menit
pernapasan 30 kali/menit
3. Penggunaan Biasanya tidak Umumnya ada Biasanya ada Gerakan
obat bantu ada torakoadmonimal
pernapasan paradoksial
4. Suara Mengi sedang Mengi keras Mengi keras Gerakan udara
napas pada selama saat inspirasi sedikit tanpa
pertengahan ekspirasi dan ekspirasi mengi
sampai akhir
ekspirasi
5. Frekuensi < 100 100-120 > 120 Bradikardi
jantung reaktif
(kali/menit)
6. Palsus > 10 10-25 Sering > 25 Sering kali tidak
paradoks ada
(mmHg)
7. Status Mungkin Biasanya Biasanya Bingung atau
mental agitasi agitasi agitasi mengantuk

Pengkajian fungsional
19

1. SaO2 (% > 95 91-95 < 91 < 91


udara di
ruangan)
2. PaO2 Normal > 60 < 60 < 60
(mmHg
udara di
ruangan)
3. PaCo2 < 42 < 42 ≥ 42 ≥ 42
(mmHg)
Sumber : NANDA (2015)

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien asma menurut NANDA (2015) adalah

sebagai berikut :

1. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup atau

nebulizer

2. Sputum : eosinofil meningkat

3. Eosinofil darah meningkat

4. Uji kulit

5. RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma

6. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan

hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan

hiperkapnia (PCO2 naik)

7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior

membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang

tersebar.

2.2.5 Penatalaksanaan

Menurut NANDA (2015), tujuan utama penatalaksanaan asma adalah

meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup
20

normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program

penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen yaitu :

1. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditas dan mortalitas. Edukasi

tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tapi juga pihak lain

yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan

bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.

2. Menilai dan memonitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan memonitoring asma oleh

penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal

tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :

a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan

terapi

b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan

pada asmanya

c. Daya ingat dan motivasi penderita yang perlu direview sehingga

membantu penanganan asma terutama asma mandiri

3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus

4. Identifikasi dan memberikan pengobatan jangka panjang

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut

sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan

diantaranya :
21

a. Medikasi (obat-obatan)

Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala

obstruksi jalan napas yang terdiri atas pengontrol dan pelega

b. Tahapan pengobatan

Semua tahapan ditambah dengan agonis beta-2 kerja singkat untuk

pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari

c. Penanganan asma mandiri

Hubungan penderita-dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk

terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan

pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita,

realistik/memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol

asma. Bila memungkin, ajaklah perawat, farmasi, tenaga fisioterapi

pernapasan dan lain-lainnya untuk membantu memberikan edukasi

dan menunjang keberhasilan pengobatan penderita.

5. Kontrol secara teratur

Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting

diperhatikan oleh dokter yaitu :

a. Tindakan lanjut atau follow up secara teratur

b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila

diperlukan

6. Pola hidup sehat

a. Meningkatkan kebugaran fisik


22

Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun

terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah

exercise akan tetIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma

indonesia atau SAI adalah salah satu bentuk olahraga yang

dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan

khususnya.

b. Berhenti merokok

c. Kenali lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan asma

You might also like