You are on page 1of 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kenakalan remaja merupakan permasalahan yang perlu ditangani secara khusus.
Berbagai macam pembelajaran seperti pelajaran di sekolah, penyuluhan hingga melalui
media sosial telah dilakukan untuk pencegahan terhadap kenakalan remaja yang terus
meningkat di tiap tahunnya. Namun, masih banyak remaja yang menjadi korban maupun
pelaku dari kenakalan remaja. Misalnya, pencurian, bullying, hingga free sex.
Pada tahun 2010 di Amerika Serikat, perempuan menyumbang angka 18% untuk
penangkapan Indeks Kejahatan Remaja, 38% untuk penangkapan Indeks Kejahatan
Properti Remaja, dan 45% untuk penangkapan pencurian perampok remaja. Usia muda
16-17 tahun menyumbang hampir tiga perempat dari semua penangkapan remaja atas
pelanggaran terhadap Indeks Kejahatan Berat dan pelanggaran Properti, Indeks Kejahatan
pada tahun 2010 (73% dan 72%). Pemuda kulit hitam, yang menyumbang 17% populasi
remaja pada tahun 2010, terlibat dalam 67% penangkapan remaja untuk perampokan,
56% untuk pembunuhan, 42% untuk pencurian kendaraan bermotor, dan 41% untuk
serangan yang diperparah. (NCJJ, 2014)
Kenakalan remaja tertinggi tercatat di Provinsi Jawa Barat sebesar 10 kejadian diikuti
Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara masingmasing sebesar 9 dan 4 kejadian.
Sementara itu, provinsi dengan kenakalan remaja terendah pada tahun 2008 tercatat di
Provinsi DKI Jakarta dengan 2 kejadian. Jumlah kenakalan remaja pada tahun 2008
sebesar 31 kejadian yaitu: DKI Jakarta, 2 kejadian; Jawa Barat, 10 kejadian; Jawa
Tengah, 3 kejadian; Jawa Timur, 3 kejadian; Sulawesi Utara, 9 kejadian dan Sulawesi
Tenggara, 4 kejadian. (Kemenpora, 2009)
Fenomena itu sebenarnya merupakan lanjutan dari begitu banyak kemudahan yang
diterima anak-anak, bahkan yang berasal dari para orangtua mereka sendiri, untuk
mengakses konten-konten porno di media sosial via gadget yang diperoleh pada usia
terlalu dini tanpa dibekali aturan yang tepat dalam penggunaannya. Beberapa faktor yang
menyebabkan peningkatan kenakalan remaja seperti pola asuh orang tua, pengaruh
lingkungan, dan teknologi.
Masa remaja merupakan masa transisi dimana individu harus meninggalkan masa
kanak-kanak menuju kedewasaan, maka peran orang tua atau keluarga haruslah diperketat
agar anak tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja. Maka dari itu, kami menyusun

1
makalah mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Remaja yang berfokus pada
kenakalan remaja.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar keluarga?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar remaja?
1.2.3 Bagaimana peran perawat dalam menghadapi masalah remaja?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan remaja.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu untuk:
a. Menjelaskan konsep dasar keluarga
b. Menjelaskan peran dan fungsi dari keluarga
c. Menjelaskan tipe-tipe keluarga
d. Menjelaskan konsep remaja
e. Menjelaskan peran dan tanggung jawab orang tua terhadap remaja
f. Menjelaskan tugas perkembangan keluarga terhadap remaja
g. Menjelaskan masalah-masalah pada remaja
h. Menjelaskan peran perawat dalam menghadapi masalah remaja
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar nantinya sebagai seorang perawat,
mahasiswa mampu melakukan upaya promotif dan preventif terhadap kenakalan remaja.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duval & Logan, 1986, dalam Efendi & Makhfudli, 2009).
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kedekatan
emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Friedman, 2010).

2.1.2 Peran dan Fungsi Keluarga


A. Peran Formal dalam Keluarga (Nasrul Effendy, 1998)
1) Peran sebagai Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik,pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga,
anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan.
2) Peran sebagai Ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota
kelompok sosial, serta sebagai anggoata masyarakat dan lingkungan di samping
dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3) Peran sebagai Anak
Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.

B. Lima Fungsi Keluarga menurut Marilyn M. Friedmen (1998) dalam Asuhan


Keperawatan Keluarga (2013)
1) Fungsi afektif (The Affective Function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga untuk berhubungan dengan orang lain. komponen

3
fungsi afektf meliputi memelihara saling asuh (mutual nurturace), saling
menghormati, dan pertalian.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social placement
function)
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Sosialisasi
merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu mengubah
perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola sosial.
3) Fungsi reproduksi (The reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber
daya manusia. Program Keluarga Berencana cukup membantu pengontrolan fungsi
reproduksi..
4) Fungsi ekonomi (economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan
memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah. Fungsi ini sukar
dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi tenaga kesehatan
keluarga yang profesional, fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan
vital dalam pengkajian keluarga.

2.1.3 Tipe Keluarga


Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman (2010) meliputi:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari ayah yang mencari nafkah, ibu sebagai yang mengurus
rumah tangga dan anakk.
b. Keluarga dual-carner family
Keluarga yang terdiri dari dua orang tua yang keduanya memiliki pekerjaan,
mengatur, dan mengordinasi pengasuh anak sementara orang tua bekerja.
c. Keluarga tanpa anak
Keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu tanpa memiliki anak.

4
d. Keluarga adopsi
keluarga yang tidak memiliki anak akndung sendiri tetapi tetap memiliki
keinginan menjadi orang tua.
e. Keluarga asuh
Keluarga asuh adalah layanan kesejahteraan anak, yaitu anak ditempatkan
dirumah yang terpisah dengan orang tua.
2.2 Konsep Keperawatan Keluarga dengan Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
2.2.2 Ciri-Ciri Remaja
2.2.3 Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua
2.2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja
2.2.5 Masalah-Masalah pada Remaja
2.2.6 Peran Perawat

5
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus pada Remaja (Seks Bebas)

Keluarga Tn. F hidup bersama istri Ny. S dan seorang anaknya An. B (Laki-laki).
Pekerjaan Tn. F adalah karyawan pabrik rokok yang sering lembur dari pagi sampai malam
untuk mengejar target. Ny. S bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan baju dengan
jam kerja 07.00-15.00, terkadang lembur hingga malam. Setelah sampai dirumah Tn. F
langsung pergi tidur dan tidak perduli dengan apa yang dilakukan anaknya. Ia mengira
anaknya seperti anak normal seperti biasa yang suka nongkrong malam. An. B pelajar kelas 2
SMA sering bermain diluar rumah dengan teman-temanya dan sering pulang sampai larut
malam, akibat sering berkumpul dengan teman-temannya An. B mulai terpengaruh dengan
obat-obatan terlarang. Suatu hari Tn. F setelah pulang kerja memergoki anaknya bersama
teman-temannya di rumah sedang pesta narkoba sabu-sabu. Langsung saja Tn. F memarahi
anaknya dan menampar serta memukul An. B hingga pipinya memerah dan lengannya
kebiruan. Sejak saat itu percekcokan sering terjadi antara Tn. F dan An. B di antara mereka
tidak pernah ada komunikasi yang terbuka, sementara itu Ny. S lebih banyak diam dan
menangis. Tn. F makin keras melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya sedangkan
An. B tetap melakukan pesta narkoba dengan teman-tamannya dan tidak mendengarkan serta
mematuhi perkataan orangtuanya. Tn. F mendapat laporan dari warga bahwa anaknya sedang
berpesta narkoba di warung dan tertangkap penggrebekan Tn. F ingin anaknya terbebas dari
jeratan narkoba dan berharap dapat direhabilitasi.

3.1 Pengkajian
A. Data Umum
Nama Kepala Keluarga : Tn. F
Pekerjaan : Karyawan PT Rokok
Alamat : Surabaya
Komposisi keluarga :

No Nama Umur Sex Tgl lahir Pendidikan Pekerjaan Ket.

1. Tn. F 46 th L 4-9-1972 SMA Karyawat Suami


2. Ibu S 43 th P 5-7-1975 SMA Karyawati Istri

6
3. An. B 17 th L 2-4-2001 SMA kls II Pelajar Anak

B. Genogram Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: An. B

: Tinggal satu rumah

C. Tipe keluarga
Keluarga Tn. F merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan satu orang
anak.
D. Suku bangsa
Tn. F dan Ny. S berasal dari suku yang sama yaitu suku Jawa. Budaya keluarga Tn. F
mengikuti kebiasaan serta budaya suku Jawa
E. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah islam.
F. Status sosial ekonomi
Keluarga di lingkungannya tergolong keluarga dengan status sosial kebanyakan
seperti keluarga lain. Sedang status ekonomi menengah dimana Tn. A bekerja
sebagai karyawan perusahaan rokok dan Ny. S sebagai karyawan pabrik.
G. Aktivitas rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena selain ekonomi yang kurang
begitu baik juga tidak ada waktu untuk berkumpul bersama.
3.2 Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
A. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga mencapai tahap perkembangan dengan anak pertama usia remaja.
B. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini telah dilaksanakan oleh keluarga Tn. F
dengan baik.
C. Riwayat keluarga inti

7
Keluarga Tn. F tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi,
epilepsi dll. Dalam keluarga mereka tidak pernah mengalami kondisi sakit yang
berat, hanya kadang lemas karena kecapekan.
D. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. F merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan adik perempuannya juga
sudah menikah. Hubungan keluarga mereka cukup baik, Namun jarang ada waktu
luang untuk mereka saling berkunjung. Sedang Ny. S anak terakhir dari tiga
bersaudara. Kakak laki-lakinya sudah menikah dan memiliki dua anak sedangkan
kakak perempuannya juga sudah menikah dan memiliki satu anak. Hubungan
kekeluargaan mereka juga baik tetap ada komunikasi.
3.3 Lingkungan
A. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. F tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 120 m 2 dan luas
bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai plester dan semen 25 % ( ruang dapur
dan kamar mandi). Ventilasi cukup baik cahaya matahari bisa masuk melalui jendela
maupun pintu. Penerangan dengan menggunakan listrik. Sedangkan air bersih
diperoleh dari PDAM. Pengelolaan sampah dilakukan dengan penempatan di tempat
tertutup yang selanjutnya diambil oleh petugas sampah. Limbah keluarga langsung
terbuang melalui selokan di belakang rumah yang mengalir ke sungai. WC terletak
didalam kamar mandi dengan septik tank berada di luar rumah.
B. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga keluarga Tn. F pada umumnya bekerja sebagai karyawan swasta. Jarak
rumah mereka agak berdekatan. Ikatan antar keluarga baik, saling tolong menolong
masih menjadi kebiasaan di wilayah tersebut.
C. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. F merupakan salah satu keluarga yang bertempat tinggal menetap jadi
belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.
D. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga dapat saling bertemu pada sore hari setelah anak pulang dari sekolah serta
ibu pulang dari bekerja. Sedangkan Tn. F bekerja sebagai karyawan pabrik rokok dan
kadang lembur sampai malam. Untuk mengikuti perkumpulan di lingkungan
masyarakat Tn. F jarang berkumpul dengan warga hanya saat ada waktu luang.
E. Sistem pendukung keluarga

8
Seluruh anggota keluarga sekarang ini dalam keadaan yang sehat, jika ada salah satu
dari anggota keluarga yang sakit maka segera dibawa ke pelayanan kesehatan.
3.4 Struktur Keluarga
A. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. F saat ini mengalami gangguan, karena ada
masalah komunikasi antara Tn. F dan An. B.
B. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga untuk mengendalikan perilaku anak kurang begitu baik. Karena
anak masih dengan perilakunya yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ada yaitu
mengonsumsi obat terlarang (narkoba).
C. Struktur peran
Tn. F berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk keluarganya
dengan dibantu oleh istrinya. Sedangkan Ny. S masih bisa berperan sebagai ibu dan
istri selain harus mencari nafkah membantu suami.
D. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. F percaya bahwa kesehatan sangat penting sehingga berusaha
mempertahankan kondisi sehat.
3.5 Fungsi Keluarga
A. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Tapi kadang karena
kesibukan masing-masing hal itu susah dilakukan.
B. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dilakukan dengan mengikuti kegiatan di lingkungan seperti arisan,
kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya sulit untuk melakukan sosialisasi dengan
tetangga karena sering pergi dengan temannya hingga larut malam. An. B telah
terlibat dalam obat-obatan terlarang (narkoba) dan keluarga tidak bisa menanamkan
nilai/norma kepada anaknya.
C. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga belum mengenal masalah komunikasi sehingga konflik selalu terjadi pada
keluarga. Keluarga belum mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang efektif
sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami oleh keluarga. Selain itu keluarga juga
belum dapat mengambil tindakan yang seharusnya sehubungan dengan perilaku
anaknya. Keluarga merasakan bahwa anaknya keliru dalam pergaulan dan keluarga
takut anaknya nanti overdosis dan meninggal dunia. Keluarga tidak tahu apa yang

9
seharusnya ia sampaikan pada anak sehingga keluarga belum bisa mengambil
keputusan untuk memberikan bimbingan.
D. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. F baru memiliki seorang anak yang berumur 17 tahun. Rencana untuk
memiliki anak lagi sebenarnya ada tapi belum dikaruniai meskipun Ny. S sudah tidak
KB.
E. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. F secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun jumlahnya tidak seberapa.
3.6 Stress dan Koping Keluarga
A. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu komunikasi yang buruk antara ayah dan anak serta
adanya perilaku anak dengan narkoba. Sedang stressor jangka panjang kebutuhan
ekonomi yang masih belum sesuai dengan keinginan keluarga
B. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
Keluarga telah melarang anaknya dari jeratan narkoba, tapi tidak mampu untuk
memberikan pengarahan/ bimbingan pada anak.
C. Strategi koping yang digunakan
Tn. F cenderung melampiaskan kekecewaan terhadap anaknya dengan memarahi
anaknya tanpa menggunakan cara yang bijaksana. Sedang anak karena kondisi rumah
yang tidak memuaskan dia lari ke pergaulan yang tidak benar dan teguran keluarga
dihadapi dengan emosi pula dan cenderung melawan.
D. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mampu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapi.
Menyadari masalah ada tapi kurang mampu mengambil tindakan.
3.7 Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan fisik Tn. F
Keadaan umum : baik, tampak sehat.
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD : 130/90 mmHg ; N: 76 x/menit; RR : 18x/menit; S :
36,5C
Kepala
Rambut : hitam, lurus, sedikit beruban, tidak mudah rontok.

10
Mata : sklera tidak ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda,
pupil isokor, fungsi penglihatan normal.
Hidung : bersih, septum simetris, tidak ada polip.
Telinga : tidak ada serumen, mampu mendengar normal.
Mulut : bersih, tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur,
tidak ada ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.
B. Pemeriksaan fisik Ny. S
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
TTV: TD : 120/80 mmHg ; N: 76 x/menit; RR : 16x/menit; S : 36,5C
Kepala
Rambut : hitam, ikal, tidak mudah rontok.
Mata : sklera tidak ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda,
pupil isokor, fungsi penglihatan normal.
Hidung : bersih, septum simetris, tidak ada polip.
Telinga : tidak ada serumen, mampu mendengar normal.
Mulut : bersih, tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur,
tidak ada ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.
C. Pemeriksaan fisik An. B
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD : 120/90 mmHg ; N: 78 x/menit; RR : 18x/menit; S :
36,9C
Kepala
Rambut : coklat, ikal, tidak mudah rontok.

11
Mata : sklera tidak ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda,
pupil isokor, fungsi penglihatan normal.
Hidung : bersih, septum simetris, tidak ada polip.
Telinga : tidak ada serumen, mampu mendengar normal.
Mulut : bersih, tidak berbau, ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur,
tidak ada ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : datar, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak
3.8 Harapan Keluarga
Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi dan masing-
masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.
3.9 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: Kurang perhatian dan Hambatan
Pola komunikasi dalam keluarga komunikasi antara interaksi sosial
Tn. F saat ini mengalami orang tua kepada anak (hubungan
gangguan, karena ada masalah ↓ keluarga tidak
komunikasi antara Tn. F, Ny. S Remaja sering pulang harmonis)
dan An. B. Mereka sama-sama malam
keras dalam berkomunikasi, ↓
sedangkan ibunya hanya diam Menjadi kebiasaan
dan menangis. Masing-masing ↓
merasa benar dengan cara Pergaulan bebas
mereka. (mengonsumsi
DO: narkoba)
Hubungan antara Tn. F dan An. ↓
B terlihat kaku. Tn. F berbicara Konflik antara orang
dengan nada tinggi kepada tua dan anak
anaknya. ↓
Ketidakmampuan

12
keluarga mengenal
masalah komunikasi

Hambatan interaksi
sosial (hubungan
keluarga tidak
harmonis)

3.10Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan interaksi sosial (hubungan keluarga tidak harmonis) (00052)
3.11Skala Prioritas Masalah
1. Hambatan interaksi sosial (hubungan keluarga tidak harmonis) (00052)
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah aktual,
Aktual (3) telah terjadi konflik dan komunikasi
tidak baik pada keluarga Tn. F

2. Kemungkinan masalah 2 1/2 x 2 = 1 Dengan adanya kerjasama antar


dapat di rubah : anggota keluarga masalah dapat teratasi
Sebagian (1) dan keluarga dapat berkomunikasi
dengan baik

3. Potensi masalah untuk 1 2/3 x 1 = 2/3 Konflik sulit dicegah karena cara
dicegah : komunikasi yang kurang baik
Cukup (2)
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual dan perlu segera
Harus ditangani (2) ditangani
Skor 3 2/3

3.12Intervensi Keperawatan

Domain 7. Hubungan Peran


Kelas 3. Performa Peran
Diagnosa 1 : Hambatan interaksi sosial (hubungan keluarga tidak harmonis) (00052)

13
NOC NIC
Domain VI. Kesehatan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan:
Kelas DD. Pengasuhan Dukungan Keluarga (7140)
Kinerja Pengasuhan : Remaja (2903) 1. Mempromosikan hubungan saling percaya
1. Dapat memelihara komunikasi dengan keluarga
yang terbuka dengan remaja 2. Memfasilitasi komunikasi perasaan antar
2. Keluarga mendengarkan secara anggota keluarga
terbuka, dengan penuh perhatian 3. Dengarkan masalah, perasaan, dan
dan tanpa interupsi pertanyaan keluarga
3. Dapat membantu remaja untuk 4. Tingkatkan ketegasan keluarga dalam
mengevaluasi konsekuensi dari pencarian informasi, yang sesuai
perilaku 5. Terima nilai keluarga dengan cara yang
4. Keluarga dapat menyediakan tidak menghakimi
aturan perilaku yang jelas dan 6. Membantu keluarga untuk memperoleh
konsisten pengetahuan dan keterampilan yang
5. Mampu mendukung dan diperlukan untuk mempertahankan
memelihara pertumbuhan spiritual keputusan mereka tentang perawatan
keluarga. pasien
6. Dapat Mendukung dan memelihara 7. Membantu anggota keluarga dalam
pertumbuhan moral. mengidentifikasi dan menyelesaikan
7. Mampu mendiskusikan dengan konflik dan
remaja mengenai perubahan nilai
perkembangan. 8. Kurangi ketidakcocokan pada pasien,
8. Dapat membantu remaja untuk keluarga, dan profesional kesehatan
mengembangkan citra diri yang melalui penggunaan keterampilan
sehat komunikasi
9. Keluarga membantu remaja untuk 9. Mengidentifikasi sifat dukungan spiritual
membangun harga diri yang positif untuk keluarga
10. Mampu mendiskusikan bahaya dari 10. Tentukan beban psikologis prognosis
penyalahgunaan zat terlarang untuk keluarga
11. Dapat menetapkan aturan yang
jelas terkait dengan menghindari
Memutuskan Tindakan yang Tepat bagi
obat-obatan terlarang.
Keluarga:

14
Dukungan Keluarga (7140)
1. Sertakan anggota keluarga untuk sabar
dalam pengambilan keputusan
Perawatan, yang sesuai
2. Rujuk untuk terapi keluarga, jika
diperlukan
3. Identifikasi kesesuaian antara pasien,
keluarga, dan profesional kesehatan
4. Jawab semua pertanyaan anggota keluarga
atau bantu mereka untuk mendapatkan
Jawaban

Menejemen Perilaku Overaktivitas/


Kurang Perhatian (4352)
1. Gunakan pendekatan yang tenang, penting,
meyakinkan
2. Menentukan harapan dan konsekuensi
yang tepat sesuai tingkat kemampuan
kognitif dan kapasitas pengendalian diri
klien
3. Dorong klien untuk mengekspresikan
perasaan dengan cara yang baik

Edukasi Keluarga: Remaja (5562)


1. Menjelaskan pentingnya kekuatan dan
kontrol masalah bagi kedua orang tua dan
remaja selama masa remaja
2. Mengajarkan keluarga tentang pentingnya
keterampilan komunikasi yang akan
meningkatkan kemampuan mereka untuk
berempati dengan remaja dan membantu
remaja mereka untuk memecahkan
masalah

15
3. Mengajarkan orang tua tentang metode
untuk mengkomunikasikan cinta mereka
kepada remaja
4. Mengajarkan orang tua bagaimana
menggunakan konflik demi saling
pengertian dan pertumbuhan keluarga
5. Mengajarkan orang tua untuk
menggunakan kenyataan dan konsekuensi
untuk mengelola perilaku remaja

Memberikan Perawatan terhadap


Keluarga yang Sakit:
Dukungan Keluarga (7140)
1. Tentukan beban psikologis keluarga
2. Fasilitasi komunikasi yang menyangkut
perasaan antar anggota keluarga
3. Berikan perawatan kepada pasien sebagai
pengganti keluarga, saat keluarga tidak
bisa memberi perawatan
4. Ajarkan rencana perawatan medis dan
keperawatan kepada keluarga
5. Menyediakan sumber spiritual untuk
keluarga, yang sesuai
6. Menghormati dan mendukung mekanisme
coping adaptif yang digunakan keluarga
7. Berikan umpan balik untuk keluarga
terkait penanganan mereka
8. Menghormati dan mendukung mekanisme
penanganan adaptif yang digunakan oleh
keluarga

Modifikasi Lingkungan Keluarga untuk

16
Menjamin Kesehatan Keluarga:
Home Maintenance Assistance (7180)
1. Tentukan persyaratan pemeliharaan rumah
klien
2. Melibatkan keluarga dalam menentukan
persyaratan perawatan rumah
3. Memberikan informasi bagaimana
membuat lingkungan rumah aman dan
bersih
4. Sarankan layanan untuk pengendalian
hama, jika dibutuhkan
5. Sarankan layanan untuk perbaikan rumah,
jika kebutuhan
6. Bantu keluarga dalam support sosial
7. Berikan informasi tentang perawatan
lingkungan rumah

Terapi Keluarga (7150)


1. Gunakan riwayat keluarga untuk
mendorong diskusi keluarga
2. Identifikasi bagaimana keluarga
menyelesaikan masalah
3. Bantu anggota keluarga dalam
berkomunikasi secara efektif
4. Tanyakan anggota keluarga untuk
berpartisipasi dalam aktivitas di rumah
seperti makan bersama keluarga
5. Diskusikan hubungan yang hierarki
dalam anggota keluarga
6. Bantu keluarga untuk menentukan tujuan
yang lebih kompeten dalam menghandle
perilaku yang tidak baik

17
Perawatan penggunaan zat terlarang
(4510)
1. Tingkatkan hubungan saling percaya
dengan membuat batasan yang jelas
2. Informasikan klien bahwa frekuensi
dan volume penyalahgunaan zat
terlarang dapat mengakibatkan
disfungsi yang bervariasi antara satu
orang dengan orang lain
3. Instruksikan klien mengenai
penggunaan obat terlarang secara
fisik, psikologis dan sosial
4. Diskusikan perawatan yang
dibutuhkan berkaitan dengan kondisi
medis umum psikologis, sosial,
pekerjaan, perumahan dan kesulitan
legal lainnya.
5. Berikan manajemen gejala selama
periode gejala detoksifikasi
6. Instruksikan klien maupun keluarga
mengenai obat-obatan yang digunakan
selama perawatan
7. Dorong keluarga dalam berpartisipasi
dalam upaya pemulihan
8. Diskusikan pentingnya untuk tidak
menggunakan zat terlarang
9. Bantu klien dalam mengembangkan
diri mendorong upaya positif dan
motivasi

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Keluarga memiliki peran dan
tanggung jawab sendiri. Peran kedua orang tua sangatlah penting dalam mendidik sang
anak agar tidak terjerumus ke arah yang negatif.
Tanggung jawab sebagai orang tua dalam mengarahkan anaknya untuk tidak menjadi
korban atau pelaku kenakalan remaja. Terutama, anak perempuan yang rawan menjadi
korban kenakalan remaja (Seks bebas).
Sebagai perawat komunitas, tentu saja menangani hal seperti kenakalan remaja
tidaklah susah maupun tidaklah mudah juga. Dikarenakan pola pikir remaja yang
seringkali labil dan sedikit rewel “mbangkang” saat diberikan penjelasan dan tidak
menanggapi hal tersebut dengan serius. Tentu saja hal ini, perlu menekankan kepada
orang tua mengenai dampak dan bahaya dari segala bentuk kenakalan remaja yang saat
ini sering terjadi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Edisi 3. Dilihat pada
tanggal 21 April 2018 pukul 12.13 WIB
http://repository.ump.ac.id/2393/3/MELA%20KURNIAWATI%20BAB%20II.pdf

Friedman, M.M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Edisi 5. Dilihat pada tanggal 21
April 2018 pukul 12.20 WIB
http://repository.ump.ac.id/2393/3/MELA%20KURNIAWATI%20BAB%20II.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1213 Dilihat pada tanggal 21 April 2018 pukul


12.39 WIB

Kementerian Pemuda dan Olahraga. 2009. Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda
dan Olahraga Tahun 2009. Dilihat pada tanggal 21 April 2018 pukul 11.36 WIB
http://www.kemenpora.go.id/pdf/PENYAJIAN%20DATA%20INFORMASI%20KEM
ENTERIAN%20PEMUDA%20DAN%20OLAHRAGA%20TAHUN%202009.pdf

National Center for Juvenile Justice. 2014. Juvenile Offenders and Victims: 2014 National
Report. Dilihat pada tanggal 21 April 2018 pukul 11.48 WIB
https://www.ojjdp.gov/ojstatbb/nr2014/downloads/NR2014.pdf

20

You might also like