You are on page 1of 4

ANALISA

KASUS TUBERCULOSIS (TBC) DI JAWABARAT


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Promosi Kesehatan

Disusun Oleh :
Kelompok V RSUD CIMACAN
Siti Imat
Salman Firmansyah
Maya Lasmayanti
Rohendi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur


Cimahi
2019
ANALISA KASUS TUBERCULOSIS DI JAWABARAT

A. LATAR BELAKANG
Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 1882
merupakan hari saat Robert Koch mengumukan bahwa dia telah menemukan bakteri
penyebab tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan
penyembuhan penyakit ini.
Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun
2000 dan 2015, namun tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab
kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan
WHO(www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/). Oleh
sebab itu hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi
salah satu tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals).
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000
(WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun.
Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
Provinsi Jawa Barat periode tahun 2010 - 2015 cenderung naik, dari
76,22/100.000 pada tahun 2010 menjadi 138,87/100.000 pada tahun 2015, dan pada
tahun 2016 mengalami penurunan cukup signifikan pada posisi 120,25/100.000.
Jumlah kasus TB Paru yang ditemukan dan tercatat dalam laporan berdasarkan
kabupaten/kota per 100.000 penduduk, yg terbanyak kasus ditemukan sebesar
428,68 (Kota Cirebon).

B. TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang
bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala
TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau
lebih.
C. ANALISA KASUS
1. Literatur
Menurut Amira Permatasari, (2005) mengemukakan disamping faktor
medis. Faktor sosial ekonomi dan budaya, sikap dan perilaku yang sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan sebagaimana diuraikan di bawah ini:
A . Faktor Sarana :
(1) Tersedianya obat yang cukup dan kontinu,
(2) Dedikasi petugas kesehatan yang baik ,
(3) Pemberian regiment OAT yang adekuat.
B. Faktor penderita :
(1) Pengetahuan penderita yang cukup mengenai penyakit TB paru. Cara
pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat, (2) Cara menjaga kondisi
tubuh yang baik dengan makanan bergizi. Cukup istirahat, hidup teratur dan
tidak minum alcohol atau merokok. (3) Cara menjaga kebersihan diri dan
lingkungan dengan tidak membuang dahak sembarangan, bila batuk menutup
mulut dengan saputangan, jendela rumah cukup besar untuk mendapat lebih
banyak sinar matahari. (4) Sikap tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena
TB paru adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila berobat
dengan benar. (5) Kesadaran dan tekad penderita untuk sembuh.
C. Faktor keluarga dan
Masyarakat lingkungan : (1) Dukungan keluarga sangat menunjang
keberhasilan pengobatan seseorang dengan cara selalu mengingatkan penderita
agar makan obat, pengertian yang dalam terhadap penderita yang sedang sakit
dan memberikan semangat sebagai support untuk tetap berobat.
2. Prioritas Masalah
Menurut Penulis Tinggi-rendahnya angka penyakit di suatu wilayah terjadi
karena lebih dominan faktor sarana yg khusus di Petugas kesehatannya karena
selain dipengaruhi oleh upaya penemuan kasus (case finding) juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain seperti kinerja sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah
tersebut, jumlah fasyankes yang terlibat layanan DOTS, dan banyaknya pasien
TB yang tidak terlaporkan oleh fasyankes.

D. STRATEGI PROMKES
1. Melakukan penguatan sistem layanan terpadu untuk kasus TBC yg ditemukan
2. Melakukan monitoring kelapangan sebagai evaluasi dari sistem layanan terpadu
yg sudah diberikan.
3. Memberikan penguatan kembali ke masyarakat tentang pengetahuan penyakit
TBC dengan cara penyuluhan secara masif baik di yankes atau promkes ke
daerah yg terdata.
E. DAFTAR PUSTAKA

______. (2010). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.


(http://www.google.com diperoleh pada tanggal 20 January 2019).
______. (2016). Tuberkulosis . (http://www.depkes.go.id diperoleh pada tanggal 20
January 2019).

You might also like