Professional Documents
Culture Documents
Hari :
Tanggal :
Jam :
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.7. Patofisiologi.............................................................................................13
iii
2.10. Pemeriksan Diagnosis .............................................................................15
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Memahami tentang definisi Encephalitis
b. Mengetahui Etiologi Encephalitis
c. Mengetahui Klasifikasi Encephalitis
d. Mengetahui Tanda dan gejala Encephalitis
e. Mengetahui Patofisiologi Encephalitis
f. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encephalitis
3
g. Mengetahui PengobatanEncephalitis
h. Mengetahui Pencegahan Encephalitis
1.4 Manfaat
a Dapat digunakan sebagai informasi untuk membuat kebijakan dalam
memahami atau mengetahui penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor
penyebabnya dan sebagai..
b Bagi Mahasisa/wi keperawatan dan kesehatan yan lain, juga dapat
digunakan sebagai pedoman pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan terhadap ensefalitis
c Bagi mahasiswa maupun pembaca dapat memperoleh ilmu
pengetahuan mengenai karakteristik, penyebab terjadinya penyakit
Ensefalitis dan profil penggunaan obat untuk pasien penyakit
Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya serta dapat menerapkannya
di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
2.3.1. Pengertian
Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ
yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih
dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan
pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar
pengndalian pekerja otot.
b. Neuroglial
Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang
berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous
sistem.
b. Pelindung Otak
2.4. Klasifikasi
2.4.1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah :
staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
Patogenesis, Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis
media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasl dari radang,
abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium,
fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan
tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang
bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan
dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang
berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula.
Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
Manifestasi klinis : Secara umum gejala berupa trias ensefalitis :
demam, kejang, kesadaran menurun. Bila berkembang menjadi
abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda
meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik
dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran
menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-
tanda deficit neurologist tergantung pada lokasi dan luas abses.
a. Manifestasi klinis
• Gejala-gejala neurologist : Kejang-kejang yang datang dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran
mungkin menurun,sering dijumpai pupil Agryll-Robertson,
10
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan
gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun.
Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista
terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika
berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan
meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut,
nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di
dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh
didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi
kerusakan.
2.4.5. Ensefalitis berdasarkan Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida
albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucormycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi
fungus pada sistim saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta.
Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas
yang menurun.
12
2.7. Patofisiologi
Organisme piogenik seperti bakteri masuk melalui peredaran darah,
penyebaran langsung komplikasi luka tembus dan kelainan kardio pulmonal.
Penyebaran melalui pembuluh darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari
radang fokal dibagian lain didekat otak. Penyebaran langsung dapat melalui
tromboflebilitis, osteomyelitis, infeksi telinga bagian tengah dan sinus
paranasales. Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada selaput atau
jaringan otak. Proses peradangan ini membentuk eksudat, thrombosis septik
pada pembuluh darah, dan agregasi leukosit yang sudah mati. Di daerah yang
mengalami peradangan timbul edema, perlukaan dan kongesti jaringan otak
disertai perdarahan kecil. Bagian tengah kemudian melunak dan membentuk
dinding yang kuat membentuk kapsul yang kosentris. Disekeliling abses
terjadi infiltrasi leukosit polimorfonuklear, sel-sel plasma dan limfosit.
Seluruh proses ini memakan waktu kurang dari 2 minggu. Abses dapat
membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus atau ruang
subaraknoid yang dapat mengakibatkan meningitis (Harsono, 2011).
2.8. Patways
15
2.9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum
a) Rawat di rumah sakit
b) Kemoterapi
c) Pembedahan
d) Terapi radiasi (brachyterapy atau terapi radiasi eksternal beam
e) Fotokoagulasi (menggunakan laser untuk mematikan tumor,
digunakan untuk tumor yang kecil)
f) Krioterapi (menggunakan probe yang sangat dingin untuk
membekukan dan mematikan tumor)
g) Termoterapi (merupakan terapi panas yang menggunakan
inframerah untuk mematikan tumor, digunakan untuk tumor yang
kecil)
h) Penatalaksanaan secara umum tidak spesifik tujuanya adalah
mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas
tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa
darah
i) Atasi kejang
j) Bila tanda peningkatan tekanan intracranial dapat diberikanmenitol
0,5-29/BB IV dalam periode 8-12 jam
k) Pada pasien dengan gangguan menelan akumulasi lendir pada
tenggorokan paralisis pita suara dan otot nafas dilakukan drainase
postural dan aspirasi mekanis yang periodik
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Gambaran cairan serebrospinal
dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu.
Biasanya berwarna jernih jumlah sel 50-200 dengan dominasi
lemfosit. Kadar protein kadang-kadang meningkat sedangkan
glukosa masih dalam batas normal. Gambaran EEG memprlihatkan
proses inflamasi. Bila terdapat tanda klinis vokal yang ditunjang
dengan gambaran EEG atau CTScan dapat dilakukan biopsi di
daerah otak yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis vokal,
biopsi dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya
menjadi predileksi virus herpes simplex.
b) Biopsi otak
Biopsi otak jarang dilakukan kecuali untuk mendiagnosa adanya
herpes simplek ensefalitis yang jika tidak mungkin dilakukan
metode DNA atau CTScan dan MRI
c) Pemeriksaan imaging otak
Diantara CTScan dan MRI yang dapat mendeteksi adanya
pembengkakan otak jika pemeriksaan imaging memiliki tanda-
tanda dan gejala yang menjurus ke ensefalitis maka lumbal fungsi
harus dilakukan untuk melihat apakah terdapat peningkatan
tekanan intrakranial.
17
d) Pemeriksaan darah
Polymerase Chain Reation (PCR) pemeiksaan ini merupakan
metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi HSV 1,
enterovirus 2, pada susunan saraf pusat
2.11. Komplikasi
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Kasus
Anak S berusia 6 tahun dirawat di bangsal anak. Anak mengalami
demam sudah lebih dari 3 hari, pasien mengalami kejang dihari pertama
masuk ke Rumah Sakit, pasien sering merasakan mual, muntah. Klien juga
cenderung mengalami delirium, binggung, stupor atau koma, hemiparesis,
serta ataxia. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: Kesadaran CM, TD
100/60mmHg, Nadi 110x/menit, Respirasi 24x/menit, 38,80oC, nyeri kepala
skala 8, mukosa kering
18
19
Do : Kesadaran CM, TD
100/60mmHg, Nadi
110x/menit, Respirasi
24x/menit, 38,80oC, nyeri
kepala skala 8.
19
20
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan
faktor biologis yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan kesulitan
memberikan makan dan minum pada anaknya dikarenakan anaknya selalu
meminta makanan junk food dan minuman es.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit yang ditandai
dengan sering mual, muntah, sakit kepala, cekot-cekot bagian kepala.
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit yang ditandai dengan Ibu anak
mengatakan bahwa anak nya mengalami demam sudah lebih dari 3 hari, kejang di
hari pertama masuk rumah sakit, dan muntah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan nyeri
kepala anak didapatkan hasil dengan skala 8
20
21
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
NOC NIC Rasionalisasi
21
22
22
23
23
24
rumah sakit, dan muntah 1. Berkeringat saat panas mental ( Misal nya, bingung, 3. untuk mengetahui adanya ke
3. Hipertermi (skala 2 ke
Manajemen Kejang
skala 5)
Manajemen Kejang
4. peningkatan suhu kulit 1. Untuk terus memantau agar
1. tetap disisi klien selama tidak terjadi hal hal yang tidak di
(skala 2 ke skala 5)
(klien mengalami) kejang inginkan
2. monitor tanda tanda vital 2. untuk mengetahui perubahan
3. catat lama kejang tanda tanda vital pasien
24
25
4. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan 2x24 Manajemen nyeri 1. Upaya untuk memantau nyeri
agen cedera biologis yang jam pertemuan pasien 1. Lakukan pengkajian yang sedang dirasakan
ditandai dengan nyeri kepala membaik dengan nyeri komprehensif 2. Memberikan cara alternative
anak didapatkan hasil dengan indikator yang meliputi lokasi, untuk mengurangi rasa nyeri
skala 8 Kontrol Nyeri karakteristik, pada pasien
yang terkontrol
25
26
26
27
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Mengkaji asupan makanan dan S: keluarga pasien mengatakan
kebutuhan tubuh berhubugan dengan faktor kebiasaan makan pasien keadaan anaknya makin
biologis yang ditandai dengan ayah pasien 2. Menyediakan konsultasi/rujukan membaik dan mau makan dan
mengatakan kesulitan memberikan makan dengan anggota kesehatan lain sesuai minum lagi
dan minum pada anaknya dikarenakan kebutuhan O: Pasien tampak bertenaga dan
anaknya selalu meminta makanan junk food 3. Membantu pasien untuk mencatat ceria kembali
dan minuman es. makanan yang biasanya dimakan dalam
A: Masalah ketidakseimbangan
waktu 24 jam
nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Mengkaji ulang pengukuran intake dan
tubuh sudah teratasi
output cairan pasien, nilai HB, TD, atau
penambahan dan penurunan berat badan P: Mengedukasi pasien terkait
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan 08.00 S : pasien mengatakan nyeri dan
gejala terkait penyakit yang ditandai dengan Melakukan pengkajian nyeri dan kecemasan cemas mulai berkurang.
sering mual, muntah, sakit kepala, cekot- pasien serta memberikan informasi mengenai
cekot bagian kepala.
27
28
nyeri dan cara mengurangi kecemasan akibat O : pasien compos mentis, masih
nyeri. terlihat menahan nyeri dan terlihat
cemas akibat nyeri.
10.00
Mengajarkan pasien tentang prisip-prinsip A : masalah gangguan rasa nyaman
manajemen nyeri. belum teratasi.
28
29
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera 1. Melakukan pengkajian nyeri S: keluarga pasien mengatakan
biologis yang ditandai dengan nyeri kepala komprehensif yang meliputi lokasi, anak sudah mulai tenang dan tidak
anak didapatkan hasil dengan skala 8 karakteristik, onset/durasi, frekuensi, terlalu merasakan nyeri lagi
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus O: pasien tampak mulai rileks,
2. Memastikan perawatan analgesic bagi tenang, dan gelisah berkurang
pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat A: nyeri akut belum teratasi
3. Membantu keluarga dalam mencari dan
menyediakan dukungan P: lanjutkan intervensi
4. Menginformasikan timkes lain/ anggota
keluarga mengenai strategi non
farmakologi yang sedang digunakan
untuk mendorong pendekatan preventif
terkait dengan manajemen nyeri
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dan dari kasus yang diangkat diagnosis yang muncul terdiri dari nyeri,
nutrisi kurang, dan gangguan rasa nyaman. Untuk asuhan keperawatannya
sudah dijelaskan dipembahasan sebelumnya.
4.2 Saran
1. Untuk Perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan enchepalitis, serta meningkatkan pengetahuan
dengan membaca buku dan mengikuti seminar serta menindaklanjuti
masalah yang belum teratasi.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tehnik komunikasi terapeutik dalam
melakukan pengumpulan data maupun dalam melakukan setiap
tindakan keperawatan agar kualitas pengumpulan data dapat lebih baik
sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
kyle, t., & carman, s. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
riyadi, s., & suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
31