You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Dan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik
seseorang yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu
faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil
akhir yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena itu,
tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan, dan
masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai kesehatan yang optimal.
Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua.
Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,mengawasi, dan
merawat anak secara seksama.
Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses
tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam
tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa
periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya
berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam
kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara maksimal tentu kita perlu
mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu sendiri, yang pada gilirannya akan
menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam merawat dan membesarkan buah hati
kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari stimulasi pertumbuhan dan perkembangan secara berkala pada
neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah?
2. Apa tujuan dari stimulasi pertumbuhan dan perkembangan secara berkala pada neonatus,
bayi, balita, dan anak prasekolah?
3. Sebutkan tahap-tahap stimulasi pertumbuhan dan perkembangan?
4. Sebutkan macam-macam atau cara stimulasi dimulai dari komunikasih, bermain dan teman
sebaya?
1.3 Tujuan Masalah
1. Memahami dan mengetahui pengertian dari stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
secara berkala pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah
2. Memahami dan mengetahui tujuan dari stimulasi pertumbuhan dan perkembangan secara
berkala pada neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah
3. Memahami dan mengetahui tahap-tahap stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
4. Memahami dan mengetahui macam-macam atau cara stimulasi dimulai dari komunikasih,
bermain dan teman sebaya
BAB II
PEMBAHASAN

STIMULASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SECARA BERKALA


PADA NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH

2.1 PENGERTIAN STIMULASI


Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orang tua atau
keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang.
Aktifitas bermain dan suasana cinta ini pentig guna merangsang seluruh sistem indera, melatih
kemampuan motorikhalus dan kasar, kemampuan berkomunkasi serta perasaan pikiran si anak.
Seperti di jelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak . rangsangan atau Stimulasi sejak
dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak.
Selain stimulasi ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak
yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Menurut (Dinkes,2009), Orang tua harus selalu memberikan rangsang/stimulasi kepada
anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal
sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang,
metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Kurangnya
stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu
para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi kepada
anak-anak.
Menurut Siswono, 2004 stimulasi adalah suatu upaya merangsan anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun ketermpilan baru ternyata sangat penting dalam
upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon bayi
masih berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan
janin sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak, menelan menghisap jempol, dan
lainnya.
Menurut Suherman, 2000 Stimulasi juga dilakukan orang tua (keluarga) setiap ada
kesempatan atau sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi.
Menurut Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialisanak konsultan tumbuh kembang,
stimulasi dini adalahrangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir.Stimulasi
dipercaya dapat memengaruhi pertumbuhan, yang penting untuk kecepatan proses
pembelajaran dan memori Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru
lahir (bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang
semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu
harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak
berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak. Stimulasi
merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk
kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak
akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan
menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan
otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun.
Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga
fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi
terhambat

2.2 TUJUAN STIMULASI


Tujuan Stimulasi Pada Anak
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai
tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan ini meliputi
berbagai aktifitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara,
berfikir, kemandidian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan keluarga setiap ada
kesempatan atau sehari hari, secara berkala dan terus-menerus. Stimulasi disesuaikan dengan
umur dan prinsip stimulasi (Suherman, 2000).
Adapun prinsip dari stimulasi adalah sebagai berikut :
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah laku orang-
orang yang terdekat dengan anak.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap 4 (empat)
aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya.
2.3 TAHAP-TAHAP STIMULASI
A. Tahapan Stimulasi Sesuai Usia
1. Usia 0 - 3 bulan
Berikan si kecil stimulasi yang mengutamakan rasa nyaman aman, dan
menyenangkan. Anda bisa menstimulasinya dengan cara memeluk, menggendong,
menatap mata bayi, berbicara atau mengajaknya tersenyum. Mainan yang digantung dengan
warna-warna menarik dan mengeluarkan bunyi-bunyian juga merupakan stimulasi yang
menyenangkan bagi si kecil. Menjelang akhir usia 3 bulan, cobalah melatihnya tengkurap,
telentang atau menggulingkannya ke kanan dan kiri. Rangsang si kecil untuk meraih dan
memegang mainan, jika tangannya sudah cukup kuat.
Agar keterampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang secara optimal, Anda perlu
memahami tahap-tahap perkembangannya dan memberikan stimulasi (rangsangan) yang tepat
sesuai dengan tahapan usia bayi. Hal ini penting karena jika terjadi keterlambatan atau
gangguan pada kemampuan motoriknya bisa segera terdeteksi dan dikoreksi.
Pada umumnya perkembangan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan
motorik halus :
a. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot
besar, misalnya merangkak, tengkurap, mengangkat leher dan duduk
b. Motorik halus adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan gerak otot-otot kecil,
seperti mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, menggambar dan menulis
Pada saat bayi baru lahir,saat itu refleks tubuh bayilah yang bekerja
sempurna. Gerakan refleks adalah gerakan-gerakan yg terjadi secara otomatis, tanpa bayi
sadari. Seiring dengan waktu, gerak refleks ini akan tergantikan dengan gerak motor kasar.
Beberapa gerak refleks yang dimiliki bayi adalah :
1. Refleks menghisap (sucking reflex)
Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda menyentuhkan puting susu ke ujung
mulut bayi.

2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)


Bayi Anda akan otomatis menggenggam jari Anda ketika Anda menyodorkan jari telunjuk
kepadanya.

3. Refleks leher (tonic neck reflex)


Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi
Anda menoleh ke salah satu sisi.
4. Refleks mencari (rooting reflex)
Ketika pipi bayi Anda disentuh maka otomatis mulutnya akan terbuka dan memalingkan
wajahnya ke arah sentuhan.

5. Refleks Moro (Moro reflex)


Refleks ini berbeda dengan refleks lainnya yang termasuk dalam ketegori gerakan motor.
Menurut para ahli, refleks moro ini termasuk reaksi emosional yg timbul dari kemauan atau
kesadaran bayi dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu yg singkat. Refleks moro
ini timbul ketika bayi dikejutkan secara tiba-tiba atau mendengar suara yang keras. Bayi
melakukan gerakan refleks dengan melengkungkan punggungnya dan mendongakkan
kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki dan tangan bayi
digerakkan ke depan. Reaksi yang berlangsung sesaat ini pada umumnya diiringi dengan
tangisan yang keras.

2. Usia 3 - 6 bulan
Rangsang si kecil untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.
Anda bisa menambahkan stimulasi dengan mengajaknya bermain "cilukba". Pada
rentang usia 3-6 bulan kebanyakan bayi sudah mulai menunjukkan polah tingkah yang
mengundang gemas yang melihatnya, karena pada renatng usia tersebut kondisi fisik sang
buah hati sudah mendukung untuk melakukan beragam aktifitas, seperti:
1. Berbalik dari telungkup ke telentang
2. Mengangkat kepala setinggi 900
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4. Menggenggam pensil
5. Meraih benda yang ada di dalam jangkauannya
6. Memegang tangannya sendiri
7. Berusaha memperluas pandangan
8. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
10. Tersenyum ketika melihat mainan / gambar yang menarik saat bermain sendiri.

3. Usia 6 - 9 bulan
Di usia ini, Anda bisa mulai meningkatkan stimulasi, dengan cara melatih
tangan anak bersalaman, duduk dan berdiri sambil berpegangan. Penting juga bagi
Anda untuk mulai membiasakan diri membacakan dongeng untuk si kecil sebelum tidur.
dalam memberikan stimulasi pada bayinya, ada 4 hal cara stimulasi bayi yang benar benar
harus diperhatikan, yaitu :
Pertama adalah bicaralah selalu padanya,apa pun yang Anda lakukan ajaklah bayi
Anda berbicara. Tataplah matanya dan bicaralah perlahan-lahan. Bayi sedang
mendengarkan suara maupun kata - kata yang Anda ungkapkan dan bayi pun belajar untuk
meresponnya.
Kedua adalah biarkan bayi bermain di lantai, tentunya lantai harus bersih dan aman,
seringlah menaruh bayi dilantai untuk merangsangnya lebih leluasa bergerak dan bisa
mengontrol gerakannya. Jangan sering menggendong atau menaruh bayi dikereta
dorongnya. Meski aman baginya namun tidak membantunya mengembangkan otot - otot
geraknya.
Ketiga adalah berikan aktivitas fisik, berrmainan permainan yang menggunakan
fisik akan membantu perkembangan dan kerja otot - otot tubuhnya. Orang tua bisa
membantu, misalnya, meletakan bayi dalam posisi terlentang kemudian menggerakan
kedua kakinya seolah membuat gerakan mengayuh sepeda. Bisa juga dengan menegakkan
bayi sambil kita pegang tubuhnya, lalu biarkan ia melakukan loncatan - loncatan dengan
kedua kakinya atau bermain di lantai dengan merangkak dan mengejarnya.
Keempat adalah dengan memberikan pujian, setiap kali bayi menunjukan kemajuan
pesat berilah pujian, ia pasti sering dan bersemangat untuk selalu mencoba serta mengulang
kembali kemampuannya.
Bayi sedang mendengarkan suara maupun kata - kata yang Anda ungkapkan dan
bayi pun belajar untuk meresponnya. Kedua adalah biarkan bayi bermain di lantai, tentunya
lantai harus bersih dan aman, seringlah menaruh bayi dilantai untuk merangsangnya lebih
leluasa bergerak dan bisa mengontrol gerakannya. Jangan sering menggendong atau
menaruh bayi dikereta dorongnya. Meski aman baginya namun tidak membantunya
mengembangkan otot - otot geraknya. Ketiga adalah berikan aktivitas fisik, berrmainan
permainan yang menggunakan fisik akan membantu perkembangan dan kerja otot - otot
tubuhnya. Orang tua bisa membantu, misalnya, meletakan bayi dalam posisi terlentang
kemudian menggerakan kedua kakinya seolah membuat gerakan mengayuh sepeda. Bisa
juga dengan menegakkan bayi sambil kita pegang tubuhnya, lalu biarkan ia melakukan
loncatan - loncatan dengan kedua kakinya atau bermain di lantai dengan merangkak dan
mengejarnya. Keempat adalah dengan memberikan pujian, setiap kali bayi menunjukan
kemajuan pesat berilah pujian, ia pasti sering dan bersemangat untuk selalu mencoba serta
mengulang kembali kemampuannya.
4. Usia 9 - 12 bulan
Pada retang masa mur 9-12 bulan si kecil sudah menunjukkan beberapa
aktifitas:
 Mengangkat badannya ke posisi berdiri
 Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan pada kursi
 Dapat berjalan dengan dituntun
 Mengulurkan lengan / badan untuk meraih mainan yang diinginkan
 Menggenggam erat pensil
 Memasukkan benda ke mulut
 Mengulang menirukan bunyi yang didengar
 Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
 Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
 Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
 Senang diajak bermain ”CILUK BA”
 Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.
Dari hal-hal yang bisa dilakukan si kecil maka Mulailah mengajar si kecil
memanggil mama-papa atau ibu-ayah, kakak atau adik. Anda juga sudah bisa melatih si
kecil untuk berdiri, berjalan dengan berpegangan, meminum dari gelas, menggelindingkan
bola, dan bermain memasukkan mainan ke wadah.
5. Usia 12 - 18 bulan
si kecil bermain bersama menyusun kubus, menyusun potongan gambar sederhana,
memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya, atau bermain boneka. Ajari
juga ia cara menggunakan peralatan makan dan memegang pensil lalu biarkan ia mencoret-
coret kertas dengan pensil warna. Lanjutkan stimulasi dengan melatihnya berjalan tanpa
berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola,melempar dan
menangkap bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah sederhana,
menyebutkan nama, dan menunjukkan benda-benda.
6. Usia 18 - 24 bulan
Di usia ini mulailah merengasang si kecil dengan memintanya menyebutkan, dan
menunjukkan bagian tubuh seperti mata, hidung, telinga, dan mulut. Minta pula ia
menyebutkan nama-nama binatang, gambar atau benda-benda di sekitar rumah. Cobalah
membiasakan mengajak si kecil berbicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum,
mandi, main, dan sebagainya). Latih ia menggambar garis, mencuci tangan, memakai
celana, baju, melempar bola, dan melompat.,selain itu bisa melatih keseimbangan berdiri
dengan satu kaki bergantian,melatih anak menggambar bulatan dan segitiga, Melatih anak
mau menceritakan apa yang dilihatnya, Melatih anak tentang kebersihan diri (buang air
kecil/besar pada tempatnya), melatih anak bernyanyi.
7. Usia 2 - 3 tahun
Saatnya Anda mengajari si kecil untuk mengenal warna, menghitung benda,
menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit),
menggambar garis, lingkaran dan manusia. Ajari pula cara memakai baju, menyikat gigi,
buang air kecil dan besar di toilet. Stimulasi juga bisa diberikan dengan mengajaknya
latihan berdiri satu kaki, menyebutkan nama teman, bermain kartu, boneka, dan masak-
masakan, Melatih anak menyusun balok.
8. Usia 3 tahun ke atas
Stimulasi yang bisa Anda berikan pada si kecil lebih mengarah padapengembangan
kemampuan kognitif, psikomotorik, dan bahasa serta untukkesiapan sekolahnya. Ajari ia
melakukan motorik kasar seperti berlari, senam sehat, lalu latih juga motorik halusnya
seperti memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung
sederhana, mengerti perintah sederhana, buang air kecil dan besar di toilet, berbagi dengan
teman, serta kemandirian. Tidak hanya dirumah, stimulasi juga bisa dilakukan di kelompok
bermain dan taman kanak-kanak.
Saatnya Anda mengajari si kecil untuk mengenal warna, menghitung benda,
menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit),
menggambar garis, lingkaran dan manusia. Ajari pula cara memakai baju, menyikat gigi,
buang air kecil dan besar di toilet. Stimulasi juga bisa diberikan dengan mengajaknya
latihan berdiri satu kaki, menyebutkan nama teman, bermainkartu, boneka, dan masak-
masakan, Melatih anak menyusun balok.
9. Usia 3 tahun ke atas
Stimulasi yang bisa Anda berikan pada si kecil lebih mengarah pada pengembangan
kemampuan kognitif, psikomotorik, dan bahasa serta untuk kesiapan sekolahnya. Ajari ia
melakukan motorik kasar seperti berlari, senam sehat, lalu latih juga motorik halusnya
seperti memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung
sederhana, mengerti perintah sederhana, buang air kecil dan besar di toilet, berbagi dengan
teman, serta kemandirian. Tidak hanya dirumah, stimulasi juga bisa dilakukan di kelompok
bermain dan taman kanak-kanak.

2.4 MACAM-MACAM STIMULASI


A. KOMUNIKASI
Jalinlah komunikasi dengan sang buah hati sesering mungkin, bisa menceritakan
apa saja untuk mendukung pengetahuan bahasa dan mengembangkan pikirannya, tentunya
bercerita tentang hal-hal ringan saja, ajaklah anak untuk berbicara. Salah satu contoh
berkomunikasih adalah:
1. Ceritakan kesibukan Kita.
Ceritakan dengan lantang apa saja yang sedang di kerjakan dan lemparkan
pertanyaan-pertanyaan untuk batita. “Teruslah bicara, walaupun nampak konyol karena
batita tak bisa menjawab,” usul Pam Quinn, terapis wicara di RS Rehabilitasi Schwab,
Chicago.

2. Jadi ‘role model’.


Bila batita Anda mengatakan “cucu” untuk susu, gunakan pengucapan yang benar
ketika Anda merespon, “Ini susumu.” Kembangkan penguasaan bahasanya dengan
menambahkan kata-kata baru, misalnya “Susumu warnanya putih, enak sekali.”
Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga mengajarkan cara
kombinasi kata. Namun hindari mengoreksi ucapannya. “Menunjukkan kesalahan anak
bisa membuatnya tak nyaman. Bahkan anak seusia itupun dapat mulai merasa bahwa
apapun yang dilakukannya selalu salah di mata ibu,” kata Pam lagi.

3. Berlagak “bodoh”.
Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan kebutuhannya sebelum
Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia menggulirkan bola dan Anda
tahu ia ingin Anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura saja Anda tidak
mengerti, berikan ekspresi wajah bingung dan bertanya, “Ibu harus apa?” Jeda seperti
ini akan menyemangatinya untuk berkomunikasi.

4. Tetap nyata.
Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam Bahasa slang
atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua wajib
berbicara dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang akan
membantu anak mengerti cara memadukan kata menjadi kalimat yang bermakna.

5. Mengenalkan anggota tubuh


Ajaklah bayi berkomunikasi dengan mengenalkan anggota tubuh. Misalnya
menunjuk kepala, pundak, hidung, kaki, mata dan sebagainya. Memperlihatkan cerita
bergambar, atau kumpulan gambar buah, hewan dan benda sehari-hari. Latih gerak
motorik tangan dengan membuat garis, berlatih mencuci tangan sendiri, latihan
melempar bola.

6. Menggunakan Bahasa Isyarat


Membangun rasa percaya dan meningkatkan interaksi. Secara psikologis bayi akan
merasa lebih dekat dengan orang yang berkomunikasi. Dengan mengerti apa yang
dikomunikasikan bayi, orangtua menjadi lebih mengetahui kebutuhan yang diinginkan
bayi saat itu. Mendorong berkomunikasi lebih awal. Sebenarnya bayi usia muda,
dengan kemampuan pergerakan koordinasi mulut yang belum sempurna, mempunyai
keterbatasan dalam berbahasa. Meskipun terdapat beberapa parameter kemampuan
bahasa yang dapat dinilai dengan bunyi-bunyian yang keluar dari mulut atau mimic
muka dan posisi tubuh bayi. Dengan keterbatasanya tersebut tampaknya bahasa isyarat
dapat digunakan untuk alternatif dalam berkomunikasi. Kesulitan berkomunikasi
dengan anak akan menimbulkan perasaan yang cemas dan frustasi baik pada anak dan
orangtua. Seringkali orang tua tidak mengetahui keinginan anak, sebaliknya anak sulit
mengungkapkan keinginannya. Apalagi ungkapan yang membingungkan tersebut
disertai tangisan yang hebat. Dengan bahasa isyarat kesenjangan komunikasi dapat
diminimalkan, pada akhirnya membuat perasaan orangtua lebih nyaman bila keinginan
anak dapat dipahami.

B. PERMAINAN

Menurut para ahli, idealnya Mama memiliki cara-cara kreatif untuk terus menstimulasi
anak. Adakalanya Anda juga kehabisan ide. Kabar baiknya, Alvin N. Eden, MD., penulis
buku Positive Parenting: Raising Healthy Children from Birth to Three Years, memberikan
beberapa rekomendasi alat apa saja yang perlu Anda miliki untuk bisa menstimulasi si 2-3
tahun dengan optimal. Ini dia beberapa di antaranya:

1. Sepeda roda tiga. Ajarkan anak untuk mengayuh pedalnya, juga mengarahkan
setangnya. Tentu dampingi ia selalu saat mencoba.
2. Gerobak sorong roda satu (wheelbarrow). Anak bisa membawa mainan untuk
dibawa ke ruang lain (atau untuk dibereskan). Jangan lupa memastikan gerobaknya
bersih.
3. Perlengkapan memanjat, bisa berupa tangga, pagar, tali pengaman, dll. Tentu saja
Anda harus mengawasi ketika anak bermain panjat-panjatan, bukan lalu
melarangnya sama sekali.
4. Perkakas dan meja kerja. Ketika anak berusaha memalu paku mainan atau
memasang sekrup, sebetulnya dia sedang mengasah keterampilan motoric
halusnya.

Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan


perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya.
Berikut contoh permainan pada stimulasi anak:

1. Main senyum, cium, dan suara (0-3 bulan)


Pada periode yang sangat awal ini, rangsang penglihat, peraba, pencium, dan pendengar
penting untuk perkembangan otak atau kognisi bayi. Stimulasi seperti mendaratkan ciuman
ke kening, pipi, mata, atau bagian tubuh yang lain, mengelus-elus, memberikan senyuman
terindah, mengajak bicara, dan mendengarkan musik, membantu si buah hati belajar sense
of sensations, sensasi. Hasilnya, bayi mampu memberikan senyum balasan di umur 6 atau
8 minggu. Otak bayi diajak belajar menginterpretasikan berbagai hal seperti ekspresi wajah
atau suara dan membantu mengembangkan ukuran otaknya dua kali lipat. Bayi akan
mengurangi perhatian pada rangsang yang berulang dan akan menambah perhatiannya saat
rangsang itu berubah.

2. Main gerak dan tebak (Usia 3-6 bulan).


Di usia 4 bulan, bayi mulaimengenal dan menjalani rutinitas seperti bangun, tidur, atau
makan. Anda dapat mengenalkan rutinitas lain yang membantu perkembangan otaknya
seperti mengikuti aktivitas bermain sambil gym atau aktivitas motorik. Kegiatan ini
membantu bayi belajar sebab-akibat, misalnya ia dapat menggapai mainan yang terjuntai
di atasnya bila ia duduk dan merentangkan tangannya ke atas. Selain itu, bermain belajar
mengenal anggota tubuh dari cermin juga seru. Anda menunjuk lalu mengucapkan bagian
tubuh apa secara jelas dan perlahan. Misalnya “Ini apa? (sambil menyentuh matanya) Ini
mata.” Meski ia masih dalam tahap bergumam atau bubble, perlahan ia belajar mengucap
satu akhiran kata, misalnya “ta” dari “ma-ta”. Bayi pun bisa memperlajari anggota tubuh
dan belajar bicara.

3. Main “Petak Umpet”(Usia 6-9 bulan)


Pencapaian kekonstanan atau objek permanen sebuah benda bisa diraih pada periode
usia ini. Maksud dari konstan yaitu pemahaman bahwa benda sebenarnya tetap ada
walaupun tidak terlihat. Umumnya, bayi akan berusaha terus mencari, menemukan benda
yang disembunyikan. Berhubung dia sedang belajar merangkak, tentu bayi akan mencari
dengan cara merangkak. Biarkan ia merangkak sesukanya. Aktivitas ini dapat
menstimulasi koordinasi otak kiri dan kanannya. Bermain Cilukba, menutup benda dengan
sapu tangan, atau sembunyi di bawah selimut bisa menjadi permainan sederhana yang
menstimulasi otak bayi untuk pemahaman objek permanen.

4. Bermain kreatif
Dalam periode usia ini terjadi peningkatan mobilitas dan pengenalan lingkungan
sekitar. Ia semakin aktif dan cenderung mencoba memberikan stimulus pada orang lain.
Misalnya ia mulai menarik perhatian Anda dengan menarik-narik pakaian Anda,
menggapai dan mengambil barang-barang di sekitarnya, atau meniru suara Anda. Ia paham
situasi yang ia rasakan. Kalau ia merasa sedang tidak mendapat perhatian Anda, langsung
ia mencari perhatian! Idenya sangat fantastis.
Memanfaatkan situasi ini, Anda bisa mengajaknya bermain yang menstimulasi
kreativitasnya serta mengenalkan perintah-perintah sederhana. Misalnya meminta dia
menyusun balok kemudian meruntuhkannya, menaruh barang di tempatnya, atau bermain
tepuk-tepuk tangan sambil bernyanyi. Kira-kira bangunan seperti apa yang dibuatnya atau
bagaimana ritme tepukannya?
C. TEMAN SEBAYA
Mengajak anak bertemu dan bermain dengan teman sebaya merupakan salah satu cara
untuk menstimulasi kecerdasan anak dalam bersosialisasi. Melatih anak bersosialisai
sebenarnya dapat dilakukan di rumah. Misalnya anak diajak berkenalan dengan anak
sebaya di sekitar rumah, atau diajak ke playground agar bayi bisa melihat anak-anak
seusianya. Memasukkan anak ke sekolah bayi bisa menjadi pilihan bila anak tinggal di
rumah dengan lingkungan sekitar tidak ada playground atau teman sebaya, sehingga ia
harus di rumah saja. Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80
persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak
melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental
maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa
tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age). Nah, oleh karena itu, kita sebagai
orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan
karakter yang baik bagi anak. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil
belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya.
Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi
sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya
dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan
membentuk karakter yang positif dan sukses. Seperti mengajak anak – bermain dengan
teman sebayanya dengn tetap mendapat pengawaaaasan dari orang tua, memberikan
tontonan yang sesuai dengan usia anak, sewajanya anak – anak menonton film untuk anak
– anak, mendengarkan lagu – lagu anak – anak.

Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. lingkungan


baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya.
Sewajarnya lah anak – anak bergaul dengan teman- teman seusianya, sehingga karakter
anak akan terbentuk sesuai dengan usianya, dan kemampuannya bersosialisasi atau
berinteraksi dengan orang disekelilingnya menjadi sealami mungkin. Sehingga tidak
terjadi hal – hal seperti anak yang minder/penakut saat bertemu orang selain dari
keluarganya dikerenakan jarang keluar dan bermain dengan anak – anak lain seusianya.
Dan tidak ada anak – anak yang karakter emosionalnya lebih dewasa dari usianya dan
kehilangan masa-masa bermain yang menyenangkan dengan teman – temannya.

DEFINISI
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun induvidu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).

2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai
hasil dari proses pematangan. Menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK


1. Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari konsepsi sampai maturitas
atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak yang satu dengan yang lain berbeda.
3. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
5. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum
gerakan volunter tercapai.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Deteksi
dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara
berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan
normal. Empatparameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).

C. JENIS-JENIS STIMULASI YANG DI BUTUHKAN OLEH ANAK


Stimulasi aspek fisik. Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan,
karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat. Melakukan
gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan sangat membantu
perkembangan mereka.
Stimulasi aspek emosi. Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan
sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak akan membantu.
Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman sebayanya, misalnya dengan bernagi
mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berperilaku
menyenangkan.
Stimulasi aspek spiritual. Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-
kata yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari yang
indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu. Akan membuat anak
semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng dan kisah-
kisah para nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
Stimulasi aspek intelektual. Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering
memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi bersama,
dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak. Jadi sebagai orangtua juga harus rajin
belajar agar sanggup memenuhi dan menjawab keingintahuan anak dengan baik dan benar.
Stimulasi aspek sosial. Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang sedang sibuk, akan
merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh melupakan
istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat sangat dibutuhkan oleh
anak, karena mereka sedang berada dalam masa pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya
amat dibutuhkan untuk perkembangan fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga
tentunya untuk perkembangan otak mereka.

TOILET TRAINING

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar dapat
mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet training ini dapat
berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan-2 tahun. Dalam melakukan
latihan bung air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik,
psikologis, maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu
mengontrol buang air besar atau kecil secara sendiri.

Pada toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air besar dan kecil
juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut
disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses
toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak
dalam melakukan buang air besar atau buang air kecil dan perlu diketahui bahwa buang air
besar merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini
anak diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan.

Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai
memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan
yang ada pada diri anak dan keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak
secara fisik sudah kuat dan mampu. Hal ini dapat ditunjukan anak mampu duduk atau
berdiri sehingga memudahkan anak unuk dilatih buang air besar dan kecil, demikian juga
kesiapan psikologis dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu
mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang besar atau kecil. Persiapan
intelektual pada anak juga dapat membantu dalam proses buang air besar dan kecil. Hal ini
dapat ditunjukan apabila anak memahami arti buang air besar dan kecil sangat
memudahkan proses dalam pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan saatnya harus
buang air kecil dan kapan saatnya harus buang air besar, kesiapan tersebut akan menjadikan
diri anak selalu mempunyai kemandirian dalam mengontrol khususnya buang air kecil dan
buang air besar (toilet training), pelaksanaan toilet training dapat dimulai sejak dini untuk
melatih respons terhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar.

Cara Toilet Training pada Anak

Latihan buang air besar atau kecil pada anak atau dikenal dengan nama toilet training
merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak,mengingat dengan latihan
itu diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air besar
dan buang air kecil tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesua usia tumbuh kembang anak. Banyak
cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan
kecil, diantaranya :

1. Teknik Lisan
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak
dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar dan buang air kecil. Cara ini
kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita
perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan
rangsangan untuk buang air kecil dan buang air besar dimana dengan lisan ini persiapan
psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam
melaksanakan buang air kecil dan buang air besar.

2. Teknik Modelling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara
meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat dilakukan
dengan memberikan contoh-contoh buang air kecil dan buang air besar atau mebiasakan
buang air kecil dan besar secara benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila
contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak
juga mempunyai kebiasaan yang salah. Selain cara tersebut diatas terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada saat anak merasakan buang
air kecil dan besar, tempatkan anak di atas pispot atau ajak kekamar mandi, berikan pispot
dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air kecil
dan buang air besar, dudukan anak diatas pispot atau orang tua duduk atau jongkok
dihadapannya sambil mengajak bicara atau bercerita, berikan pujian jika anak berhasil
jangan di salahkan atau di marahi, biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan
beri anak celana yang mudah dilepas dan di kembalikan.

Pengkajian Masalah Tolilet Training


Pengkajian kebutuhan terhadap toilet training merupakan suatu yang harus
diperhatika sebelum anak melakukan buang air kecil dan buang air besar, mengingat anak
yang melakukan buang air besar atau buang air kecil akan mengalami peroses keberhasilan
dan kegagalan, selama buang air kecil dan besar. Peroses tersebut akan dialami oleh setiap
anak, untuk mencegah terjadinya kegagalan maka dilakukan suatu pengkajian sebelum
melakukan latihan toilet yang meliputi pengkajian fisik, pengkajian psiologis, dan
pengkajian intelektual.

Pengkajian fisik
Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang
air kecil dan besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk,
meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri.
Kemampuan motorik ini harus dapat perhatian karena kemampuan untuk buang air besar
ini lancar dan tidak dapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan
untuk buang air kecil dan besar sudah mampu dan siap untuk melaksanakannya. Selain itu,
yang harus dikaji adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak ngompol
setelah tidur, dan lain-lain.

Pengkajian psikologis
Pengkajian psikologois yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis pada
anak ketika akan akan melakukan buang air kecil dan besar seperti anak tidak rewel ketika
akan buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air besar atau kecil, ekspresi
wajah menunjukan kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri, anak sabar dan mau
tetap tinggal di tolilet selama 5-10 menit tanpa rewel atau meninngalkannya, adanya
keingin tahuan kebijakan toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya
ekspresi untuk menyenangkan pada orang tunnya.
Pengkajian intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air kecil dan besar antara lain
kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil atau besar, kemampuan
mengkomunikasikan buang air kecil dan besar, atau menyadari timbulnya buang air kecil
dan besar, mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang tepat seperti
buang air kecil dan besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil dan buang air
besar. Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan besar, terdapat
beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya:

1. Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper dimana anak akan merasa aman.
2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan buang air
besar.
3. Mendorong anak melakukan rutinitas kekamar mandi seperti cuci muka saat bangun
tidur, cuci tangan, cucci kaki dan lain-lain.
4. Jangan marah jika anak gagal dalam melakukan toilet training.

Dampak toilet training

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya
perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu
kepribadian anak atau cenderung bersifat retentif dimana anak cenderung bersikap keras
kepala bukan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak
pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua
santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami
kepribadian ekspresif dimana anak lebih tea, cenderung ceroboh, suka membuat gara-
gara,emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orang
tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan
kasih sayang. Aktifitas bermain dan suasana cinta ini pentig guna merangsang seluruh
sistem indera, melatih kemampuan motorikhalus dan kasar, kemampuan berkomunkasi
serta perasaan pikiran si anak.

Tahapan Stimulasi Sesuai


1. Usia 0 - 3 bulan
2. Usia 3 - 6 bulan
3. Usia 6 - 9 bulan
4. Usia 9 - 12 bulan
5. Usia 12 - 18 bulan .
6. Usia 18 - 24 bulan
7. Usia 2 - 3 tahun
8. Usia 3 tahun ke atas

Adapun macam-macam stimulasi yakni komunikasi, permainan, dan teman sebaya.


Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya

B. Saran
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan perkembangan anaknya dengan cara
stimulasi saat masih dalam usia kritis, terlebih lagi saat dalam usia emas atau golden
age. Dimna stimulasi ini harus sesuai dengan usia anaknya. Orang tua bertanggung
jawab atas perkembangan anaknya pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang
tua harus berhati-hati dalam mendidik anaknya serta dalam melakukan intervensi harus
benar-benar tepat. Jika stimulasi yang diberikan tidak tepat maka akan sangat sulit atau
bahkan tidak bisa untuk memperbaiki pengaruh stimulasi tersebut pada usia
selanjutnya. Untuk itu manfaatkan masa usia kritis anak atau golden age, agar anak bisa
berkembang seoptimal mungkin kearah yang positif.
Daftar Pustaka

Djauhar,Ismail.2010.Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas. Gadjah


Mada : Yogyakarta
https://dokumen.tips/documents/makalah-stimulasi.html
Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.
Wong, D.L(1995), Nursing Care Of Infants and Children, St, Louis Mosby.

You might also like