Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2. Gangguan Metabolisme
a. Resistensi insulin
Pada obesitas sering ditemukannya hiperinsulininemi disertai hiperglikemia, hal ini
diduga karena resistensi insulin pada sel-sel target. Karena itu sering dijumpai adanya
diabetes melilitus pada obesitas.
b. Hiperlipoproteinimia
Total kolesterol tubuh meningkat akibat obesitas. Akibatnya, turnevor kolesterol
juga meningkat menyebabkan eksresi kolesterol biliaris meningkat. Hal ini akan
menaikkan angka kejadian pembentukan batu empedu.
4. Faktor Lingkungan
a. Aktifitas fisik.
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-
50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara
aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang
rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg. Penelitian terhadap anak
Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang
menonton TV 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding
mereka yang nonton TV 2 jam setiap harinya.
b. Faktor Nutrisional
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan
pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak
dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi
tinggi.
Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera
makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan. Selain itu kapasitas penyimpanan
makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas
penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino
diregulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan
dioksidasi; sedang karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen
hanya dalam jumlah kecil.
Asupan dan oksidasi karbohidrat diregulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan
oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan lemak
tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat
sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi
lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.
5. Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan obesitas.
Beberapa penelitian mempelajari hubungan antara keadaan psikologis dan emosi seseorang
dapat menyebabkan perubahan perilaku, bahkan mungkin perilaku yang salah. Seseorang akan
mengalami keadaan yang tidak menyenangkan akan nampak lebih emosi baik sikap atau
perilakunya. Jika keadaan tersebut berlaku dalam waktu yang relatif lama maka dapat
menimbulkan suatu keadaan yang disebut stress. Menurut para ahli, faktor tersebut erat
kaitannya dengan rasa lapar dan nafsu makan. (Lisdiana, 1997).
2.4 Patofisiologi
Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang
diakibatkan asupan energi yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant),
penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,
terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang
tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energi bergantung pada diet seseorang.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas
primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya
kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan
energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar
dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa
lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan
sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan
oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang
diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y
(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan
pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada
sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
2.5 Manifestasi Klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan
meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas adalah sebagai berikut:
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari-jari
yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang
berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada bisep
dan trisepnya.
Body Mass Index (BMI) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang
umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori underweight
(kekurangan berat badan), overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas (kegemukan).
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi
badan (m) pangkat 2.
IMT Klasifikasi
Ny. Risa adalah seorang pedagang baju berusia 48 tahun dengan tinggi badan 155 cm
dan berat badan 79 kg. Ny. Risa bekerja selama 10 jam setiap harinya dipasar dan selama
berjualan Ny. Risa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk sembari menunggui
tokonya. Suaminya Tn. Hendra adalah seorang PNS dan mereka memiliki 2 orang anak.
Ny. Risa sering menyaksikan tayangan kesehatan terutama tentang pengaturan diet.
Tetapi informasi yang didapat hanya didengarkan dan tidak diimplementasikan. Ny. Risa akhir-
akhir ini mengeluh sering pusing dan mudah lelah. Ny. Risa sudah 3 tahun terakhir ini
dinyatakan oleh dokter menderita tekanan darah tinggi. Khawatir dengan keadaan istrinya, Tn.
Hendra membawa istrinya tersebut kontrol ke dokter praktek, dan dilakukan pemeriksaan lab
sebagai berikut :
Kolesterol total = 265 mg/dl
LDL = 155 mg/dl
HDL = 25 mg/dl
Glukosa puasa = 100 mg/dl
Tekanan Darah = 180/90 mmHg
Ny. Risa sangat menyukai makanan yang berlemak dan bersantan, dan 1 hari sebelum
pemeriksaan dilakukan Ny. Risa sempat menghadiri acara aqiqah keluarga jauhnya, dan
mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Di bawah ini merupakan hasil recall makanan Ny. Risa
dalam sehari :
Pagi :
- Nasi 200 gr
- Ayam goreng 2 ptg
- Sayur asam 1 mangkok
- Teh manis 1 gelas
Snack :
- Kolak pisang 1 mangkok dan mendoan 3 buah
Siang :
- Nasi 200 gr
- gule kambing 1 mangkok
- sop kikil 1 mangkok
- lalapan (daun kemangi 50 gr)
- teh manis 1 gelas
Snack :
- Sup buah 1 gls
- krakers 5 buah besar
Malam :
- Mie goreng babat
- jus alpukat
BB 79
IMT = TB2 (m)= 2,4025 = 32,88
6. Asesmen Gizi
a) Food History
Kelebihan energi
sebanyak 450,246 kkal
Total Energy Intake 2801,1 kkal
dari estimasi kebutuhan
energi
Asupan cairan masih
Teh manis, kolak pisang, kurang dan cenderung
Oral Fluid
jus alpukat, sup buah meminum minuman
manis
Konsumsi nasi, ayam Makanan yang
goreng, sayur asam, dikonsumsi mengandung
Type of Food mendoan, sop kikil, gule lemak jenuh yang tinggi
kambing, lalapan, krakers, dan kolestrol tinggi.
mi goreng babat
Kelebihan asupan total
Kesimpulan :
1. Kelebihan asupan energi dan lemak.
2. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
3. Aktivitas fisik yang rendah.
4. Kurangnya kesadaran dalam mengimplementasikan pengetahuan terkait gizi
b) Anthropometry Measurement
155 cm Normal
Height
BD 1.7.1 Hiperkolesterol
265 mg/dl (normal 200 mg/dl)
Cholestrol serum
e) Client History
CH 1.1.1 -
48 tahun
Age
CH 1.1.2 -
Perempuan
Gender
CH 1.1.7 -
Ibu dari 2 orang anak
Role in family
Hasil pemeriksaan dokter
CH 2.1.1
Hipertensi tekanan darah nya =
Patient/client chief
180/90 mmHg. Tergolong
nutrition complaint
dalam hipertensi tingkat 3
Tn. Hendra bekerja
sebagai PNS dan Ny. Keluarga Ny. Risa
CH 3.1.1
Risa sebagai pedagang berpenghasilan cukup.
Socioeconomic factors
baju dipasar dan
memiliki 2 orang anak
CH 3.1.6 Ny. Risa bekerja sebagai -
Occupation pedagang baju
f) Comparative Standards
25 2350,854
= 100 x 9
=65,30
20 2350,854
= 100 x 4
=117,54
55 2350,854
= 100 x 4
=323,24
7. Diagnosis Gizi
Masalah Diagnosis
Berdasarkan data assesmen yang telah kami dapatkan, diketahui Ny. Risa usia 48
tahun, dengan tinggi badan 155 cm dan berat badan 79 kg, mengalami kelebihan asupan
lemak sebesar 175% dari kebutuhan normalnya. Hal ini diperkuat dengan data biokimia
yaitu kadar kolesterol serum sebesar 265 mg/dl dari kadar kolesterol serum normal sebesar
<200 mg/dl. Selain itu, tekanan darah dari Ny. Risa mencapai 180/90 mmHg di mana hasil
tersebut tergolong dalam hipertensi tingkat 3.
Dari hasil pemeriksaaan antropometri, didapatkan IMT Ny. Risa adalah 32.88 kg/m2,
yang masuk ke dalam kategori Obesitas tipe 2. Hal ini disebabkan karena Ny. Risa gemar
mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh yang dan kolestrol. Dari uraian data yang
telah kami dapatkan dari hasil assesmen di atas, kami menyimpulkan bahwa diagnosis gizi
untuk Ny. Risa yaitu kelebihan asupan energi (P) berkaitan dengan kebiasaan mengonsumsi
makanan tinggi lemak (E) yang ditandai dengan dislipidemia, hipertensi serta obesitas tipe
2 (S).
8. Intervensi Gizi
a. Tujuan Intervensi
- Menurunkan berat badan
- Menurunkan tekanan darah
- Meningkatkan pengetahuan dalam memilih makanan yang tepat dan bergizi
- Mengubah perilaku dan kebiasaan makan.
b. Preskripsi Diet
- Modifikasi zat gizi dengan menurunkan jumlah asupan sebesar 500 kkal/
hari
- Jenis diet yang diberikan berupa makanan tinggi serat, rendah sodium dan
rendah lemak jenuh, tekstur padat dengan frekuensi normal (3x sehari)
- Memberikan edukasi terkait dengan zat gizi dan perilaku kebiasaan makan.
c. Implementasi
- Memberikan diet sebesar 1970,8 kkal setiap harinya dan diterapkan selama
6 bulan pertama.
- Meningkatkan aktivitas fisik berupa berenang, jalan cepat dan sepeda
selama 30 menit seminggu maksimal 4 kali
- Melakukan edukasi gizi tentang pola makanan selama 15 menit minimal
sebulan sekali
- Mengadakan konseling gizi mengenai menu makanan yang tepat minimal
sebulan sekali selama 30 menit
- Memberikan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan serta pemberian
diet rendah lemak dan tinggi serat (menu terlampir)
Maka dari itu, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat keberhasilan
intervensi. Monitoring dilakukan dengan cara :
Catatan :
Pemberian menu diet pada Ny. Risa tidak langsung diberikan menu diet sesuai
dengan kebutuhanya, yaitu sebesar ±2350,854 kkal, karena mengingat Ny. Risa memiliki
status obes 2, dan mungkin akan sulit mengubah kebiasaan makan Ny. Risa. Sehingga,
penurunan kalori pada menu diet dilakukan secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/DOCUMENTS/SMT%204/DIETETIKA%20DASAR/buku-PAGT.pdf
https://www.academia.edu/31768254/ASUHAN_GIZI_I_KASUS_OBESITAS
http://anggiseptria.blogspot.co.id/2014/12/keseimbangan-diet-pada-pasien-obesitas.html
24
14. Nelsm, M dkk. Nutrition Therapy and Pathofisiology, edisi ke 2, 2009.
15. Mahan, L.K., Stump, S.E., Raymond, J.L., 2012, Krause’s Food and the Nutrition Care
Process, edisi ke 13, St. Louis Missouri, United States of AmericaAnwar,
S.,.(2005). Obesitas dalam Masyarakat. Jakarta: Yudisthira.
16. Leonberg, B.L., Pediatric Nutrition Assessment, 2008, American Dietetic Association,
Chicago
17. Scope of practice: “The range of roles, functions, responsibilities, and activities that food
and Nutrition professionals are educated and authorized to perform“ (JADA, 2008)
18. Terminologi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Asosiasi Dietisien Indonesia. DPC Jawa Barat.
19. Guyton & Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 12. Jakarta: EGC.
20. Isnaini, Sartono, A.,. & Winaryati, E.,.(2012). Hubungan Pengetahuan Obesitas dengan
Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada Ibu Rumah Tangga di Desa Pepe Krajan
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan vol. 1 no. 1.
21. Octari, C.,. Liputo. N.,. I.,. & Edison.(2014). Hubungan Status Sosial dan Ekonomi dan
Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang.
22. Rimbawan & Siagian, A.,.(2004). Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya
23. Sudoyo, A.,W., et al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
24. Wong & Whaley’s. (2002). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Ed 4. Jakarta: EGC
25. WHO. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.
26. Krause’e KMS-S. Food and Nutrition Therapy. 12 ed. St. Louwis: Saunders Elsevier; 2008.
27. Marcia Nelms KPS, Karen Lacey SLR. Nutrition Therapy and Phatophysiology. second ed.
Belmont: Cengage Learning; 2011.
28.Sharon Rady Rolfes, Kathryn Pinna, Ellie Whitney. Understanding Normal and Clinical
Nutrition. Eight ed. Belmont: Cengage Learning;2009.
29. Subardja D. Obesitas Primer pada Anak: Diagnosis, Patogenesis dan Patofisiologi. Edisi
ke-1. Bandung: Kiblat;2004
25