You are on page 1of 26

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obesitas


Menurut WHO, obesitas didefiniskan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau
berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa risiko kesehatan pada individu. Obesitas
adalah kondisi dimana lemak tubuh menumpuk sehingga bisa menimbulkan efek buruk pada
kesehatan. Obesitas digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu obesitas ringan (kelebihan berat
badan 20% s/d 40%), obesitas sedang (kelebihan berat badan 41% s/d 100%), dan obesitas
berat (kelebihan berat badan lebih besar dari 100%).
Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi
25% dari berat tubuh. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan energi yaitu pemasukan
kalori melebihi penggunaannya. Setiap kelebihan makanan yang diserap untuk keperluan
energi, akan disimpan sebagai lemak. Sebaliknya masukan energi yang kurang akan
mengakibatkan penggunaan simpanan lemak tubuh (Tjokronegoro, 1981).

2.2 Tipe-Tipe Obesitas


Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tipe obesitas berdasarkan
bentuk tubuh dan tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.

2.2.1 Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh


a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Tipe seperti ini biasanya terdapat pada pria. Dimana lemak tertumpuk di sekitar perut.
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear
(Gynoid).
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul
dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah besar di seluruh bagian badan. Tipe Ovid umumnya terdapat
pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
2.2.2 Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas yang terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan
normal.
b. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas yang terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan
keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas yang terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai
maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang
mengalami hypertropik.

Penggolongan keadaan kegemukan menurut usia timbulnya, yaitu:


a. Kegemukan pada Masa Bayi (Infacy Onset Obesity)
Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih
dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa.
b. Kegemukan yang Timbul pada Masa Kanak-Kanak (Childhood Onset Obesity)
Kegemukan pada masa kanak-kanak disebabkan oleh perilaku makan yang salah dan
kurangnya aktivitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul pada usia 2 tahun sampai usia
remaja (pubertas).
c. Kegemukan pada Masa Dewasa (Adult Onset Obesity)
Kelompok ini sering ditemukan pada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak.
Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20-30 tahun pada
saat seseorang mulai mantap dalam karirnya. Karena kesibukan-kesibukan
menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga. Bila kurang berhati-
hati, kegemukan akan mengintai pada usia ini.

2.3 Etiologi Obesitas


1. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua
obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas
menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%. Hipotesis
Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin menyebabkan gangguan
perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap pemrograman janin yang
dikemudian hari bersama-sama dengan pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan
predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari. Mekanisme kerentanan genetik
terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate, thermogenesis non exercise,
kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek. Dengan demikian kerentanan
terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.

2. Gangguan Metabolisme
a. Resistensi insulin
Pada obesitas sering ditemukannya hiperinsulininemi disertai hiperglikemia, hal ini
diduga karena resistensi insulin pada sel-sel target. Karena itu sering dijumpai adanya
diabetes melilitus pada obesitas.
b. Hiperlipoproteinimia
Total kolesterol tubuh meningkat akibat obesitas. Akibatnya, turnevor kolesterol
juga meningkat menyebabkan eksresi kolesterol biliaris meningkat. Hal ini akan
menaikkan angka kejadian pembentukan batu empedu.

3. Adanya Gangguan Regulasi di Pusat Hipotalamus


Pusat lapar terletak pada ventrolateral hipotalamus, sedangkan pusat kenyang terletak
pada ventromedial hipotalamus. Dari pusat lapar akan dikirim isyarat ke korteks serebri. Dalam
keadaan normal, isyarat ini akan dihambat oleh rangsangan yang berasal dari pusat kenyang
karena pengaruh distensi lambung, plasma glukosa, dan insulin atau oleh pengaruh
ketokolamin. Apabila terjadi gangguan pada rangsangan ini, maka akan terjadi makan yang
berlebihan.

4. Faktor Lingkungan
a. Aktifitas fisik.
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-
50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara
aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang
rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg. Penelitian terhadap anak
Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang
menonton TV 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding
mereka yang nonton TV 2 jam setiap harinya.
b. Faktor Nutrisional
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan
pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak
dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi
tinggi.
Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera
makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan. Selain itu kapasitas penyimpanan
makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas
penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino
diregulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan
dioksidasi; sedang karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen
hanya dalam jumlah kecil.
Asupan dan oksidasi karbohidrat diregulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan
oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan lemak
tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat
sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi
lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.

5. Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan obesitas.
Beberapa penelitian mempelajari hubungan antara keadaan psikologis dan emosi seseorang
dapat menyebabkan perubahan perilaku, bahkan mungkin perilaku yang salah. Seseorang akan
mengalami keadaan yang tidak menyenangkan akan nampak lebih emosi baik sikap atau
perilakunya. Jika keadaan tersebut berlaku dalam waktu yang relatif lama maka dapat
menimbulkan suatu keadaan yang disebut stress. Menurut para ahli, faktor tersebut erat
kaitannya dengan rasa lapar dan nafsu makan. (Lisdiana, 1997).

6. Faktor Sosial Ekonomi


Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan
pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Suatu data
menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang
menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti ke sekolah dengan naik kendaraan dan
kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan
anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer / games,
menonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan
harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.

2.4 Patofisiologi
Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang
diakibatkan asupan energi yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant),
penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,
terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang
tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energi bergantung pada diet seseorang.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas
primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya
kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan
energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar
dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa
lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan
sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan
oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang
diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y
(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan
pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada
sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
2.5 Manifestasi Klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan
meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas adalah sebagai berikut:
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari-jari
yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang
berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada bisep
dan trisepnya.

2.6 Pengukuran Tingkat Obesitas


a. Pengukuran Secara Antropometri
1. Body Mass Index (BMI) / Indeks Massa Tubuh (IMT)

Body Mass Index (BMI) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang
umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori underweight
(kekurangan berat badan), overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas (kegemukan).

Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi
badan (m) pangkat 2.

Klasifikasi nilai IMT :

IMT Klasifikasi

< 17 Sangat kurus

17,0 - 18,5 Kurus

18,5 - 24,9 Normal

25,0 - 29,9 Gemuk


30,0 - 34,9 Obesitas level I

35,0 - 39,9 Obesitas level II

> 40 Obesitas level III

2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)


Untuk menilai timbunan lemak perut dapat dengan mengukur rasio lingkar pinggang
dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP). Rumus yang digunakan cukup
sederhana yaitu sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi
pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80
cm. Jadi jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika
disertai dengan mengukur lingkar pinggang.
3. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks
Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
- Berat Badan Normal = Tinggi Badan (TB) – 100
- Berat Badan Ideal = TB - 100 - 10% (TB – 100)
Bila hasilnya: 90-110% = Berat badan normal, 110-120% = Kelebihan berat badan
(Overweight), > 120% = Kegemukan (Obesitas)

2.7 Resiko Kesehatan Akibat Obesitas


Obesitas berhubungan dengan berbagai risiko kesehatan, yang diringkaskan dalam
table. Risiko kesehatan meningkat secara progresif dengan beratnya derajat obesitas.
Tabel Problem kesehatan yang disebabkan atau diperburuk oleh obesitas
Hal atau tipe masalah Penyakit, Simtom, atau Kesulitan
Hipertensi; penyakit jantung koroner; vena
Kardiovaskular dan resirasi
varikose; sindrom pickwickian.
Non-diabetes melitus tergantung insulin;
Endokrin dan resproduktif
amenore, infertilitas; pre-eklampsia.
Gastrointestinal Kolesistitis dan kolelitiasis; fatty liver
Psikiatri dan sosial Diskriminasi sosial
Osteoartrititis; iritasi dan infeksi kulit,
Muskuloskeletal dan kulit
terutama pada lipatan kulit, striae
Kanker kolon, rektum, prostat,
Keganasan kandundung empedu, buah dada, uterus,
dan ovarium.

2.8 Penatalaksanaan, Tujuan dan Syarat Diet Obesitas


Prinsip pengobatan obesitas adalah mencegah komplikasi dan menurunkan gejala klinis
yang timbul akibat obesitas. Yang kedua adalah pengobatan untuk menurunkan berat
badannya.
a. Diet
Prinsip pengaturan diet pada obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan angka
kecukupan gizi (AKG). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia, derajat
obesitas, dan ada tidaknya penyakit penyerta.
b. Diet rendah karbohidrat
Diet ini sangat efektif, karena dapat mencegah lipogenesis (pembentukan jaringan
lemak), ini dapat diberikan pada penderita obesitas sedang.
c. Olahraga
Tujuan latihan jasmani adalah untuk meningkatkan penggunaan kalori. Untuk
aktivitas ringan dibutuhkan 1.5-2.0 kcal/menit, aktivitas sedang 3.5-7.0 kcal/menit,
pada aktivitas berat 7.4 kcal/menit atau lebih.
d. Pembedahan
Terapi bedah diindikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini
adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan
lambung dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass
dari lambung ke bagian akhir usus halus.

2.9 Tujuan dan Syarat Diet Obesitas


Penderita obesitas (kelebihan berat badan) memiliki ketentuan diet yang bertujuan
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender dan kebutuhan
fisik, mencapai IMT normal, mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat
badan sebanyak ½-1kg perminggu, serta mempertahankan status kesehatan yang optimal.
Syarat diet yang diberikan kepada penderita obesitas antara lain :

1. Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan dilakukan


secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas
maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak ½-1 kg perminggu,
asupan energi dikurangi sebanyak 500-1000 kkal/hari dari kebutuhan normal.
Perhitungan kebutuhan normal dilakukan berdasarkan berat badan ideal.
2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan
energi total.
3. Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Usahakan sumber berasal
dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda.
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total.
Gunakan lebih banyak sumber karbohidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang
dan mencegah konstipasi. Sebagai alternatif, bisa digunakan gula buatan sebagai
pengganti gula sederhana.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
6. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.
7. Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari

2.9 Konsep Dasar Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Gizi berperan penting dalam kesehatan. Gizi mempengaruhi proses tumbuh kembang
pada anak, memelihara kesehatan umum, mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dan
melindungi tubuh terhadap penyakit. Bagi orang sakit, gizi dapat mempengaruhi proses
penyembuhan penyakit, timbulnya komplikasi, lamanya hari rawat dan mortalitas. Oleh karena
itu asupan makanan dalam jumlah dan jenis zat gizi yang sesuai kebutuhan sangat penting bagi
orang sehat maupun orang yang sakit. Status gizi merupakan kondisi keseimbangan asupan zat
gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi baik bila berada dalam keadaan sesuai.
Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat
gizi.
PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan
memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling
gizi dan dietetik, puskesmas, dan masyarakat. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan
tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit, dan berbagai tahap
pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan utilisasi
zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi.
Dalam upaya penanganan problem gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab yang
mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan
pilihan intervensi yang lebih sesuai. Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan
pada status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT
ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif,
pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain
sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT.
Monitoring dan evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan
untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua
tahapan proses asuhan gizi. Contoh pendokumentasian mengenai faktor penyebab masalah gizi
adalah pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi, perilaku, kultur budaya, kurangnya
tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai
gizi, riwayat personal (usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi, serta riwayat sosial dan
sebagainya), kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi, terapi medis bedah atau
terapi lainnya yang berpengaruh pada gizi, kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu,
masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya), dan ketersedian, suplai dan asupan
makanan yang sehat dan air.
Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk
berkomunikasi dan mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi secara
internasional telah dipublikasikan oleh Academy of Nutrition and Dietetics dalam buku
International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual: Standardized
Language for the Nutrition Care Process yang berisi terminologi mengenai 4 langkah Proses
Asuhan Gizi Terstandar

2.10 Contoh Kasus Asuhan Gizi pada Pasien Gizi Lebih/Obesitas

Ny. Risa adalah seorang pedagang baju berusia 48 tahun dengan tinggi badan 155 cm
dan berat badan 79 kg. Ny. Risa bekerja selama 10 jam setiap harinya dipasar dan selama
berjualan Ny. Risa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk sembari menunggui
tokonya. Suaminya Tn. Hendra adalah seorang PNS dan mereka memiliki 2 orang anak.
Ny. Risa sering menyaksikan tayangan kesehatan terutama tentang pengaturan diet.
Tetapi informasi yang didapat hanya didengarkan dan tidak diimplementasikan. Ny. Risa akhir-
akhir ini mengeluh sering pusing dan mudah lelah. Ny. Risa sudah 3 tahun terakhir ini
dinyatakan oleh dokter menderita tekanan darah tinggi. Khawatir dengan keadaan istrinya, Tn.
Hendra membawa istrinya tersebut kontrol ke dokter praktek, dan dilakukan pemeriksaan lab
sebagai berikut :
Kolesterol total = 265 mg/dl
LDL = 155 mg/dl
HDL = 25 mg/dl
Glukosa puasa = 100 mg/dl
Tekanan Darah = 180/90 mmHg
Ny. Risa sangat menyukai makanan yang berlemak dan bersantan, dan 1 hari sebelum
pemeriksaan dilakukan Ny. Risa sempat menghadiri acara aqiqah keluarga jauhnya, dan
mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Di bawah ini merupakan hasil recall makanan Ny. Risa
dalam sehari :
Pagi :
- Nasi 200 gr
- Ayam goreng 2 ptg
- Sayur asam 1 mangkok
- Teh manis 1 gelas
Snack :
- Kolak pisang 1 mangkok dan mendoan 3 buah
Siang :
- Nasi 200 gr
- gule kambing 1 mangkok
- sop kikil 1 mangkok
- lalapan (daun kemangi 50 gr)
- teh manis 1 gelas
Snack :
- Sup buah 1 gls
- krakers 5 buah besar
Malam :
- Mie goreng babat
- jus alpukat

1. Estimasi Kebutuhan Total Energi :


a. BMR = (9,99 x BB) + (6,25 x TB) – (4,92 x U) – 161
= (9,99 x 79) + (6,25 x 155) – (4,92 x 48) – 161
= 789,21 + 968,75 – 236,16 – 161
= 1378,8
b. Aktivitas Fisik = 30% x 1378,8
= 413,64
c. TEF = 10% (1378,8 + 413,64)
= 179,244
d. Energi Total = BMR + AF + TEF
= 1971,68

2. Indeks Massa Tubuh

BB 79
IMT = TB2 (m)= 2,4025 = 32,88

3. Persen Lemak tubuh

Persen lemak Tubuh = (1,2 x BMI) + (0,23 x U) – (10,8 x G) – 5,4


= (1,2 x 32,88) + (0,23 x 48) – (10,8 x 0) – 5,4
= 45,096%

4. Berat Badan Ideal (kg)

BB ideal = ((TB [cm] –100) – 10%)


= ((155-100) – 10%)
= 54,9 kg
5. Hasil Recall
- Energi : 2383.5 kkal
- Karbohidrat : 317.1 gram
- Lemak : 113.8 gram
- Protein : 82.5 gram

6. Asesmen Gizi
a) Food History

Domain Data Interpretasi

Kelebihan energi
sebanyak 450,246 kkal
Total Energy Intake 2801,1 kkal
dari estimasi kebutuhan
energi
Asupan cairan masih
Teh manis, kolak pisang, kurang dan cenderung
Oral Fluid
jus alpukat, sup buah meminum minuman
manis
Konsumsi nasi, ayam Makanan yang
goreng, sayur asam, dikonsumsi mengandung
Type of Food mendoan, sop kikil, gule lemak jenuh yang tinggi
kambing, lalapan, krakers, dan kolestrol tinggi.
mi goreng babat
Kelebihan asupan total

Total Fat 127,5 gram lemak sebesar 175% dari


kebutuhan normal

Sering menonton tayangan Kurangnya kesadaran

Motivation kesehatan tetapi tidak untuk mengubah gaya

mengimplementasikan hidup sehat terkait gizi.

Aktivitas sedang, karena


Berjualan baju selama 10 sebagian besar waktunya
Type Physical Activity
jam untuk menjaga toko

Kesimpulan :
1. Kelebihan asupan energi dan lemak.
2. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
3. Aktivitas fisik yang rendah.
4. Kurangnya kesadaran dalam mengimplementasikan pengetahuan terkait gizi

b) Anthropometry Measurement

Domain Data Interpretasi

155 cm Normal
Height

79 kg Berat badan berlebih


Weight
BMI 32.88 kg/m2 Obesitas tipe 2

Kesimpulan : Ny. Risa tergolong Obesitas tipe II

c) Biochemical Data, Medical Test and Procedures

Domain Data Interpretasi

Partial pressure of carbon Hipertensi


dioxide in arterial blood, 180 mmHg (normal 120 mmHg)
PaCO2
BD 1.1.4 Hipertensi
Partial pressure of oxygen 90 mmHg (normal 80mmHg)
in arterial blood, PaCO2
BD 1.5.1 Normal
100mg/dl
Glucose, fasting

BD 1.7.1 Hiperkolesterol
265 mg/dl (normal 200 mg/dl)
Cholestrol serum

BD 1.7.2 HDL rendah, kurang dari


25mg/dl 50 mg/dl
Cholestrol HDL

BD 1.7.3 LDL tinggi, lebih dari 100


155 mg/dl mg/dl
Cholestrol LDL

Kesimpulan : Ny. Risa mengalami hipertensi dan dislipidemia.

d) Nutrition –Focused Physical Findings

Domain Data Interpretasi

PD 1.1.6 Ny. Risa akhir-akhir ini Keluhan akibat hipertensi


Head and eyes mengeluh sering pusing yang diderita

Tekanan darah tinggi dan


PD 1.1.9 Tekanan Darah = 180/90 tergolong dalam
Vital Signs mmHg hipertensi tingkat 3
Kesimpulan : Ny. Risa digolongkan hipertensi tingkat 3

e) Client History

Domain Data Interpretasi

CH 1.1.1 -
48 tahun
Age
CH 1.1.2 -
Perempuan
Gender
CH 1.1.7 -
Ibu dari 2 orang anak
Role in family
Hasil pemeriksaan dokter
CH 2.1.1
Hipertensi tekanan darah nya =
Patient/client chief
180/90 mmHg. Tergolong
nutrition complaint
dalam hipertensi tingkat 3
Tn. Hendra bekerja
sebagai PNS dan Ny. Keluarga Ny. Risa
CH 3.1.1
Risa sebagai pedagang berpenghasilan cukup.
Socioeconomic factors
baju dipasar dan
memiliki 2 orang anak
CH 3.1.6 Ny. Risa bekerja sebagai -
Occupation pedagang baju

f) Comparative Standards

Domain Data Interpretasi

CS 1.1.1 Kebutuhan normal energi


Total energy estimated 2350,85 kkal yang seharusnya dipenuhi
needs
CS 1.1.2
Penggunaan rumus
Method for estimating Rumus Mifflin
Mifflin dikarenakan Ny.
needs
Risa telah terdiagnosis
memiliki hipertensi.

CS 2.1.1 Total lemak yang


Total fat estimated 65,30 gram/hari seharusnya dikonsumsi
needs
CS 2.2.1 Total protein yang
Total protein estimated 117,54 gram/hari seharusnya dikonsumsi
needs
CS 2.3.1 Total karbohidrat yang
Total carbohydrates 323,24 gram/hari seharusnya dikonsumsi
estimated needs
CS 5.1.1 Berat badan yang
Ideal/reference body 54,9 kg direkomendasikan
weight

CS 5.1.2 BMI yang


2
22,85 kg/m direkomendasikan
Recomended body mass

g) Total fat estimated needs

estimasi konsumsi lemak estimasi energi


= x
100 9

25 2350,854
= 100 x 9

=65,30

h) Total protein estimated need

estimasi konsumsi protein estimasi energi


= x
100 4

20 2350,854
= 100 x 4

=117,54

i) Total carbohydrate estimated need


estimasi konsumsi KH estimasi energi
= x
100 4

55 2350,854
= 100 x 4

=323,24

7. Diagnosis Gizi
Masalah Diagnosis

1. Kelebihan asupan makanan 1. Ketidakinginan untuk mengurangi


asupan energi
2. Aktivitas fisik rendah 2. Keterbatasan waktu untuk
3. Kebiasaan mengonsumsi berolahraga
makanan tinggi lemak 3. Ketidaksiapan untuk merubah
kebiasaan makan

Berdasarkan data assesmen yang telah kami dapatkan, diketahui Ny. Risa usia 48
tahun, dengan tinggi badan 155 cm dan berat badan 79 kg, mengalami kelebihan asupan
lemak sebesar 175% dari kebutuhan normalnya. Hal ini diperkuat dengan data biokimia
yaitu kadar kolesterol serum sebesar 265 mg/dl dari kadar kolesterol serum normal sebesar
<200 mg/dl. Selain itu, tekanan darah dari Ny. Risa mencapai 180/90 mmHg di mana hasil
tersebut tergolong dalam hipertensi tingkat 3.

Dari hasil pemeriksaaan antropometri, didapatkan IMT Ny. Risa adalah 32.88 kg/m2,
yang masuk ke dalam kategori Obesitas tipe 2. Hal ini disebabkan karena Ny. Risa gemar
mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh yang dan kolestrol. Dari uraian data yang
telah kami dapatkan dari hasil assesmen di atas, kami menyimpulkan bahwa diagnosis gizi
untuk Ny. Risa yaitu kelebihan asupan energi (P) berkaitan dengan kebiasaan mengonsumsi
makanan tinggi lemak (E) yang ditandai dengan dislipidemia, hipertensi serta obesitas tipe
2 (S).

8. Intervensi Gizi

a. Tujuan Intervensi
- Menurunkan berat badan
- Menurunkan tekanan darah
- Meningkatkan pengetahuan dalam memilih makanan yang tepat dan bergizi
- Mengubah perilaku dan kebiasaan makan.

b. Preskripsi Diet
- Modifikasi zat gizi dengan menurunkan jumlah asupan sebesar 500 kkal/
hari
- Jenis diet yang diberikan berupa makanan tinggi serat, rendah sodium dan
rendah lemak jenuh, tekstur padat dengan frekuensi normal (3x sehari)
- Memberikan edukasi terkait dengan zat gizi dan perilaku kebiasaan makan.

c. Implementasi
- Memberikan diet sebesar 1970,8 kkal setiap harinya dan diterapkan selama
6 bulan pertama.
- Meningkatkan aktivitas fisik berupa berenang, jalan cepat dan sepeda
selama 30 menit seminggu maksimal 4 kali
- Melakukan edukasi gizi tentang pola makanan selama 15 menit minimal
sebulan sekali
- Mengadakan konseling gizi mengenai menu makanan yang tepat minimal
sebulan sekali selama 30 menit
- Memberikan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan serta pemberian
diet rendah lemak dan tinggi serat (menu terlampir)

9. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Masalah Intervensi Monitoring Evaluasi

Kelebihan asupan 1. Pemberian 1. Pemantauan asupan 1. Didapatkan


lemak diet rendah lemak dengan metode penurunan profil
lemak (asupan food recall ( 1 x / bulan) lipid Kolesterol
dan LDL darah
lemak ± 65.3 2. Pemantauan asupan serta
gr/ hr) kalori dengan metode meningkatnya
food recall ( 1 x / bulan) HDL.
2. Didapatkan
2. Pemberian penurunan
menu dengan kalori secara
kalori bertahap
±2350,854
Kelebihan berat Pemberian menu Pemantaun terhadap berat Didapatkan data
badan dengan makan sesuai badan pasien, ditinjau dari antropometri pasien
IMT 32.88 kg/m2 dengan kebutuhan data antropometri dan yang menunjukan
(masuk dalam normal secara asupan makan pasien adanya penurunan
kategori Obese 2) bertahap berat badan, dari 79
kg menjadi 54 kg
secara berangsur-
angsur dan
mencapai IMT
normal

Rendahnya Pemberian Pemantauan terhadap Menjadi rajin


aktivitas fisik. motivasi untuk peningkatan aktivitas fisik berolahraga seperti
aktivitas fisik, atau olahraga pasien, baik berenang,
terutama dari segi jenis olahraga bersepeda dan jalan
olahraga. maupun frekuensi olahraga. cepat dengan
frekuensi setiap
hari minimal 30
menit

Pembahasan Contoh Kasus Asuhan Gizi pada Pasien Gizi Lebih/Obesitas


Banyak faktor penyebab yang berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas
diantaranya meningkatnya porsi makan, tingginya frekuensi makan dan aktivitas sedenter.
Obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit Diabetes tipe 2, HTN, stroke,
kanker, menurunnya kesuburan dan kondisi lainnya. Berdasarkan data assessment, Ny. Risa
memiliki masalah utama yaitu pada tingginya asupan energi yang berasal dari lemak. Dari
data biokimia, Ny. Risa mengalami dislipidemia yang ditandai dengan tingginya kadar
kolesterol total, tingginya kadar LDL, dan rendahnya kadar HDL dalam tubuh.
Asupan tinggi lemak, terutama lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL
karena asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi dan mudah membentuk radikal
bebas. Asam lemak jenuh dalam diet, berhasil menurunkan kadar kolesterol total dan K-
LDL tanpa menurunkan K-HDL (kolesterol HDL), sehingga dapat menurunkan risiko
penyakit jantung koroner.
Konsumsi lemak total maksimal per hari yang dianjurkan adalah 30% dari energi total,
yang meliputi 10% asam lemak jenuh (SFA), 10% asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA)
dan 10% asam lemak tak jenuh jamak(PUFA). Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA)
ternyata memiliki efek membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan kemungkinan
juga dari VLDL, serta menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein beta di dalam
hati. Selain berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner juga berperan penting
dalam transport dan metabolisme lemak, fungsi imun, dan mempertahankan fungsi dan
integritas membran sel.
Masalah lain yang dialami Ny. Risa adalah rendahnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik
memiliki peran penting dalam penurunan berat badan. Menurut penelitian di negara maju,
individu yang memiliki aktivitas yang rendah memiliki resiko peningkatan berat badan
sebesar 5 kg. Aktivitas fisik merupakan variabel penting dalam energi ekspenditur yang
dapat meningkatkan keefektivitasan dari intervensi untuk menurunkan berat badan. Tingkat
kecukupan aktivitas fisik direkomendasikan selama 60 sampai 90 menit per hari oleh
USDA.
Ny. Risa memiliki antusiasme yang tinggi terhadap informasi-infomasi tentang
kesehatan. Terbukti dengan seringnya Ny. Risa menonton tayangan kesehatan di televisi.
Akan tetapi, Ny. Risa tidak memiliki keinginan untuk memulai hidup sehat terutama dalam
mengonsumsi makanan. Oleh karena itu, dibutuhkan program edukasi maupun konseling
terkait pengetahuan tentang gizi dan makanan sehat.
Selain itu, Ny. Risa memiliki masalah yaitu tekanan darah yang tergolong tinggi
diikuti dengan aktivitas fisik yang kurang. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko
terserang penyakit hipertensi. Individu obese mengalami aktivasi saraf simpatis yang
berperan penting dalam terjadinya hipertensi pada obesitas. Diet tinggi lemak dan
karbohidrat meningkatkan konsentrasi norepinefrin di jaringan perifer. Hal ini
menyebabkan stimulasi reseptor a1 dan b-adrenergik dan meningkatkan aktivitas saraf
simpatis serta hipertensi. Peningkatan aktivitas saraf simpatis sangat umum terjadi pada
individu obes dan bila terjadi dalam waktu lama akan meningkatkan tekanan arteri serta
vasokonstriksi perifer.
Penurunan berat badan adalah terapi utama pada obesitas dengan hipertensi.
Pencegahan kenaikan berat badan berlebih akan mengurangi risiko kenaikan tekanan darah
selanjutnya. Aktivitas fisik secara teratur serta mengurangi gaya hidup sedentary akan
mengoptimalkan penurunan berat badan dan mencegah hipertensi. Modifikasi diet dan
pendidikan keluarga akan sangat membantu tatalaksana hipertensi pada obesitas. Penelitian
menunjukkan bahwa pengaturan gaya hidup seperti penurunan berat badan, meningkatkan
konsumsi tinggi serat dan rendah lemak, mengurangi asupan garam, dan meningkatkan
aktivitas fisik dapat mencegah terjadinya hipertensi. Berat badan berkaitan erat dengan
tekanan darah, dan peningkatan berat badan yang berlebih diikuti oleh peingkatan tekanan
darah. Karena itu mempertahankan berat badan normal dapat mencegah terjadinya
hipertensi pada saat dewasa.
Dari data tersebut kami menyimpulkan bahwa diagnosis untuk Ny. Risa adalah
kelebihan asupan energi (P) berkaitan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi
lemak (E) yang ditandai dengan dislipidemia, hipertensi serta obesitas tipe 2 (S). Penurunan
berat badan berhubungan dengan penurunan tekanan darah. Penurunan berat badan
sebanyak 10 kg dapat menurunkan angka sistol sebesar 7mmHg. Semakin besar berat badan
yang diturunkan maka semakin besar pula angka sistol yang turun.
Selain menurunkan berat badan dapat dilakukan beberapa diet untuk menurunkan
sistol, antara lain :
1. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
Merupakan cara diet sehat untuk mencegah hipertensi. DASH diet
menerapkan makanan rendah sodium namun tinggi potasium, kalsium, dan
magnesium. DASH diet mampu menurunkan tekanan darah sekitar 8-
14mmHg. Contoh bahan makanan yang dianjurkan oleh DASH diet yaitu
sereal, oatmilk, tomat, brokoli, bayam, pisang, kismis, kiwi dan lain- lain.
2. Sodium Restriction
Dengan mengurangi konsumsi sodium kurang dari 2400mg atau setara
dengan 6gram perhari dianggap mampu menurunkan tekanan darah berkisar
2-8mmHg.
Apabila intervensi berat badan gagal, maka frekuensi konseling akan ditingkatkan
sehingga terbentuk motivasi dan komitmen Ny. Risa untuk menuju berat badan ideal.
Hal ini dapat diatasi dengan intervensi sebagai berikut :
- Menurunkan berat badan
- Menurunkan tekanan darah
- Meningkatkan aktivitas fisik
- Meningkatkan pengetahuan dalam memilih makanan yang tepat dan bergizi
- Memberikan konseling gizi
- Meningkatkan asupan mineral dan vitamin agar tercapainya keseimbangan
zat gizi

Maka dari itu, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat keberhasilan
intervensi. Monitoring dilakukan dengan cara :

1. Pemantauan asupan lemak dengan metode food recall (1x/bulan)


2. Pemantauan asupan kalori dengan metode food recall (1x/bulan)
3. Pemantaun terhadap berat badan pasien, ditinjau dari data antropometri dan asupan
makan pasien
4. Pendampingan terhadap pengetahuan gizi pasien hingga pasien mau mengurangi
konsumsi makanan tinggi lemak.
5. Pendampingan terhadap kebiasaan konsumsi asupan lemak dan kolesterol.
6. Pemantauan terhadap peningkatan aktivitas fisik atau olahraga pasien, baik dari segi
jenis olahraga maupun frekuensi olahraga.
Lampiran
Hasil Recall

Waktu Contoh Menu Bahan Berat URT Penukar

Pagi Teh manis Gula 13 gr 1 sdm 1 gula


Nasi Nasi 200 1 ½ gls 2 karbohidrat
ayam goreng Ayam gr110 2 ptg sdg 2 hewani
sayur asam Sayuran B gr 1 ½ gls 1 ½ sayuran
Minyak 150 gr 1 sdt 1 minyak
5 gr
Snack Kolak pisang Buah 90 gr ¾ bh bsr 1 buah
pagi Gula 13 gr 1 sdm 1 gula
Santan 40 gr 1/3 gls 1 lemak
mendoan
Tempe 50 gr 2 ptg sdg 1 protein
Tepung terigu 50 gr 5 sdm 1 karbohidrat
Minyak 5 gr 1 sdm 1 lemak
Siang Nasi Nasi 200 gr 1½gls 2 karbohidrat
Gulai Kambing Daging kambing 100 gr 4 potong sdg 2 nabati
Santan 40 gr 1/3 gelas 1 lemak
Sop kikil Kikil 50 gr 2 ptg 1 hewani
Sayuran B 50 gr 1 gelas 1 nabati
Lalapan Sayuran A 50 gr 1 gelas 1 nabati
Teh manis Gula 13 gr 1 sdm 1 gula

Snack Sup buah Gula 13 gr 1 sdm 1 gula


sore Pepaya 25 gr ½ potong sdg ½ buah
Semangka 25 gr ½ potong sdg ½ buah
Apel 25 gr ½ potong sdg ½ buah
Melon 25 gr ½ potong sdg ½ buah
Krekes Krekes 50 gr 5 buah besar 1 karbohidrat
Malam Mi goreng babat Mi basah 100 gr 1 gls 1 karbohidrat
Babat 60 gr 2 ptg sdg 1 hewani
Minyak 5gr 1 sdm 1 lemak
Jus alpukat Alpukat 110 gr 1 ptg sdg 1 buah
Gula 13 gr 1 sdm 1 gula

Total energi 2383.5 kkal


Total Karbohidrat 317.1 gram
Total Protein 113.8 gram
Total Lemak 82.5 gran
Rekomendasi Menu

Waktu Contoh Menu Bahan Berat URT Penukar


Pagi Jus Jeruk peras Jeruk 110 gr 1 ptg sdg 1 buah
Nasi Nasi 100 gr ¾ gls 1 kardohidrat
Ikan kakap bakar Ikan kakap 55 gr 1 ptg sdg 1 karbohidrat
madu Sayuran B 100 gr 1 gls 1 hewani
Pepes jamur Minyak 5 gr 1 sdt 1 sayuran
Semur tahu Tahu 55 gr 1 ptg bsr 1 minyak
Susu Susu skim 30 gr 6 sdm 1 nabati
1 susu
Snack Apel Buah 110 gr 1 bh bsr 1 buah
pagi Kue pia kacang hijau Biskuit 40 gr 4 bh 1 karbohidrat

Siang Nasi Nasi 100 gr ¾ gls 1 karbohidrat


Sop ayam Sayuran B 50 gr ½ gls ½ sayuran
Telur dadar Ayam 25 gr ½ ptg sdg ½ hewani
Pepaya Telur 55 gr 1 btr sdg 1 hewani
Ikan mas bumbu Minyak 5 gr 1 sdm 1 minyak
kuning Buah 110 gr 1 ptg bsr 1 buah
Semangka Ikan 50 gr 1 ptg sdg 1 hewani
Kripik tempe Buah 110 gr 1 ptg sdg 1 buah
Tempe 15 gr 1/3 ptg sdg 1/3 nabati
Snack Jus alpukat Alpukat 110 gr 1 bh 1 buah
sore Roti panggang Roti 70 gr 2 ptg sdg 1 karbohidrat

Malam Nasi Nasi 100 gr 1 gls 1 karbohidrat


Oseng-oseng daging Daging kerbau 35 gr 1 ptg sdg 1 hewani
Brokoli saus tiram Sayuran B 50 gr ½ gls ½ sayuran
Krupuk Tapioka 20gr 5 sdm ¼karbohidrat
Jeruk Minyak 5 gr 1 sdm 1 minyak
Sayur bayam wortel Buah 110 gr 1 bh 1 buah
Ikan mas pepes Sayuran B 50 gr ½ gls ½ sayuran
Ikan mas 55 gr 1 ptg sdg 1 nabati

Snack Susu Susu skim 30 gr 6 sdm 1 susu


malam Biskuit kering/bolu Biskuit 40 gr 4 bh bsr 1 karbohidrat
kering
Total Kalori 1970,8 kkal
Total Lemak 52,2 gram
Total Karbohidrat 298gram
Total Protein 90,9 gram

Catatan :
Pemberian menu diet pada Ny. Risa tidak langsung diberikan menu diet sesuai
dengan kebutuhanya, yaitu sebesar ±2350,854 kkal, karena mengingat Ny. Risa memiliki
status obes 2, dan mungkin akan sulit mengubah kebiasaan makan Ny. Risa. Sehingga,
penurunan kalori pada menu diet dilakukan secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/DOCUMENTS/SMT%204/DIETETIKA%20DASAR/buku-PAGT.pdf

https://www.academia.edu/31768254/ASUHAN_GIZI_I_KASUS_OBESITAS

http://anggiseptria.blogspot.co.id/2014/12/keseimbangan-diet-pada-pasien-obesitas.html

1. American Dietetic Association, 2011, International Dietetics & Nutrition Terminology


(IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 3rd
Edition. Chicago, IL.
2. American Dietetic Association, 2012, International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 1rd
Edition. Chicago, IL.
3. Academy of Nutrition and Dietetics, 2013, International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 4rd
Edition. Chicago, IL.
4. Charney, P., Malone, A.M., Nutrition Assessment, 2009, American Dietetic Association,
Chicago
5. Departemen Kesehatan RI, 2008, Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
6. Depkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi RumahSakit, 2006
7. Journal of Academy of Nutrition and Dietetics, June 2013 Supplement 2.
8. Joint Commission International, 2011, Accreditation Standars For Hospital 4th Edition. USA
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi .
11. Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
12. PERSAGI dan ASDI, 2009, Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
13. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). 2013. Jakarta

24
14. Nelsm, M dkk. Nutrition Therapy and Pathofisiology, edisi ke 2, 2009.
15. Mahan, L.K., Stump, S.E., Raymond, J.L., 2012, Krause’s Food and the Nutrition Care
Process, edisi ke 13, St. Louis Missouri, United States of AmericaAnwar,
S.,.(2005). Obesitas dalam Masyarakat. Jakarta: Yudisthira.
16. Leonberg, B.L., Pediatric Nutrition Assessment, 2008, American Dietetic Association,
Chicago
17. Scope of practice: “The range of roles, functions, responsibilities, and activities that food
and Nutrition professionals are educated and authorized to perform“ (JADA, 2008)
18. Terminologi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Asosiasi Dietisien Indonesia. DPC Jawa Barat.
19. Guyton & Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 12. Jakarta: EGC.
20. Isnaini, Sartono, A.,. & Winaryati, E.,.(2012). Hubungan Pengetahuan Obesitas dengan
Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada Ibu Rumah Tangga di Desa Pepe Krajan
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan vol. 1 no. 1.
21. Octari, C.,. Liputo. N.,. I.,. & Edison.(2014). Hubungan Status Sosial dan Ekonomi dan
Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang.
22. Rimbawan & Siagian, A.,.(2004). Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya
23. Sudoyo, A.,W., et al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
24. Wong & Whaley’s. (2002). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Ed 4. Jakarta: EGC
25. WHO. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.
26. Krause’e KMS-S. Food and Nutrition Therapy. 12 ed. St. Louwis: Saunders Elsevier; 2008.
27. Marcia Nelms KPS, Karen Lacey SLR. Nutrition Therapy and Phatophysiology. second ed.
Belmont: Cengage Learning; 2011.
28.Sharon Rady Rolfes, Kathryn Pinna, Ellie Whitney. Understanding Normal and Clinical
Nutrition. Eight ed. Belmont: Cengage Learning;2009.
29. Subardja D. Obesitas Primer pada Anak: Diagnosis, Patogenesis dan Patofisiologi. Edisi
ke-1. Bandung: Kiblat;2004

25

You might also like