You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda namun tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merujuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif, seperti tinggi badan,
berat badan, dan lingkar kepala, sedangkan perkembangan adalah perubahan dan peningkatan
kemampuan secara bertahap, seperti kemampuan motorik, sensorik, bahasa, dan sosial
(Hockenberry & Wilson, 2012) (Syafitri, dkk, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan
mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering
juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi
apabila terjadi kelainan. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Deteksi dini penyimpangan perkembangan pada anak merupakan tema
global utama dalam pelayanan kesehatan anak secara modern. (Wiwin, A., Khoiroh, S. 2018)

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang serius bagi


negara maju dan berkembang di dunia. Angka kejadian di Amerika Serikat berkisar 12-16%,
Argentina 22%, dan Hongkong 23%. Profil Keshetan Indonesia tahun 2011 meununjukkan
bahwa 13-18% mengalami keterlambatan perkembangan. (Usman H. et al, 2016). Menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan terhadap 2.634 anak
dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan untuk perkembangan ditemukan normal sesuai
dengan usia 53%, meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%,
penyimpangan perkembangan sebanyak 34%. Dari penyimpangan perkembangan, 10%
penyimpangan pada motorik kasar (seperti berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti menulis,
memegang benda), 44% bicara bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian.

Berdasarkan data tersebut, angka penyimpangan perkembangan di Indonesia masih cukup


besar. Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan terhadap tahap-tahap perkembangan
balita serta sikap dan keterampilan orang tua yang masih kurang dalam hal pemantauan
perkembangan balita. Selain itu pemberian pengetahuan pada orang tua tentang cara
menstimulasi perkembangan anak juga belum diberikan di Posyandu. Padahal sebagian besar
orang tua belum mampu memberikan stimulasi pada anak.

1
Berdasarkan UPT Kesmas Payangan jumlah balita pada desa Kerta tahun 2018 sejumlah
276 balita dengan masing-masing memiliki buku KIA. Salah satu banjar di Desa Kerta
khususnya Banjar Pilan memiliki 53 Balita. Namun, tidak terdapat pencatatan mengenai deteksi
dini tumbuh dan kembang khususnya dibanjar pilan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
dan keterampilan kader Posyandu dalam mendeteksi dini penyimpangan perkembangan anak.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada orang tua yang memiliki balita
di Banjar Pilan masih banyak yang belum memahami perkembangan anaknya baik dari
pengetahuan maupun ketrampilan dalam menstimulasi perkembangan anaknya.

Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa pengetahuan dan keterampilan orang tua
dan kader posyandu dalam menstimulasi perkembangan balita masih kurang. Hal tersebut dilihat
dari belum adanya pencatatan mengenai deteksi dini tumbuh dan kembang, wawancara dengan
ibu-ibu balita, serta, pengataman langsung kepada balita di Banjar Pilan. Maka dari itu
diperlukan salah satu upaya berupa penyuluhan mengenai tahap-tahap dan stimulasi
perkembangan pada balita sehingga dapat mendeteksi dini dan pemantauan perkembangan balita
yang teratur dan berkesinambungan.

2
BAB II
ANALISIS SITUASI BANJAR

Desa Kerta termasuk ke dalam lingkungan wilayah Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar,
Provinsi Bali. Jarak desa ke pusat kota kecamatan 11 km dengan waktu tempuh kurang lebih 20
menit dan ke pusat kabupaten 39 km dengan waktu tempuh kurang lebih 90 menit. Akses
menuju setiap banjar yang ada di Desa Kerta sudah baik yaitu dengan adanya jalanan beraspal
yang dapat dilewati kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil. Secara geografis
Desa kerta berbatasan dengan:
 Sebelah Utara : Desa Banua dan Manguh, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli
 Sebelah Selatan : Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar
 Sebelah Barat : Desa Buahan dan Buahan Kaja, Payangan, Kabupaten Gianyar
 Sebelah Timur : Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar
Desa Kerta terbentang seluas 1.721 Ha yang dibagi menjadi wilayah pemukiman 33,55
Ha, persawahan 177,25 Ha, tanah kering/ladang/perkebunan 845,09 Ha, area hutan seluas
342,16 Ha dan fungsi lainnya (fasilitas umum, pura, setra, jalan, lapangan dan lainnya) seluas 27
Ha. Desa ini terbagi kedalam 8 banjar dinas dan 8 desa adat yaitu Kerta, Penyabangan, Marga
Tengah, Mawang, Seming, Pilan, Saren dan Bunteh.
Desa Kerta memiliki iklim tropis dengan suhu mencapai 26-31 derajat celcius. Jumlah
penduduk Desa Kerta tahun 2018 yaitu 5.580 orang. Sebanyak 3.303 orang Desa Kerta bekerja
di sektor pertanian dan perkebunan, sehingga menjadikan desa ini sebagai kawasan desa agraris
dengan komoditi pertaniannya yang kuat, sementara 40 orang adalah PNS/Pegawai/Karyawan,
26 orang pengrajin industri rumah tangga lainnya, 530 orang sebagai peternak, dokter swasta 2
orang, bidan swasta 3 orang, pengusaha 54 orang, seniman 2 orang, pegawai swasta 51 orang,
pelajar 1.024 orang, tamat SD/sederajat 1.062 orang dan tamat SMP/sederajat 334 orang. Secara
keseluruhan perekonomian Desa Kerta di dominasi di bagian sektor pertanian. Sektor pertanian,
terutama pertanian lahan basah masih menjadi tumpuan masyarakat desa kerta terutama bagi
penduduk usia tua dan penduduk putus sekolah. Pola tanam yang diterapkan pada pertanian
lahan basah adalah padi, jeruk dan palawija tetapi pada umumnya masyarakat lebih sering dan
lebih suka menanam padi dan jeruk.

3
Untuk pelayanan kesehatan di Desa Kerta terdapat 1 pustu, 1 polindes, 9 posyandu, 2
tempat praktek dokter swasta dan 1 klinik swasta, hal tersebut menunjukkan pelayanan kesehatan
di Desa Kerta sudah cukup memadai. Masing-masing banjar dinas telah memiliki posyandu yang
aktif dalam kegiatan kesehatan ibu dan bayi serta adanya puskesmas pembantu dan poskesdes
yang merupakan tempat pelayanan kesehatan terdekat bagi penduduk Desa Kerta.
Salah satu banjar dinas yang terdapat di Desa Kerta adalah Banjar Dinas Pilan. Banjar Pilan
terletak di ujung barat Desa Kerta. Batas-batas banjar Pilan yaitu:
 Sebelah Utara : Banjar Margatengah
 Sebelah Selatan : Sungai Campuhan, Banjar Bunteh dan Banjar Penyabangan
 Sebelah Timur : Sungai Sudamala dan Banjar Penyabangan
 Sebelah Barat : Sungai Saren dan Banjar Saren
Terdapat beberapa tempat umum di wilayah Banjar Pilan seperti balai banjar, Kebun
Raya Gianyar, Bumi Perkemahan Puncak Sari dan pura. Banjar Pilan memiliki 173 kepala
keluarga (KK) dan sebanyak 53 KK memiliki balita dengan total balita yang ada di banjar
tersebut sebanyak 56 balita. Dari 56 balita terdapat satu balita balita dengan status gizi kurang,
satu balita dengan gizi lebih dan satu balita yang jarang mengunjungi Posyandu namun tidak
terdapat catatan mengenai deteksi dini penyimpangan perkembangan balita. Banjar Pilan
memiliki beberapa pura yaitu Pura Puseh, Pura Dalem, Pura Balai Agung, Pura Puncak Tegeh,
Pura Puncak Sari, Pura Pengangon, Pura Tegal Sua, Pura Mrajapati, Pura Catur Bhuana, Pura
Pasek Gelgel, Pura Pasek Kayu Selem dan Pura Pasek Pulasari. Sebagian besar warga Banjar
Pilan mayoritas bekerja di bidang perkebunan. Hasil alam Banjar Pilan yang paling banyak yaitu
jeruk dan sayuran. Pola hidup warga Banjar Pilan sudah cukup baik, namun masih ada beberapa
warga Banjar yang belum menyadari pentingnya kesehatan.
Sebagian warga Banjar Pilan memiliki potensi di bidang perkebunan dan perternakan.
Banyak warga yang memiliki kebun yang cukup luas dan ternak yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan hasil alam sehingga mampu meningkatkan penghasilan warga Banjar Pilan.
Potensi tersebut sudah dimanfaatkan oleh sebagian besar warga Banjar Pilan.

4
BAB III
PERMASALAHAN

Angka penyimpangan perkembangan di Indonesia masih cukup besar. Hal ini


dikarenakan masih rendahnya pengetahuan terhadap tahap-tahap perkembangan balita serta sikap
dan keterampilan orang tua yang masih kurang dalam hal pemantauan perkembangan balita.
Selain itu pemberian pengetahuan pada orang tua tentang cara menstimulasi perkembangan anak
juga belum diberikan di Posyandu maupun fasilitas kesehatan lainnya. Sehingga sebagian besar
orang tua belum mampu memberikan stimulasi pada anak.

Berdasarkan data yang di peroleh UPT Kesmas Payangan jumlah balita pada desa Kerta
tahun 2018 sejumlah 276 balita dengan masing-masing memiliki buku KIA. Salah satu banjar di
Desa Kerta yaitu Banjar Pilan memiliki 53 Balita. Pemanfaatan buku KIA masih belum
maksimal terbukti dari tidak tercatatnya perkembangan balita padahal perkembangan merupakan
suatu hal yang dapat menunjang kehidupan nantinya. Maka dari itu diperlukan deteksi dini
perkembangan khususnya dibanjar pilan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kader Posyandu dalam mendeteksi dini penyimpangan perkembangan anak.

5
BAB IV
PERUMUSAN PROGRAM KERJA

4.1 Jenis Kegiatan


Kelas Ibu Balita Sadar Tumbuh Kembang Menuju DesaLayak Anak

4.2 Alokasi Waktu


1 minggu yaitu dari tanggal 27 Januari 2019 – 2 Februari 2019 sejak persiapan hingga evaluasi.

4.3 Jadwal Pelaksanaan


Rabu, 30 Januari 2019 : Penyuluhan di Wantilan Bumi Perkemahan Puncak Sari Banjar Pilan

4.4 Biaya
1. Leaflet : Rp 50.000,00
2. Spanduk : Rp. 30.000,00

4.5 Keterlibatan
1. Masyarakat (ibu-ibu yang memiliki balita)
2. Kader di Banjar Pilan
3. Kelian Banjar Pilan

4.6 Cara Memantau dan Mengevaluasi Kegiatan


Luaran Program
Output :
1. Kegiatan dapat dihadiri oleh ibu yang memiliki balita sebanyak 30 orang.
2. Penyuluhan dapat berjalan sesuai dengan jadwal yaitu pada tanggal Rabu, 30 Januari
2019.
3. Lima orang mengajukan pertanyaan setelah pemaparan materi.
Outcome:
1. Mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan balita di Desa Kerta Payangan
secara umum, khususnya di Lingkungan Banjar Pilan, Desa Kerta, Payangan

6
BAB V

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM

5.1 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 minggu sejak tanggal 5 Februari 2018 sampai dengan 24
Februari 2018. Kegiatan ini diawali dengan identifikasi masalah yang dilaksanakan pada
minggu pertama dan pelaksanaan program pada minggu kedua. Lokasi yang digunakan
adalah Banjar Gambih, Desa Buahan, Payangan, Gianyar. Identifikasi masalah dilaksanakan
melalui survey yang dilakukan pada minggu pertama. Berdasarkan hasil survey tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah yang terdapat di Banjar Gambih yaitu tingginya angka penyakit
TB. Kurangnya pengetahuan dan perilaku warga mengenai penyakit TB merupakan salah
satu penyebab tingginya angka kejadian TB di Banjar Gambih. Selain TB, berdasarkan
wawancara kepada kelian banjar ditemukan masalah yaitu adanya kafe remang-remang di
Banjar Gambih yang dapat memudahkan penyebaran NAPZA.
Pada akhir minggu pertama dilakukan diskusi dengan pembimbing mengenai hasil
identifikasi masalah. Kurangnya pengetahuan dan perilaku warga mengenai penyakit TB dan
NAPZA merupakan dua masalah utama yang perlu ditangani untuk meminilasir penularan
penyakit TB dan penggunaan NAPZA mengingat Desa Buahan khususnya dan Kecamatan
Payangan pada umumnya merupakan daerah tujuan pariwisata yang cukup sering untuk
dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Untuk menangani masalah tersebut
maka direncanakan sebuah program untuk meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku
warga yaitu promosi kesehatan mengenai penyakit TB dan NAPZA
Pada awal minggu kedua dilaksanakan persiapan sarana dan prasarana berupa leaflet,
masker, serta mempersiapkan pre test dan post test yang digunakan untuk mengevaluasi
pengetahuan peserta kegiatan promosi kesehatan. Selain itu juga dilakukan koordinasi
kepada kelian adat untuk teknis pelaksanaan penelitian. Setelah seluruh sarana dan prasarana
tersedia, selanjutnya dilakukan promosi kesehatan mengenai TB dan NAPZA. Pelaksanaan
program promosi kesehatan mengenai TB dan NAPZA dimulai dari tanggal 16-20 Februari
2018. Penyuluhan TB dan NAPZA dilakukan secara bersamaan dengan cara door to door
yaitu memasuki satu per satu rumah warga Banjar Gambih dan mengumpulkan anggota
keluarga serta diberikan peyuluhan secara bersama-sama. Penyuluhan diawali dengan

7
perkenalan mahasiswa dan penjelasan singkat mengenai kegiatan yang akan dilakukan
kemudian dilanjutkan dengan pemberian pre test untuk mengukur tingkat pengetahuan warga
sebelum dilakukan promosi kesehatan. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi
mengenai TB berupa pengertian penyakit TB, penyebab, cara penularan, gejala, pengobatan
termasuk kepatuhan berobat, serta cara pencegahan dan pemberian materi mengenai NAPZA
yang meliputi jenis-jenis, gejala, serta dampak jangka panjangnya. Sebelum pemaparan
materi, dilakukan pemberian leaflet kepada peserta penyuluhan. Setelah pemaparan materi
selesai, warga diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami selama
pemaparan materi. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemberian post test untuk evaluasi
peningkatan pengetahuan warga setelah mendapatkan promosi kesehatan dan diakhiri dengan
pemberian masker gratis. Selain pemberian materi dengan cara memasuki satu per satu
rumah warga, mahasiswa juga memberian promosi kesehatan mengenai TB dan NAPZA
bersamaan dengan diselenggarakannya kegiatan posyandu. Penyuluhan diberikan kepada
seluruh orang tua yang sedang mengantar anaknya ke posyandu. Total jumlah warga yang
telah di berikan penyuluhan sebanyak 92 orang.
Tahap pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan berjalan dengan baik. Pada saat
pemaparan materi terlihat bahwa peserta antusias dalam mendengarkan materi dan menerima
informasi yang dipaparkan. Partisipasi peserta penyuluhan cukup aktif dapat dilihat dari
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta pada waktu sesi tanya jawab.

5.2 Evaluasi Kegiatan


Evaluasi hasil kegiatan dilihat berdasarkan adanya peningkatan pengetahuan warga mengenai
TB dan NAPZA yang dinilai dari hasil pre test dan post test saat penyuluhan. Jumlah peserta
penyuluhan terdiri dari 92 orang yang terdiri dari 74 perkarangan rumah yang masing-masing
pekarangan diwakili oleh satu anggota keluarga serta 18 orang merupakan peserta posyandu.
Berdasarkan hasil dari pre test mengenai TB didapatkan sebanyak 12 peserta (13.04%)
memiliki pengetahuan baik, 34 peserta (36.95%) memiliki pengetahuan cukup, dan 46
peserta (50.00%) memiliki pengetahuan kurang. Setelah dilakukan penyuluhan terdapat
peningkatan pengetahuan yaitu sebanyak 49 peserta (53.26%) yang memiliki pengetahuan
cukup, 39 peserta (42.39%) memiliki pengetahuan baik serta 4 (4,34%) orang memiliki
pengetahuan kurang.

8
Hasil pre test mengenai NAPZA didapatkan sebanyak 16 peserta (17.39%) memiliki
pengetahuan baik, 40 peserta (43.47%) memiliki pengetahuan cukup, dan 36 peserta
(39.13%) memiliki pengetahuan kurang. Setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan
pengetahuan yaitu sebanyak 63 peserta (68.47%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 29
peserta (31.52%) memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan hasil pre test dan post test tampak
adanya peningkatan pengetahuan yang cukup signifikan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada 5 orang penderita TB yang terdapat di
Banjar Gambih, terlihat telah terjadi perubahan perilaku setelah dilakukannya penyuluhan.
Lima orang penderita TB tersebut sudah mau menggunakan masker saat berinteraksi dengan
orang lain khususnya saat sedang batuk atau bersin serta tidak meludah disembarang tempat.
Selain itu 3 orang penderita TB tersebut sudah memperbaiki ventilasi kamar dan menjaga
kebersihan kamar sehingga kamar terlihat tidak lembab seperti sebelum dilakukan
penyuluhan.

5.3 Hambatan
Hambatan dari kegiatan ini adalah sulitnya mengumpulkan masyarakat secara bersamaan.
Menurut kelian banjar, dikatakan sejak 6 bulan yang lalu partisipasi masyarakat Banjar
Gambih sangat kurang dalam mengikuti kegiatan rapat banjar. Selain itu tidak tersedianya
tempat untuk penyuluhan untuk seluruh warga banjar juga merupakan salah satu hambatan
dalam pelaksanaan program ini. Hal ini dikarenakan saat ini Balai Banjar Gambih sedang
dalam proses pembangunan. Hal lain yang menyebabkan tidak bersedianya warga berkumpul
untuk dilakukan penyuluhan adalah karena adanya upacara adat baik odalan dan upacara
ngaben yang dilaksanakan pada saat yang sama dengan waktu dilaksanakannya penyuluhan.

9
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari semua kegiatan yang dilakukan selama PGC di Banjar Gambih, Desa Buahan, Payangan
dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Berdasarkan data Puskesmas Payangan angka kejadian TB di Banjar Gambih, sebanyak 7
kasus dari 11 kasus yang terdapat di Desa Buahan.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelian Banjar dikatakan terdapat café malam yang
ada di Banjar Gambih yang mulai banyak dikunjungi masyarakat.
3. Pemecahan dari kedua masalah tersebut yaitu dengan pemberian promosi kesehatan
berupa penyuluhan kesehatan mengenai TB meliputi penyebab, cara penularan, gejala,
pengobatan, serta cara pencegahan dan pemberian materi mengenai NAPZA yang
meliputi jenis-jenis, gejala, serta dampak jangka panjangnya kepada warga Banjar
Gambih.
4. Kegiatan promosi kesehatan dilakukan di Banjar Gambih, Desa Buahan, Payangan pada
tanggal 16-20 februari 2018. Promosi kesehatan dilakukan dengan mengunjungi rumah-
rumah warga. Jumlah peserta promosi kesehatan sebanyak sebanyak 92 orang warga.
5. Berdasarkan hasil pre test dan post test saat penyuluhan tampak adanya peningkatan
pengetahuan yang cukup signifikan.

6.2 Saran
1. Sebaiknya diadakan pemberian penyuluhan oleh puskesmas mengenai masalah seperti
TB dan NAPZA yang diselipkan pada pertemuan-pertemuan penting di Banjar Gambih,
serta pemberian penyuluhan oleh puskesmas mengenai bahaya NAPZA yang diberikan
kepada siswa SD dan SMP setiap pertemuan di sekolah.
2. Sebaiknya pihak puskesmas melakukan pemantauan kepada penderta TB dalam
kepatuhan mengkonsumsi obat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2007. Buku Saku Program Penanggulangan TB. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Ditjen P2PL.

11

You might also like