You are on page 1of 7

ANALISA JURNAL PENELITIAN (PICOT)

SISTEM PERSEPSI SENSORI

Oleh

1) Ely Tiarawati (2018C07b0126)


2) Pabrianto (2018C07b0137)

PROGRAM KHUSUS ANGKATAN VII


PRODI S-1 KEPERAWATAN
STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA
2018
ANALISIS JURNAL I

A. SUBTANSI PENELITIAN
1. Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Katarak Senilis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

2. Abstrak : Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah


kesehatan masyarakat, dimana penyakit katarak merupakan penyebab
utama kebutaan di Indonesia dengan presentase 1,5%% dari jumlah
penduduk Indonesia. Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh
proses ketuaan atau faktor usia sehingga lensa mata menjadi keras dan
keruh. Katarak senilis merupakan tipe katarak yang paling banyak
ditemukan. Biasanya ditemukan pada golongan usia 40 tahun keatas.
Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa berhenti dalam
perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Keadaan lensa
seperti ini bukan tumor atau pertumbuhan jaringan didalam mata, akan
tetapi merupakan keadaan lensa menjadi berkabut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi katarak senilis di
Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur tahun 2017 dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 orang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan berpengaruh
terhadap kejadian katarak senilis dengan nilai signifikan 0,00 artinya 0,00
< dari α=0,01 (1%). Untuk itu perlu dilakukannya program
penangulangan untuk penyakit katarak senilis dan upaya prefentif untuk
mencegah terjadinya penyakit katarak pada usia dini.

Kata Kunci : Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Katarak Senilis

B. ANALISA JURNAL PICOT


P Populasi/Sampel*
Sampel penelitian ini sebanyak 31 orang terdiri dari Responden
Pendidikan Terakhir SD 27 Orang, SMP 2 Orang, dan SMA 2 Orang
I Intervensi*
Peneliti menggunakan jenis rancangan penelitian non eksperimental
yaitu jenis rancangan penelitian komparatif (kohort). Jenis penelitian
ini merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang
mengkaji antara variabel independen faktor risiko dan variabel
dependen yaitu efek atau kejadian penyakit (Nursalam, 2016). Desain
penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional
C Comparasi*
Dalam Penelitian ini tidak ada Pembanding
O Outcome*
Berdasarkan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor usia jenis
kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian katarak sinilis
dengan nilai signifikan 0,00 artinya 0,00 < dari α = 0,01 (1%). untuk
itu perlu mencegah terjadinya penyakit katarak pada usia dini.
T Time*
Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2017 sampai dengan april
2017

C. PEMBAHASAN

Katarak Senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-
satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur. Katarak senilis disebabkan oleh faktor usia. Katarak senilis terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun (Ilyas, 2006). Meski tidak menular namun
katarak dapat terjadi pada kedua mata (Rahmi, 2008).

Katarak senilis dapat terjadi karena faktorfaktor yang mempengaruhi


seperti faktor intrinsik yaitu usia dan jenis kelamin dan faktor ekstrinsik atau
faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan karena pekerjaan seseorang dapat
mempengaruhi proses terjadinya katarak (Irwan, 2008).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin dan
pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis. Untuk itu perlu
dilakukannya program penangulangan untuk penyakit katarak senilis antara
lain :

1. Memberikan pelayanan kesehatan agar membuat program


penanggulangan untuk penyakit katarak senilis seperti pemeriksaan
mata dan operasi katarak gratis.

2. Memberikan informasi berupa poster atau leaflet kepada masyarakat


tentang gejala,bpenyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak senilis

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui seminar kesehatan


tentang upaya prefentif atau pencegahan penyakit katarak senilis di
Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

4. Untuk penelitian selanjutnya untuk menambah variabel seperti riwayat


penyakit diabetes mellitus, merokok, alkohol dan riwayat penyakit
keluarga. Serta dengan menambah jumlah sampel penelitian yang lebih
banyak dengan tingkat kemaknaan (1%).
ANALISIS JURNAL II

A. SUBTANSI PENELITIAN
1. Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Miopia Pada Anak Sd
Di Daerah Perkotaan Dan Daerah Pinggiran Kota

Abstrak : Latar Belakang Kelainan refraksi merupakan salah satu


penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Miopia merupakan salah
satu bentuk kelainan refraksi. Data WHO tahun 2010 didapatkan prevalensi
miopia di dunia sebesar 27% dan 2,8% untuk miopia tinggi. Faktor risiko
terjadinya miopia adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Diperlukan studi tentang faktor risiko dalam upaya pencegahan miopia.
Tujuan Mengetahui dan menganalisis perbedaan prevalensi dan
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan miopia miopia pada anak
sekolah di perkotaan dan pinggiran kota Metode Penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi crossectional.
Subjek penelitian adalah siswa SD kelas 4-6, dengan jumlah 59 di
pinggiran kota dan 75 di perkotaan. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Uji statistik yang dilakukan adalah uji
Chi-square. Hasil Prevalensi miopia di perkotaan 56%, sedangkan di
pinggiran kota 28,8%. Didapatkan hasil yang signifikan antara jarak
membaca buku (p=0,011), dan aktivitas di luar ruangan pada hari libur
(p=0,002) dengan miopia di daerah perkotaan. Di daerah pinggiran kota
didapatkan hasil yang tidak signifikan antara faktor-faktor yang diteliti
dengan miopia. Didapatkan hasil yang signifikan antara letak geografis
dengan miopia (p=0,002). Simpulan Prevalensi miopia lebih tinggi di
perkotaan dibandingkan dengan piggiran kota. Faktor yang berhubungan
dengan miopia di perkotaan adalah tingkat pendidikan orang tua, status
ekonomi, jarak membaca buku, dan aktivitas di luar ruangan pada hari libur.
Tidak terdapat hasil yang signifikan antara faktor-faktor dengan miopia di
pinggiran kota. Terdapat hubungan antara letak geografis dengan miopia.

Kata Kunci Miopia, Perkotaan, Pinggiran kota


B. ANALISA JURNAL PICOT
P Populasi/Sampel*
Sampel berjumlah siswa SD kelas 4-6, dengan jumlah 59 di pinggiran
kota dan 75 di perkotaan
I Intervensi*
Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional
dengan pendekatan studi crossectional .Data dikumpulkan dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Uji statistik yang dilakukan
adalah uji Chi-square
C Comparasi*
Dalam Penelitian ini tidak ada Pembanding
O Outcome*
Prevalensi miopia di perkotaan 56%, sedangkan di pinggiran kota
28,8%. Didapatkan hasil yang signifikan antara jarak membaca buku
(p=0,011), dan aktivitas di luar ruangan pada hari libur (p=0,002)
dengan miopia di daerah perkotaan. Di daerah pinggiran kota
didapatkan hasil yang tidak signifikan antara faktor-faktor yang diteliti
dengan miopia. Didapatkan hasil yang signifikan antara letak geografis
dengan miopia (p=0,002)
T Time*
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus dan September 2017

C. PEMBAHASAN

Miopia atau rabun jauh adalah keadaan dimana sumbu bola mata
anteroposterior dapat terlalu panjang atau kekuatan pembiasaan media
refraksi terlalu kuat.2 Penelitian yang dilakukan oleh Holden menunjukkan
prevalensi miopia di dunia mencapai 22,9% dan prevalensi miopia tinggi
sebesar 2,7% pada tahun 2000, pada tahun 2010 prevalensi miopia sebesar
28,3% dan miopia tinggi sebesar 4,0% dan diprediksikan prevalensi miopia
dan miopia tinggi pada tahun 2050 sebesar 49,8% dan 9,8%.5 Data WHO
pada tahun 2010 didapatkan prevalensi miopia di dunia sebesar 27% dan
2,8% untuk miopia tinggi.

Variabel bebas dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap miopia, meliputi orang tua dengan miopia, aktivitas jarak dekat
(jarak dan waktu untuk menonton TV, jarak dan waktu untuk membaca,
istirahat setelah aktivitas jarak dekat, dan penggunaan HP, komputer, dan
tablet), aktivitas di luar ruangan, letak geografis yang berskala nominal, serta
tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi yang berskala ordinal.
Variabel terikat dari penelitian ini adalah miopia yang terjadi pada anak
dengan skala nominal. Uji statistik yang dilakukan adalah uji Chi-square

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan prevalensi


miopia yang terjadi di daerah perkotaan dan pinggiran kota, Tidak terdapat
hubungan antara riwayat miopia orang tua dengan miopia pada anak, baik di
daerah perkotaan maupun daerah pinggiran kota, Tingkat pendidikan orang
tua berhubungan dengan miopia di daerah perkotaan, namun di daerah
pinggiran kota tidak berhubungan, Di daerah pinggiran kota aktivitas jarak
dekat tidak berhubungan dengan miopia, sementara di daerah perkotaan
aktivitas jarak dekat, yang berupa jarak membaca buku, berhubungan dengan
miopia. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan miopia, baik di
daerah perkotaan maupun di daerah pinggiran kota . Terdapat hubungan
antara letak geografis dengan miopia. Di daerah pinggiran kota aktivitas
aktivitas di luar ruangan berhubungan dengan miopia, sementara di daerah
perkotaan aktivitas aktivitas di luar ruangan, yang berupa aktivitas aktivitas
di luar ruangan pada hari libur, berhubungan dengan miopia

Dari Hasil Penelitian di atas Peneliti menyarankan Penyuluhan kepada


anak tentang jarak membaca buku yang baik dan pentingnya aktivitas di luar
ruangan, Penyuluhan kepada orang tua tentang jarak membaca buku yang
baik dan pentingnya aktivitas di luar ruangan. Penelitian ini tidak meneliti
semua faktor risiko miopia, seperti posisi membaca, lama menggunakan
gadget, nutrisi, dan lain-lain. Sehingga disarankan untuk Peneliti berikutnya
meneliti faktor risiko miopia lainnya.

You might also like