You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak
dan spinal cord (Meningitis Foundation of America). Classic triad dari
meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status
mental. Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh
Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada
pelindung tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen.
Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers for
Disease Control and Prevention).

Penyebab paling sering dari meningitis adalah Streptococcus pneumonie


(51%) dan Neisseria meningitis (37%). Vaksinasi berhasil mengurangi
meningitis akibat infeksi Haemophilus dan Meningococcal. Faktor resiko
meningitis antara lain: pasien yang mengalami defek dural, sedang menjalani
spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus, alkoholisme,
splenektomi, sickle cell disease, dan keramaian.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memahami dan mengetahui mengenai penyakit meningitis
2. Tujuan khusus
a. Untuk memahami dan mengetahui definisi meningitis;
b. Untuk memahami dan mengethui etiologi meningitis;
c. Untuk memahami dan mengetahui klasifikasi meningitis;
d. Untk memahami dan mengetahui patofisiologi meningitis;
e. Untuk memahami dan mengetahui koplikasi meningitis;
f. Untuk memahami dan mengetahui penatalaksanaan dan farmakologi
meningitis;

1
g. Untuk memahami dan mengetahui perawatan meningitis
h. Untuk memahami dan mengetahui terapi diit meningitis;

2
BAB II

Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak
danmedula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur
(Smeltzer,2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya


ditimbulkan olehsalah satu dari mikroorganisme Pneumokokus, Meningokokus,
Stafilokokus,Streptokokus, Hemophilus influenza, dan bahan aseptis (virus)
(Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan


serebrospinal, danspinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem
saraf pusat (Suriadi &Rita, 2001).

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan


piamater di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh
bakteri dan virusmeskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga
terjadi. (Donna D.,1999).

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu


membran atauselaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan
berbagai organismeseperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk
kedalam darah danberpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk, 2005).

Meningitis bakteriais adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada
orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada
bayi cenderung meuas sampai ke rongga subdural sebagai suatu efusi atau

3
empiema subdural (leptomeningitis), atau bahkan ke dalam otak
(meningoensefalitis). (Satyanegara, 2010).

B. Etiologi
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococcus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia. (Satyanegara, 2010).

Penyebab yang paling sering dari meningitis pada bayi sampai umur 2
bulan ialah streptococcus grup B dan D, enterokokus, dan Listeria
monocytogenes. Kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Hemophillus
influenza tipe b, serta kuman lain yang lazim menjadi penyebab pada anak
umur 2 bulan-2 tahun, yaitu S.pneumoniae, N.meningitides, atau
H.influenzae tipe b, dan kuman yang jarang ialah Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, stafilokokus koagulase negatif, Salmonella spp, dan
L.monocytogenes.

- Faktor predisposisi: jenis kelamin laki- laki lebih sering dari pada
wanita.
- Faktor maternal: ruptur membran fetal, infeksi maternal mada minggu
terakhir kehamilan.
- Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi
immunoglobulin, anak yang mendapat obat- obat imunosupresi.

C. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu:
a. Meningitis serosa

4
Adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya adalah lues, Virus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumonia
(pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Meningitis berdasarkan mikroorganisme penyebab :


a. Meningitis bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arachnoid dan
subarachnoid. Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi
dengan angka kematian sekitar 25% (Ignatavicius & Wrokman, 2006).

Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan


yang tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering
disebut juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik. Bakteri yang
dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus
pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus
influenza, (meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium
tuberculosis (Ginsberg, 2008).

b. Meningitis Virus

Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi


akibat lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi;
measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster (Wilkinson, 1999).
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus

5
RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh
virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus
(dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus
DNA antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS) (PERDOSSI, 2005).

Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti


semula (penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & Wrokman, 2006).
Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut,
meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis akut. Derajat ringan akut meningo-
ensepalitis mungkin terjadi pada banyak infeksi virus akut, biasanya terjadi
pada anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa tidak teridentifikasi.

c. Meningitis Jamur

Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada
susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses
desak ruang (abses atau kista).

Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30%-40% dan
insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan
penurunan daya tahan tubuh (Martz, 1990 dalam Depkes RI, 1998).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur,
disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi
pada pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) (Ignatavicius &
Wrokman, 2006; Wilkinson, 1999). Jamur cenderung menimbulkan
meningitis kronis atau abses otak.

6
D. Patofisiologi
Meningitis terjadi dengan didahului oleh bakterenia akibat adanya
penyebaran kuman secara hematogen yang berasal dari infeksi dari tempat lain.
Infeki virus yang terjadi sebelum atau bersamaan dapat menambah patogenitas
dari kuman penyebab meningitis. Bakteri masuk ke sirkulasi cairan otak melalui
pleksuskoroid diventrikel lateral dan selaput meningial lalu beredar di luar otak
dan ruang subarachnoid. Eksudad meningeal tersebar di sekeliling vena dan
sinus venosus, konveksitas serebrum dan serebelum, sulkus, fisura silvii,
sistenabasalis, dan medula spinalis. Radang pada susunan saraf pusat dapat
bermanifestasi berupa infiltrate perivaskular, nekrosis arteri dan perdarahan,
infrak serebral, radang saraf spinal disertai gejala rangsang meningeal, radang
atau palsi saraf otak, peningkatan tekanan intracranial, gangguan perkusi
jaringan otak, hidrosepalus, dan perubahan pada cairan serebrospinal. Faktor-
faktor tersebut secara klinik menunjukkan gangguan kesadaran, gejala kejang,
deficit motoric dan sensorik, deficit saraf otak dan retardasi mental.

7
Pathway

8
E. Komplikasi
1) Cairan subdural
2) Hidrosefalus
3) Sembab otak
4) Abses otak
5) Kejang
6) Gangguan otak
7) Meningococcal septicemia (mengingocemia)
8) Renjatan septic
9) Pneumonia (karna aspirasi)
10) Koagulasi intravaskuler menyeluruh.

F. Penatalaksanaan dan Farmakologi


1. Obat anti inflamasi
a. Meningitis tuberkulosa
- Isoniazid 10-20 mg / kg /24 jam oral, 2 x sehari maksimal 500 mg
selama 1½ tahun.
- Rifamfisin 10-15 mg / kg /24 jam oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
- Streptomisin sulfat 20-40 mg / kg /24 jam sampai 1 minggu, 1
sampai 2 x sehari, selama 3 bulan.
b. Meningitis bakterial, umur < 2 bulan
- Sefalosporin generasi ke tiga
- Amfisilin 150-200 mg (400 mg) / kg / 24 IV, 4 sampai 6 kali sehari
c. Meningitis bakterial, >2 bulan
- Ampisilin 150-200 mg (400mg) /kg/24jam IV 4 sampai 6 kali sehari.
- Sefalosporin generasi ke-3
2. Pengobatan simtomatis
a. Diazepam IV 0,2 – 0,25 mg/kg/dosis, atau rectal 0,4 – 0,6/mg/kg/dosis
kemudian dilanjutkan dengan penitoin 5mg/kg/24jam, 3kali sehari.
b. Turunkan demam dengan antipiretik paracetamol atau salisilat
10mg/kg/dosis sambil di kompres air.

9
3. Pengobatan suportiv
a. Cairan intravena
b. Pemberian O2 agar konsentrasi O2 bekisar antara 30-50%

G. Perawatan
a. Pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
2) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
3) Hindarkan penderita dari roda paksa (misalnya jatuh)
b. Bila penderita tidak sadar lama
1) Beri makanan melalui sonda
2) Cegah dekubitus dan pneumonia ortostatik dengan merubah posisi
sesering mungkin
3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb anti biotika
c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi
Pada inkontensia alvi lakukan lavement
d. Pemantauan ketat
1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi
4) Produksi air kemih
5) Faal hemostatis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

H. Terapi diit
1) Asam lemak omega 3
asam lemak omega 3 mengandungg lemak tak jenuh ganda sangat
penting untuk otak dan juga berfungsi untuk mengurangi peradangan. Asam
lemak omega 3 dapat ditemukan pada beberapa jenis seperti :
- ikan tuna
- ikan salon
- biji labu

10
- biji kedelai
- minyak yang terbuat dari kacang-kacangan dan biji-bijian
2) Pribiotik
Yogurt yang mengandung pribiotik dapat membantu mengurangi
masalah pencernaan yang kerap terjadi pada mereka yang memiliki meningitis.
Pribiotik dalam bentuk suplemen atau makanan dengan bakteri sehat juga
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi meningitis.
Pribiotik mengandung strain bakteri alami sehat yang terdapat dalam perut.
Selain yogurt, makanan lain yang mengandung pribiotik terdapat pada susu dan
keju. Tempe, produk kedelai yang mengandung bakteri sehat, dan miso efektif
lainnya juga merupakan sumber pribiotik.
3) Fitokimia
Estogren tanaman, atau fitokimia seperti genistein, dapat menghambat
aktivitas kimia yang berhubungan dengan meningitis. Genistein adalah
kisoflavon dan fitoes trogen yang dapat mengurangi keparahan gejala dan dapat
memainkan peran dalam pencegahan meningitis. Genistein dapat ditemukan
pada kedelai dan makanan yang dibuat dengan protein kedelai. Susu kedelai,
tahu, tempe, dan miso adalah sumber genistein yang efektif.
4) Vitamin C
Makanan yang tinggi akan kandungan vitamin C dapat melindungi
terhadap kompikasi serius jika terkena meningitis yang disebabkan karena
bakteri. Sifat antioksidan dan vitamin pada makanan yang kaya akan kandungan
vitamin C membantu melawan radikal bebas yang akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh. Vitamin C juga dapat membantu kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan mengobati meningitis karena bakteri. Sumber makanan
yang efektif mengandung vitamin C selain pada buah jeruk dapat juga
ditemukan pada tomat, paprika merah mentah, brokoli, stroberi dan kiwi.

11
BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
b) Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Riwayat kesehatan sekarang
a) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
b) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi
berat, taikardi, disritmia.
c) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d) Makanan / cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e) Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi
sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig
positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun

12
dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
g) Nyeri / keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
h) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
2) Resiko cidera
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4) Gangguan pola nafas
5) Kekurangan volume cairan

C. Tujuan, Kriteria hasil, Intervensi dan Rasional


1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
pemenuhan nutrisi klian dapat terpenuhi

Kriteria hasil :
1. Nafsu makan meningkat
2. Hasil laboratorium dan nutrisi dalam batas normal
(Hb,Albumin,glukosa)

Itervensi
a. Kaji status nutrisi pasien

b. Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral hygiene.

13
c. Delegatif pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien :
diet pasien diabetes mellitus.
d. Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan sesuai.
e. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi zat besi
seperti sayuran hijau

Rasional

a. Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien


sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b. Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
c. Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
d. Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk
meningkatkan intake nutrisi.
e. Zat besi dapat membantu tubuh sebagai zat penambah darah
sehingga mencegah terjadinya anemia atau kekurangan darah

2) Resiko cidera
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah
dapat teratasi

Kriteria hasil :
1. Pasien mengetahui tentang risiko cidera
2. Pasien mengetahui strategi untuk mengatasi risiko cidera
3. Pasien mengetahui dan dapat menggunakan pengaman sesuai
prosedur

Intervensi
a. Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien

14
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, berdasarkan tingkat fisik,
fungsi kognitif dan sejarah tingkah laku
c. Hilangkan bahaya lingkungan
d. Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan
e. Menjaga dengan siderail jika diperlukan
f. Sediakan tempat tidur yang rendah jika diperlukan

Rasional :
a. Mencegah terjadinya risiko cidera
b. Menentukan kebutuhan pasien terhadapm keamanan dan menentukan
intervensi yang tepat
c. Mencegah risiko cidera
d. Mencegah risiko cidera
e. Mencegah pasien mengalami risiko cidera
f. Membantu pasien memudahkan menjangkau tempat tidur dan
mengurangi risiko cidera

3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
dapat teratasi.

Kriteria hasil :
1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt)
2. Irama pernapasn normal
3. Kedalaman pernapasan normal
4. Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif

15
Intervensi

a. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi


b. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori,
retraksi otot supraclavicular dan interkostal
c. Monitor suara napas tambahan
d. Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas
kussmaul, napas cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic

Rasional

a. Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam


menetukan intervensi yang akan diberikan.
b. menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan
menetukan intervensi yang akan diberikan
c. suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan jalan
napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran
udara.
d. mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola
napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

4) Gangguan pola nafas


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam gangguan pola nafas
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Kriteria hasil :
1. Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan dalam batas normal
2. Tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan

16
Intervensi
a. Posisikan pasien semi fowler
b. Auskultasi suara nafas, catat hasil penurunan daerah ventilasi atau
tidak adanya suara adventif
c. Monitor pernapasan dan status oksigen yang sesuai
d. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat bernafas

Rasional

a. Untuk memaksimalkan potensial ventilasi


b. Memonitor kepatenan jalan napas
c. Memonitor respirasi dan keadekuatan oksigen
d. Monitor keadekuatan pernapasan

5) Kekurangan volume cairan


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
cairan dan elektrolit klien seimbang dengan kriteria hasil :

Kriteria hasil :
1. Turgor kulit elastis
2. Intake dan output cairan seimbang
3. Membrane mucus lembab

Itervensi
a. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
b. Monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit
c. Monitor adanya mual,muntah dan diare
d. Monitor keakuratan intake dan output cairan
e. Monitor vital signs
f. Monitor pemberian terapi IV

17
rasional
a. mengetahui penyebab untuk menentukan intervensi penyelesaian
b. mengetahui keadaan umum pasien
c. mengurangi risiko kekurangan voume cairan semakin bertambah
d. evaluasi intervensi
e. mengetahui keadaan umum pasien
f. rehidrasi optimal

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Pasien mengatakan nafsu makannya meningkat
2. - Pasien mengatakan mengetahui tentang risiko cidera
- Pasien mengatakan mengetahui strategi untuk mengatasi risiko cidera
- Pasien mengatakan mengetahui dan dapat menggunakan pengaman
sesuai prosedur

3. Pasien mengatakan tidak ada dahak lagi di tenggorokannya

4. Pasien mengatakan tidak sesak lagi

5. Pasien mengatakan tidak terasa lemas lagi

18
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua
lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang,
yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri
spesifik atau nonspesifik atau virus.

Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi


medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung
pada kematian. Gejala yang biasanya di tampakkan oleh penderita meningitis
adalah sakit kepala, demam, sakit otot-otot, dan lain-lain.

untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit meningitis yaitu dengan mencuci
tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat, menutup mulut saat bersin atau
batuk, jika sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih makanan.

Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam
vaksin. Bicarakan dengan dokter jika anda tidak yakin apakah vaksinasi anda
yang terbaru atau tidak.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya
mahasiswakeperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit
meningitis dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
meningitis semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak
digunakan untuk mahasiswa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL :


http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL :


http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses

Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Aliee C. Geissler. (2012). Rencana


Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Supriadi & Yuliani Rita. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Widagdo. (2010). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto

20

You might also like