You are on page 1of 16

Status Psikiatri

Skizofrenia Paranoid

Oleh :
Angelica
11.2015.333

Kepaniteraan Klinik Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Periode 16 Oktober – 18 November 2017

1
Nama : Angelica NIM : 11.2015.333

Dokter Penguji: Tanda Tangan


1. dr. M. Riza Syah, Sp.KJ

2. dr. Isa Multazam N, Sp.KJ (K)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AH
Umur : 40 tahun (31 Desember 1976)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : 6 SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Belum menikah
Bangsa/Suku : Indonesia
Alamat : Diketahui
Dokter yang merawat : dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ
Masuk RS tanggal : 31 Oktober 2017
Ruang perawatan : Rawat Inap Nuri
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Diantar oleh pihak keluarga ke Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan (IGD RSJSH).

II. RIWAYAT PSIKIARTIK


Autoanamnesis:
 Tanggal 10 November 2017, pukul 16.00 WIB, di Bangsal Nuri RSJSH.
 Tanggal 11 November 2017, pukul 12.30 WIB, di Bangsal Nuri RSJSH
Alloanamnesis :
 Tanggal 11 November 2017, pukul 11.00 WIB bertemu langsung dengan kakak
kandung pasien yang tinggal serumah dengan pasien.

2
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dibawa oleh kakak kandungnya karena mengancam warga sejak
2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Pasien datang ke IGD RSJSH dengan ambulans, dibawa oleh kakak
kandungnya dengan keluhan suka mengancam keluarga dan warga sekitar rumahnya
sejak 2 minggu SMRS. pasien mengancam akan menonjok dan akan menembak jika
keinginannya tidak dipenuhi, dan jika disuruh mandi oleh kakaknya. Keinginan yang
dimaksudkan adalah pasien sering meminta uang dan meminta rokok kepada keluarga
atau orang lain, dan jika tidak diberi, pasien akan mengancam. Pasien hanya
mengancam dengan kata-kata, tidak pernah dengan benda tajam atau benda yang
lainnya, karena benda semacam itu sudah disembunyikan oleh kakaknya. Selain itu,
pasien mendapat keluhan dari warga sekitar bahwa pasien sering menunjuk-nunjuk
alat kelamin orang lain, terutama orang yang sering lewat didepan rumahnya.
Pasien juga tidak dapat mengurus dirinya sendiri, tidak mandi selama 15 hari.
Walau sudah disuruh mandi oleh kakaknya, pasien akan marah-marah, mengoceh
yang tidak jelas, lalu akan menonjok kakaknya. Menurut pengakuan keluarga pasien,
pasien memang sering mengamuk, marah-marah tidak jelas seperti berbicara dengan
orang lain (padahal tidak ada orang lain lagi), membanting barang, dan menonjok
orang lain. Keluarga pasien juga melihat pasien berbicara sendiri, suka berteriak, suka
tertawa keras malam-malam sambil memukul-mukul benda. Pasien sudah seperti ini
selama kurang lebih 9 tahun, tidak pernah membaik, sering ke dokter untuk
mendapatkan obat suntikan, namun belakangan ini pasien tidak mendapat obat
suntikan, hanya obat minum, dan pasien suka tidak mau minum obat, jadi obatnya
dibuang atau disembunyikan dibawah lidah oleh pasien selama 1 bulan SMRS
Pasien tidak tahu cerita mengapa dia bisa berada disini (RSJSH) sekarang.
Pasien hanya mengatakan, saat itu pasien sedang makan es dengan teman-temannya,
kemudian dibawa ibunya ke RSJSH. Pasien mengatakan dia sudah 3 bulan berada di
RSJSH. Pasien juga mengatakan pasien tidak tahu sejak kapan dia berada disini
(RSJSH). Tetapi, pasien mengatakan sudah 20 tahun berada disini (RSJSH). Pasien
mengatakan bahwa dirinya menjadi dokter disini sudah 20 tahun. Pasien terus
mengatakan bahwa dia tidak tahu dan kurang paham mengapa dia disini.

3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Kakak kandung pasien mengatakan, bahwa pasien seperti ini (marah-marah,
mengoceh, berbicara sendiri) sejak ±9 tahun yang lalu sejak bapaknya meninggal.
Bapaknya meninggal 11 tahun yang lalu. Jadi pasien seperti ini kurang lebih 2 tahun
setelah bapaknya meninggal. Waktu itu pasien sedang pergi berlayar, karena kapalnya
disewa (saat itu pasien sedang bekerja sebagai crew kapal), bapaknya meninggal
tetapi pasien tidak dikabari. Pasien mengetahui bapaknya telah meninggal waktu
pasien sedang kembali ke Jakarta. Setelah itu pasien bingung dan marah-marah ke
ibunya karena mempermasalahkan ekonomi keluarga, dikarenakan bapaknya telah
meninggal. Setelah itu, keluarga pasien mengatakan pasien jadi jarang keluar rumah,
tidak bekerja ke luar mengikuti teman-temannya selama 2 tahun setelah bapaknya
meninggal, pasien hanya beraktivitas di rumah seperti menonton tv. Tetapi gejala
seperti kehilangan minat, sedih dan menangis dan mengurung diri di kamar disangkal
oleh keluarga pasien.
Pada 6 tahun SMRS, pasien emosinya menjadi cepat naik, menjadi tidak bisa diatur,
sering keluyuran ke luar rumah sejak saat itu. Kakaknya sempat membawanya ke
pengobatan alternative, tetapi masih tetap seperti itu. Lalu tetangganya menyarankan
agar dibawa ke RSJSH.
Pada 5 tahun SMRS, pasien akhirnya dibawa keluarganya ke RSJSH atas saran
tetangganya. Disitu mulai pengobatan, tetapi untuk berobatnya dirujuk ke RSUD
Koja, dikarenakan lokasi rumah kakaknya ke RSJSH jauh. Selama itu, pasien
mendapatkan obat risperidon, dan clozapin, juga mendapatkan obat suntikan
(keluarga tidak ingat nama obat yang disuntik). Selama setahun tersebut pasien pernah
rutin minum obat, karena dipaksa oleh kakaknya yang pertama. Tetapi lama kelamaan
pasien kesal dan marah kepada kakak yang pertama, dan mulai melawan tidak mau
minum obat. Selama pengobatan, pasien sempat membaik, lebih tenang dari yang
sebelumnya, emosinya juga berkurang, jarang dilihat oleh keluarga pasien kalau
pasien berbicara dan tertawa sendiri.
Pada 4 tahun SMRS, pasien mulai tidak teratur minum obat. Obatnya sering ditaruh
dibawah lidah dan dibuang. Sejak saat itu gejala pasien memburuk sampai sekarang.
Pasien emosinya sampai meluap-luap, membahayakan dan sampai melukai orang
disekitarnya, termasuk kakaknya, tidak mandi dan akan mengamuk jika disuruh
mandi, dan mengancam orang lain. Pasien juga sempat melakukan percobaan bunuh
4
diri, dengan meminum baygon dalam gelas kecil, tetapi keluarga dengan cepat
membawa pasien ke RS. Saat itu menurut pengakuan pasien, pasien merasa sudah
tidak kuat lagi dan takut. Pasien merasa takut dirinya diilmu-ilmui dan disakiti oleh
oranglain. Pasien tidak mengetahui siapa oranglain itu.
Pasien sudah berobat selama 5 tahun, sejak pertama kali dibawa ke RSJSH. Obat
tidak pernah putus, hanya minum obat tidak pernah rutin. Kontrol selalu di RSUD
Koja, tetapi biasanya kakak pasien yang mengambil obatnya. Pasien selalu tidak mau
jika diajak pergi ke RS atau ke dokter dan pasien selalu kabur. Pasien juga selalu tahu
jika kakaknya sedang membujuk dia untuk pergi ke RS atau ke dokter.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak mempunyai riwayat kejang, namun pasien pernah jatuh dari tronton dan
mengenai kepalanya. Kakaknya mengatakan bahwa pasien saat itu tidak apa-apa,
sempat di ct-scan, namun tidak dirawat.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 2 SD, pasien merokok karena
dipengaruhi dan ditawari oleh teman-teman sekolahnya. Pasien bisa merokok 4
batang dalam sehari. Pasien mengaku sudah selama 20 tahun merokok. Pasien juga
sering minum kopi, selama 4 bungkus dalam sehari sampai pasien tidak bisa tidur.
Pasien tidak pernah meminum alcohol, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Tetapi keluarga pasien mengatakan, pasien mempunyai kebiasaan merokok sampai
saat ini dalam sehari bisa menghabiskan beberapa batang rokok (kakak pasien tidak
tahu jelas berapa batang karena pasien membeli rokok batangan, bukan bungkusan).
Pasien marah dan mengamuk jika tidak diberi rokok. Pasien sudah merokok selama
puluhan tahun dari sejak SD. Pasien tidak pernah meminum alcohol atau
mengonsumsi obat-obatan terlarang.

5
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
A. Grafik Perjalanan Penyakit

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal:
Pasien lahir secara normal dengan berat lahir ±2800 gram, panjang badan ±49 cm.
Komplikasi selama hamil dan melahirkan tidak diketahui
2. Riwayat Perkembangan Fisik:
Tidak terdapat kelainan, pasien diakui berkembang baik secara berat badan dan
tinggi badan sesuai anak-anak seusianya.
3. Riwayat Perkembangan Kepribadian:
a) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien merupakan anak yang aktif, dengan proses tumbuh kembang sesuai
dengan anak-anak seusianya, dalam hal berbicara, berjalan, bergerak motorik
maupun sensorik.
b) Masa Kanak Menengah (3-11 tahun)
Pasien mengatakan pasien merupakan anak yang pemarah dan sering melawan
orang tua, dan keras kepala.
Menurut pengakuat keluar juga pasien merupakan anak yang paling nakal
diantara saudara-saudaranya. Pasien sering melawan orang tua jika dilanggar,
jadi anak yang tidak bisa dinasehati, selalu keras kepala, dan pemalas (sering
tidak masuk sekolah dan bermain bersama teman-temannya pada saat jam
sekolah). Karena itu, pasien paling sering dimarahi dan dipukul dengan benda
tumpul ke punggung dan kaki saat masih kecil. Meskipun begitu, pasien tidak
pernah jera dan tetap mengulangi kesalahan dan hal yang sama. Pasien juga
6
merupakan anak yang tertutup di keluarganya dan tidak pernah bercerita
mengenai masalahnya ke saudara-saudaranya.
c) Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien sering bermain diluar rumah dengan teman-teman di sekitar rumahnya.
Pasien sering mengikuti kelakuan teman-teman di sekitarnya. Seperti
merokok, pergi keluyuran, dan bekerja serabutan tidak jelas
4. Riwayat Pendidikan
Pasien mengatakan dirinya merupakan lulusan kedokteran di universitas padang.
Pasien masuk universitas tersebut melalui tes uptn dan les di teknos (semacam
bimbingan belajar). Pasien berkuliah selama 10 tahun lalu ambil lagi S2 jurusan
sejarah di universitas swasta dan negeri di Jakarta. Pasien sekolah SD di kalibaru,
pasien selalu rajin dan ranking. Namun pasien mengaku waktu kelas 2 SD, pasien
nakal dan sering bolos. Sering bolos dengan teman-teman sampai 100 orang
dalam sekali bolos. Lalu pasien lanjut sekolah terus sampai SMA. Dari situ pasien
mengaku rajin dan belajar terus-menerus. Sewaktu kuliah, pasien bekerja sambil
kuliah.
Tetapi menurut pengakuan keluarga, pasien bersekolah tidak tamat SD, hanya
sampai separuh dari kelas 6 SD dikarenakan pasien sering bolos dan tidak ada niat
untuk masuk sekolah. Selalu bemain dengan teman-temannya.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekeja sebagai dokter selama 20 tahun, dan sempat membangun RS
sendiri, tetapi bapaknya yang mengurus RSnya. Lalu pasien bekerja sebagai
mekanik kapal selama 38 tahun. Lalu sekarang pasien bekeja sebagai kepala
satpam di perusahaan bogasari.
Tetapi menurut keluarga, pasien bekerja sebagai kuli kayu ikut teman-temannya,
sejak tidak bersekolah. Pekerjaan suka tidak jelas dan tidak diketahui jelas oleh
keluarga juga. Terakhir hanya sebagai crew kapal dan ikut berlayar.
6. Riwayat Kehidupan Beragam
Pasien tidak pernah sholat, tidak pernah bepuasa selama bulan Ramadhan, tidak
tahu caranya membaca al-qur’an juga.
7. Kehidupan perkawinan/psikoseksual
Pasien tidak pernah dan belum menikah dan tidak pernah terlibat kisah cinta
dengan siapapun—cerita mengenai hal ini tidak jelas dan tidak diketahui pasti
juga oleh pasien dan keluarganya.
7
8. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum, namun pasien pernah
ketahuan mencuri kayu milik tetangga.

E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien mengaku merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara. Lalu pasien mengaku
mempunyai kakak laki-laki berjumlah 10 orang dan kakak perempuan berjumlah 20
orang. Kakak-kakak pasien berasal dari berbagai macam suku dan agama.
Menurut informasi keluarganya, pasien merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara.
Pasien serumah tinggal bersama ibunya, kakaknya yang pertama dan ketiga. Tidak
pernah ada keluarga yang memiliki gangguan serupa dengan pasien.
Genogram

KEHIDUPAN SOSIOEKONOMI SEKARANG


Semenjak bapak pasien meninggal, ekonomi pasien kurang stabil, dan pasien semakin
kerja keras pada saat sebelum sakit. Setelah bapaknya meninggal, kakak yang pertama
menjadi tulang punggung keluarga. Tetapi pasien sendiri diketahui jarang meminta
uang dengan kakak pertama selama masih bisa bekerja.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 10 November 2017, pkl 17.00 WIB)
a. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki usia 40 tahun, tampak sesuai dengan usianya, tampak
sehat, tidak terawat.
2. Kesadaran : Compos Mentis

8
3. Perilaku dan psikomotor :
a. Sebelum wawancara : Pasien duduk dengan cukup tenang
b. Selama wawancara : Pasien duduk dengan cukup tenang, dapat
diajak bicara tanya jawab.
c. Sesudah wawancara : Pasien tetap duduk ditempatnya dan berdiam
diri.
4. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
5. Pembicaraan
 Cara berbicara : spontan, volume dan intonasi baik, artikulasi jelas.
 Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
b. ALAM PERASAAN
1. Mood : Eutim
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Serasi
c. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : perilaku halusinatorik + seperti berbicara sendiri,
tertawa sendiri dari aloanamnesis
2. Ilusi : (-) Tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
4. Derealisasi : (-) Tidak ada
d. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : 6 SD
2. Pengetahuan umum : Kurang (pasien tidak tau nama presiden Indonesia
sekarang)
3. Kecerdasan : Dibawah rata-rata (pasien pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi : Kurang (saat diminta untuk menjawab pengurangan
100-7 [sampai 5 kali]pasien menjawab 7
5. Perhatian : Perhatian baik (kontak mata masih ada)
6. Orientasi :
a. Waktu : Buruk (pasien tidak dapat menyebutkan tanggal meskipun
sudah diberitahu oleh pemeriksa)
b. Tempat: Buruk (pasien tidak mengetahui dirinya berada di RSJ
Soeharto Heerdjan)

9
c. Orang : Baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh dokter
muda dan mengenal kakak kandungnya)
7. Daya ingat:
a. Jangka panjang : Baik (pasien mengingat waktu SD sering
bolos)
b. Jangka pendek : Baik (pasien mengingat kegiatan yang
dilakukannya sejak pagi tadi di RS).
c. Segera : Kurang (pasien tidak dapat menyebutkan 3
benda yang disebutkan oleh pemeriksa sebelumnya yakni bola, buku,
dan pensil—pasien menjawab gunting, kertas, bulpen)
8. Pikiran abstrak : Baik (pasien dapat membedakan warna jeruk dan apel)
9. Visuospasial :Baik (pasien dapat menggambar segitiga yang
ditentukan oleh pemeriksa)
10. Kemampuan menolong diri: Baik (pasien dapat minum dan makan, buang air
kecil sendiri)

e. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : cukup ide
b. Kontinuitas : asosiasi longgar
c. Hendaya bahasa : tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : waham kebesaran
b. Preokupasi : (-) Tidak ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada

f. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, saat diwawancara, pasien tampak tenang dan bersedia diwawancara.

g. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. RTA : Terganggu

10
h. TILIKAN
Derajat IMerasa dirinya tidak sakit, dan tidak tau mengapa dirinya berada di RSJ
Soeharto Heerdjan

i. RELIABILITAS
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
 Keadaan umum:
o Kesan gizi : Baik
Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital:
o Tekanan darah : 110/70
o Nadi : 74 x/menit
o Suhu : 36,70C
o Pernapasan : 19 x/menit
 Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, terdapat makula
hipopigmentasi berdiameter ±5 cm berbentuk lonjong, berbatas tegas di area
wajah sekitar hidung dan pipi.
 Kepala : Normosefal, rambut hitam , distribusi merata, tidak mudah rontok
 Mata : Pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -
/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
 Telinga : Normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
 Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid,
 Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi sela iga (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris dalam keadaan dinamis, taktil fremitus
simetris kanan dan kiri
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

11
o Auskultasi: Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru, tidak
terdapat ronkhi dan wheezing pada kedua paru
 Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus normoperistaltik
 Ekstremitas: akral hangat, udem (-), capillary refill test< 2 detik

B. STATUS NEUROLOGIK
 Saraf kranial : dalam batas normal
 Refleks fisiologis : dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : tidak terganggu
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Fungsi luhur : tidak terganggu
 Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting
tremor (-), distonia (-), tardive diskinesia (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Saran: pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu, fungsi hati dan fungsi ginjal, EKG

VI. PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 40 tahun dibawa ke RSJSH karena perilaku
mengancam orang sekitar, suka marah-marah, berbicara dan tertawa sendiri sudah
sekitar 9 tahun. Pasien juga tidak dapat mengurus dirinya sendiri selama 2 minggu
terakhir. Sempat meminum obat rutin selama setahun dan membaik kemudian jadi
tidak rutin karena pasien menolak mnim obat.

12
Dari hasil pemeriksaan fisik psikiatri, pasien berpenampilan sesuai usia,
besikap kooperatif terhadap pemeriksa dan cukup tenang sebelum, selama, dan setelah
wawancara. Mood pasien saat diwawancara eutim, dengan afek yang menyempit, dan
keserasiannya serasi. Terdapat gangguan persepsi berupa perilaku halusinatorik yang
didapatkan informasinya dari keluarga pasien. Arus pikir pasien cukup ide, namun
terdapat asosiasi longgar. Sedangkan isi pikir pasien terdapat waham kebesaran.
Pengendalian impuls pasien baik, daya nilai pasien terganggu, tilikan derajat I, dan
reliabilitas dapat dipercaya.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
 Gangguan/hendaya dan disabilitas: hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya
dalam fungsi sehari-hari.
 Distress/penderitaan: mengamuk, adanya perilaku halusinatorik dari
aloanamnesis.
2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskuler, neoplasma, trauma).
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang dibuktikan
dengan adanya riwayat:
 Perilaku halusinatorik, dimana keluarga pasien melihat pasien berbicara
sendiri seperti ada orang lain dan tertawa sendiri
 Waham kebesaran, dimana pasien mengaku kuliah kedokteran dan telah
menjadi dokter selama 20 tahun.
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Terdapat waham dan halusinasi, adanya gangguan persepsi dan proses pikir, terjadi
disfungsi sosial dalam pekerjaan dan hubungan interpersonal dan telah terjadi

13
kurang lebih dalam kurun waktu 9 tahun dan dengan ciri kepribadian dissosial; tanpa
adanya episode depresif/manik dan gejala negative tidak menonjol.
 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Dari hasil auto dan alloanamnesis, pasien memiliki ciri kepribadian dissosial.
Pasien cenderung keras kepala, sering melanggar peraturan, tidak mendengarkan
nasehat orang lain.
 Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada
 Aksis IV: Problem Psikososial dan Lingkungan
Masalah terkait dengan masalah keluarga pasien sering dimarahi bapaknya,
kemudian pasien diduga merasa terpukul karena bapaknya meninggal. Dan saat gejala
awal (prodromal) muncul, keluarga tidak segera membawa pasien untuk berobat ke
RS, dan lebih mendahulukan berobat ke pengobatan alternative.
 Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current : 60-51 Gejala sedang, disabilitas sedang
GAF HLPY : 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
 Aksis II : Ciri Kepribadian dissosial
 Aksis III : Tidak ada
 Aksis IV : Masalah keluarga
 Aksis V : GAF Current : 60-51
GAF HLPY : 70-61

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi : Tidak ditemukan faktor herediter pada pasien, terdapat ciri
kepribadian dissosial
B. Psikologik : Terdapat waham kebesaran
C. Sosial dan Lingkungan : Masalah hubungan dengan keluarga.

14
X. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
 Timbulnya tindakan agitasi
 Membahayakan orang lain
 Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
 Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
 Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
2. Psikofarmaka
Risperidon tab 2 mg 2 x 2
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang dialami
pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan, pilihan
obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
 Sugesti:
1. Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan
hilang atau dapat dikendalikan.
2. Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan menyebabkan
disfungsi diri, hubungan dengan keluarga, maupuan hubungan sosialnya.
 Reassurance: Memberitahukan kepada pasien bahwa kontrol teratur dan
minum obat sangat penting untuk perbaikan dirinya.
Edukasi pada keluarga pasien

 Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan


kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk perbaikan pasien.
 Edukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam
mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol
rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien.
 Menjelaskan kepada keluarga tentang kemungkinan adanya efek samping
obat.
5. Sosioterapi

15
 Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psikososial berupa latihan
keterampilan pekerjaan di RSJSH (daycare).
 Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain dan
berolahraga bersama.

XI. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Ad bonam
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad malam

16

You might also like