You are on page 1of 11

ANALISA JURNAL

“The Efficacy Of Traditional Thai Massage in Decreasing Spasticity in Elderly


Stroke Patients”

“Khasiat Pijat Tradisional Thailand Dalam Menurunkan Spasticity Pada Pasien


Stroke Usia Lanjut”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Eka Dino Gusvita Sari (J 230 165 030)
Mahendra Dwi Darmawan (J 230 165 054)

PROGRAM PROFESI NERS XVI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
ANALISA JURNAL KEPERAWATAN

A. JUDUL
“The Efficacy Of Traditional Thai Massage in Decreasing Spasticity in
Elderly Stroke Patients”
Penulis : Thannita Thanakiatpinyo, Supakij Suwannatrai, Ueamphon
Suwannatrai, Phanitanong Khumkaew, Dokmai Wiwattamongkol, Manmas
Vannabhum, Somluck Pianmanakit, Vilai Kuptniratsaikul.
Penerbit : Clinical Interventions in Aging 2014:9 1 311-1319

B. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Jurnal
Di seluruh dunia, stroke merupakan salah satu penyakit umum di
kalangan orang tua. Stroke juga menjadi penyebab ketiga peringkat
kematian, dan mempengaruhi sistem perawatan kesehatan di Thailand.
Salah satu konsekuensi umum dari stroke adalah spasticity. Hal ini
didefinisikan sebagai gangguan motor yang ditandai dengan peningkatan
kecepatan tergantung di refleks tonik peregangan (otot) dengan hentakan
tendon berlebihan, yang dihasilkan dari hipereksitabilitas dari
peregangan gerak reflek. Prevalensi spasticity pasca stroke telah berkisar
dari 19% - 39% pada pasien dalam 3 bulan dan 12 bulan setelah
mengalami stroke. Spasticity dapat menyebabkan nyeri, postur abnormal,
dan kontraktur sendi. Ini dapat mengganggu pemulihan fungsional dan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan beban pada keluarga yang
merawat (pengasuh).
Saat ini, banyak metode yang dapat digunakan untuk mengurangi
spasticity dengan perawatan farmakologi dan perawatan nonfarmakologi.
Terapi farmakologis yang dapat diberikan seperti obat oral anti-kejang,
injeksi botulinum toxin, injeksi fenol, dan intrathecal baclofen, yang
diberikan untuk mengurangi refleks hipereksitabilitas. Sedangkan
perawatan nonfarmakologi bertujuan untuk menghambat aktivitas saraf,
mengurangi spasticity, dan meningkatkan jaringan ikat sekitarnya.
Perawatan yang dilakukan meliputi cryotherapy, stimulasi listrik,
peregangan, pembalutan, akupunktur, dan massage.
2. Latar Belakang Pemilihan Jurnal Oleh Kelompok
Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada
negara berkembang. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan
pada orang dewasa dan menimbulkan dampak besar bagi segi sosial
ekonomi. Hal ini dikarenakan karena biaya pengobatan yang mahal dan
akibat kecacatan yang ditimbulkan pada pasien pasca stroke sehingga
berkurangnya kemampuan untuk bekerja seperti semula dan menjadi
beban bagi keluarga (WHO, 2008).

Pasien yang mengalami stroke akan mengalami kelemahan pada


anggota gerak dan cenderung mengalami spasticity. Spasticity terjadi
karena koordinasi otot terlalu lemah dan banyak otot yang berkontraksi
pada saat yang bersamaan. Spasticity dapat terjadi pada pergerakan
berlebihan atau pada terjadi pada posisi istirahat yang terlalu lama. Pada
kasus ringan, kondisi spasticity dirasakan seperti otot terasa kencang atau
keras.sedangkan pada kasus yang berat, pasien akan merasakan spasticity
yang menyakitkan atau rasa terbelit pada anggota gerak, sehingga dapat
menghambat mobilitas fisik dan fungsi fisik lainnya (Grand’maison,
2011). Untuk mengatasi spasticity, upaya yang sering dilakukan adalah
dengan melakukan terapi berupa latihan gerak sendi.

Hasil studi pendahuluan di Ruang Brotowali RSUD Pandan Arang


Boyolali menunjukkan bahwa selama bulan Januari – Maret 2017,
terdapat 56 pasien stroke yang menjalani rawat inap. Sebagian besar
pasien di Ruang Brotowali merupakan penderita stroke, karena program
Rumah Sakit kedepannya akan menjadikan Ruang Brotowali sebagai
ruang rawat inap khusus penyakit syaraf. Sebagian besar pasien
mengalami spasticity dan kelemahan otot. Tindakan yang sering
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan latihan
rentang gerak sendi atau ROM. Sehingga perlu adanya intervensi lain
untuk dapat diberikan pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Brotowali
RSUD Pandan Arang Boyolali.

C. TUJUAN
1. Tujuan Di Dalam Jurnal
Untuk mempelajari efektivitas Traditional Thai Massase
dibandingkan program Physical Therapy dalam merawat kelenturan otot,
kemampuan fungsional, kecemasan, depresi, dan kualitas hidup pada
pasien stroke di Thailand.
2. Tujuan Kelompok Mereview Jurnal
Untuk memberikan informasi mengenai perawatan pada pasien
stroke untuk mengatasi spasticity pada sendi bagi perawat ruangan.

D. ANALISA PICO
1. P (Problem)
Penderita stroke seringkali mengalami spasticity pada otot. Hal ini
dikarenakan kurangnya bahkan tidak adanya pergerakan otot dikarenakan
kelemahan pada anggota gerak. Hal ini dapat menyebaban penurunan
kualitas hidup pasien karena mengalami hambatan dalam beraktivitas,
penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pribadi, hingga
mengalami nyeri.
2. I (Intervention)
Intervensi yang diberikan dalam penelitian ini adalah Traditional
Thai Massase dan Physical Terapy, yang dibagi kedalam kedua
kelompok. Kelompok perlakuan mendapatkan Traditional Thai Massase
dan kelompok kontrol mendapatkan Physical Therapy. Traditional Thai
Massase, merupakan pemijatan yang ditekankan pada kaki dan tangan,
tetapi memberikan kontraksi pada otot tangan, kaki, leher, punggung dan
perut. Perlakuan pemijatan dilakukan dua kali dalam seminggu, selama 6
minggu. Durasi pemijatan setiap sesi selama 1 jam.
Sedangkan Physical Therapy merupakan pemberian terapi berupa
latihan Range Of Motion pada organ tubuh yang mengalami kelemahan,
latihatan peningkatan kekuatan, latihan keseimbangan untuk duduk dan
berdiri, dan latihan ambulasi untuk pasien yang berpotensial untuk
berjalan. Program ini dilakukan selama dua kali seminggu selama enam
minggu dan dilakukan selama satu jam setiap sesi.
3. C (Comparison)
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya Traditional
Thai Massase, pasien dengan stoke mengalami peningkatan kemampuan
fungsional dan peningkatan kualitas hidup. Hal ini sejala dengan
penelitian yang dilakukan David Sibritt (2012) dengan judul
Rehabilitation of Stroke patient Using Traditional Thai Massage, Herbal
Treatments and Physical Therapies, bahwa dengan dilakukannya
Traditional Thai Massase pada program rehabilitasi pasien stroke
menyebabkan perbaikan yang signifikan dalam pemenuhan aktifitas
sehari-hari, meningkatkan rasa nyaman, menghilangkan rasa sakit dan
meningkatkan pola tidur pasien. Selain itu, penelitian lain juga
menunjukkan bahwa tehnik massase efektif dalam mengatasi spasticity
otot. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Haniza Mohd Anuar, et
all(2012), yaitu “Urut Melayu for Post Stroke Patients : A Qualitative
Study”, bahwa dengan dilakukannya massase dapat meningkatkan
kelenturan otot dan membantu fungsi aktifitas sehari-hari pasien.
Chaithavuthi Muangsiri (2008) dalam penelitian yang berjudul
That Massage the That Way in Theory and Practice Bangkok, mengklaim
bahwa Traditional Thai Massase bisa meningkatkan kedalaman
pernapasan dan relaksasi, mengeluarkan racun dari massa otot,
meredakan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi otot dan
meningkatkan elastisitas otot. Selain itu, Eungpinichpong (2008) dalam
penelitian yang berjudul Therapeutic Thai Massage in Bangkok, juga
melaporkan bahwa Traditional Thai Massase dapat meningkatkan
relaksasi fisik dan mental, meningkatkan darah sirkulasi, mengurangi
rasa sakit dan kekakuan otot, dan meningkatkan jangkauan gerak dan
fleksibilitas otot di beberapa gangguan muskuloskeletal.
4. O (Outcome)
Diharapkan Traditional Thai Massase dapat diterapkan sehingga
dapat menghindari spasticity pada sendi dan dapat meningkatkan kualitas
hidup pada pasien stroke

E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Uji coba dilakukan menggunakan metode randomized controlled
trial yang dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang
menerima perlakuan atau kelompok yang mendapatkan Traditional thai
Massase dengan kelompok kontrol yang menerima program Physical
Therapy
2. Sampel penelitian
Jumlah responden sebanyak 186 responden yang dibagi kedalam
dua kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 93 responden.
a. Kriteria Inklusi
 Stroke Kronis (onset 3 bulan) dengan spasticity moderat sampai
berat dari siku atau lutut dalam setidaknya satu anggota tubuh
 Mampu berkomunikasi
b. Kriteria Eksklusi
 Demam 38 ° C atau lebih
 Tekanan darah yang tidak terkontrol
 Kecenderungan mengalami perdarahan dan mengkonsumsi obat
antikoagulan
 Patah tulang yang tak tersembuhkan
 Dermatitis kontak dan infeksi kulit
 Osteoporosis parah
 Riwayat injeksi toksin botulinum dalam 6 bulan terakhir
 Demensia berat atau gangguan psikologis yang tidak terkontrol
3. Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan Traditional Thai Massase dan Physical
Therapy. Pengukuran hasil primer diukur dengan menggunakan MAS.
MAS adalah tes klinis yang umum digunakan untuk menentukan
spastisitas, dengan penilaian dari nol (tidak ada peningkatan tonus otot)
sampai empat (bagian yang kaku dapat fleksi atau ekstensi).
Untuk hasil sekunder, Barthel Index (BI) digunakan untuk mengukur
kemampuan fungsional dalam perawatan diri dan mobilitas. Untuk
mengukur status psikologis pasien, peneliti menggunakan Hospital
Anxiety and Depression Scale (HADS). Selain itu, untuk mengukur
kualitas hidup, peneliti menggunakan Pictorial Thai QoL Test, yang terdiri
dari enam dimensi: fisik, kognitif, afektif, fungsi sosial, ekonomi, dan
harga diri.

F. PEMBAHASAN
Traditional Thai Massase adalah salah satu metode pengobatan
alternatif yang mudah dilakukan dengan tujuan relaksasi otot-otot. Massase
merupakan tehnik pemijatan reflexology yang melibatkan tekanan bagian-
bagian tertentu pada tubuh. Traditional Thai Massase menggunakan teknik
kompresi berkelanjutan pada otot yang ditargetkan bersamaan dengan
peregangan pasif yang spesifik. Terapis menggunakan berat tubuhnya sendiri
untuk memberikan tekanan ke tubuh pasien pada otot-otot selama sesi
massase (Buttagat, 2016).
Hal tersebut akan meningkatkan homeostasis dan merangsang zona
gerak refleks pada organ dalam tubuh. Selain itu, massase juga dapat
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan relaksasi. Hal tersebut dikarenakan
adanya pembebasan penyumbatan dan peningkatan aliran energi dengan
menyingkirkan asam laktat sehingga dapat meningkatkan sirkulasi darah
(Sibbritt, 2012). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Buttagat
(2016) bahwa massase dapat menurunkan rangsangan alpha-motoneuron
yang menyebabkan penurunan aktivitas listrik otot dan ketegangan otot.
Potensi mekanisme lainnya dimana Traditional Thai Massase memberikan
relaksasi fisik dan mengurangi ketegangan otot. Hal tersebut dikarenakan
massase dapat mengakibatkan pemanjangan sarkomer otot rangka yang
mengarah ke pemecahan jembatan actin/myosin sehingga mengakibatkan
penurunan ketegangan otot atau spasticity.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase subyek yang
mendapatkan Traditional Thai Massase memiliki skor MAS yang telah
menurun setidaknya satu grade setelah terapi. Peningkatan skore Barthel
Indeks juga terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh penurunan spasticity yang
menyebabkan pasien menggunakan anggota tubuh yang sakit lebih mudah,
sehingga dapat meningkatkan status fungsional. Selain itu, kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dapat ditingkatkan melalui pemulihan
motorik spontan pada pasien subakut stroke.
Peningkatan status fungsional pada pasien stroke dengan terapi
massase juga terdapat dalam penelitian dengan judul Role of Dalak
(massage) and Riyazat (exercise) in the Rehabilitation of Patients With Post
Stroke Hemiplegia (Zarnigar dan Abdul Rahaman, 2012). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa setelah dilakukan massase secara rutin, pasien
post stroke mengalami peningkatan yang signifikan pada kemampuan
anggota gerak bawah.
Pemberian sentuhan massase terbukti memiliki banyak dampak
positive pada pasien dengan berbagai kondisi. Sentuhan massase dapat
meningkatkan rasa nyaman dan kebahagiaan bagi setiap individu. Selain itu,
terdapat penurunan kecemasan dan penurunan sensasi nyeri dan dampak lebih
lanjut menyebabkan peningkatan motorik sensori sehingga membuat pasien
untuk dapat beraktivitas kembali. Hal ini merupakan suatu alasan kuat bahwa
dengan adanya massase, selain menurunkan kecemasan dan penurunan
sensasi nyeri, juga dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien stroke.
(Kristina Lamas, et all, 2016).
G. KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa Traditional Thai Massase dapat
meringankan spasticity, meningkatkan kemampuan fungsional, menurunkan
kecemasan dan depresi serta meningkatkan kualitas hidup setelah 6 minggu.

H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


1. Kelebihan
 Prosedur pemijatan dapat dilakukan dirumah
 Tehnik ini ekonomis karena tidak membutuhkan biaya besar
 Dapat meningkatkan kenyamanan pasien dan meningkatkan
kualitas hidup pasien
2. Kekurangan
 Pada jurnal ini tidak mencantumkan prosedur pemijatan secara
rinci.
 Ukuran sampel yang kecil.
 Hanya merekrut pasien rawat jalan yang mengunjungi rumah sakit
 Penelitian ini tidak mengevaluasi efek jangka panjang dari pijat
pada spasticity

I. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Penelitian dalam jurnal ini memberikan tambahan pengetahuan bagi
perawat dalam melakukan perawatan pada pasien stroke. Tindakan ini dapat
dilakukan di Ruang Perawatan atau saat perawat melakukan Homecare.
Dengan adanya Traditional Thai Massase yang rutin dilakukan pada pasien
stroke dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien stroke dan dapat
mencegah terjadinya komplikasi pasca stroke
DAFTAR PUSTAKA

Anuar, Haniza Mohd., Fadzil, Fariza., Ahmad, Norlaili., Ghani, Norsuria Abd.
(2011). “Urut Melayu for Post Stroke Patients : A Qualitative Study”. The
Journal Of Alternative and Complementary Medicine. Volume 18, Number
1. Marry Ann Liebert, Inc.

Buttagat, Vitsarut., Narktro, Thitipong., Onsrira, Kamonporn., Pobsamai,


Chaithawat. (2016). Short-Term Effects Of Traditional Thai Massage On
Electromyogram, Muscle Tension and Pain Among Patients With Upper
Back Pain Associated With Myofacial Trigger Points. Complementary
Therapies in Medicine 28 (2016) 8-12. Elsevier

Eungpinichpong W. (2008). Therapeutic That Massage Bangkok. Chonromdek


Publishing House; 2008: 35-109

Grand’maison, Francois. (2011). Spacity, Mobility Problems and Multiple


Sclerosis. Canada : Multiple Sclerosis Society Of Canada. Quebec Division.

Lamas, Kristina., Hager, Charlotte., Lindgren, Lenita., Wester, Per., Brulin,


Christine. (2016). Does Touch Massage Facilitate Recovery After Stroke? A
Study Protocol Of A Randomized Controlled Trial. Bio Med Central.
Complementary and Alternative Medicine. DOI 10.1186/s12906-016-1029-
9

Muangsiri, Chaithavuthi. (2008). That Massage The That Way in Theory and
Bangkok. Nuntapun Printing; 2005: 45-50

Sibbritt, David., Van Der Riet, Pamela., Dedkhard, Saowapa., Srithong,


Kannapatch. (2012). Rehabilitation of Stroke patient Using Traditional Thai
Massage, Herbal Treatments and Physical Therapies. Journal Of Chinese
Integrative Medicine. July 2012. Vol.10. No.7

Thanakiatpinyo, Thannita., Suwannatrai, Supakij., Suwannatrai, Ueamphon.,


Khumkaew, Phanitanong., Wiwattamongkol, Dokmai., Vannabhum,
Manmas., Pianmanakit, Somluck., Kuptniratsaikul, Vilai. (2014). “The
Efficacy Of Traditional Thai Massage in Decreasing Spasticity in Elderly
Stroke Patients”. Clinical Interventions in Aging 2014:9 1 311-1319
WHO. (2008). Fact Sheet : The Top Ten Causes Of Death. 06 April 2017.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf.

Zarnigar., Rahman, Abdul. (2012). Role of Dalak (massage) and Riyazat


(exercise) in the Rehabilitation of Patients With Post Stroke Hemiplegia.
Indian Journal Of Traditional Knowledge. Vol. 11 (4), October 2012.

You might also like