You are on page 1of 8

Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

2 (2016) : 149-156 149

FORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN BANDENG (Chanos chanos) DALAM


PEMBUATAN KUE KERING

Darmawangsyah1), Jamaluddin P2),Kadirman2)


1Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2 dan 3 Dosen PTP FT UNM

darmawansyahdewar@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the chemical and hedonic quality
pastries that have been fortified with fish bone meal. This study uses a Completely
Randomized Design (CRD), which consists of four treatment concentration, ie, without the
addition of fish bone meal (control), the addition of fish bone powder 8%, 10% and 12%.
The parameters observed in this study is the moisture content, ash content, calcium
content, and hedonic value pastries. Data were analyzed by analysis of variance and if
significantly different DMRT followed by a further test. The results of this study showed that
the greater the concentration of fish bone meal will increase the value of ash and calcium
levels pastries. However, all treatments had higher levels of water that meets quality
standards. The test results showed the treatment hedonic increasing concentration of fish
bone meal effect on the texture, aroma, and taste pastries produced. The best treatment is
the pastry with the addition of 10% fish bone meal with calcium level of 1.21%.
Keywords:Fortification, Fish bone meal, Cookies

PENDAHULUAN industri perikanan maupun tingkat


konsumsi ikan di rumah tangga (Aninda
Konsumsi ikan di Indonesia dari dkk., 2010). Limbah hasil industri
tahun ke tahun mengalami peningkatan, perikanan dapat dimanfaatkan sebagai
terkhusus komoditi ikan bandeng di bahan tambahan di dalam proses
Sulawesi Selatan yang meningkat pengolahan produk pangan. Salah satu
sebesar 13,6 %. Produksi pada tahun limbah hasil perikanan yang berpotensi
2008 sebesar 60.548,9 ton dan 78.187,5 di kembangkan adalah limbah tulang
ton pada 2010, hingga pada tahun 2013 ikan.
produksi ikan bandeng mencapai 80.000 Limbah tulang ikan banyak
ton (Hasriani, 2014). Data tersebut ditemukan di industri pengolahan ikan,
menunjukkan peningkatan nilai produksi seperti pengolahan otak-otak, bakso, dan
ikan dari tahun ke tahun cukup tajam, kerupuk ikan, (Dewi dan Akyhunul,
khususnya pada produksi ikan bandeng. 2008). Penanganan limbah yang
Peningkatan volume produksi berkorelasi dilakukan oleh sebagian besar industri
positif dengan volume limbah hasil perikanan hanya mengubur hasil limbah
industri pengolahan ikan bandeng. perikanan. Oleh karena itu, perlu ada
Limbah hasil industri perikanan pengolahan lebih lanjut agar limbah
seperti tulang, kepala, sisik, ekor, jeroan, tulang ikan tidak menjadi sampah yang
dan kulit ikan, belum di manfaatkan dapat mencemari lingkungan, limbah
dengan baik sehingga terus mengalami tulang ikan dapat dimanfatkan secara
peningkatan seiring perkembangan
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 150

optimal sebagai tepung tulang ikan untuk kalsium dibutuhkan untuk berbagai
bahan pangan (Mulia, 2004). fungsi penting dalam tubuh seperti
Tepung tulang ikan mengandung pembentukan tulang dan gigi, katalisator
nano kalsium dan kalsium fosfor yang reaksi biologis dan kontraksi otot (Mulia,
ketersediaannya paling tinggi di antara 2004).
kalsium lainya (Lestari, 2001). Pemanfaatan limbah tulang ikan
Kekurangan kalsium dalam masa bandeng sebagai sumber kalsium dan
pertumbuhan dapat menyebabkan fosfor merupakan salah satu alternatif
gangguan pertumbuhan, tulang kurang dalam rangka menyediakan sumber
kuat, bengkok, dan rapuh, yang pangan kaya gizi sekaligus mengurangi
dinamakan osteoporosis (Almatsier, dampak buruk pencemaran lingkungan
2002). Sumber kalsium yang paling akibat dari pembuangan limbah industri
populer adalah susu dan suplemen pengolahan ikan bandeng. Limbah tulang
kalsium. Akan tetapi, harga kedua ikan berpotensi dijadikan sebagai
produk tersebut masih di luar jangkauan sumber kalsium pada tubuh manusia dan
daya beli masyarakat Indonesia pada dimanfaatkan dalam pengolahan produk
umumnya. pangan yang mudah diterima
Prevalensi osteoporosis di masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk
Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai bahan pangan yang mudah diterima
53.6% pada kelompok wanita dan 34% masyarakat Indonesia berdasarkan cara
pada kelompok pria di atas 70 tahun, mengkonsumsinya yaitu kue kering atau
dan 18-36% pada wanita dan 20-27% cookies.
pada pria di bawah usia 70 tahun Kue kering adalah hasil olahan
(Rachman dan Setiyohadi, 2007). Hal yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
tersebut tidak terlepas dari kebiasaan dan merupakan salah satu jenis cemilan
konsumsi pangan sumber kalsium di dengan bahan baku utamanya adalah
kalangan masyarakat Indonesia yang tepung terigu (Esti, 2012). Mutu atau
masih rendah. Manusia dewasa kualitas kue kering selain ditentukan
membutuhkan asupan kalsium 500–800 berdasarkan kandungan kimia (kadar air,
mg/hari, kalsium dibutuhkan untuk kadar abu, karbohidrat, protein, dan
berbagai fungsi penting dalam tubuh lemak), dapat juga ditentukan dari
seperti pembentukan tulang dan gigi, tekstur, warna, rasa, aroma, dan bentuk
katalisator reaksi biologis dan kontraksi kue kering (Reski, 2011).
otot (Mulia, 2004). Prevalensi Alasan utama pemilihan produk
osteoporosis di Indonesia cukup tinggi, kue kering karena pangsa pasar kue
yaitu mencapai 53.6% pada kelompok kering cukup tinggi. Selain itu,
wanita dan 34% pada kelompok pria di konsumen kue kering mencakup segala
atas 70 tahun, dan 18-36% pada usia sehingga penyajian produk dalam
wanita dan 20-27% pada pria di bentuk kue kering akan membuat
bawah usia 70 tahun (Rachman dan masyarakat lebih mudah menerima
Setiyohadi, 2007). Hal tersebut tidak produk kue kering sebagai alternatif
terlepas dari kebiasaan konsumsi bahan pangan yang kaya kalsium.
pangan sumber kalsium di kalangan Penelitian ini bertujuan untuk
masyarakat Indonesia yang masih mengetahuikarakteristik kimia (air, abu,
rendah. Manusia dewasa membutuhkan dan kalsium) dan Hedonik (warna,
asupan kalsium 500–800 mg/hari, tekstur, cita rasa, dan aroma) kue kering.
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 151

Bahan-bahan yang digunakan


METODE PENELITIAN dalam penelitian ini adalah tepung tulang
ikan bandeng, tepung terigu, tepung
Penelitian yang dilakukan terdiri gula, susu skim, margarin, mentega,
dari dua tahap, yaitu penelitian garam, baking powder, telur ayam ras,
pendahuluan (penelitian tahap pertama) dan air.
dan penelitian utama (penelitian tahap
kedua). Penelitian pendahuluan Prosedur Penelitian
dilakukan sebagai acuan penelitian
utama, penelitian tahap pertama Proses pembuatan tepung tulang ikan
dilakukan penyiapan bahan fortifikasi
berupa pembuatan tepung tulang ikan 1. Tulang ikan bandeng segar yang
bandeng, sedangkan penelitian utama diambil dari industri pengolahan ikan
yaitu pembuatan kue kering yang bandeng tanpa tulang.
difortifikasi dengan tepung tulang ikan 2. Tulang ikan direbus selama 1 jam
bandeng dengan berbagai konsentrasi. pada suhu ±80°C menggunakan
Jenis penelitian ini adalah panci kukusan.
penelitian kuantitatif dengan pendekatan 3. Tulang ikan ditiriskan dan dicuci
eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan air mengalir untuk
terdapat perlakuan kontrol dan perlakuan memisahkan daging ikan bandeng
eksperimen sebagai acuan antara yang melekat di tulang ikan.
keadaan awal dengan keadaan setelah 4. Tulang ikan yang bersih direbus
diberi perlakuan. kembali selama 1 jam pada suhu
±80°C.
Waktu dan Tempat 5. Kemudian tulang ikan dilunakkan
menggunakan panci presto selama 1
Penelitian ini dilaksanakan pada jam dalam suhu 121°C.
September-Oktober 2015 di 6. Tulang ikan yang telah dipresto
Laboratorium Pendidikan Teknologi dikeringkan menggunakan room dryer
Pertanian FT-UNM. Analisis mutu kimia dengan suhu rata-rata 48°C selama
yaitu uji kadar air, kadar abu, dan 4,45 jam.
kalsium produk dilakukan di 7. Tulang ikan yang sudah kering,
Laboratorium Balai Besar Industri dihaluskan menggunakan blender.
Perkebunan Makassar. 8. Tulang ikan yang telah halus
selanjutnya diayak dengan ayakan 80
Alat dan Bahan mesh.
9. Tepung tulang ikan disimpan dalam
Alat-alat yang digunakan dalam toples untuk bahan fortifikasi
penelitian ini adalah timbangan digital, pembuatan kue kering.
timbangan analog, sarung tangan karet,
pisau, panci, presto, blender, ayakan 80 Proses pembuatan kue kering
mesh, termometer digital, wadah, mixer,
cetakan kue, spatula, kuas, penggiling 1. Pencampuran bahan cream (tepung
adonan, talenan, oven listrik, gelas ukur, gula, susu skim, margarin, mentega,
mistar, toples. garam, baking powder, telur, dan air
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 152

mineral) penyusun kue kering Kadar air kue kering perlakuan


menggunakan mixer selama 5 menit. penambahan tepung tulang ikan lebih
2. Setelah adonan bahan cream rendah jika dibandingkan kadar air kue
penyusun tercampur dengan rata, kering kontrol. Hal ini disebabkan air
kemudian tepung terigu dan tepung yang terdapat pada kue kering akan
tulang ikan bandeng dicampurkan terikat oleh partikel Ca++ yang terdapat
pada masing-masing konsentrasi pada tepung tulang ikan, sehingga
yang telah ditentukan. kadar air menjadi berkurang. Menurut
3. Perlakuan penambahan tepung Mahani (1999) adanya penambahan
tulang ikan yang diberikan yaitu 0% tepung tulang ikan berarti terjadi
(kontrol), 8%, 10%, dan 12%. penambahan partikel Ca++ yang akan
4. Pengadukan menggunakan rubber mengikat partikel OH- yang merupakan
spatula selama 5 menit sampai bagian dari unsur-unsur air atau H2O
berbentuk adonan. sehingga kadar air berkurang seiring
5. Permukaan adonan diratakan dengan penambahan tepung tulang ikan.
menggunakan roll penggiling kue.
6. Pencetakan kue kering menggunakan 5.00
cetakan persegi. 4.15
Kadar air kue kering (%)
3.93
3.68 3.71
7. Pemanggangan dalam oven selama 4.00
15 menit dengan suhu 180°C. 3.00
8. Kue kering dikemas dalam toples
untuk di analisis. 2.00

1.00
Teknik Pengumpulan dan Analisis
Data 0.00
K (0) A (8) B (10) C (12)
Teknik pengumpulan data yang Konsentrasi tepung tulang ikan bandeng
dilakukan dalam penilitian ini adalah (%)
menggunakan metode observasi, Gambar 1. Hasil Uji Kadar Air Kue Kering
analisis data menggunakan analisis sidik Dengan Konsentrasi Tepung Tulang Ikan
ragam (ANOVA) menggunakan program Bandeng
SPSS versi 20.
Kadar abu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai kadar abu terhadap kue
Kadar air kering yang dihasilkan cenderung
meningkat mulai dari perlakuan 0%
Hasil penelitian menunjukan kadar (kontrol) yaitu sebesar 0,97% hingga
air kue kering yang dihasilkan dapat konsentrasi 12% sebesar 4,38%.
dilihat pada Gambar 1. Kadar air kue Gambar 2 menunjukkan kadar abu kue
kering tertinggi terletak pada perlakuan kering tulang ikan bandeng mengalami
0% (kontrol) sebanyak 4,15 %, peningkatan seiring bertambahnya
sedangkan kadar air terendah terletak jumlah tepung tulang ikan bandeng yang
pada konsentrasi 8% dengan kadar air ditentukan ke dalam formulasi kue kering
3,68%. yang dihasilkan.
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 153

Tingginya kadar abu kue kering 5.00

Kadar kalsium kue kering (%)


perlakuan penambahan tepung tulang
ikan disebabkan oleh komponen 4.00
penyusun utama tulang ikan adalah
3.00
mineral. Dalam tulang terkandung sel-sel
hidup dalam bentuk garam mineral. 2.00
1.41
Garam mineral merupakan komponen 1.02 1.21
yang terdiri dari kalsium fosfat sebanyak 1.00
0.14
80% dan sisanya terdiri dari kalsium 0.00
karbonat dan magnesium fosfat K (0) A (8) B (10) C (12)
(Tababaka, 2004), sehingga unsur ini Konsentrasi tepung tulang ikan bandeng
membuat kadar abu pada produk kue (%)
kering meningkat. Peningkatan kadar Gambar 3. Hasil uji kadar kalsium kue
abu pada produk akibat perlakuan kering dengan konsentrasi tepung tulang
tepung tulang ikan yang digunakan. ikan bandeng
5.00 4.38 Kadar kalsium kue kering pada
Kadar abu kue kering (%)

4.00
3.90 konsentrasi 0%, 8%, 10%, dan 12%
3.28 cenderung mengalami peningkatan
3.00 seiring bertambahnya konsentrasi tepung
2.00 tulang ikan bandeng.Peningkatan kadar
0.97 kalsium ini disebabkan adanya bahan
1.00 yang mengandung kalsium cukup tinggi
0.00 yaitu tepung tulang ikan bandeng yang
K (0) A (8) B (10) C (12) digunakan, berdasarkan penelitian
Konsentrasi tepung tulang ikan bandengpendahuluan tepung tulang ikan
(%)
bandeng memiliki kadar kalsium 14,16%.
Gambar 2. Hasil uji kadar abu kue kering
dengan konsentrasi tepung tulang ikan Hedonik Warna
bandeng
Hasil uji hedonik terhadap warna
Kadar kalsium kue kering yang dihasilkan menunjukkan
tingkat kesukaan panelis bervariasi
Hasil analisis kadar kalsium kue dengan nilai kisaran 3,03 hingga 3,09
kering yang dihasilkan pada Gambar 3. (Gambar 4). Skor ini menjelaskan bahwa
Kadar kalsium terendah diproleh dari tingkat kesukaan panelis terhadap warna
perlakuan 0% (kontrol) dengan nilai kue adalah suka.
0,14%, sedangkan kadar kalsium Konsentrasi penambahan tepung
tertinggi kue kering terdapat pada tulang ikan bandeng tidak memberikan
konsentrasi 12% dengan nilai 1,41%. pengaruh nyata terhadap warna kue
kering yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan penambahan konsentrasi
tepung tulang ikan yang digunakan pada
produk kue kering cenderung rendah dan
warna kue kering dipengaruhi oleh
bahan-bahan yang digunakan dalam
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 154

pembuatan kue kering terutama oleh 5.00


lemak, gula, dan telur (Pratiwi, 2008). 4.00 3.43 3.52 3.60

Nilai hedonik tekstur


2.81
5.00 3.00

kue kering
4.00 2.00
3.05 3.09 3.03 3.08
Nilai hedonik warna

3.00 1.00
kue kering

2.00 0.00
K (0) A (8) B (10) C (12)
1.00 Konsentrasi tepung tulang ikan bandeng
0.00 (%)
K (0) A (8) B (10) C (12) Gambar 5. Hasil uji hedonik tekstur kue
Konsentrasi tepung tulang ikan bandeng kering dengan konsentrasi tepung tulang
(%) ikan bandeng
Gambar 4. Hasil uji hedonik warna kue
kering dengan konsentrasi tepung tulang Hedonik cita rasa
ikan bandeng
Hasil penelitian menunjukkan
Hedonik tekstur tingkat kesukaan yang terus menurun
dari perlakuan 0% (kontrol) sampai
Gambar 5 menjelasakan tingkat dengan konsentrasi tertinggi 12%
kesukaan panelis terhadap tekstur kue (Gambar 6). Perlakuan konsebtrasi ikan
kering yang dihasilkan menunjukkan 0% (kontrol) memperoleh nilai tertinggi
perlakuan 0% (kontrol) memiliki tingkat dengan skor 3,40, sedangkan nilai
kesukaan terendah yaitu 2,81 (agak terendah terletak pada perlakuan 12%
suka) sedangkan konsentrasi 8%, 10%, dengan nilai kesukaan 2,84 (suka).
dan 12% cenderung mengalami
peningkatan yang tinggi dengan nilai 5.00
tingkat kesukaan 3,43-3,60 (sangat
Nilai hedonik cita rasa

4.00 3.40
suka). Hal ini berhubungan dengan 3,21 3.03 2.84
penambahan tepung tulang ikan ke 3.00
kue kering

dalam kue kering, semakin besar 2.00


penambahan tepung tulang ikan akan
menambah kerenyahan kue kering yang 1.00
dihasilkan. 0.00
Kerenyahan kue kering K (0) A (8) B (10) C (12)
disebabkan tepung tulang ikan Konsentrasi tepung tulang ikan bandeng
mengandung protein, dimana protein (%)
memiliki gugus hidrofil (Pratiwi, 2008). Gambar 6. Hasil uji hedonik cita rasa
Gugus hidrofil pada protein jauh lebih kue kering dengan konsentrasi tepung
banyak dibandingkan pati, sehingga tulang ikan bandeng
tekstur semakin bertambah gurih dan
renyah (Tababaka, 2004). Konsentrasi tepung tulang ikan
yang ditambahkan sudah cukup tinggi,
sehingga rasa khas ikan telah dimakan
dan berpengaruh terhadap penilaian
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 155

panelis. Semakin banyak konsentrasi 5.00


tepung tulang ikan yang ditambahkan, 4.00 3.36

Nilai hedonik aroma


rasa khas tepung tulang ikan makin 3.12 3.03
2.80
terasa, sehingga tingkat kesukaan 3.00

kue kering
panelis pun menurun. 2.00

1.00
Hedonik aroma
0.00
Hasil penilaian panelis terhadap K (0) A (8) B (10) C (12)
aroma kue kering dapat dilihat pada Konsentrasi tepung tulang ikan bandeng
Gambar 7. Penilaian hedonik (%)
menunjukkan tingkat kesukaan aroma Gambar 7. Hasil uji hedonik aroma kue
kue kering yang dihasilkan cenderung kering dengan konsentrasi tepung tulang
mengalami penurunan dari perlakuan 0% ikan bandeng
(kontrol) hingga konsentrasi tertinggi
12%. Hal ini disebabkan pada KESIMPULAN
konsentrasi tepung tulang ikan yang
digunakan, aroma khas ikan bandeng Kesimpulan dari hasil penelitian ini
yaitu berbau lumpur dan tanah yang adalah :
melekat pada tepung tulang ikan 1. Hasil uji kimia kue kering
bandeng, telah mempengaruhi aroma menunjukkan perlakuan
produk kue kering yang dihasilkan, penambahan tepung tulang ikan
menurut Maulida, (2005), aroma khas berpengaruh terhadap
pada tepung tulang ikan sulit untuk peningkatan kadar abu dan kadar
dihilangkan dan cenderung menutupi kalsium kue kering yang
aroma khas bahan tambahan yang dihasilkan. Namun, kue kering
dicampurkan dalam pembuatan kue perlakuan penambahan tepung
kering. tulang ikan menghasilkan nilai
Nilai tertinggi panelis diperoleh dari kadar air yang memenuhi standar
kue kering perlakuan 0% dengan rata- mutu kue kering.
rata nilai kesukaan 3,36 (suka) dan 2. Hasil uji Hedonik kue kering
terendah pada konsentrasi 12% yaitu menunjukkan perlakuan
2,80 (suka). Hal ini menjelaskan bahwa penambahan konsentrasi tepung
aroma kue kering yang dihasilkan dapat tulang ikan berpengaruh terhadap
diterima oleh panelis. tekstur, cita rasa, dan aroma kue
kering yang dihasilkan. Perlakuan
terbaik adalah kue kering dengan
penambahan tepung tulang ikan
10% dengan kadar kalsium 1,21%.

DAFTAR PUSTAKA

Aninda R A, Siti N K, Nikmatur R. 2010.


Program Kreativitas Mahasiswa
Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan
Bandeng (Chanos Chanos)
Darmawangsyah, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 149-156 156

Sebagai Bakso Berkalsium Tinggi. Rachman I A, & Setiyohadi B. 2007.


Malang. Universitas Negeri Penyakit Osteoporosis. Makassar,
Malang. (on line).
(http://www.medicastore.com/oste
Dewi, F & Akyhunul, J. 2008. Efektifitas
oporosis/index.html Akses Tanggal
penggunaan asam sitrat dalam
pembuatan galetin tulang ikan 01 September 2015).
bandeng (chanos-chanos forskal). Reski A M. 2011. Pemanfaatan Ekstraksi
Malang. Universitas Islam Negeri Kulit Ari Biji Kakao (Theobroma
Maulana Malik Ibrahim Malang. Cacao L) Pada Produk Cookies
Cokelat, skripsi diterbitkan.
Esti S P. 2012. Pemanfaatan Tepung Ubi
Makassar: Fakultas Pertanian,
Kayu Dan Tepung Biji Kecipir
Fakultas Pertanian Universitas
Sebagai Substitusi Terigu Dalam
Hasanuddin.
Pembuatan Cookies.Skripsi
diterbitkan.Surakarta: Fakultas Tababaka R. 2004. pemanfaatan tepung
Pertanian Universitas Sebelas tulang ikan patin (pangasius.sp)
Maret. sebagai bahan tambahan kerupuk.
Skripsi diterbitkan Bogor: Fakultas
Hasriani. 2014. Produksi Perikanan
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Sulsel Naik 30,6 Persen. 31 mei
Institut Pertanian Bogor.
2014. 18:42. Tribun timur.
Makassar.
Lestari S. 2001. pemanfaatan limbah
tulang ikan tunah menjadi tepung.
Bogor. Fakultas ilmu perikanan
dan kelautanIPB.
Mahani, 1999. Pembuatan Cookies Yang
Diperkaya Akan Kalsium. Skripsi
diterbitkan. Bogor: Fakultas
Pertanian, Insitut Pertanian Bogor.
Mulia, 2004. Kajian Potensi Limbah
Tulang Ikan Patin (Pangsius SP)
Sebagai Alternatif Sumber Kalsium
Dalam Produk Mi Kering.Skripsi
diterbitkan. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Insitut
Pertanian Bogor.
Pratiwi M A. 2008. Pemanfaatan Tepung
Hotong (Setaria italica (L) Beauv.)
dan Pati Sagu dalam Pembuatan
Cookies. Skripsi diterbitkan. Bogor:
Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

You might also like