You are on page 1of 35

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN EKTOPIK

Disusun Oleh :

Kelompok 1

RESA VALENTINA (10215017)

SOFIA ERFANI (10215002)

SHINTA PUTRI GITAYU (10215026)

FITRIAH NURUL HIDAYAH (10215010)

AJENG RAHMA MIAJI (10215047)

DADANG ARI WIBOWO (10215037)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji Syukur tercurahkan kepada Allah SWT karena atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini tepat
pada waktunya. Dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN
EKTOPIK”. Banyak kesulitan yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi
dengan semangat dan kegigihan serta arahan dari dosen, kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.

kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kami menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini dan bermanfaat bagi
kami dan pembaca pada umumnya.

Kediri, 17 Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi kehamilan etopik.............................................................. 4
2.2. klasifikasi kehamilan etopik.......................................................... 4
2.3. Etiologikehamilan ektopik............................................................. 5
2.4. Patofisiologi kehamilan ektopik.................................................... 6
2.5. Manifestasi klinis kehamilan ektopik............................................ 8
2.6. Pemeriksaan diagnostik................................................................. 8
2.7. Komplikasi kehamilan ektopik...................................................... 10
2.8. Penatalaksanaan kehamilan ektopik.............................................. 10
2.9. Pathways kehamilan ektopik......................................................... 14
2.10. Asuhan keperawatan kehamilan ektopik ...................................... 16
BAB III CONTOH KASUS
2.1. Contoh Kasus ................................................................................ 24
2.2. Pengkajian...................................................................................... 24
2.3. Intervensi ...................................................................................... 27
2.4. Implementasi ................................................................................. 29
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 31
3.2 Saran............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus, sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun, frekuensi kehamilan ektopik yang berulang di
laporkan berkisar antara 0%-14,6%. Apabila tidak di atasi atau di beri penanganan secara
tepat dan benar akan membahayakan bagi si penderitan (sarwono,2000)
Riset World Health Organization (WHO) 2007 menunjukkan bahwa, KET

merupakan penyebab satu dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara maju. 2Dengan
60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari populasi masyarakat, angka kejadian KET di
Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda dengan negara maju, menurut WHO (aling
.,dkk, 2014)
Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik. Kehamilan pada
pars intrestisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat pada rahim,
namun jelas sifatnya abnormal dan ektopik. Dalam pembicaraan selanjutnya keduannya
di masukkan kealam kehamilan ektopik (Pranoto,2013). Pendarahan Gejala yang muncul
pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya
implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial
menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini
dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak
mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Oleh karena itu penulis mengambil
judul paresthesia yang diharapkan pembaca dapat mengetahui apa itu kehamilan ektopik
dan asuhan keperawatannya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Kehamilan Etopik ?
2. Apakah Etiologi terjadinya Kehamilan Etopik ?
3. Bagaimana Patofisiologi terjadinya Kehamilan Etopik ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik) terjadinya Kehamilan Etopik ?
5. Bagaimana Komplikasi dari Kehamilan Etopik ?
6. Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang dari Kehamilan Etopik ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Kehamilan Etopik ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Kehamilan Etopik ?

1.3. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Kehamilan Ektopik
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian Kehamilan Etopik
b. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya Kehamilan Etopik
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya Kehamilan
Etopik
d. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi
klinik) terjadinya Kehamilan Etopik
e. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari Kehamilan Etopik
f. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari Kehamilan
Etopik
g. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan Kehamilan Etopik
h. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan
Kehamilan Etopik

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Manfaat teoritis
Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan khususnya dunia
pendidikan ilmu keperawatan dan sebagai sumber informasi dalam menjawab

2
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
1.4.2. Manfaat praktis
1) Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan
dapat menambah pertimbangan referensi.
2) Bagi insititusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada
didalamnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN
.1 Definisi kehamilan etopik
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ekstrauterine (ektopik) adalah implantasi dari oosit yang telah dibuahi
di luar rongga rahim (Florin et.al, 2015).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berlokasi di luar endometrium normal,


sedangkan kehamilan ekstrauterine adalah kehamilan yang berlokasi di luar uterus
(Manuaba, 2003)

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telurnya telah
dibuahi tetapi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri dan akibatnya
tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi teersebut tidak dapat
menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan akan
terjadi kehamilan ektopik terganggu (ilmu kebidanan Sarwono dalam Nanda, 2015).

.2 klasifikasi kehamilan etopik


klasifikasi kehamilan ektopik menurut Nanda NIC NOC(2015) :
a kehamilan tuba
1. intertisial
2. isthmus
3. ampula
4. fimbrial
b kehamialan ovarial
c kehamilan abominal
1. primer
2. sekunder
d kehamilan tubo-ovarial

4
e kehamilan intraligamenter

Gb 1. Klasifikasi kehamilan ektopik

.2 Etiologi kehamilan ektopik


1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen
tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba

5
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur
yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)

( Winkjosastro, 2005 - Varney, 2007 - Cunningham, 2006)

2.4 Patofisiologi kehamilan ektopik


Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi
tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar
tuba maupun secarainterkolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada
ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga
zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di

6
antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan
endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis
dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan
merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi
berkembang, dan perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi
trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami
hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun
berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium
menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya
bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah:
1) hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,
2) abortus ke dalam lumen tuba
3) ruptur dinding tuba.

Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris,
sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus tuba,
bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus
berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta.
Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui
ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan
membentuk hematokel retrouterina.
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena
pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars
interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada di
dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars
interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal
karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan

7
pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi.
Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun
diindikasikan. Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars
interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus
dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba,
masih terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka
kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin,
plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus,
usus dan ligamen (Rachimhadhi, 2005).

2.5 Manifestasi klinis kehamilan ektopik


Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan
haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri abdominal
atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan pada usia
kehamilan 6 – 8 minggu saat timbulnya gejala tersebut di atas. Gejala lain yang muncul
biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada
payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik
didapatkan pelvic tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa. (Saifuddin, 2002;
Cunningham et al, 2005).

2.6 Pemeriksaan diagnostik


Penegakan diagnosis pada kehamilan ektopik belum terganggu sangat sukar, maka
memerlukan alat bantu diagnostik yaitu :
1. Ultrasonografi (apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalamnya
tampak denyut jantung janin)
2. Kuldoskopi (cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah atau cairan lain).
Sedangkan penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu dilakukan melalui :
1. Anamnesis
Bisa ditemukan haid terlambat, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, perdarahan
pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah.
2. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahn dalam rongga perut tanda-
tanda syok dapat ditemukan.

8
3. Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks mungkin
bisa nyeri. Bila uetrus dapat teraba maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pengukuran hemaglobin, hematokrit, dan hitung lekosit serta kadar gonadotropin
kronik dan progesteron serum.
5. Dilatasi dan kerokan
Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan
ektopik tidak dianjurkan.
6. Kuldosentesis
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk apakah dalam cavum douglas ada darah
atau cairan lain. Cara ini untuk mengidentifikasi hemoperitoneum.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnostik pasti
ialah apabila ditemukan kantunng gestasi di luar uterus yang di dalanya tampak
denyut janin.
8. Laparoskopi
Pemeriksaan bagian perut dengan bantuan LAPA-ROSCOPE (alat untuk
memeriksa rongga perut). Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu
diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur
diagnostik yang lain meragukan.
9. β-hCG serum kuantitatif plus sonografi
bila kehamilan didiagnosis seorang wanita dengan hemodinamika stabil yang
dicurigai mengalami kehamilan ektopik, penatalaksanaan berikutnya didasarkan
pada nilai β-hCG serum serial dan sonografi.
10. Kuretase
Diferensiasi antara abortus imminens atau incomplet dangan kehamilan tuba pada
banyak kasus dapat dilakukan dengan kuretase rawat jalan.
11. Laparatomi
Tindakan lebih disukai jika wanita tersebut secara hemodinamik tidak stabil, atau
kalau tidak mungkin dilakukan laparaskopi.
(Wiknjosastro, 2005 – Cunningham, 2006)

9
2.7 Komplikasi kehamilan ektopik
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus
tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara
mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars
ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi
peradangan lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan yang
berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.

a. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika rupture tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding). Ini merupakan indikasi
operasi.
b. Infeksi
c. Sub-ileus karena massa pelvis
d. Sterlitas
e. Kemungkinan kehamilan ektopik di masa depan

Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah


mengalami kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan
berarti tidak dapat mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki
kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan. Apabila saluran
tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang
wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya
namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba
terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di
sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan
berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang
berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik
apabila spiral diangkat.

2.8 Penatalaksanaan kehamilan ektopik


Penatalaksanaan pada kehamilan ektopik ada 2, yaitu :

1. Pengobatan dengan Methotrexate

10
Methotrexate dapat diberikan, memungkinkan tubuh menyerap jaringan
kehamilan dan dapat menyelamatkan tuba falopi, tergantung pada seberapa jauh
kehamilan telah berkembang.  Jika tabung telah meregang atau telah pecah dan
mulai berdarah, sebagian atau semua itu mungkin harus dilepas. Dalam kasus ini,
perdarahan perlu dihentikan segera, dan operasi darurat diperlukan (American
Pregnancy Assosiation, 2017).
2. Pembedahan
Perawatan bedah kehamilan ektopik terdiri dari prosedur pemeliharaan organ
atau salpingectomy. Prosedur pemeliharaan organ mencakup salpingotomi linier,
ekspresi transampullary, atau reseksi segmental (salpingektomi parsial dengan
reanastomosis primer atau sekunder); Tujuan utamanya adalah hanya
memindahkan jaringan trofoblastik. Metode diagnostik yang lebih baik sekarang
memungkinkan sebagian besar pasien memiliki pilihan dari pada pilihan operasi
darurat . Laparoskopi adalah standar emas untuk perawatan bedah untuk kehamilan
ekstrauterine. Laparotomi dilakukan hanya jika laparoskopi tidak memungkinkan
untuk alasan teknis, logistik, atau medis.
Kelebihan laparoskopi di atas laparotomi adalah akses yang lebih cepat ke
perut, operasi lebih pendek, kehilangan darah lebih sedikit, adhesi postoperatif
yang kurang ekstensif, pemulihan lebih cepat, dan biaya rawat inap dan rehabilitasi
yang lebih rendah. Tingkat serum hCG biasanya turun tajam pada hari pertama
setelah operasi, sampai kurang dari separuh nilai awalnya.
Dalam salpingotomi linier (pembukaan tabung/tuba secara langsung selama
kehamilan dengan sayatan lurus, dibuat dengan jarum monopolar), trauma bedah
pada tabung/tuba harus dilakukan seminimal mungkin. Dalam kasus yang jarang
terjadi, kehamilan ektopik dapat diekspresikan melalui ampula ("milked out")
dengan bantuan forsep forra rem atraumatik. Teknik ini hanya berhasil dalam kasus
luar biasa dan tidak boleh dipaksa. Reseksi segmen diindikasikan jika kehamilan
tuba yang besar telah menghancurkan dinding tuba ipsilateral dan pasien ingin
tetap subur meskipun tuba falopi kontralateral berpenyakit atau tidak ada (Florin
et.al, 2015).

Pembedahan Perawatan medis (methotrexate) *


indikasi indikasi
- pecah - hCG <5000 IU / L
- ketidakstabilan hemodinamik - naik tingkat hCG dalam 48 jam

11
- gejala (misalnya., nyeri) - yang normal:, leukosit, trombosit, enzim-
- laparoskopi diagnostik enzim hati hemoglobin
- dicurigai kehamilan heterotopic - diameter kantung kehamilan <4 cm
kontraindikasi absolut
- kehamilan intrauterin
- penekanan kekebalan
- hipersensitivitas methotrexat e
- penyakit paru aktif
- ulkus peptikum aktif
- disfungsi ginjal atau hati yang signifikan
secara klinis
- ASI
- kehamilan ekstrauterin pecah
- ketidakstabilan hemodinamik
kontraindikasi relatif
- hCG> 5000 IU / L
- keberatan transfusi darah
- tindak lanjut tidak mungkin
Prosedur operasi
-organ (tuba) operasi pelestarian
- salpingotomy
- reseksi segmental (parsial salpingectomy)
- ekspresi transampullary ( “milk-out”)
indikasi untuk prosedur ablatif
(salpingectomy)
- perdarahan tak terkendali
- perusakan tuba ditandai
- kekambuhan ipsilateral
- sebelum sterilisasi ipsilateral
Follow up Follow up
- pengukuran hCG mingguan sampai - pengukuran hCG mingguan sampai
normalisasi normalisasi
- kehamilan extrauterine persisten / jaringan - kehamilan extrauterine persisten / jaringan
trofoblastik: trofoblastik:
- re-laparoskopi - ulangi administrasi methotrexate
- terapi obat (methotrexate) jika terindikasi - operasi ketika terindikasi
Tabel penatalaksanaan kehamilan ektopik menurut Pisarska et al. (8) dalam florin (2015)

*1 Digunakan dalam: kehamilan persisten tuba atau jaringan trofoblas, non-tuba kehamilan
ekstrauterin / heterotopic kehamilan dikombinasikan pendekatan: operasi dan aplikasi obat
lokal.
*2 Apapun pengobatan yang diberikan, semua pasien Rh-negatif yang non-sensitif harus
diberikan pasca perawatan anti-D profilaksis, seperti setelah aborsi intrauterin.

12
13
Faktor pada dinding Pengaruh factor dalam
Faktor lain : Pengaruh proses Faktor
tuba: endometriosis lumen tuba Pengaruh factor Penggunaan
bayi tabung IVT induksi lain:migrasi luar
tuba,divertikel tuba fungsional kontrasepsi(hormonal)
ovulasi ovum,fertilisasi
kongingetal,tumor
in vitro
Riwayat operasi
Kelainan peristaltic
tuba,salpingitis,
Perubahan hormonal Meningkatkan kadar esterogen kontraksi tuba
Terjadi penonjolan perlekatan tuba
keluar rahim Pertumbuhan
Perubahan kadar esterogen yang terlalu
dan progesteron cepat
Tuba tertekan Perlengketan intra-
maupun
ekstrahiminal pada Perubahan jumlah & afinitas reseptor
tuba andrenegik pada uterus & otot polos sel
telur
Menghambat
Peristaltic tuba menjadi
perjalanan
lambat
zigot
Zigot tidak sampai ke
kavum uteri
Implatansi zigot terjadi sebelum
sampai kavum uteri

Kurang Klien tidak Kehamilan ektopik


Kurang pengetahuan
informasi tau patologis
jalannya
penyakit

14
Hasil nidasi membesar dan mendesak ruang tuba

Aliran darah
Terbukanya villik
Ruptur terganggu
korialis
tuba Penembusan Villi Korialis ke dalam
lapisan muskuralis menuju Kurangnya
Operasi Perencanaan peritonium Terjadi abortus tuba Suplai O2 dan
Tindakan nutrisi
Produksi ovum tidak
maksimal karena pembedahan Perdarahan pada
salpingektomi Sel telur tumbuh ke lumen tuba Pertumbuhan
hanya satu yang
dalam rongga ovum terganggu
berfungsi
peritonium
Kurangnya
amenorea Terjadinya Cairan
Ovum mati dini
ruptur
Klien merasa gelisah, cemas, berduka
Resiko Syok Janin mati
takut, stress, khawatir dengan Perdarahan dalam Di reabsorbsi
Hipovolemik
keadaannya. rongga peritonium
Pelepasan Janin
Pasien takut atau cemas desidua amenorea
Ansietas akan tindakan Nyeri perut spotting
pembedahan bagian bawah
Klien merasa gelisah, cemas,
Gangguan rasa Ansietas takut, stress, khawatir dengan
nyaman Nyeri Akut keadaannya.

15
2.10 Asuhan keperawatan kehamilan ektopik
1. Pengkajian
1. Identitas meliputi :
a. Nama
b. Alamat
c. No. MR
d. Perkawinan, dll
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri abdomen, aminore, pendarahan vagina, nyeri tekan anoksa masa
adneksa.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Keluhan yang dirasakan klien sebelum masa kehamilan atau klien pernah
mengalami hal ini sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang mengidap penyakit keturunan atau penyakit
yang sama.
d. Riwayat kehamilan
e. Riwayat persalinan
f. Riwayat obstetrik
- Menanyakan berapa kali ibu itu hamil.
- Menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak.
- Menanyakan apakah klien pernah mengalami abortus.
- Menanyakan apakah kehamilan sebelumnya mengalami kelainan.
- Menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim.
3. Aktifitas sehari – hari
4. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus)
a. Makan minum : nafsu makan menurun (anoreksia), mual, muntah,
mukosa bibir kering pucat.
b. Eliminasi : BAB => konstipasi, nyeri saat BAB
BAK => sering kencing

16
c. Aktivitas : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat odema pada
ekstremitas bawah (tungkai kaki)
2. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Mulut : Bibir pucat
b. Payudara : Hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : Terdapat pembesaran abdomen
d. Genetalia : Terdapat perdarahan pervagina
e. Ekstremitas : Dingin
2. Palpasi
a. Abdomen : Uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK,
nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3. Auskultasi
a. Abdomen : Bising usus (+), DJJ (-)
4. Perkusi
a. Ekstremitas : reflek patella + / +
- Pemeriksaan fisik secara umum
a. Penderita tampak anemis dan sakit.
b. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma-tidak sadar.
c. Daerah ujung (ekstremitas) dingin.
d. Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah turun sampai syok.
e. Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri
saat perabaan.
f. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
g. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas dinding abdomen
- Pemeriksaan fisik khusus melalui vaginal
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks.
b. Kavum Douglas menonjol dan nyeri.
c. Mungkin terasa tumor di samping uterus.
d. Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

17
e. Pemeriksaan ginekologis : seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Koldo sintesis
b. Laparaskopi
c. Ultra sonografi
4. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan yang meningkat.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan
perdarahan.
3. Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi, pendarahan intraperitonial.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri ) b.d nyeri perut bagian bawah.
5. Ansietas b.d prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
7. Berduka b.d kehilangan/kematian janin.
5. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


. Keperawatan hasil
1. Resiko syok Tujuan : a. Monitor keadaan 1. Untuk memonitor
hipovolemik b.d - Setelah dilakukan umum klien. kondisi klien selama
perdarahan yang tindakan b. Observasi vital perawatan terutama saat
meningkat. keperawatan sign setiap 3 jam terjadi perdarahan.
selama 1x24 jam atau lebih. 2. Perawat perlu terus
diharapkan syok c. Kolaborasi mengobservasi vital
hipovolemik tidak Pemberian cairan sign untuk memastikan
terjadi. intravena. tidak terjadi presyok /
Kriteria hasil : syok.
1. Perdarahan 3. Cairan intravena
berkurang. diperlukan untuk
2. Tanda vital dalam mengatasi kehilangan
batas normal. cairan tubuh secara

18
3. hebat.
2. Kekurangan Tujuan : 1. Lakukan 1. Pasien dan keluarga
volume cairan b.d - Setelah dilakukan pendekatan lebih kooperatif.
kehilangan cairan tindakan kepada pasien dan 2. Pasien mengerti tentang
aktif ditandai keperawatan keluarga. keadaan dirinya dan
dengan selama 1x24 jam 2. Memberikan lebih kooperatif
perdarahan. kekurangan penjelasan terhadap tindakan.
volume cairan mengenai kondisi 3. Parameter deteksi dini
teratasi dengan pasien saat ini. adanya komplikasi
Kriteria hasil : 3. Observasi TTV yang terjadi.
1. Tekanan darah, dan observasi 4. Untuk mengetahui
nadi, suhu tubuh tanda akut kesaimbangan cairan
dalam batas abdoment. dalam tubuh.
normal. 4. Pantau input dan 5. Mengetahui kadar Hb
2. Tidak ada tanda output cairan. klien sehubungan
tanda dehidrasi, 5. Pemeriksa kadar dengan perdarahan.
elastisitas turgor Hb. 6. Melaksanakan fungsi
kulit baik, 6. Lakukan independent.
membran mukosa kolaborasi dengan
lembab, tidak ada tim medis untuk
rasa haus yang penanganan lebih
berlebihan. lanjut.
3. Orientasi terhadap
waktu dan tempat
baik.

3. Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat


ruptur tuba - Setelah dilakukan klien dengan nyeri klien untuk
fallopi, tindakan PQRST. melakukan intervensi
pendarahan keperawatan 2. Berikan selanjutnya.
intraperitonial. selama 1x24 jam lingkungan yang 2. Dapat membantu dalam
pasien tidak tenang dan menurunkan tingkat
mengalami nyeri aktivitas untuk ansietas dan karenanya
(0-4). menurunkan rasa mereduksi

19
Kriteria hasil : nyeri. ketidaknyamanan.
1. Tingkat nyeri Instruksikan klien 3. Meningkatkan
berkurang (0-4). untuk kenyamanan,
2. Mampu menggunakan menurunkan komplikasi
mengontrol nyeri metode relaksasi, pembedahan.
(tahu penyebab misalnya: napas 4. Tingkatkan terhadap
nyeri, mampu dalam, visualisasi penyimpangan dasar
menggunakan distraksi, dan akan menghilangkan
tehnik jelaskan nyeri.
nonfarmakologi prosedurnya.
untuk 3. Berikan narkotik
mengurangi atau sedative
nyeri, mencari berikut obat-obat
bantuan). praoperatif bila
3. Tanda vital dalam prosedur
rentang normal. pembedahan
diindikasikan.
4. Siapkan untuk
prosedur bedah
bila terdapat
indikasi.
4. Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui
nyaman (nyeri ) - Setelah dilakukan pasien. tingkat nyeri pasien dan
b.d nyeri perut tindakan 2. Kaji durasi, mengetahui tindakan
bagian bawah. keperawatan lokasi, frekuensi, yang akan dilakukan
selama 1x24 jam jenis nyeri (akut, selanjutnya.
pasien mampu kronik, 2. Dengan mengetahui hal
mengurngi rasa mendadak, terus- tersebut dapat
nyeri. menerus ) menentukan tingkat
Kriteria hasil : 3. Ciptakan dan jenis nyeri
1. Ekspresi wajah lingkungan yang sehingga
pasien tidak nyaman bagi mempermudah
menyeringai pasien. intervensi selanjutnya.

20
menahan nyeri. 4. Anjurkan teknik 3. Dengan menciptakan
relaksasi lingkungan yang
distraksi. nyaman bagi pasien
dapat mengurangi rasa
nyeri pasien.
4. Dengan mengajarkan
tehnik relaksasi
distraksi dapat
meringankan nyeri.
5. Ansietas b.d Tujuan : 1. Kaji respons 1. Pasien semakin
prosedur tindakan - Setelah dilakukan psikologi pada meraakan ancaman,
operasi yang akan tindakan kejadian dan makin besar tingkat
dilakukan. keperawatan ketersediaan ansietas.
selama 1x24 jam sitem pendukung. 2. Membantu membatasi
pasien mampu 2. Tetap bersama transmisi ansietas
mengurangi rasa pasien, dan tetap interpersonal dan
cemas. bicara perlahan, mendemonstrasakan
Kriteria hasil : tunjukan rasa perhatian terhadap
1. Ansietas empati. pasien.
berkurang 3. Beri penguatan 3. Membantu membawa
2. Pasien dapat aspek positif pada ancaman yang
menggunakan pasien. dirasakan/actual ke
sumber/system 4. Dukung atau dalam perspektif.
pendukung arahkan kembali 4. Mendukung
dengan efektif. mekanisme mekanisme koping
koping yang dasar dan otomatis
diekspresikan. meningkatkan
kepercayaan diri serta
penerimaan dan
menurunkan ansietas.
6. Kurangnya Tujuan : 1. Menjelaskan 1. Memberikan informasi,
pengetahuan b.d - Setelah dilakukan tindakan dan menjelaskan kesalahan
kurang tindakan rasional yang konsep pikiran ibu
pemahaman atau keperawatan ditentukan untuk mengenai prosedur

21
tidak mengenal selama 1x24 jam kondisi yang akan dilakukan,
sumber-sumber pasien hemoragia. dan menurunkan stres
informasi. menunjukkan 2. Berikan yang berhubungan
pengetahuan kesempatan bagi dengan prosedur yang
tentang proses ibu untuk diberikan.
penyakit dengan mengajukan 2. Memberikan klasifikasi
Kriteria hasil : pertanyaan dan dari konsep yang salah,
1. Pasien dan mengungkapkan identifikasi masalah-
keluarga kesalah konsep. masalah dan
menyatakan 3. Diskusikan kesempatan untuk
pemahaman kemungkinan memulai
tentang penyakit, implikasi jangka mengembangkan
kondisi, ependek pada ibu/ ketrampilan
prognosis dan janin dari keadaan penyesuaian (koping).
program pendarahan. 3. Memberikan informasi
pengobatan. 4. Tinjau ulang tentang kemungkinan
2. Pasien dan implikasi jangka komplikasi dan
keluarga mampu panjang terhadap meningkatkan harapan
melaksanakan situasi yang realita dan kerja sama
prosedur yang memerlukan dengan aturan tindakan.
dijelaskan secara evaluasi dan 4. Ibu dengan kehamilan
benar. tindakan ektropik dapat
3. Pasien dan tambahan. memahami kesulitan
keluarga mampu mempertahankan
menjelaskan setelah pengangkatan
kembali apa yang tuba/ ovarium yang
dijelaskan sakit.
perawat/tim
kesehatan
lainnya.
7. Berduka b.d Tujuan : 1. Kaji pengetahuan 1. Menghindari
kehilangan/kemat - Setelah dilakukan pasien/pasangan pemahaman yang salah
ian janin. tindakan dan interpretasi terhadap kejadian
keperawatan terhadap kejadian sekitar kematian

22
selama 1x24 jam sekitar kematian janin/bayi.
diharapkan tidak jani/bayi. 2. Setelah kematian anak
terjadi kecemasan, 2. Berikan orang tua sering
pengetahuan informasi dan berespon syok.
pasien dan perbaikan Sehingga dapat
keluarga terhadap kesalahan konsep menganggu pemberian
penyakit berdasarkan informasi.
meningkat. kesiapan 3. Menunjukan perhatian
Kriteria hasil : pasangan dan dan membantu pasien
1. Mengungkapkan kemampuan menghemat
tahap proses untuk energi/tenaga yang
berduka yang mendengarkan diperlukan untuk
telah dialami. secara efektif. memenuhi kebutuhan
2. Mengespresikan 3. Beri bantuan proses berduka.
perasaan dengan dalam melakukan
tepat. perawatan fisik
sesuai kebutuhan.

23
BAB III
CONTOH KASUS

Contoh Kasus

Ny. M (28 tahun) datang ke RS. A bersama suaminya dengan membawa surat
rujukan dari bidan. Saat wawancara, klien mengeluh mengeluarkan flek-flek darah
dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri sejak kemarin siang dan klien
merasa cemas dengan kehamilannya karena akan dilakukan tindakan operasi.

Selama pemeriksaan secara umum perawat mencatat keadaan umum seperti


TTV sebagai berikut : TD=120/ 80 mmHg, N=88 x/ menit, R=20 x/ menit, S=36,7,
TB: 158 cm, BB sebelum hamil=47 kg, BB sekarang=48 kg dan LLA=24.

FORMAT PENGKAJIAN KASUS DIATAS

1. Pengkajian
a. Identitas klien secara lengkap
Nama : Ny. M Nama : Tn. P
Umur : 28 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Wates RT. 03 RW. X Jetis Jaten Karanganyar
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek darah dari jalan lahir dan perut bagian
bawah terasa nyeri sejak kemarin siang.
c. Riwayat Menstruasi
- Menarche : Umur 12 tahun
- Siklus : 28 – 0 hari
- Banyaknya : 2 – 3 x ganti pembalut
- Lamanya : 6 – 7 hari
- Sifat darah : Encer, warna merah
- Teratur/Tidak teratur : Teratur
- Dismenorhea : Tidak dismenorhea

24
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
- HPHT : 17 April 2012
- HPL : 24 Januari 2013
- ANC : 2 kali di bidan
- Umur Kehamilan : 10 minggu
- Imunisasi TT : 1 kali pada bulan Januari 2012
e. Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
f. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit batuk, flu
dan demam.
- Riwayat Kesehatan Sistemik
1. Jantung : Klien mengatakan dada sebelah kirinya tidak terasa berdebar-
debar disaat melakukan aktivitas.
2. Ginjal : Klien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada bagian
pinggang.
3. Asma/ TBC : Klien mengatakan tidak pernah batuk yang disertai sesak
nafas dan tidak pernah batuk yang disertai dengan darah.
4. Hepatitis : Klien mengatakan kuku dan kulitnya tidak berwarna kuning.
5. DM : Klien mengatakan tidak pernah merasakan haus dan lapar di saat
malam hari.
6. Hipertensi : Klien mengatakan tidak pernah mengalami pusing kepala yang
hebat.
7. Epilepsi : Klien mengatakan tidak pernah kejang disertai keluarnya busa
dari mulut
8. Lain-lain : Klien mengatakan tidak terserang penyakit HIV, AIDS dan
penyakit lainnya.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita
penyakit menurun (DM, asma, hipertensi dan jantung) dan penyakit menular
(TBC, hepatitis, HIV/ AIDS).
h. Riwayat Keturunan Kembar

25
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari pihak suami
maupun dari pihak keluarga ibu.
i. Riwayat Operasi
Klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.
j. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : Composmentis
- Vital Sign : Tekanan darah : 120/ 80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,7
- Tinggi badan : 158 cm
- BB sebelum hamil : 47 kg
- BB sekarang : 48 kg
- LLA : 24
k. Pemeriksaan Sistematis/ Fisik
a. Kepala dan muka
- Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah rontok,bersih tidak ada
ketombe.
- Muka : Tidak ada Chloasma Gravidarum, pucat, tidak oedema, ekspresi
wajah tegang dan cemas
- Mata : Simetris, conjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada kelainan bentuk
pada mata.
- Hidung : Bersih tidak ada polip, bentuk normal, tidak ada kelainan.
- Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan.
- Mulut : Bibir pucat, lidah pucat, caries dentis tidak ada, stomatitis tidak
ada, tidak ada kelainan.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
c. Dada dan Axilla
a. Mammae
- Membesar : Normal
- Benjolan : Tidak ada
- Simetris : Simetris kanan kiri
- Areola : Hyperpigmentasi

26
- Puting susu : Datar
- Kolostrum : Belum keluar
b. Axilla
- Benjolan : Tidak ada
- Nyeri : Tidak ada
c. Ekstremitas
- Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih, tidak ada
kelainan.

- Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada oedema, tidak
ada varices, tidak ada kelainan.

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri ) b.d nyeri perut bagian bawah.
2. Ansietas b.d prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.
3. Berduka b.d kematian janin

4. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


o. keperawatan hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri
nyaman - Setelah dilakukan klien dengan klien untuk melakukan
(nyeri ) b.d tindakan PQRST. intervensi selanjutnya.
nyeri perut keperawatan selama 2. Berikan lingkungan 2. Dapat membantu dalam
bagian bawah. 1x24 jam pasien yang tenang dan menurunkan tingkat
mampu mengurngi aktivitas untuk ansietas dan karenanya
rasa nyeri (0-4). menurunkan rasa mereduksi
Kriteria hasil : nyeri. Instruksikan ketidaknyamanan.
1. Tingkat nyeri klien untuk 3. Meningkatkan
berkurang (0-4). menggunakan kenyamanan,
2. Mampu metode relaksasi, menurunkan komplikasi
mengontrol nyeri misalnya: napas pembedahan.
(tahu penyebab dalam, visualisasi 4. Tingkatkan terhadap
nyeri, mampu distraksi, dan penyimpangan dasar akan

27
menggunakan jelaskan menghilangkan nyeri.
tehnik prosedurnya.
nonfarmakologi 3. Berikan narkotik
untuk mengurangi atau sedative berikut
nyeri, mencari obat-obat praoperatif
bantuan). bila prosedur
3. Tanda vital dalam pembedahan
rentang normal. diindikasika.
4. Siapkan untuk
prosedur bedah bila
terdapat indikasi.
2. Ansietas b.d Tujuan : 1. Kaji respons 1. Pasien semakin
prosedur - Setelah dilakukan psikologi pada meraakan ancaman,
tindakan tindakan kejadian dan makin besar tingkat
operasi yang keperawatan selama ketersediaan sitem ansietas.
akan 1x24 jam pasien pendukung. 2. Membantu membatasi
dilakukan. mampu mengurangi 2. Tetap bersama transmisi ansietas
rasa cemas. pasien, dan tetap interpersonal dan
Kriteria hasil : bicara perlahan, mendemonstrasakan
1. Ansietas tunjukan rasa perhatian terhadap
berkurang. empati. pasien.
2. Klien dapat 3. Beri penguatan 3. Membantu membawa
menggunakan aspek positif pada ancaman yang
sumber/system pasien. dirasakan/actual ke
pendukung dengan 4. Dukung atau dalam perspektif.
efektif. arahkan kembali 4. Mendukung mekanisme
mekanisme koping koping dasar dan
yang diekspresikan. otomatis meningkatkan
kepercayaan diri serta
penerimaan dan
menurunkan ansietas.
3. Berduka b.d Tujuan : 1. Kaji pengetahuan 1. Menghindari
kehilangan/ke - Setelah dilakukan pasien/pasangan dan pemahaman yang salah
matian janin. tindakan interpretasi terhadap terhadap kejadian

28
keperawatan selama kejadian sekitar sekitar kematian
1x24 jam kematian jani/bayi. janin/bayi.
diharapkan tidak 2. Berikan informasi 2. Setelah kematian anak
terjadi kecemasan, dan perbaikan orang tua sering berespon
pengetahuan pasien kesalahan konsep syok. Sehingga dapat
dan keluarga berdasarkan menganggu pemberian
terhadap penyakit kesiapan pasangan informasi.
meningkat. dan kemampuan 3. Menunjukan perhatian
Kriteria hasil : untuk dan membantu pasien
3. Mengungkapkan mendengarkan menghemat energi/tenaga
tahap proses secara efektif. yang diperlukan untuk
berduka yang telah 3. Beri bantuan dalam memenuhi kebutuhan
dialami. melakukan proses berduka.
4. Mengespresikan perawatan fisik
perasaan dengan sesuai kebutuhan.
tepat.

5. Implementasi dan Evaluasi

No. Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


1. Gangguan rasa Rabu, 25 1. Mengkaji nyeri pasien S : klien mengatakan nyeri
nyaman (nyeri ) Oktober 2017 dengan PQRST. sudah berkurang
b.d nyeri perut (11.00 wib) 2. Mengajarkan teknik O : pasien tidak terlihat
bagian bawah. relaksai napas dalam kesakitan, skala nyeri
pada klien. menunjukkan penurunan
3. Kolaborasi dengan A : masalah teratasi
dokter untuk pemberian P : implementasi
obat analgetik dipertahankan

2. Ansietas b.d Kamis, 25 1. Mengkaji tingkat S : Pasien Mengatakan


prosedur Oktober 2017 kecemasan klien dan rasa cemasnya hilang
tindakan operasi (13.00 wib) mengajarkan tekhik O : TD: 120/80 mmHg
yang akan relaksasi. - N : 80x/mnt
dilakukan. 2. Menemani atau - S : 370C

29
mengedukasi keluarga A : Masalah teratasi
agar ada seseorang P : Intervensi dihentikan
bersama dengan klien.
3. Memberikan penguatan
aspek positif pada klien
3. Berduka b.d Jumat, 25 1. Mengkaji pengetahuan . S : Pasien Mengatakan
kehilangan/kem oktober 2017 pasien/pasangan dan mampu menerima
atian janin (13.00) interpretasi terhadap kehilangan janinnya
kejadian sekitar O :
kematian jani/bayi. - pasien dan
2. Memberikan informasi keluarga/pasangan
dan memperbaiki mampu mendengarkan
kesalahan konsep secara afektif
berdasarkan kesiapan - Pasien mampu
pasangan dan melakukan perawatan
kemampuan untuk fisik sesuai kebutuhan
mendengarkan secara A : Masalah teratasi
efektif. P : Intervensi dihentikan
3. Beri bantuan dalam
melakukan perawatan
fisik sesuai kebutuhan.

30
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan
penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu: faktor mekanis, faktor fungsional,
peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi., hal lain
seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

3.2 Saran
a. Perawat
Diharapkan perawat mampu lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan
tentang kehamilan ektopik terganggu.
b. Mahasiswa
Agar mahasiswa/i diharapkan agar dapat lebih memahami dan mengerti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik terganggu.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aling, Deanette M. R ., dkk. 2014. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Dengan Kejadian


Kehamilan Ektopik Terganggu Di Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
2009 – 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 2, Nomor 3, November 2014

American Pregnancy Association. 2017. Ectopic Pregnancy. Homepage :


http://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/ectopic-pregnancy/ Last
updated: July 20, 2017 at 12:48 pm

Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.

__________________. 2006 . Obstetri Williams volume 1. Jakarta: EGC

Florin, Andrei Taran et.al. 2015. The Diagnosis and Treatment of Ectopic Pregnancy.
Department of Gynecology and Obstetrics, University Hospital Tübingen. Deutsches
Ärzteblatt International 2015; 112: 693–704. DOI: 10.3238/arztebl.2015.0693

http://posyandu.org/pendidikan/saat-kehamilan/626-tanda-dan-gejala-kehamilan-ektopik.html

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik obstetri dan Ginekologi ed.
2. Jakarta : EGC

Pranoto, ibnu. 2013. Patologi kebidanan. Yohyakarta : Fitramaya

Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, J. M. Kriebs, C.L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

_________________. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Halaman 250-60.

Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku
Kedokteran Jakarta : EGC

32

You might also like