Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Meningitis
II.1.1 Definisi
Meningitis adalah sebuah proses inflamasi dari membran pelindung yang
menutupi otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meninges atau selaput otak.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Penyebab meningitis virus (aseptik) yang paling sering ditemukan yaitu
Mumpsvirus, Echovirus dan Coxsackie virus, Herpes simplex, Herpes zooster dan
Enterovirus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang
bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakteri spesifik maupun virus.1
17
b. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter,
membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi
seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid
disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah
bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.
18
c. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut subarakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang.
19
Meningitis viral yang benigna tidak melibatkan jaringan otak pada proses radangnya.
Tetapi pada pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limfositer. Gejala yang paling
mengganggu ialah sakit kepala dan nyeri kuduk. Meningitis viral yang paling berat
selalu merupakan komponen meningoensefalitis. Meningitis bakteri biasanya
didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal. Pada anak-anak
dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,
penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise,
nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau
purulen.3
20
d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.5
21
II.2 Ensefalitis
II.2.1 Definisi
Ensefalitis merupakan infeksi akut pada parenkim otak dengan karakteristik
demam tinggi, nyeri kepala dan penurunan kesadaran. Gejala lain yang mungkin
adalah defisit neurologis fokal atau multifokal, dan kejang fokal atau general
(menyeluruh). Biasanya ensefalitis dibatasi untuk peradangan otak yang disebabkan
oleh infeksi virus atau reaksi alergi akibat infeksi virus. Ensefalitis mencakup
beberapa variasi dari yang ringan sampai yang sangat parah dengan koma atau
kematian. Proses radangnya jarang terbatas pada otak saja, tetapi hampir selalu
mengenai selaput otak juga.3
22
membantu mempertahankan tubuh tetap tegak.
b. Medula Spinalis
- berupa suatu massa silindris jaringan saraf tertutup dalam tulang kolumna
vertebral, terhampar dari medulla hingga vertebral lumbal pertama dan kedua
- terdiri atas jaras saraf sensorik dan motorik yang penting, yang keluar dan masuk
ke dalam medulla melalui radiks saraf anterior dan posterior serta saraf perifer
dan spinalis
- sebagai perantara aktivitas reflex dari reflex tendon profunda (atau nervus
spinalis)
- terbagi dalam lima segmen: serviks (C1-8), toraks (T1-T12), lumbal (L1-5),
sacral (S1-5) dan koksigeus
- seratnya menyebar seperti ekor kuda pada L1-2, cauda equina
23
II.2.3 Kelompok Ensefalitis Virus
a. Ensefalitis primer yang bisa disebabkan oleh infeksi virus kelompok herpes
simplex, virus influenza, ECHO, Coxsackie dan virus arbo
b. Ensefalitis primer yang belum diketahui penyebabnya
c. Ensefalitis para-infeksiosa, yaitu ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi
penyakit virus yang sudah dikenal, seperti rubeola, varisela, herpes zoster,
parotitis epidemika, mononucleosis infeksiosa dan vaksinasi
Menurut statistik dari 214 kasus ensefalitis, 54% (115 orang) dari penderita
ialah anak-anak. Virus yang paling sering ditemukan adalah virus herpes simplex
(31%), yang disusul oleh virus ECHO (17%).3
24
II.3.2 Etiologi
Agen etiologi spesifik tidak dikenali pada beberapa keadaan, tetapi penyebab
tersering adalah virus. Kelompok Enterovirus menyebabkan lebih daripada 80% dari
semua kasus. Enterovirus adalah virus berisi RNA kecil; 68 serotipe spesifik telah
teridentifikasi. Keparahan penyakit berkisar dari ringan, penyakit yang sembuh
sendiri dengan terutama keterlibatan meningen pada ensefalitis berat dengan
kematian atau sekuel yang berarti.3
II.3.3 Epidemiologi
Infeksi dengan enterovirus disebarkan secara langsung dari orang ke orang dan
masa inkubasi biasanya 4-6 hari, kebanyakan kasus terjadi pada iklim sedang terjadi
pada musim panas dan musim gugur.9
25
II.3.5 Manifestasi Klinis
Pada beberapa anak pada mulanya tampak ringan, tetapi dapat mendadak koma
dan meninggal. Selain itu terjadi demam tinggi, konvulsi yang berat yang diselingi
gerakan aneh dan halusinasi berselang-seling dengan periode sadar sebentar, tetapi
kemudian sembuh total. Mulainya sakit biasanya akut, didahului oleh demam akut
non-spesifik beberapa hari lamanya. Manifestasi pada anak yang lebih tua
diantaranya nyeri kepala dan hiperestesia, dan pada bayi adalah iritabilitas dan letargi.
Nyeri kepala paling sering frontal atau menyeluruh, pada remaja sering mengeluh
nyeri retrobulbar. Sering terjadi nausea dan muntah, nyeri di leher, punggung dan
kaki dan fotofobia. Ketika suhu tubuh naik, sering terjadi penurunan kesadaran,
sehingga berakibat stupor bersama dengan gerakan-gerakan aneh dan konvulsi.
Kehilangan kendali usus and kandung kemih serta ledakan emosi tanpa dibangkitkan
dapat terjadi.3,4,9
26
Perbedaan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal antara meningitis virus atau
meningoencephalitis dengan meningitis tuberculosis.
CONDITION Pressure Leukocytes Protein Glucose
Normal (mm3)
(mg/dL) (mg/dL)
II.3.8 Pengobatan
Sampai penyebab bakteri dikesampingkan, terapi antibiotik parenteral harus
diberikan. Berikut adalah nama-nama obat yang diberikan kepada pasien:10
- Nyeri kepala dan hiperestesia istirahat, analgetik yang tidak mengandung
aspirin, pengurangan cahaya ruangan dan kebisingan
- Upaya pendukung atau rehabilitatif amat penting sesudah penderita sembuh
- IVFD Kaen III B 1500 cc/24 jam
- Diet makan lunak 1800 kcal
- Injeksi Ceftriaxon 2x1,5 gr IV
- Obat OAT:
INH 1x300 mg per oral per NGT
Rifampisin 1x300 mg per oral per NGT
Pirazinamid 2x300 mg per oral per NGT
27
Injeksi Streptomisin 1x600 mg IM
- Prednison tab 4x15 mg per oral per NGT
- Paracetamol 3x375 mg po (bila suhu tubuh >37,5oC)
- Neurobiad 2x1 tab per oral per NGT
- Laxadine syrup 3x10 ml
- Injeksi Ranitidin 2x50 mg IV
- Inpepsa syrup 3x5 ml per oral per NGT
- Enervon C syrup 1x5 ml per oral per NGT
- Obat tetes mata 4x1 gtt ODS
- Salep mata oles 2x1/hari
I.10 PROGNOSIS
Ad. Vitam : dubia ad malam
Ad. Fungsionam : dubia ad malam
Ad. Sanationam : dubia ad malam
28
BAB III
ANALISA KASUS
29
tinggi dan kadar klorida rendah. Cairan serebrospinal itu sendiri berada di ruang
subarakhnoid yang merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan
medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Perubahan dalam cairan
serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi.
Pada pasien ini didapatkan hasil cairan serebrospinal dengan warna putih agak keruh
yang menandakan adanya kandungan protein di dalamnya, dimana warna normal dari
cairan serebrospinal itu sendiri ialah jernih. Kadar elektrolit dalam cairan
serebrospinal tidak menunjukkan perubahan pada kelainan neurologis, hanya terdapat
penurunan kadar Cl- pada meningitis tapi tidak spesifik. Kadar glukosa yang normal
pada cairan serebrosspinal menunjukkan kemungkinan penyebab infeksi ini adalah
virus, karena jika disebabkan oleh bakteri, kadar glukosa biasanya menurun. Hal ini
dikarenakan glukosa tubuh kita dikonsumsi oleh bakteri. Dimana protein dalam
suasana asam yang berada di cairan serebrospinal akan membentuk endapan atau
gumpalan berbentuk seperti cincin. Semakin tinggi kadar globulin, maka semakin
tebal cincin keruh yang terjadi. Kemudian pemeriksaan ini juga menunjukkan hasil
tes Pandy positif, dimana menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar albumin
dan globulin di cairan serebrospinal.
Pada pemeriksaan MRI tidak ditemukan adanya kelainan. Kesan yang
didapatkan pada pemeriksaan ini adalah tak tampak tanda-tanda SOL (Space
Occupying Lession) dimana hal ini menyangkal diagnosis banding awal yaitu suspek
Guillane Barre Syndrome dan SOL. Dilakukannya MRI otak karena ada indikasi
penurunan kesadaran, masalah penglihatan dan adanya gerakan yang tidak normal
pada pasein ini.
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan hasil urin agak keruh, adanya
peningkatan leukosit dan bakteri positif. Dengan adanya hasil laboratorium ini, pasien
ini curiga adanya infeksi saluran kemih, disamping itu karena adanya keluhan
anyang-anyangan pada pasien. Untuk lebih memastikan diagnosis, dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi untuk melihat hasil kultur urin. Hasil pemeriksaan ini
menunjukkan hasil sediaan langsung dan hasil biakan urin tidak ditemukan adanya
pertumbuhan kuman. Maka dari itu kemungkinan anyang-anyangan bukan berasal
30
dari infeksi bakteri. Selain itu pada hasil foto thorax juga tidak ditemukan adanya
kelainan pada paru, dimana dapat kita lihat dari riwayat penyakit dahulu pasien yang
pernah menderita tuberculosis paru pada usia 9 tahun dan pasien mengalami putus
obat. Karena salah satu diagnosis untuk tuberculosis paru adalah hasil foto thorax.
Selain itu tidak ditemukan adanya kelainan pada jantung.
Pasien diberikan pengobatan antara lain:
1. Injeksi Ceftriaxone
Tujuan: Antibiotik spektrum luas. Ceftriaxone cepat berdifusi ke dalam jaringan
dan cairan tubuh. Ceftriaxone dapat menembus sawar darah otak, sehingga
dapat dicapai kadar obat yang cukup tinggi dalam cairan serebrospinal.
Dosis: 15-50mg/kgBB/hari. Pada pasien ini BB 33 kg, sehingga dosis yang didapat
2 x 1,5 gr/hari IV.
2. IVFD Kaen III B 1500 cc/24 jam
Tujuan: larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan cairan air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas.
3. Obat Anti Tuberkulosis
Tujuan: karena pada usia 8 tahun pasien mengalami infeksi tuberkulosis dan putus
pengobatan, sehingga diberikan obat ini untuk mencegah infeksi oleh
kuman Tuberculosis tersebut
4. Diet makan lunak 1800 kcal
Tujuan: memperbaiki asupan nutrisi yang kurang karena pasien juga kesulitan
makan makanan biasa
5. Prednison
Tujuan: karena adanya gangguan penglihatan pada mata pasien yang mungkin
disebabkan karena neuritis optik akibat penyakit pada pasien ini
Dosis: 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
6. Paracetamol
Tujuan: antipiretik diberikan jika pasien demam saja, selain itu berfungsi untuk
pereda rasa sakit
31
Dosis: 10-15 mg/kgBB/kali
7. Neurobiad 2x1 tab per oral per NGT
Tujuan: suplemen vitamin B kompleks yang merupakan vitamin neurotropik, yang
berfungsi untuk melindungi sel-sel saraf. Setiap 1 tablet suplemen
mengandung vitamin B1 sebanyak 100 mg, vitamin B6 200 mg dan
vitamin B12 200 mcg
8. Laxadine syrup 3x10 ml
Tujuan: untuk mengatasi sulit buang air besar pada pasien. Obat ini bekerja
dengan merangsang peristaltik usus besar, menghambat reabsorbsi air dan
melicinkan jalannya feses
9. Inpepsa syrup
Tujuan: untuk menetralkan asam lambung
Dosis: 3x1C per oral per NGT
10. Enervon C
Tujuan: suplemen vitamin untuk membantu menjaga daya tahan tubuh
Dosis: syrup 1x5 ml per oral per NGT
11. Obat tetes mata 4x1 gtt ODS
12. Salep mata oles 2x1/hari
13. Bladder training
Tujuan: untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran urin
Terapi yang telah diberikan untuk pasien ini sudah sesuai dengan indikasi gejala-
gejala pasien dan diagnosis yang mengarah kepada meningoencephalitis serosa yang
dapat disebabkan karena infeksi Mycobacterium tuberculosis atau virus. Sebaiknya
dicantumkan cara pemberian obat per oral per NGT. Pembentukan diet juga harus
disesuaikan dengan kesehatan pasien.
32
DAFTAR PUSTAKA
3. Wahab, Samik A. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15 vol.2, 2012, EGC,
Jakarta.
6. Bickley, LS. Buku saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates, 2013,
EGC, Jakarta.
7. Lin JJ, Lin KL, Wang HS, Hsia SH and Awau CT. Analysis of status epilepticus
related presumed encephalitis in children. Eur J Pediatr Neurol 2008; 12: 32-7.
10.Katzung BG, Farmakologi Dasar & Klinik, edisi 10, EGC, Jakarta.
33