You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang endemis


di daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit ini berlangsung sepanjang tahun dan
mencapai puncaknya pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan karena
banyaknya tempat yang menjadi sumber genangan air yang merupakan sarana
perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti si pembawa virus dengue.
Oleh karena itu harus selalu diwaspadai guna mengantisipasi dan mencegah
penyebaran penyakit ini sekaligus mengurangi kejadian dan kematian akibat
penyakit DBD.
Menurut riwayatnya, awal mula penyakit DBD berasal dari Mesir yang
kemudian menyebar ke seluruh dunia. Nyamuk hidup dengan subur di belahan
dunia yang mempunyai iklim tropis dan subtropics seperti Asia, Afrika, Australia
dan Amerika. Di Indonesia kasus DBD pertama kali dilaporkan di Jakarta dan
Surabaya pada tahun 1968. Tahun-tahun selanjutnya kasus DBD berfluktuasi
jumlahnya setiap tahun dan cenderung meningkat.
Dengue oleh WHO dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan
masyarakat Internasional yang utama karena distribusi geografis yang semakin
luas baik virus maupun vektornya, meningkatnya frekuensi epidemic, ko-sirkulasi
berbagai serotype virus dan munculnya DBD di tempat-tempat baru. Diagnosis
DBD ditetapkan berdasarkan criteria World Health Organization (WHO,1999)
yang intinya adalah ditemukan demam tinggi mendadak disertai dengan
kecenderungan terjadi perdarahan yang ditandai uji tourniquet yang positif,
petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa hematemesis/melena dan
trombositopenia (hitung trombosit darah tepi kurang dari 100.000/mm3) yang
dimulai pada hari ke 5-8. Penetapan diagnosis tersebut memerlukan konfirmasi
lebih lanjut dengan pemeriksaan serologi, deteksi antigen dan atau isolasi virus
dengue.
Data Departemen Kesehatan RI yang mencatat kasus DBD pada tahun 1998
dari bulan Januari 2004 hingga April 2004, terdapat total 58.301 kasus DBD, 658
kasus DBD berakibat kematian terutama di provinsi-provinsi di Pulau Jawa

1
dengan lebih dari 35% kasus terdapat di provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi di Provinsi Jawa Barat, Bali, Sumatera
Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat
terdapat kecenderungan peningkatan kasus. Dilaporkan pada tahun 2007 (rekor
tertinggi) terdapat 150.000 kasus dimana 25.000 kasus terjadi di Jakarta dan Jawa
Barat. Tingkat fatalitas kasus sebesar 1%. Serotipe yang paling sering beredar
adalah Dengue-3 (Den-3), yaitu 37% walaupun ketiga serotype lainnya (Den-4
(19%), Den-2, Den-1) juga ada.
Akhir-akhir ini terjadi berbagai problem dan fenomena unik tentang
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang memerlukan penelaahan secara
seksama. Fenomena tersebut antara lain: (1) terjadi kecenderungan peningkatan
jumlah kasus penderita dewasa. (2) potensi terjadi perubahan lingkungan yang
semakin ramah terhadap vektor Aedes Aegypti, masihkan vector berdomisili hanya
di air bersih semata?, (3) potensi perubahan genetic atau terjadi mutasi virus
dengue ke arah lebih virulen untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang
cenderung berubah, (4) mengapa respon imun host tidak mampu membendung
laju transmisi dan replikasi virus dengue.
Sosialisasi informasi tentang penyakit infeksi virus Dengue perlu terus
dilaksanakan dan ditingkatkan sehingga menjangkau masyarakat luas di semua
lini. Bagi para pakar, pemahaman infeksi virus dengue setingkat klinis saja tentu
kurang memadai karena akan terlambat dalam mengantisipasi dan
menindaklanjuti. Kurang memadai bukan berarti tidak cukup mampu dan tidak
cakap. Orientasi antisipasi hanya berlandaskan manifestasi klinis saja akan
semakin sulit. Hal ini terkait semakin luasnya variasi keluhan dan gejala klinis
penyakit DBD. Kalau sebelumnya keluhan dan gejala demam dan perdarahan
begitu dominan pada penyakit DBD, kini pertanda itu semakin samar dan tidak
khas, maka pemahaman perlu diperdalam ditingkat sel dan subsel.

2
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. SA
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 27 Juli 1983
Usia : 33 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Komp.KOSTRAD Petukangan Selatan
Nomor Rekam Medis : 842049
Tanggal masuk RS : 16 November 2016
Tanggal Pemeriksaan : 17 November 2016

2.2 DATA DASAR


A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis yang dilakukan pada tanggal
17 November 2016, jam 09.30 WIB.

Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto
pada tanggal 16 November 2016 dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam terjadi secara tiba-tiba. Demam dirasakan di seluruh tubuh
dan berlangsung terus-menerus sepanjang hari. Demam dirasakan sampai

3
pasien menggigil. Pasien selalu mengukur suhu tubuhnya dimana suhu
tubuh tertinggi 39,5oC. Pasien sudah minum obat penurun panas
Paracetamol, suhu tubuh turun namun beberapa jam kemudian demam
kembali.
Demam disertai dengan sakit kepala, sakit kepala dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, kemudian terasa ngilu di seluruh tubuh. Pasien juga merasa
lemas, dimana lemas membuat pasien hanya merasa nyaman jika
berbaring di tempat tidur. Pasien menyangkal adanya mimisan, gusi
berdarah, timbul ruam kemerahan di kulit. Pasien mengeluh mual dan
muntah 5 kali/hari, muntah berisi makanan dan cairan. Selain itu pasien
juga mengeluh nyeri perut terutama pada bagian uluhati. Nafsu makan
pasien juga berkurang karena mual dan rasa tidak enak di tenggorokan.
BAB dan BAK normal.
Pasien mengatakan ada tetangga sebelah rumah pasien yang sedang
mengalami keluhan serupa dengan pasien. Pasien menyangkal jika pasien
habis bepergian ke daerah Indonesia bagian Timur. Pasien mengaku tidak
habis membeli makanan di warung makan pinggir jalan yang higienitasnya
kurang.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Keluhan seperti ini sebelumnya disangkal
 Riwayat sakit kuning disangkal.
 Riwayat penyakit ginjal dan jantung disangkal.
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluarga DM disangkal
• Riwayat keluarga hipertensi disangkal
• Riwayat keluarga penyakit ginjal dan jantung disangkal.
• Riwayat keluarga asma disangkal.
• Riwayat keluarga alergi disangkal.

4
Riwayat Pribadi, Sosial Ekonomi dan Budaya
 Pasien tidak berolahraga rutin.
 Riwayat merokok (-).
 Riwayat minum alkohol dan obat-obatan terlarang (-).

Riwayat Pengobatan
 Paracetamol

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
 Tekanan darah : 100/80 mmHg
 Frekuensi Nadi : 79x/menit, reguler, kuat angkat dan isi cukup
 Frekuensi nafas : 20x/menit
 Suhu : 37,5 °C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 20,2 kg/m2 (normoweight)
Status Generalisata
Kepala : Bentuk normochepal
Kulit : Sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi
merata
Wajah : Simetris, pigmentasi (-), tanda-tanda radang (-).
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
kedudukan bola mata simetris, pupil bulat isokor,
reflek cahaya langsung dan tak langsung positif,
edema palpebra tidak ada. Visus tidak diperiksa.
Mulut : Bibir tampak pucat (+), mukosa kering (+), coated
tongue (-), gusi berdarah (-), atrofi papil lidah (-).

5
Telinga : Discharge (-), pendengaran normal.
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-).
Tenggorokan :Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang, uvula
ditengah.
Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba, JVP
5-2cm
Thoraks
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, gerakan dinding dada simetris
pada saat statis dan dinamis.
Palpasi : Taktil fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru. Batas paru hepar
terdapat pada linea midclavicularis dextra ICS VI.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra, tidak kuat angkat.
Perkusi : Batas kanan jantung: ICS IV linea sternalis dekstra
Batas kiri jantung:ICS V linea midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung: ICS III linea sternalis
sinistra.
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, tidak terlihat dilatasi vena.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, tidak teraba pembesaran hepar dan lien,
nyeri tekan epigastrium (+).
Perkusi : Timpani diseluruh regio abdomen, shifting
dullness (-)
Urogenital : Tidak diperiksa.

6
Ekstremitas : Akral hangat, edema kaki (-/-), CRT <2”. Rumple
leed test (+)

C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium 16 November 2016
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 13.9 12 – 16 g/dL
Hematokrit 42 37 – 47%
Eritrosit 4.9 4.3 – 6.0 juta/uL
Leukosit 2700 4.800 – 10.800/uL
Trombosit 63000 150.000 – 400.000/uL
MCV 87 80 – 96 fL
MCH 29 27 – 32 pg
MCHC 34 32 – 36 g/dL

2.3 RESUME
Pasien wanita 33 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot
Soebroto pada tanggal 16 November 2016 dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam dirasakan sepanjang hari dengan suhu tubuh tertinggi 39,5oC.
Keluhan demam disertai cephalgia, mialgia, atralgia, nyeri epigastrium, nausea,
vomitus. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal,
hemodinamik stabil, bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, rumple leed test
(+). Dari pemeriksaan penunjang didapatkan leukopenia dan trombositopenia.
Kadar hematokrit masih dalam batas normal.

2.4 DAFTAR MASALAH


1. Demam hari ke-4 dengan leukopenia, trombositopenia DD/ Demam
berdarah dengue grade I DD/ infeksi virus lain

2.5 PENGKAJIAN
1. Demam hari ke-4 dengan leukopenia, trombositopenia DD/ Demam
berdarah dengue grade I DD/ infeksi virus lain

7
Pada kasus didapatkan :
Anamnesis :
Demam sejak 4 hari SMRS. Demam disertai cephalgia, mialgia, atralgia,
nausea, vomitus

Pemeriksaan Fisik:
 Tanda vital: suhu tubuh 37,5oC (demam onset hari ke-4)
 Ekstremitas: uji tourniquet (+)

Pemeriksaan Laboratorium:
 Hb: 13,9 g/dL
 Ht: 42%
 Eritrosit: 4,9 juta/uL
 Leukosit: 2700/uL
 Trombosit: 63000/uL

Rencana Diagnosis:
- Darah lengkap per 12 jam
- Albumin
- IgG dan IgM anti dengue pada demam hari ke-6
- PT/APTT

Rencana Terapi:
IVFD Ringer Laktat 500 ml/6 jam (28 tetes/menit)
Paracetamol 3x500 mg (jika demam)

Terapi konservatif:
 Tirah baring
 Asupan gizi yang sesuai
Diet lunak: BBI = ((TB – 100) x 1 kg) x 90%
= 65 x 90%
= 58,5

8
Kebutuhan kalori basal= 58,5 x 25 kkal
= 1462 kkal = 1500 kkal
Aktivitas ringan= +15%
= 15% x 1500 = 225 kkal
Stress dan infeksi= +10%
= 10% x 1500 = 150 kkal
Total kebutuhan harian= (1500 + 225 + 150 kkal)
= 1875 kkal
= 1900 kkal

2. Sindrom dyspepsia tipe fungsional


Pada kasus didapatkan :
Anamnesis :
Nyeri epigastrium, nausea, vomitus

Pemeriksaan Fisik:
 Abdomen: nyeri tekan epigastrium (+)

Pemeriksaan Laboratorium:
(-)

Rencana diagnosis:
(-)

Rencana Terapi:
Inj. Ranitidin 2x50mg i.v
Ondansetron tab 3x4mg

2.6 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

9
2.7 FOLLOW UP
Tanggal 18/11/2016 19/11/2016
Follow Up
S (Subjective) Demam (-), mual (+), muntah (-), ngilu Mual (-), ngilu pada seluruh tubuh (-),
pada seluruh tubuh sudah mulai nyeri sendi (-), lemas berkurang. Pasien
berkurang, lemas. Pasien sedang menstruasi hari ke-3. Volume darah
menstruasi hari ke-2. Pasien ganti menstruasi mulai berkurang.
pembalut ±5 kali/hari, volume
pembalut penuh saat ganti.
O (Objective) TD: 100/70 mmHg TD: 110/70 mmHg
N: 75x/min N: 78x/min
RR: 20x/min RR: 18x/min
S: 36,5˚C S: 36,0˚C
Px Fisik : Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), mukosa bibir
mukosa bibir masih pucat, BJ I/II lembab, BJ I/II regular, murmur (-)
regular, murmur (-) gallop (-), SN gallop (-), SN vesikuler, rhonchi -/-,
vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, NT wheezing -/-, NT epigastrium (-)
epigastrium (-) Px.Lab:
Px Lab: Hb: 14.7 g/dL
Hb: 14.3 g/dL Ht: 44%
Ht: 43% Leukosit: 4900/µL
Leukosit: 4140/µL Trombosit: 85000/ µL
Trombosit: 49000/ µL
Anti Dengue IgG/IgM:
- Anti Dengue IgM: Negatif
- Anti Dengue IgG: Positif

A (Assesment) 1. Demam onset hari ke-6 dd/ DBD 1. Demam onset hari ke-6 dd/ DBD
derajat I dd/ infeksi virus akut derajat I dd/ infeksi virus akut
2. Sindrom dyspepsia tipe fungsional 2. Sindrom dyspepsia tipe fungsional

P (Planning)  IVFD Ringer Laktat 500 ml/8 jam  IVFD Ringer Laktat 500 ml/8 jam
(20 tts/menit) (20 tts/menit)
 Ondansetron tab 3x4mg  Paracetamol 3x500 mg (jika demam)
 Paracetamol 3x500 mg (jika demam)  Diet lunak 1900 kkal
 Diet lunak 1900 kkal

10
Tanggal 21/11/2016
Follow Up
S (Subjective) Sudah tidak ada keluhan. Menstruasi
hari ke-5.
O (Objective) TD: 110/80 mmHg
N: 83x/min
RR: 18x/min
S: 36,0˚C
Px Fisik : Konjungtiva anemis (-/-),
BJ I/II regular, murmur (-) gallop (-),
SN vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Px.lab:
Hb: 14.7 g/dL
Ht: 44%
Leukosit: 5700/µL
Trombosit: 164000/µL
Diffcount: 1/3/30/53/13
A (Asessment) 1. Demam onset hari ke-6 dd/ DBD
derajat I dd/ infeksi virus akut
2. Sindrom dyspepsia tipe fungsional

P (Planning)  IVFD Ringer Laktat 500 ml/8 jam


(20 tts/menit)
 Diet lunak 1900 kkal
Hari ini pasien boleh pulang dan
control ke Poli IPD 23-11-2016

11
BAB III
PEMBAHASAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang endemis


di daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit ini berlangsung sepanjang tahun dan
mencapai puncaknya pada saat musim hujan.

Patofisiologi primer DBD dan dengue shock syndrome (DSS) adalah


peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke
dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari
20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi. Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus
dengue berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti
dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon
imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin
dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM,
pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder
kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat. Antibodi terhadap virus dengue
dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu

12
pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar
IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi
IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer
antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder
antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibody IgM setelah hari sakit
kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya
peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat. Pada infeksi pertama terjadi
antibodi yang memiliki aktivitas netralisasi yang mengenali protein E dan
monoklonal antibodi terhadap NS1, Pre M dan NS3 dari virus penyebab infeksi
akibatnya terjadi lisis sel yang telah terinfeksi virus tersebut melalui aktivitas
netralisasi atau aktifasi komplemen. Akhirnya banyak virus dilenyapkan dan
penderita mengalami penyembuhan, selanjutnya terjadilah kekebalan seumur
hidup terhadap serotipe virus yang sama, tetapi apabila terjadi antibody non-
netralisasi yang memiliki sifat memacu replikasi virus, keadaan penderita akan
menjadi parah apabila epitop virus yang masuk tidak sesuai dengan antibodi yang
tersedia di hospest. Pada infeksi kedua yang dipicu oleh virus dengue dengan
serotipe yang berbeda, virus dengue berperan sebagai super antigen setelah
difagosit oleh monosit atau makrofag. Makrofag ini menampilkan antigen
presenting cell (APC) yang membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal
dari mayor histocompatibility complex (MHC).

13
Gejala pertama yang dikeluhkan pasien adalah demam tinggi yang timbul
mendadak. Demam tinggi tersebut biasanya terjadi dari hari pertama sampai
ketiga, dimana mulai hari ke empat demam sudah mulai turun. Biasanya pada
kondisi demam turun ini pasien merasa sudah sembuh, padahal memasuki hari ke
empat pada demam berdarah dengue merupakan waktu yang justru harus
diwaspadai, karena mulai hari ke empat memasuki fase kritis penyakit. Dimana
tanda pada fase kritis ini adalah suhu tubuh yang turun antara ≤ 37,5 o-38oC,
disertai penurunan nilai leukosit dan trombosit serta peningkatan hematokrit. Fase
kritis ini terjadi antara 24-48 jam. Sesuai pada pasien ini, pada onset penyakit hari
ke-4 dimana pasien masuk rumah sakit, suhu tubuh pasien sudah mulai turun. Dan
dilihat dari hasil pemeriksaan darah didapatkan nilai leukosit yang progresif
disertai dengan penurunan nilai trombosit secara bertahap. Pada fase ini juga
dapat terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, dimana dapat ditandai dengan terjadinya efusi pleura maupun ascites.
Untuk membuktikan adanya kondisi tersebut maka dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan foto thorax pada pasien ini. Kemudian dari hasil pemeriksaan
tersebut tidak ditemukan adanya tanda efusi pleura.

14
Pasien datang ke pelayanan kesehatan biasanya dengan gejala yang berbeda-beda,
dimana menurut WHO 2009, gejala dan tanda Demam berdarah dengue
diantaranya:

Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala lain seperti mual, muntah, terasa
nyeri dan ngilu pada seluruh tubuh terutama pada sendi-sendi. Selain itu test
rumple leed atau tourniquet test positif. Kemudian dikonfirmasi dengan test
laboratorium didapatkan leukopenia dan trombositopenia. Gejala-gejala tersebut
disertai dengan tanda lainnya, yaitu lemas dan nyeri abdomen. Jika disimpulkan,
hal-hal tersebut yang terjadi pada pasien ini sudah masuk ke dalam kriteria
demam berdarah dengue.
Beberapa penyakit yang memiliki gejala dan tanda hampir sama dengan
demam berdarah dengue diantaranya demam tifoid, dimana pada demam tifoid
terjadi demam yang biasanya suhu tubuh lebih tinggi pada sore hingga malam hari
dan turun pada pagi hari. Tetapi biasanya pada demam tifoid suhu tubuh
meningkat tidak terlalu tinggi. Selain itu diagnosis banding lainnya demam
chikungunya, dimana pada penyakit ini didapatkan gejala yang sama dengan
demam berdarah dengue diantaranya demam tinggi dengan suhu berkisar antara
39o-40o C, disertai dengan atralgia dan cephalgia.

15
Menurut WHO demam berdarah dengue dibagi menjadi empat derajat berat, yaitu:
DERAJAT GEJALA DAN TANDA
I Demam mendadak tinggi dengan gejala yang tidak jelas disertai dengan
uji bendung (+)
II Derajat I disertai dengan perdarahan spontan biasanya dalam bentuk
perdarahan kulit atau perdarahan lain
III Derajat II disertai tanda-tanda dari kegagalan sirkulasi, ditandai dengan
denyut nadi kecil, cepat, lemah, tekanan darah rendah, kulit terasa
dingin/lembab serta gelisah
IV Syok berat ditandai: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, hipotensi

Selain gejala klinis yang terjadi pada pasien, kita juga menilai pemeriksaan
penunjang terutama dari pemeriksaan darah lengkap, dimana yang paling utama
dan sederhana kita nilai adalah kadar hematokrit dan trombosit, karena
trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan dua keadaan yang hampir selalu
muncul pada penyakit akibat virus Dengue. Pada pasien ini, kadar hematokrit dari
hari ke hari selalu dalam batas normal. Sedangkan yang terjadi penurunan adalah
gejala trombosit. Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang
diajukan WHO sebagai diagnosis klinis penyakit DBD dan menjadi parameter
penting pada penyakit tersebut.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada pasien DBD terjadi penurunan produksi, meningkatnya destruksi dan
pemakaian trombosit berlebih, sehingga terjadi trombositopenia. Intervensi virus
Dengue pada sumsum tulang belakang terutama pada 3 hari pertama
menyebabkan penekanan produksi trombosit. Pada hari berikutnya, terutama hari
ke-4, 5, dan 6 penurunan trombosit bukan hanya pengaruh sentral tetapi juga
perifer oleh hiperaktivitas RES sehingga jumlah trombosit dapat sangat rendah.
Selain mengalami defisit secara kuantitatif, juga terdapat gangguan fungsi
trombosit. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya sekresi ADP dan metabolit
prostaglandin plasma (PG2), yaitu 6-keto-PGFIa. Gangguan fungsi trombosit,
penurunan jumlah trombosit, gangguan faal koagulasi, penurunan integritas
vaskuler memicu terjadinya perdarahan berupa petekia, ekimosis,

16
metromenoragia, perdarahan saluran cerna dan manifestasi perdarahan di organ
lain.

Langkah selanjutnya setelah pasien dilakukan penilaian secara keseluruhan


meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka kita
dapat mendiagnosis serta menilai keparahan penyakitnya. Maka dari itu kita
melakukan manajemen untuk pasien ini berdasarkan manifestasi klinis yang
terjadi. Selain dengan obat-obatan, kita juga memberikan cairan untuk
menggantikan cairan yang terbuang. Cairan tubuh yang terbuang akibat demam
dan muntah digantikan dengan cairan kristaloid, cairan yang dipilih adalah Ringer
laktat. Karena tidak terjadi syok hipovolemik pada pasien ini, maka kita berikan
cairan maintenance yang volume pemberiannya disesuaikan dengan berat badan
pasien.

17
Setelah kondisi hemodinamik stabil secara keseluruhan, telah melewati fase
kritis dan bebas demam selama 48 jam dan pada pemeriksaan darah didapatkan
peningkatan yang signifikan pada trombosit serta kadar hematokrit yang dtabil
tanpa pemberian cairan intravena, maka pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh
dan diperbolehkan untuk perawatan di rumah. Pasien diedukasi untuk minum
yang cukup, makan dengan jumlah yang sesuai, serta istirahat yang cukup.

18

You might also like