Professional Documents
Culture Documents
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tambun, Bekasi
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan dengan
keluhan sakit kepala sejak empat hari yang lalu.
1
membantu pasien dalam mengurus rumah dan anak-anak pasien. Pasien
selalu berprasangka buruk terhadap bude pasien dan menuduh suaminya
bersenggama dengan sepupu pasien tersebut. Kurang lebih 1,5 tahun yang
lalu, penghasilan suami pasien meningkat signifikan, hal ini menyebabkan
pasien mengalami kekhawatiran yang berlebihan terhadap keuangan suami
dan selalu menuduh suami menggunakan uang tersebut untuk orang lain.
Sejak 3 minggu yang lalu pasien tidak dapat menjalankan perannya sebagai
istri dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan sejak 2 hari yang lalu
psaien sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri.
Pasien datang ke dalam Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan
dengan menggunakan pakaian rapih, sopan dan bersih. Pasien
menggunakan baju bercorak batik dan berkerudung hitam. Sejak awal
dilakukan tanya jawab sampai akhir dilakukan tanya jawab, pasien kurang
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dokter, tetapi pasien masih
bersikap kooperatif.
Pasien mengatakan pasien datang ke RSUP Persahabatan
menggunakan mobil. Hal ini menunjukkan daya ingat jangka pendek pasien
baik atau tidak ada gangguan. Ketika diberi pertanyaan tentang jenjang
pendidikan pasien, pasien mengaku bahwa pendidikan SD pasien di SD
Kebon Singkong. Hal ini menunjukkan bahwa daya ingat jangka panjang
pasien adalah baik atau tidak ada gangguan.
Pasien dapat mengulang tiga nama benda yang disebutkan oleh dokter,
seperti meja, kursi, pulpen dengan pengulangan sebanyak satu kali. Hal ini
menunjukkan bahwa daya ingat segera pasien baik atau tidak ada
gangguan.
Pasien memahami pada saat diberikan pertanyaan mengenai tempat,
waktu, orang dan situasi. Pasien hanya dapat menjawab bahwa pasien
sedang melakukan konsultasi tentang penyakitnya di Rumah sakit pada
siang hari bersama dokter. Tetapi pasien tidak dapat menjawab saat ditanya
siapakah orang-orang yang duduk di sebelah pasien.
Pasien juga tidak dapat menjawab ketika diberikan pertanyaan
mengenai Matematika sederhana yaitu 100 dikurangi 7. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi kognitif pasien sedang terganggu.
2
Kemudian pasien diberikan pertanyaan mengenai pengetahuan umum
oleh dokter, seperti siapa Presiden kita kemudian pasien menjawab Jokowi.
Dan ketika ditanya siapa Gubernur Jakarta sekarang, pasien tidak dapat
menjawab. Suami pasien mengatakan bahwa pasien memang sangat jarang
menonton berita, sehingga pengetahuan umunya kurang baik.
Kemudian pasien diberikan contoh kasus seperti, “jika ibu menemukan
nenek-nenek yang hendak menyebrang jalan, tetapi pasien tidak dapat
menjawab. Hal ini menunjukkan bahwa uji daya nilai pasien kurang baik.
Lalu diberikan soal tentang makna peribahasa “besar pasak daripada tiang
dan air susu dibalas dengan air tuba”, pasien juga tidak dapat menjawab
pertanyaan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa uji daya abstraksi
pasien kurang baik.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan seperti yang
dijabarkan diatas dan pasien tidak dapat menjawab semua pernyataan
dengan benar, tetapi pasien tidak memiliki riwayat trauma atau penyakit
lain yang dapat menyebabkan disfungsi otak. Sehingga hal ini dapat
menunjukkan tidak terdapat Gangguan Mental Organik atau tidak terdapat
gangguan fungsi otak.
Ayah pasien mengatakan pasien tidak pernah merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol serta mengkonsumsi NAPZA.
Sehingga hal ini dapat menunjukkan tidak terdapat gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif atau alcohol.
Pasien masih suka mendengar bisikan suara tetangganya dengan
menyebutkan kata-kata “minta maaf” dan bisikan suara orang lain yang
mengatakan bahwa suaminya bersenggama dengan sepupunya sendiri.
Pasien juga menyangkal pernah mencium bau-bauan yang tidak dapat
dicium oleh orang normal lain.pasien juga tidak pernah merasakan sesuatu
pada indera pengecap ketika tidak sedang memasukkan makanan atau
minuman ke dalam mulutnya. Pasien juga menyangkal merasa ada yang
meraba atau menjalar pada kulit pasien.
Pasien tidak merasa ada yang ingin menjahati pasien atau ingin
membunuh pasien. Pasien juga tidak merasa ada yang bisa membaca
pikiran pasien atau ada yang mengontrol pikiran pasien.
3
Pasien mengatakan tidak merasakan rasa sedih yang mendalam dan
tidak terpikirkan ingin bunuh diri, pasien menyangkal merasakan
kehilangan minat. Pasien juga menyangkal terdapat perasaan gembira yang
berlebihan atau euphoria yang berlebihan. Pasien juga tidak memiliki fobia
atau ketakutan terhadap apapun. Tetapi suami pasien mengatakan bahwa
pasien mengalami kekhawatiran yang berlebihan terhadap suaminya.
Pasien lahir normal di bidan. Pasien merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, yang terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki. Pasien
sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Ayah pasien bercerita bahwa
ketika sekolah, pasien adalah anak yang normal. Semasa sekolah, pasien
memiliki banyak teman. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dapat
bersosialisasi dengan baik. Saat ini pasien tinggal bersama ayah, ibu, suami,
dan kedua anaknya. Pasien tidak memiliki pekerjaan. Aktivitas pasien
sehari-hari adalah mengurus anak suaminya.
Hubungan pasien dengan keluarga pasien sangat baik. Selain itu
hubungan pasien dengan tetangga pasien baik. Pasien juga sering mengikuti
arisan keluarga.
Pasien berobat ke RS Persahabatan sejak 5 bulan yang lalu, keluhan
dirasakan membaik dengan mengkonsumsi obat Haloperidol yang
diberikan oleh dokter dan psaien dapat menjalani aktivitas sehari-hari
dengan normal. Tetapi lama-kelamaan pasien malas untuk minum obat
dengan alasan khawatir akan kondisi janinnya.
Ketika ditanya bagaimana perasaan pasien saat ini, pasien tidak
menjawab dengan jelas tetapi kadang pasien berkata sedih. Ketika ditanya
mengenai 3 harapan pasien, pasien tidak dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa.
4
4. Riwayat Gangguan Neurologi : pasien tidak ada riwayat cedera pada
kepala
e. Riwayat Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien. Tetapi ada 3 orang keluarga pasien ada yang
mengalami gangguan jiwa berupa depresi.
f. Situasi Sekarang
Pasien tinggal di rumah milik sendiri bersama ayah, ibu, sumi dan
kedua anaknya di daerah Tambun Bekasi. Hubungan pasien dengan
keluarganya cukup harmonis. Saat ini pasien hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Pasien berobat menggunakan pembayaran tunai.
5
III. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan berusia 32 tahun, penampilan sesuai dengan
usianya, warna kulit sawo matang, berpakaian rapih, bersih dan sopan,
serta tidak menggunakan aksesoris yang aneh.
a. Kesadaran Umum : compos mentis
b. Kontak Psikis : dapat dilakukan dengan baik oleh pasien, tetapi
tidak dapat berkomunikasi dengan baik
3. Pembicaraan
Kuantitas : pasien hanya dapat menjawab beberapa pertanyaan yang
diberikan oleh dokter dan dapat mengungkapkan isi hati pasien
Kualitas : baik, bicara spontan, artikulasi jelas, volume pas, tetapi isi
pembicaraan kurang dapat dimengerti
b. Keadaan Afektif
1. Mood : sedih
2. Afek : tidak menentu
3. Keserasian : sesuai mood
6
4. Empati : pemeriksa tidak dapat merasakan apa yang dirasakan
pasien
c. Intelektualitas
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana. Pengetahuan umum dan
kecerdasan kurang baik.
2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien kurang baik. Pasien dapat mengikuti proses
tanya jawab dari awal hingga selesai. Tetapi pasien tidak dapat
menjawab pertanyaan hitung-hitungan seperti 100-7, tetapi dapat
mengulang menyebutkan 3 nama benda yang sebelumnya disebutkan
oleh pemeriksa.
3. Orientasi
Orientasi waktu : baik, mengetahui waktu saat dilakukan tanya
jawab yaitu pada siang hari
Orientasi tempat : baik, mengetahui tempat saat dilakukan tanya
jawab yaitu di rumah sakit.
Orientasi orang : baik, dapat mengetahui sedang berbicara
dengan siapa yaitu dengan dokter, tetapi pasien tidak mengenali
orang yang duduk di sebelah pasien
Orientasi situasi : baik, pasien mengetahui sedang melakukan
konsultasi
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat mengingat jenjang
pendidikan saat SD
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat
bagaimana pasien ke rumah sakit yaitu dengan menggunakan sepeda
mobil
Daya ingat segera : baik, pasien dapat mengulang 3 nama benda
yang sebelumnya disebutkan oleh pemeriksa
7
5. Pikiran abstrak
Tidak baik, karena pasien tidak dapat mengartikan arti pribahasa besar
pasak daripada tiang
6. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengurus diri sendiri dengan baik. Tetapi 2 hari
terakhir ini pasien tidak dapat mengurus dirinya sendiri
d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik : ada
Halusinasi visual : ada
Halusinasi olfaktori : tidak ada
Halusinasi gustatori : tidak ada
Halusinasi taktil : tidak ada
2. Depersonalisasi dan Derealisasi
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada
e. Proses Pikir
1. Arus pikir :
Produktivitas : tidak baik, hanya dapat menjawab beberapa
pertanyaan spontan tentang dirinya
Kontinuitas : tidak baik, pembicaraan tidak sampai pada tujuan
2. Isi pikiran :
Preokupasi : tidak ada
Gangguan pikiran : ada, terdapat waham cemburu
f. Pengendalian Impuls
Buruk, pasien kadang menangis dan tertawa sehingga disimpulkan
bahwa pasien tidak dapat mengendalikan perasaannya.
8
g. Daya Nilai
1. Nilai sosial : pasien mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar
rumahnya
2. Uji daya nilai : tidak baik, karena saat ditanya jika ibu menemui nenek-
nenek yang sedang menyebrang jalan sendirian, pasien tidak dapat
menjawabnya
3. Penilaian realitas : terdapat gangguan dalam menilai realitas
i. Tilikan
Tilikan derajat 4 yaitu menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi
tidak memahami sebab sakitnya.
9
Saraf motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Susunan Saraf Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Gangguan Khusus : tidak ada
10
r. Keadaan keuangan pasien cukup. Sumber perekonomian pasien berasal dari
penghasilan suaminya sebagai pemborong proyek
s. Pada pasien ini ditemukan gejala berat, disabilitas berat dan dapat
dihilangkan dengan obat yang diberikan dokter
b. Diagnosis Aksis II
Pasien tumbuh dan berkembang pada masa kanak-kanak sampai dewasa
secara normal. Pasien mau berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain
sebagaimana orang normal lainnya tidak menderita gangguan
kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan sampai tamat kuliah
11
dan fungsi kognitif baik, sehingga pasien tidak terdapat gangguan
retardasi mental. Karena tidak terdapat gangguan kepribadian dan tidak
terdapat gangguan retardasi mental, maka diagnosis pasien pada axis II
adalah tidak ada diagnosis.
d. Diagnosis Aksis IV
Pasien perempuan usia 32 tahun. Pola asuh pasien terdahulu baik. Pasien
tinggal bersama suami, ayah, ibu dan kedua anak pasien. Pasien sebagai ibu
rumah tangga. Perekonomian pasien cukup baik, berasal dari penghasilan
suami pasien sebagai pemborong proyek. Sehingga diagnosis pasien pada
aksis IV adalah tidak ada diagnosis.
e. Diagnosis Aksis V
Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan
menggunakan Global Asessment of functioning (GAF). Pada pasien ini
terdapat beberapa gejala berat dan disabilitas berat. Maka pada axis V
didapatkan GAF Scale 50-41.
12
IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh
Tidak terdapat riwayat keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien
(tidak genetik)
Respon terapi baik
X. TERAPI
Psikofarmaka
Haloperidol 2x2,5 mg
Trihexyphenidil 3x2 mg
Psikoterapi
Berusaha untuk melakukan kegiatan yang positif saat halusinasi dan waham
itu datang
Minum obat teratur dan rutin kontrol jika obat habis
Semakin mendekatkan diri untuk beribadah
Mencoba bergaul dengan tetangga disekitar rumah
Edukasi keluarga untuk selalu mendampingi pasien dan memberikan
dukungan moril kepada pasien
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2007.
3. Elvira. Sylvia. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2013.
14