You are on page 1of 7

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH PROFESI NERS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Analisis & Sintesis Tindakan Keperawatan
Pemberian Therapy Arixtra 2.5 mg/0.5 ml dengan waktu pemberian OD via Sub Kutan

AST 2
Nama Pasien (Initial) : Tn. Y. T. S
No. Rekam Medis : 00-01-40-32
Usia : 56 tahun
Diagnosa Medis : NSTEMI, UAP, Post PCI
Tanggal Masuk : 14 Januari 2018
Tanggal Tindakan : 17 Januari 2018 pukul 01:00
Nama Praktikan : Herlina Tampubolon
NIM : 01503180126
Pembimbing : Bu Ns. JUHDELIENA, M.Kep., Sp.Kep.M.B

No Kriteria Nilai
1 Diagnosa Keperawatan (PE): /10
Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan penyempitan/penyumbatan arteri koroner.

Sumber: NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed. 11

2 Data Subjekif: /10


- Pasien mengatakan nyeri dada masih terasa
- Pasien mengatakan pusing, kepala terasa terasa berdenyut-denyut
- Pasien mengatakan sedikit sesak
- Pasien mengatakan merasa mual

3 Data Objektif: /10


- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat meringis dan sering memegang dada nya
- Kulit pasien teraba dingin dan lembab
- TTV pasien = BP: 130/70 mmHg, RR: 19 kali/menit, HR: 87 kali/menit, T:37,2°C, SpO2: 98%
- Hasil Laboratorium (16/1/2019) : SGOT: 51 u/L, SGPT: 39 u/L, Total Cholesterol: 226 mg/dL, HDL: 24,4 mg/dL,
LDL: 162 mg/dL, Trygliceride: 356 mg/dL, Troponin T: 313 mg/L.
- Hasil interpretasi EKG (16/1/2019) : Inferior ST elevation, Consider Acute Infark, Acute/Septal & lateral ST-T
abnormality suggest myocardial infark.

4 Langkah-langkah Tindakan Keperawa tan yang dilakukan: /10


-Mempersiapkan alat dan bahan:
a. Obat Arixtra, terlebih dahulu melakukan double check nama pasien, nama obat, tanggal kadaluarsa obat, dosis
yang dibutuhkan, jam pemberian dan rute pemberian obat dengan perawat lain berdasarkan IMR pasien
b. Alcohol Swab
c. Sarung tangan non steril

- Mencuci tangan
- Melakukan identifikasi pasien dengan meminta pasien menyebutkan nama dan tanggal lahirnya dan membandingkan
identitas pasien pada IMR dan gelang nama pasien
- Menjelaskan tahap dan tujuan tindakan kepada pasien dan keluarga termasuk nama obat, dosis, rute pemberian dan
manfaat obat
- Memakai sarung tangan bersih
- Menginstruksikan pasien untuk mengangkat baju keatas agar bagian perut terlihat
- Bertanya pada pasien, bagian perut sebelah mana arixtra terakhir kali diberikan dan pasien mengatakan sebelah kiri
- Swab bagian perut sebelah kanan dengan jarak 3 jari dari pusar*
- Mencubit sedikit bagian perut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
- Memberikan obat dengan menusuk secara tegak lurus bagian perut yang telah di swab, melakukan aspirasi dan
pastikan tidak ada darah keluar*
- Memasukkan obat yang ada dalam syringe secara perlahan hingga habis, kemudian tekan sisi yang tersedia pada
syringe agar jarum ditarik dengan otomatis
- Swab area yang telah ditusuk obat dan jelaskan bahwa tindakan sudah selesai
- Rapikan pakaian pasien dan pastikan pasien dalam kondisi nyaman
- Amati respon pasien dan tanyakan keluhan
- Rapikan peralatan dan lakukan terminasi
- Memastikan pasien sudah dalam posisi nyaman
- Melakukan dokumentasi dengan menginfokan kakak perawat bahwa tindakan telah dilakukan

5 Dasar Pemikiran: /15

NSTEMI merupakan salah satu gangguan jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang berat,
sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari trombus dan atau materi-materi atheromatous. Dikatakan
NSTEMI bila dijumpai peningkatan biomarkers jantung tanpa adanya gambaran ST elevasi pada EKG (Harahap, 2014).
Pada Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI) terjadi oklusi yang tidak menyeluruh dan tidak melibatkan seluruh
miokardium, sehingga pada pemeriksaaan EKG tidak ditemukan adanya elevasi segmen ST (Alwi, 2009). Penggunaan
antikoagulan dalam pengobatan NSTEMI adalah untuk menginhibisi generasi dan aktivasi trombin dengan cara
mengurangi proses yang berhubungan dengan trombus. Beberapa contoh antikoagulan yang digunakan adalah
fondaparinux, low molecular weight heparin, unfractioned heparin, dan bivalirudin. Penggunaan obat antikoagulan dapat
dikombinasikan dengan antiplatelet (Hamm et al, 2011).

Arixtra merupakan salah satu obat golongan antikoagulan, antiplatelets dan fibrinolitik (trombolitik) dalam bentuk
syringe yang memiliki komposisi Fondaparinux sodium 2.5 mg/0.5 ml. Arixtra dapat digunakan sebagai salah satu terapi
farmakologi bagi penderita NSTEMI sebagai pencegahan kematian, infark miokard dan iskemia refraktori. Arixtra telah
terbukti mengurangi semua penyebab kematian pada pasien dengan NSTEMI. Arixtra dapat diberikan melalui Sub Cutan
(SC) ataupun Intravena (IV). Rute SC harus diberikan secara bergantian antara perut atas kanan/kiri maupun perut bawah
kanan/kiri. Untuk menghindari hilangnya produk obat saat menggunakan jarum suntik, jangan keluarkan gelembung
udara dari jarum suntik sebelum injeksi. Seluruh panjang jarum harus dimasukkan secara tegak lurus ke dalam lipatan
kulit yang yang telah dipegang selama injeksi. Rute IV diberikan pada dosis pertama penderita STEMI saja. Arixtra
dapat diberikan secara langsung ataupun dicampur minibag saline 0.9% (25-50 ml). Bagi penderita NSTEMI, dosis yang
dianjurkan adalah 2,5 mg sekali sehari melalui injeksi Sub kutan. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan.
Jangan gunakan arixtra pada pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap fondaparinux, endocarditis bakteri akut,
gangguan ginjal akut (Cr <20 mL/min) dan pendarahan aktif.

Farmakologi Arixtra:
- Farmakodinamik: Fondaparinux adalah penghambat sintesis dan selektif faktor teraktivasi X (Xa). Aktivitas
antitrombotik fondaparinux adalah hasil dari antitrombin III (ATIII) yang dihambat selektif faktor Xa. Dengan mengikat
secara selektif ke ATIII, fondaparinux mempotensiasi (sekitar 300 kali) netralisasi bawaan faktor Xa oleh ATIII.
Netralisasi faktor Xa mengganggu kaskade koagulasi darah dan menghambat pembentukan thrombin dan perkembangan
thrombus. Fondaparinux tidak menonaktifkan thrombin (diaktifkan faktor II) dan tidak memiliki efek yang diketahui
pada fungsi trombosit.

- Farmakokinetik:
a. Penyerapan: Fondaparinux sepenuhnya cepat diserap. Konsentrasi puncak maksimum dicapai dalam waktu 2
jam. Konsentrasi palsma setengah dari nilai rata-rata tercapai dalam 25 menit setelah injeksi.
b. Distribusi: Fondaparinux yang diberikan secara IV atau SC didistribusikan dalam darah dan hanya sebagian
kecil melalui cairan ekstravaskular.
c. Metabolisme: Metabolisme fondaparinux masih belum diselidikai karena sebagian besar dosis yang diberikan
tidak berubah dalam urin pada individu dengan fungsi ginjal normal.
d. Eliminasi: Fondaparinux dihilangkan dalam urin sebagai obat yang tidak berubah. Fondaparinus dieliminasi
dalam urin dalam 72 jam. Wktu paruh eliminasi adalah sekita 17 jam pada subjek muda dan sekitar 21 jam
pada subjek lansia. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, rata-rata pembersihan fondaparinux adalah 7.82
mL/menit.

Kesimpulannya, pasien Tn. Y didiagnosa NSTEMI post PCI dan terlihat berdasarkan hasil laboratorium dan hasil
EKG yang terlampir diatas. NSTEMI adalah gangguan jantung yang disebabkan penyumbatan pada arteri koroner.
Selain itu, penyempitan pembuluh darah tanpa spasme atau thrombus dapat menjadi penyebab setelah pasien dilakukan
tindakan percutaneous coronary intervention (PCI). Hal tersebut sesuai dengan keaadaan Tn. Y yang telah menjalani PCI.
Penyempitan disebabkan karena terdapat trombus yang menyumbat arteri sehingga arixtra diberikan sebagai
antikoagulan yang digunakan untuk mengurangi generasi dan aktivasi thrombin dengan cara mengurangi proses yang
berhubungan dengan thrombus.

Sumber: Mims.com
Jurnal (tercantum di daftar pustaka)
6 Prinsip Tindakan: /5
Aseptik, karena pelaksanaan tindakan pemberian obat melalui sub cutan melibatkan jarum yang harus dimasukkan
ke dalam kulit sehingga kita harus memastikan area yang akan ditusuk dalam keadaan bersih dan steril agar bakteri/
kuman tidak ikut masuk ke dalam kulit. Sebelum melakukan tindakan, kita harus memastikan tangan kita sudah dicuci
sebelum kontak dengan pasien dan memastikan perut pasien dalam keadaan bersih dan tidak berkeringat.

7 Analisa Tindakan Keperawatan: /15


Sebelum melakukan tindakan, saya terlebih dahulu mencari tahu tentang fungsi obat, cara penggunaan, dosis dan
proses farmakokinetik serta farmakodinamik dari obat tersebut melalui MIMS online. Saya juga memiliki data tentang
pelaksanaan pemberian obat secara sub cutan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur di Rumah Sakit Siloam.
Selain itu saya mencari beberapa video tentang cara penggunaan arixtra melalui youtube. Karena hal demikian, saya yang
sebelumnya tidak pernah memberikan arixtra dapat memberikan obat tersebut secara mandiri sesuai dengan standar
penggunaannya sesuai referensi yang saya dapat.

Sebelum melakukan tindakan kepada pasien, saya melakukan simulasi pemberian obat dengan preceptor sebagai
pasiennya, saya menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dan beliau mengevaluasi beberapa hal yang kurang,
seperti melakukan double check obat dengan perawat sebelum memberikannya kepada pasien.

Setelah saya refleksikan, tindakan yang telah saya lakukan sudah sesuai dengan Standar Operasional yang ada di
rumah sakit Siloam dan standar penggunaan pada beberapa referensi yang saya temukan. Saya melakukan semuanya
dengan baik. Saya melakukan identifikasi pasien dan 5 benar rute obat dan semua langkah yang telah saya jelaskan
diatas. Namun, setelah tindakan dilakukan, preceptor mengevaluasi bahwa saya tidak menutup sampiran demi menjaga
privasi pasien dan saya sadar bahwa saya lupa menutup sampiran.

8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) /10

Bahaya:
- Terjadi Medication Error
- Terjadi respon yang tidak terduga, seperti sesak, demam, ataupun alergi

Pencegahan:
- Melakukan identifikasi pasien dan 5 benar pemberian obat terlebih dahulu sebelum memberikan obat kepada pasien
serta memeriksa tanggal kadaluarsa obat yang akan diberikan
- Mengobservasi respon pasien setelah diberikan obat.

9 Hasil yang didapat: /5

Setelah dilakukan tindakan,


S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : TTV pada pukul 05:00: BP= 120/90 mmHg, HR=80 kali.menit, RR=19 kali/menit, T=36,4°C, SpO2=99%., tidak
ada tanda-tanda alergi setelah pemberian obat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai IMR

10 Evaluasi Diri: /5

Kelebihan:
Saya dapat melakukan pemberian Arixtra dengan rute sub kutan secara mandiri dan sesuai dengan SOP Siloam

Kekurangan:
Karena terlalu gerogi, saya sempat lupa untuk menutup sampiran demi menjaga privasi pasien. Di masa selanjutnya, saya
akan lebih peka untuk menjaga privasi pasien ketika akan melakukan tindakan.
11 Daftar Pustaka: /5

Alwi, I., Harun, S. (2009). Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing.
Hamm, C. W., et al. (2011). ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting
without persistent ST-segment elevation The Task Force for the management of acute coronary syndromes
(ACS) in patients presenting without persistent ST-segment elevation. European Heart Journal, 32, 2999-
3054.
Harahap, S. (2014). Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST (NSTEMI). 3-5.
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020,
Ed. 11. Jakarta: Penerbit BUku Kedokteran EGC.
MIMS. (2019). Arixtra. (online). (http://www.mims.com/philippines/drug/info/arixtra/?type=full, diakses 17 Januari
2019).
Nugroho, I. S. (2018). Perbedaan Kadar SGOT pada Pasien ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI) dan Non-ST
Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di RSUD Dr. Moewardi. 2-3.

Nilai

You might also like